PENDAHULUAN
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
oranglain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis
merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.Maka dengan ini penulis
mengambil judul Hak Asasi Manusia.
Makalah ini bertujuan antara lain : agar pembaca masyarakat dapat mendalami
tentang HAM , peran dari HAM , serta dapat menggunakan hak nya dengan sebaik
baiknya tanpa melanggar hak orang lain .
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan
tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi
masalah hanya pada ruang lingkup HAM.
BAB II
LANDASAN TEORI
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan:
2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights,
United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak
seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap
mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a) HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
b) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c) HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih,2003).
Pandangan dari berbagai tokoh yang mengidentifikasi macam-macam hak asasi manusia
Menurut John Locke,Aristoteles,Montesquieu,J.J. Rousseau:
Menurut Brierly:
4. Hak-hak Asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality).
BAB III
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak Asasi Manusia yang
bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut diatur dalam beberapa
peraturan perundangan berikut:
1. Pancasila
a) Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b) Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan memiliki hak yang
sama serta menghormati sesamam manusia tanpa membedakan keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit, suku dan bangsa.
c) Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap tenggang rasa, dan sikap
tida sewenang-wenang terhadap orang lain.
d) Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha menolong sesame.
e) Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap adil dan jujur.
f) Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia Indonesia merasa dirinya
bagian dari seluruh umat manusia.
Menyatakan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena
itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri
kemanusiaan dan pri keadilan. Ini adalah suatu pernyataan universal karena semua
bangsa ingin merdeka. Bahkan, didalm bangsa yang merdeka, juga ada rakyat yang
ingin merdeka, yakni bebas dari penindasan oleh penguasa, kelompok atau manusia
lainnya.
a) Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan (pasal 27 ayat
1)
b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d) Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e) Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaanya
itu (pasal 29 ayat 2)
f) hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g) BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
a) Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab
untuk menghormati HAM orang lain secara timbale balik.
b) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan HAM serta member I
perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada masyarakat, perlu segera dibentuk
suatu pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yan berat.
Pelanggaran HAM ringan adalah diuar genosida dan kejahatan kemanusiaan. Pelanggaran
HAM bermotif rasialisme, merupakan bentuk perlakuan dengan memberi pembedaan hak-
hak terhadap rasa atau etnis tertentu.Pelanggaran HAM bermotif diskriminasi apartheid,
adalah pembedaan hak-hak terhadap etnis tertentu berdasarkan warna kulit .
2. Pelanggaran HAM BERAT
UU No. 39 Th 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 104 ayat (1) Yang dimaksud
dengan pelanggaran hak asasi manusia yang berat adalah pembunuhan massal
(genocide), pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra
judicial killing), penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau
diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic diserimination).
a. kejahatan genosida
Pembunuhan Munir
PENYEBAB
Delapan tahun silam, tepatnya pada 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya
seorang aktivis HAM, Munir Saib Thalib. Kematianya menimbulkan kegaduhan politik
yang menyeret Badan Intelijen Negara (BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan
hasil autopsi, diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak
adalah karena adanya kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir
meninggal ketika melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi
S2 Hukum di Universitas Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. Dia
menghembuskan nafas terakhirnya ketika pesawat sedang mengudara di langi Rumania.
PENYELESAIAN
Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus
Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih
bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini
agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga
Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh
keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem
pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat
Indonesia.
KONFLIK DI MALUKU
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2
tahun 5 bulan; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan
relatif stabil, sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku,
Seram dan Buru) sampai saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon
sangat sulit diprediksikan, beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan
yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan lagi dengan modus yang baru ala
ninja/penyusup yang melakukan operasinya di daerah daerah perbatasan kawasan Islam
dan Kristen (ada indikasi tentara dan masyarakat biasa).
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka
luka, ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat
692.000 jiwa sebagai korban konflik yang sekarang telah menjadi pengungsi di
dalam/luar Maluku.
Masyarakat kini semakin tidak percaya dengan dengan upaya upaya penyelesaian
konflik yang dilakukan karena ketidak-seriusan dan tidak konsistennya pemerintah dalam
upaya penyelesaian konflik, ada ketakutan di masyarakat akan diberlakukannya Daerah
Operasi Militer di Ambon dan juga ada pemahaman bahwa umat Islam dan Kristen akan
saling menyerang bila Darurat Sipil dicabut.
Banyak orang sudah putus asa, bingung dan trauma terhadap situasi dan kondisi yang
terjadi di Ambon ditambah dengan ketidak-jelasan proses penyelesaian konflik serta
ketegangan yang terjadi saat ini.
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling
curiga antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang
menginginkan konmflik jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir
tidak ada pihak yang menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga
masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri.
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen), masyarakat
dalam melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan dalam kawasannya hal ini
terlihat pada aktifitas ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget
yaitu pasar yang muncul mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut
tetapi sekarang sering terjadi penembakan yang mengakibatkan korban luka dan tewas;
serta jalur jalur distribusi barang ini biasa dilakukan diperbatasan antara supir Islam dan
Kristen tetapi sejak 1 bulan lalu sekarang tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa
penguasa ekonomi baru pasca konflik.
Pendidikan sangat sulit didapat oleh anak anak korban langsung/tidak langsung dari
konflik karena banyak diantara mereka sudah sulit untuk mengakses sekolah, masih
dalam keadaan trauma, program Pendidikan Alternatif Maluku sangat tidak membantu
proses perbaikan mental anak malah menimbulkan masalah baru di tingkat anak (beban
belajar bertambah) selain itu masyarakat membuat penilaian negatif terhadap aktifitas
NGO (PAM dilakukan oleh NGO).
Masyarakat Maluku sangat sulit mengakses pelayanan kesehatan, dokter dan obat
obatan tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat dan harus diperoleh dengan harga
yang mahal; puskesmas yang ada banyak yang tidak berfungsi.
Belum ada media informasi yang dianggap independent oleh kedua pihak, yang
diberitakan oleh media cetak masih dominan berita untuk kepentingan kawasannya
(sesuai lokasi media), ada media yang selama ini melakukan banyak provokasi tidak
pernah ditindak oleh Penguasa Darurat Sipil Daerah (radio yang selama ini digunakan
oleh Laskar Jihad (radio SPMM/Suara Pembaruan Muslim Maluku).
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata
kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap
mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga
sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran
HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa
menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan
tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang
anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada tahun 1993 memang dibentuk Komnas HAM berdasarkan Keputusan Presiden
No. 50 tahun 1993, yang bertujuan untuk membantu mengembangkan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan HAM dan meningkatkan perlindungan HAM guna mendukung tujuan
pembangunan nasional. Komnas HAM dibentuk sebagai lembaga mandiri yang memiliki
kedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya dan berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Meskipun Komnas
HAM yang dibentuk itu dinyatakan bersifat mandiri karena para anggotanya diangkat secara
langsung oleh presiden, besarnya kekuasaan presiden secara de facto dalam kehidupan
bangsa dan negara serta kondisi obyektif bangsa yang berada di bawah rezim yang otoriter
dan represif, pembentukan Komnas HAM menjadi tidak terlalu berarti karena pelanggaran
HAM masih terjadi di mana-mana.
Sejak runtuhnya rezim otoriter dan represif Orde Baru, gerakan penghormatan dan
penegakan HAM, yang sebelumnya merupakan gerakan arus bawah, muncul ke permukaan
dan bergerak secara terbuka. Gerakan ini memperoleh impetus dengan diterimanya Tap MPR
No. XVII/MPR/1998 tentang HAM. Pembuatan peraturan perundang-undangan sebagai
perangkat lunak berlanjut dengan diundang-undangkannya UU No. 26 tahun 2000 tentang
pengadilan HAM yang memungkinkannya dibentuk pengadilan HAM ad hoc guna mengadili
pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum UU tersebut dibuat.
Pada masa itu dikenal transitional justice, yang di Indonesia tampak disepakati
sebagai keadilan dalam masa transisi, bukan hanya berkenaan dengan criminal justice
(keadilan kriminal), melainkan juga bidang-bidang keadilan yang lain seperti constitutional
justice (keadilan konstitusional), administrative justice (keadilan administratif), political
justice (keadilan politik), economic justice (keadilan ekonomi), social justice (keadilan
sosial), dan bahkan historical justice (keadilan sejarah). Meskipun demikian, perhatian lebih
umum lebih banyak tertuju pada transitional criminal justice karena memang merupakan
salah satu aspek transitional justice yang berdampak langsung pada dan menyangkut
kepentingan dasar baik dari pihak korban maupun dari pihak pelaku pelanggaran HAM
tersebut. Di samping itu, bentuk penegakan transitional criminal justice merupakan elemen
yang sangat menentukan kualitas demokrasi yang pada kenyataannya sedang diupayakan.
Upaya penegakan transitional criminal justice umumnya dilakukan melalui dua jalur
sekaligus, yaitu jalur yudisial (melalui proses pengadilan) dan jalur ekstrayudisial (di luar
proses pengadilan). Jalur yudisial terbagi lagi menjadi dua, yaitu Pengadilan HAM dan
Pengadilan HAM Ad Hoc. Pengadilan HAM ditujukan untuk pelanggaran HAM berat yang
terjadi setelah diundangkannya UU No. 26 tahun 2000, sedangkan Pengadilan HAM Ad Hoc
diberlakukan untuk mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum disahkannya UU
No. 26 tahun 2000.
Selain itu Upaya penegakan HAM dapat melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti
ketentuan-ketentuan antara lain, sebagai berikut:
1. Kewenangan memeriksan dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
tersebut di atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi pelaku yang berumur di bawah 18
tahun pada saat kejahatan dilakukan.
2. Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkan UURI
No.26 Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan
Pengadilan HAM ad hoc diusulkan oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan
tertentu (locus dan tempos delicti ) yang terjadi sebelum diundangkannya UURI No. 26
Tahun 2000.
3. Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur, maka pemeriksaan perkaranya dilakukan
majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Lima orang tersebut, terdiri atas 2
orang hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim ad hoc (diangkat
di luar hakim karir). Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian pelanggaran HAM
dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia telah
melakukan pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya, kemudian dilakukan
perdamaian. Jadi KKR berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran dan korban
atau keluarganya untuk melakukan penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat jalur
Pengadilan HAM
BAB IV
KESIMPULAN
Tuntutan untuk menegakan hak asasi manusia sudah sedemikian kuat, baik di dalam
negeri maupun melalui tekanan dunia internasional, namun masih banyak tantangan yang
dihadapi untuk itu perlu adanya dukungan dari semua pihak; masyarakat, politisi, akademisi,
tokoh masyarakat, dan pers, agar upaya penegakan hak asasi manusia bergerak ke arah positif
sesuai harapan kita bersama. Diperlukan niat dan kemauan yang serius dari pemerintah, aparat
penegak hukum, dan elit politik agar penegakan hak asasi manusia berjalan sesuai dengan apa
yang dicita-citakan. Sudah menjadi kewajiban bersama segenap komponen bangsa untuk
mencegah agar pelanggaran hak asasi manusia dimasa lalu tidak terulang kembali di masa
sekarang dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Kusniati, R. 2011. Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan
Konsepsi Negara Hukum. Jurnal Ilmu Hukum. 4(5)
Sunarisasi, S. 2008. Pelanggaran HAM yang Terjadi pada Pasca Jajak Pendapat di Timor Timur
(Peradilan HAM Ad Hoc Timor Timur). Tesis UNDIP: Semarang.
Asshiddiqie, J. 2010. Gagasan Negara Hukum Indonesia. Diakses pada 14 April 2014 dari
http://www.jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf.
Wesly. 2011. Pandangan Umum Mengenai Hak Asasi Manusia. Diakses pada 14 April 2014 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29693/4/Chapter%20II.pdf.
Sulaeman. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia. Jakarta.
Muhamad, A. 2013. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Diakses pada 14 April
2014 dari http://www.lintasjari.com/2013/06/pelanggaran-hak-asasi-manusia-ham-
di.html.
Anonimous. 2010. Konsep Dasar Ilmu Hukum. Diakses pada 14 April 2014 dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_dasar_Hukum.pdf.
Anonimous. 2011. Hak Asasi Manusia (HAM). Diakses pada 14 April 2014 dari
http://equitas.org/wp-content/uploads/2011/12/modul-2-hal-1-38.pdf.
Ayu. 2011. HAM dan Negara Hukum. Diakses pada 14 April 2014 dari
http://ayu.b15on.com/ham/.