DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas asuhan
keperawatan dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU
LAHIR DENGAN POSTMATUR / POST-TERM, tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan tugas pembelajaran SCL (Student Center Learning) dari
pendidikan.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis telah mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Ibu Esty Yunitasari, selaku PJMA Reproduksi
2. Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes, selaku fasilitator Keperawatan
Reproduksi
3. Teman-teman angkatan B14 yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Kami sadar bahwa asuhan keperawatan yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah asuhan keperawatan ini kami buat, semoga asuhan
keperawatan ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama
bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................................................
1.3 Manfaat ..................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi post-term atau postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi
lebih dari 42 minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan
pengkajian usia gestasi) dianggap postmatur, atau post-term, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir. (Wong, 2009). Penyebab pasti kehamilan
lewat waktu sampai saat ini belum diketahui. Tetapi diperkirakan karena
ketidakpastian tanggal haid terakhir, terdapat kelainan kongenital anensefalus,
terdapat hipoplasia kelenjar adrenal, primigravida dan riwayat kehamilan
lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan pedisposisi, dan
faktor genetik.
Menurut Wong, 2009 insiden kasus kelahiran bayi postmatur adalah 3,5%
sampai 15% dari semua kehamilan. Beberapa tampak cukup gestasinya,
namun memperlihatkan sifat bayi yang telah berusia 1 sampai 3 minggu,
seperti tidak adanya lanugo, verniks dan kaseosa sedikit atau tidak ada, rambut
kepala banyak, dan kuku panjang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pemahaman serta mampu melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada bayi lahir postmatur..
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pemahaman tentang pengertian Postmatur
b. Mengidentifikasi etiologi Postmatur
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala Postmatur
d. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang Postmatur
e. Mengidentifikasi komplikasi Postmatur
f. Mengidentifikasi penatalaksanaan Postmatur
g. Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien bayi dengan
Postmatur
1.3 Manfaat
1. Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada
khususnya dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien bayi
dengan Postmatur
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia dalam menangani kasus bayi
Postmatur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari
(42 minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya.(Manuaba, 2008).
Bayi pascaterm adalah bayi yang masa gestasinya lebih dari 42 minggu
tanpa memperhatikan berat badan lahirnya. Bayi-bayi ini dapat BMK atau
KMK, tetapi kebanyakan berat badannya adalah SMK. (Bobak, 2004)
2.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum diketahui.
Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir, terdapat
kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki
juga merupakan pedisposisi, dan faktor genetik.
a. Oligohidramnion. Air ketuban normal usia 34-37 minggu adalah 1000 cc,
aterm adalah 800 cc, di atas 42 minggu adalah 400 cc. Akibat dari
oligohidramnion adalah amnion kental, mekonium diaspirasi oleh janin,
asfiksia, gawat janin intrauterin. Pada in partu, aspirasi air ketuban, nilai
Apgar rendah, sindrom gawat janin, dan bronkus paru tersumbat yang
menimbulkan atelektasis.
b. Janin diwarnai mekonium. Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap
usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfingter ani membuat mekonium keluar.
Aspirasi air ketuban serta mekonium dapat menimbulkan gangguan
pernapasan janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia
intrauterin sampai kematian janin.
c. Makrosemia. Dengan plasenta masih baik terjadi tumbuh kembang janin
dengan berat 4500 gram disebut makrosemia. akibat kondisi ini pada
persalinan dapat menyebabkan kematian bayi dan trauma jalan lahir ibu.
d. Dismaturitas bayi. Usia kehamilan 37 minggu luas plasentanya 11 m.
Selanjutnya trjadi penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau
terjadinya kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan
kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju
anaerobik. Pada keadaan ini terjadi badan keton dan asidosis, gejala Clifford,
pada kulit terjadi substanfet berkurang, otot makin lemah, dan berwarna
mekonium. Kuku tampak tajam dan kulit keriput. Tali pusat lembek, mudah
tertekan dengan disertai oligohidramnion.
2.5 DIAGNOSIS
1. HPHT jelas
2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu
3. Terdengar denyut jantung janin
4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan
kurang dari atau sama dengan 20 minggu
5. Tes kehamilan sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
2.6 PENATALAKSAAAN
Faktor
hormonal :
Kadar
progesteron
Kortisol
Faktor herediter
Kehamilan > 42
minggu
Placenta
mengkerut
Fungsi
placenta
Suplay O2 ber
<
Sianosis
Hipoglikemi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas bayi / ibu.
Riwayat penyakit.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Bayi lahir dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak
merasakan adanya tanda-tanda bayi mau lahir.
2) Riwayat penyakit dahulu.
Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang
dialami sekarang, riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang
berkaitan dengan kehamilannya.
3) Riwayat penyakit keluarga.
Apakah ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term.
2. Pemeriksaan fisik
1) Umumnya bayi memiliki tengkorak normal, tetapi dimensinya yang
lebih kecil daripada badannya membuat besar tengkorak tidak sesuai.
2) Waktu lahir kulit kering, pecah-pecah (deskuamasi) seperti kertas kulit.
3) Kuku keras dan panjang di ujung-ujung jari.
4) Rambut kulit kepala lebat.
5) Lapisan lemak subkutan hilang, sehingga kulit tampak longgar dan
memberi penampilan seperti orang tua.
6) Kultur tubuh panjang dan kurus
7) Verniks tidak ada
8) Seringkali terdapat mekonium (berwarna kuning emas atau hijau) pada
kulit, kuku dan tali pusat
9) Memiliki mata lebar, gejala simtomatik hipoksia intra uterin kronis.
3. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan nutrisi b/d suplai oksigen, fungsi plasenta menurun
2) Hipoglikemia b/d kehilangan lemak subkutan
3) Hipotermi b/d hilangnya lemak sub kutan
4) Gangguan integritas kulit b/d kulit mengelupas, kehilangan lemak
subkutan.
5) Sianosis b/d aspirasi mekonium
4. Intervensi
Kriteria hasil :
Intervensi
Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan kulit tubuh, bebas dari cedera dermal.
Intervensi :
- Mandiri:
a) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
R/ : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat
mengakibatkan sepsis. (rujuk pada DK : infeksi, resiko tinggi
terhadap).
b) Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin
swab. Berikan jeli petrolium pada bibir.
R/ : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir
berkenaan dengan tidak adanya masukan oral atau efek kering dari
terapi oksigen.
c) Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati-hati
larutan povidon-iodin setelah prosedur.
R/ : membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier
pelindung epidermal.
d) Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal
bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut.
R/ : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan
dengan edema dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas
tonjolan tulang.
e) Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang,
elektroda dan kantung urin, jalur I.V dan sebagainya.
R/ : melepaskan plester dapat juga melepas lapisan epidermal,
karena kohesi antara plester dan korneum stratum lebih kuat
daripada antara dermis dan epidermis.
f) Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun ringan.
Cuci hanya pada bagian tubuh yang benar-benar kotor. Minimalkan
manipulasi kulit bayi.
R/ : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bakterisidal
karena pH asam. Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau
pelembab dapat meningkatkan pH kulit, menurunkan flora normal
dan mekanisme pertahanan alamiah yang melindungi patogen
invasif.
g) Ganti elektroda hanya bila perlu
R/ : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
- Kolaborasi :
Berikan salap antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah
atau teriritasi.
R/ meningkatkan pemulihan pecah-pecah dan iritasi berkenaan
dengan pemberian oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
BAB 4
TINJAUAN KASUS
Kepala :
Tubuh :
Tungkai :
Punggung
Genitalia
Refleks
Hasil Laboratorium :
Tanggal 12 Mei 2012
Hb : 16,2 gr. %
Golongan darah ibu : O
Golongan darah bayi : O
Pengkajian Keluarga
ANALISA DATA
Data obyektif :
TTV
t: 36 C BB=
2500gr
DJ=130 x/mnt
RR= 41x/mnt
TX = Lotion
Diagnosa keperawatan :
5.1 Kesimpulan
Postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia
gestasi) dianggap postmatur, atau post-term, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir. Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir,
terdapat kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki
juga merupakan pedisposisi, dan faktor genetik. Resiko tertinggi terjadi
selama stress persalinan dan kelahiran, terutama pada bayi primigravida, atau
wanita yang melahirkan anak pertama. Sesar atau induksi persalinan biasanya
direkomendasikan bila bayi terlambat. Berbagai masalah keperawatan dapat
muncul pada bayi dengan kelahiran postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia,
gangguan nutrisi, dan gangguan integument.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Samik. Dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Edisi 15.
Jakarta: EGC