Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

DENGAN POSTMATUR / POST-TERM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. ENDHAH LUSI OKTAVERI 131111149


2. RINA RISTANTI 131111150
3. SRI INDAH TJAHYANTI 131111151
4. VIRRA JAYATI NINGRUM 131111152
5. DEVI NOVALIA 131111153
6. YULIZAR 131111154
7. WURYANI 131111155
8. ANIK WIDAYATI 131111156
9. MASFIN MUHAYANAH 131111157

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas asuhan
keperawatan dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU
LAHIR DENGAN POSTMATUR / POST-TERM, tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan tugas pembelajaran SCL (Student Center Learning) dari
pendidikan.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis telah mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Ibu Esty Yunitasari, selaku PJMA Reproduksi
2. Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes, selaku fasilitator Keperawatan
Reproduksi
3. Teman-teman angkatan B14 yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Kami sadar bahwa asuhan keperawatan yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah asuhan keperawatan ini kami buat, semoga asuhan
keperawatan ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama
bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ...............................................................................................


Kata Pengantar..............................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Tujuan.....................................................................................................................
1.3 Manfaat ..................................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi....................................................................................................................
2.2 Etiologi....................................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis...................................................................................................
2.4 Komplikasi..............................................................................................................
2.5 Diagnosis.............
2.6 Penatalaksanaan
.......................................................................................................................................
2.6 WOC...................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN....

BAB 4 TINJAUAN KASUS..............13

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan...........................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bayi post-term atau postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi
lebih dari 42 minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan
pengkajian usia gestasi) dianggap postmatur, atau post-term, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir. (Wong, 2009). Penyebab pasti kehamilan
lewat waktu sampai saat ini belum diketahui. Tetapi diperkirakan karena
ketidakpastian tanggal haid terakhir, terdapat kelainan kongenital anensefalus,
terdapat hipoplasia kelenjar adrenal, primigravida dan riwayat kehamilan
lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan pedisposisi, dan
faktor genetik.

Menurut Wong, 2009 insiden kasus kelahiran bayi postmatur adalah 3,5%
sampai 15% dari semua kehamilan. Beberapa tampak cukup gestasinya,
namun memperlihatkan sifat bayi yang telah berusia 1 sampai 3 minggu,
seperti tidak adanya lanugo, verniks dan kaseosa sedikit atau tidak ada, rambut
kepala banyak, dan kuku panjang.

Terdapat peningkatan bermakna mortalitas fetal dan neonatal pada bayi


post-term dibandingkan yang lahir aterm. Biasanya mereka peka terhadap
distress fetal sehubungan dengan rendahnya efisiensi plasenta, makrosomia,
anomali bawaan, dan sindroma aspirasi mekoneum. Resiko tertinggi terjadi
selama stress persalinan dan kelahiran, terutama pada bayi primigravida, atau
wanita yang melahirkan anak pertama. Sesar atau induksi persalinan biasanya
direkomendasikan bila bayi terlambat. Berbagai masalah keperawatan dapat
muncul pada bayi dengan kelahiran postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia,
gangguan nutrisi, dan gangguan integument.

Atas alasan tersebut diatas maka kami menyusun makalah berjudul


Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Post-term / Matur , dan berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk teman-teman perawat dalam
memberi pengetahuan yang cukup tentang tanda gejala, penyebab dan
komplikasi bayi postmatur dan diharapkan mampu memberi asuhan
keperawatan yang optimal pada bayi post-term sehingga bayi tidak mengalami
masalah kesehatan dan tumbuh optimal menjadi anak yang sehat.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pemahaman serta mampu melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada bayi lahir postmatur..
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pemahaman tentang pengertian Postmatur
b. Mengidentifikasi etiologi Postmatur
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala Postmatur
d. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang Postmatur
e. Mengidentifikasi komplikasi Postmatur
f. Mengidentifikasi penatalaksanaan Postmatur
g. Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien bayi dengan
Postmatur

1.3 Manfaat
1. Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada
khususnya dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien bayi
dengan Postmatur
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia dalam menangani kasus bayi
Postmatur

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari
(42 minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya.(Manuaba, 2008).
Bayi pascaterm adalah bayi yang masa gestasinya lebih dari 42 minggu
tanpa memperhatikan berat badan lahirnya. Bayi-bayi ini dapat BMK atau
KMK, tetapi kebanyakan berat badannya adalah SMK. (Bobak, 2004)

Kehamilan lewat bulan (serotinus) ialah kehamilan yang berlangsung lebih


dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (>294
hari). (Sarwono, 2005)

2.2 ETIOLOGI

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum diketahui.
Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir, terdapat
kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki
juga merupakan pedisposisi, dan faktor genetik.

Faktor-faktor lain yang dikemukakan adalah :

a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan


telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his.
c. Herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufisiensi plasenta

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Tanda post term dapat dibagi dalam 3 stadium (Sarwono, 2005) :

a. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi


berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium II : gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada
kulit.
c. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali
pusat.
2.4 KOMPLIKASI

Komplikasi dapat mengenai ibu dan janin. Pada ibu meliputi


distosia karena aksi uterus yang tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding
kepala kurang, sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.

Sedangkan komplikasi pada janin meliputi :

a. Oligohidramnion. Air ketuban normal usia 34-37 minggu adalah 1000 cc,
aterm adalah 800 cc, di atas 42 minggu adalah 400 cc. Akibat dari
oligohidramnion adalah amnion kental, mekonium diaspirasi oleh janin,
asfiksia, gawat janin intrauterin. Pada in partu, aspirasi air ketuban, nilai
Apgar rendah, sindrom gawat janin, dan bronkus paru tersumbat yang
menimbulkan atelektasis.
b. Janin diwarnai mekonium. Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap
usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfingter ani membuat mekonium keluar.
Aspirasi air ketuban serta mekonium dapat menimbulkan gangguan
pernapasan janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia
intrauterin sampai kematian janin.
c. Makrosemia. Dengan plasenta masih baik terjadi tumbuh kembang janin
dengan berat 4500 gram disebut makrosemia. akibat kondisi ini pada
persalinan dapat menyebabkan kematian bayi dan trauma jalan lahir ibu.
d. Dismaturitas bayi. Usia kehamilan 37 minggu luas plasentanya 11 m.
Selanjutnya trjadi penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau
terjadinya kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan
kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju
anaerobik. Pada keadaan ini terjadi badan keton dan asidosis, gejala Clifford,
pada kulit terjadi substanfet berkurang, otot makin lemah, dan berwarna
mekonium. Kuku tampak tajam dan kulit keriput. Tali pusat lembek, mudah
tertekan dengan disertai oligohidramnion.
2.5 DIAGNOSIS

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus


Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis, yaitu :

1. HPHT jelas
2. Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu
3. Terdengar denyut jantung janin
4. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan
kurang dari atau sama dengan 20 minggu
5. Tes kehamilan sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.

2.6 PENATALAKSAAAN

Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi oksitosin dan


seksio sesarea. Induksi oksitosin tidak banyak menimbulkan penyulit bayi,
asalkan dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas memadai. Seksio sesarea
dilakukan bila terdapat tanda asfiksia intrauterin, makrosemia, kelainan letak
janin, riwayat obstetrik buruk, induksi gagal, dan ibu dengan penyakit
tertentu dan apabila tergolong dalam resiko tinggi.
Pertolongan persalinan di luar rumah sakit sangat berbahaya karena setiap
saat memerlukan tindakan operasi. Bahayanya adalah janin dapat meninggal
mendadak intrauterin, mengalami kesulitan saat pertolongan persalinan
karena bahu bayi terlalu besar (distosia bahu),sehingga menimbulkan trauma
persalinan terutama persendian lehernya, kerusakan pusat vital janin yang
terletak di medula oblongata dan dapat mengakibatkan kematian janin.
2.7 WOC POSTMATUR

Faktor
hormonal :
Kadar
progesteron
Kortisol
Faktor herediter
Kehamilan > 42
minggu

Placenta
mengkerut

Fungsi
placenta

Suplay O2 ber
<

Nutrisi ber janin mengkompensasi


< lemak dan karbohidrat
sendiri
Gangguan Lemak sub gawat janin,
cedera otak , dan
nutrisi cutis
organ lain nya
kulit mengelupas
kehilangan lemak sub
cutan Mengeluarkan
mekonium
aspirasi
mekonium
Gangguan
pertumbuhan Hipotermi Integritas Asfiksi
BB a kulit a

Sianosis
Hipoglikemi
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas bayi / ibu.
Riwayat penyakit.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Bayi lahir dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak
merasakan adanya tanda-tanda bayi mau lahir.
2) Riwayat penyakit dahulu.
Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang
dialami sekarang, riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang
berkaitan dengan kehamilannya.
3) Riwayat penyakit keluarga.
Apakah ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term.

2. Pemeriksaan fisik
1) Umumnya bayi memiliki tengkorak normal, tetapi dimensinya yang
lebih kecil daripada badannya membuat besar tengkorak tidak sesuai.
2) Waktu lahir kulit kering, pecah-pecah (deskuamasi) seperti kertas kulit.
3) Kuku keras dan panjang di ujung-ujung jari.
4) Rambut kulit kepala lebat.
5) Lapisan lemak subkutan hilang, sehingga kulit tampak longgar dan
memberi penampilan seperti orang tua.
6) Kultur tubuh panjang dan kurus
7) Verniks tidak ada
8) Seringkali terdapat mekonium (berwarna kuning emas atau hijau) pada
kulit, kuku dan tali pusat
9) Memiliki mata lebar, gejala simtomatik hipoksia intra uterin kronis.

3. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan nutrisi b/d suplai oksigen, fungsi plasenta menurun
2) Hipoglikemia b/d kehilangan lemak subkutan
3) Hipotermi b/d hilangnya lemak sub kutan
4) Gangguan integritas kulit b/d kulit mengelupas, kehilangan lemak
subkutan.
5) Sianosis b/d aspirasi mekonium
4. Intervensi

1. Gangguan nutrisi b/d suplai oksigen, fungsi plasenta menurun


Tujuan: nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x 24 jam
Kriteria hasil:
o Mempertahankan pertumbuhan dan meningkatkan berat
badan dalam kurva yang normal, dengan penambahan
berat badan tetap sedikitnya 20-30g/hari
Intervensi:
a. Beri Asi yang adekuat
b. Berikan PASI bila asi tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.
c. Anjurkan kepada ibu untuk banyak memakan makanan yang
mengandung gizi.
d. Awasi refleks mengisap dan kemampuan menelan bayi. Pemberian
makanan melalui mulut dimulai ketika bayi sudah dalam keadaan
stabil dan pernapasan terkendali dengan baik
e. Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
f. Mulai pemberian ASI atau susu dengan botol 2-6 jam setelah
kelahiran, mulai dengan 3-5 mL setiap pemberian dengan interval
tiga jam. Pemberian ASI jangan dihentikan sampai bayi
menunjukan bahwa ia dapat makan melalui botol susu dan berat
badannya bertambah.
g. Timbang bayi setiapa hari, bandingkan berat badan dengan asupan
kalori yang diberikan. Ini dilakukan untuk menentukan jumlah
asupan yang tepat atau kebutuhan peningkatan asupan.

2. Hipotermi b/d kehilangan lemak sub kutan

Tujuan : tidak terjadi hipotermi setelah dialkukan tindakan kepearwatan


selama 1 x 2 jam

Kriteria hasil :

o Suhu tubuh 36-37 C


o Tidak terjadi sianosis

Intervensi

a) Jaga temperatur ruang perawatan 25C


b) Ukur suhu rectal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila
setiap 2 jam atau setiap kali diperlukan.
c) Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir
d) Tempatkan bayi di bawah penghangatan radian atau incubator jika
diperlukan
e) Tempatkan control temperature (servo-control) di atas abdomen.
Atur suhunya pada 37-37,5C, juga jaga suhu kulit pada 36-36,5C.
f) Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau
sumber dingin. Hindari juga udara panas maupun dingin. Lakukan
juga perlindungan untuk menjaga panas tubuh, seperti agar kulit
bayi tetap kering dan menjaga agar kepala bayi tertutup.
g) Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan adanya
stress dingin.

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


kulit tipis, kapiler rapuh dekat permukaan kulit, tidak ada lemak
subkutan diatas penonjolan tulang, ketidak mampuan untuk mengubah
posisi untuk menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrain
(melindungi jalur invasive / selang), perubahan status nutrisi.

Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan kulit tubuh, bebas dari cedera dermal.
Intervensi :
- Mandiri:
a) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
R/ : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat
mengakibatkan sepsis. (rujuk pada DK : infeksi, resiko tinggi
terhadap).
b) Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin
swab. Berikan jeli petrolium pada bibir.
R/ : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir
berkenaan dengan tidak adanya masukan oral atau efek kering dari
terapi oksigen.
c) Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati-hati
larutan povidon-iodin setelah prosedur.
R/ : membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier
pelindung epidermal.
d) Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal
bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut.
R/ : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan
dengan edema dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas
tonjolan tulang.
e) Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang,
elektroda dan kantung urin, jalur I.V dan sebagainya.
R/ : melepaskan plester dapat juga melepas lapisan epidermal,
karena kohesi antara plester dan korneum stratum lebih kuat
daripada antara dermis dan epidermis.
f) Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun ringan.
Cuci hanya pada bagian tubuh yang benar-benar kotor. Minimalkan
manipulasi kulit bayi.
R/ : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bakterisidal
karena pH asam. Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau
pelembab dapat meningkatkan pH kulit, menurunkan flora normal
dan mekanisme pertahanan alamiah yang melindungi patogen
invasif.
g) Ganti elektroda hanya bila perlu
R/ : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
- Kolaborasi :
Berikan salap antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah
atau teriritasi.
R/ meningkatkan pemulihan pecah-pecah dan iritasi berkenaan
dengan pemberian oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
BAB 4

TINJAUAN KASUS

4.1 Tinjauan Kasus :


Nama Klien : By. Ny. W
Tanggal Lahir Bayi : 12 Mei 2012, Jam : 13.20 WIB.
Apgar 1 menit : 9 dan 5 menit : 9.
Berat badan lahir : 2500 gram
Panjang badan : 47 cm, Lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 36 cm.
Denyut Jantung : 130 x/mt, pernafasan : 41 x/mt.
Bunyi pernafasan paru-paru kiri kanan : Vesikuler, Ronchi/whezing : tidak
terdengar.
Suhu : 36C.

Kepala :

Molding, Caput Sucsadenium, Cephal hematom : tidak ada.


Ubun-ubun besar : ada, Bentuk : Jajaran genjang datar, Ubun-ubun kecil :
ada, Bentuk : segitiga datar. Sutura : ada.
Mata, Posisi : simetris, jarak : + 3 cm, Kotoran di mata sebelah kiri : ada,
perdarahan : tidak ada.
Telinga : simetris/ datar dengan kepala, perdarahan : tidak ada, Lubang :
ada.
Mulut : simetris, Palatum mol/durum : ada, Gigi : tidak ada.
Hidung : lubang hidung ada, keluaran : tidak ada , pernafasan cuping
hidung : tidak ada.
Pergerakan leher : positif, tanda lahir : tidak ada.
Rambut : rambut kepala banyak

Tubuh :

Penampilan fisik : tubuh tampak kurus dan panjang


Warna kulit : kuning pada seluruh tubuh.
Pergerakan : aktif.
Lanugo : tidak ada. Vernix kaseosa: tidak ada.
Pengeluaran : mekonium.
Keadaan kulit : pada kedua pergelangan kaki dan tangan, serta di tubuh
tampak pecah-pecah, dan deskuamasi. Hidrasi : baik.
Kuku : kuku jari panjang
Dada : simetris, retraksi, ngorok dan see saw : tidak ada.
Perut : lembek, Bising usus : 9x/mt.

Tungkai :

Jari tangan : Kanan : jumlah 5 , Kiri : jumlah 5


Jari kaki : Kanan : Jumlah 5, Kiri : jumlah 5
Pergerakan : aktif
Nadi branchial : teraba, 120 x/menit
Nadi femoral : teraba, 120 x/menit
Tremor : tidak ada
Rotasi paha : normal
Garis telapak tangan : jelas, telapak kaki : jelas
Posisi kaki : fleksi

Punggung

Fleksibelitas tulang punggung : normal


Simetris, pretudal dumple
Lobang anus : ada

Genitalia

Jenis kelamin : laki-laki


Lubang penis : ada
B.a.b. : pertama : tanggal 13 Mei 2012 jam 06.00 Wib
B.a.k : pertama : tanggal 12 Mei 2012 jam 15.00 Wib
Jenis makanan : ASI ditambah susu formula

Refleks

Mengisap : baik, rooting : baik, menggenggam : baik.


Moro : baik, berjalan menapak, tonus leher : baik.
Menangis : kuat
Keadaan umum : agak lemah

Hasil Laboratorium :
Tanggal 12 Mei 2012
Hb : 16,2 gr. %
Golongan darah ibu : O
Golongan darah bayi : O

Ringkasan riwayat kehamilan dan persalinan

Masalah-masalah kehamilan : tidak ada


Jenis Persalinan : operasi SC

Pengkajian Keluarga

Adaptasi Psikologi Ibu


Perasaan ibu setelah bayi lahir : merasa senang dan mulai tercipta
hubungan yang baru. Akan tetapi ibu cemas karena kulit anaknya
mengelupas.
Adanya ikatan kasih : terjadi pada saat baru lahir.
Data obyektif : ibu bertingkah laku pasif, lebih banyak berdiam diri, masih
tergantung dan perlu bantuan orang lain.
Adaptasi psikologi ayah
Respon ayah setelah bayi lahir: merasa bahagia dapat melahirkan
dengan selamat.
Keterlibatan dalam persalinan : mengantar, menunggu sampai bayi lahir.
Ketidaleluasaan karena peraturan Rumah Sakit : ayah ingin ikut
dalam proses persalinan.
Tanggapan tentang penyakitnya : tidak tahu-menahu tentang
penyakitnya, beranggapan penyakit ini sebagai penyakit keturunan /
kesalahan dari orang tua.
Adaptasi psikologi keluarga
Menimbulkan perubahan : ya, terutama perubahan peran karena
bertambahnya anggota keluarga.
Apakah terjadi sibling: tidak, karena ini kelahiran putra pertama
mereka.
Apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan bayi : semua
anggora keluarga terlibat dalam merawat bayinya.

ANALISA DATA

PENGELOMPOKAN ETIOLOGI MASALAH


DATA
Data subyektif : Hilangnya cadangan Gangguan integritas kulit
lemak subkutan
Ibu mengatakan
kulit bayinya
mengelupas

Data obyektif :

TTV

t: 36 C BB=
2500gr

DJ=130 x/mnt

RR= 41x/mnt

k/u agak lemah

Warna kulit kuning


kemerahan, kulit di
ekstremitas tampak
terkelupas

TX = Lotion

Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hilangnya cadangan lemak


subkutan
Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan kulit tubuh, bebas dari cedera dermal.
Intervensi :
- Mandiri:
h) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
R/ : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat
mengakibatkan sepsis. (rujuk pada DK : infeksi, resiko tinggi
terhadap).
i) Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin
swab. Berikan jeli petrolium pada bibir.
R/ : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir
berkenaan dengan tidak adanya masukan oral atau efek kering dari
terapi oksigen.
j) Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati-hati
larutan povidon-iodin setelah prosedur.
R/ : membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier
pelindung epidermal.
k) Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal
bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut.
R/ : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan
dengan edema dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas
tonjolan tulang.
l) Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang,
elektroda dan kantung urin, jalur I.V dan sebagainya.
R/ : melepaskan plester dapat juga melepas lapisan epidermal,
karena kohesi antara plester dan korneum stratum lebih kuat
daripada antara dermis dan epidermis.
m) Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun ringan.
Cuci hanya pada bagian tubuh yang benar-benar kotor. Minimalkan
manipulasi kulit bayi.
R/ : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bakterisidal
karena pH asam. Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau
pelembab dapat meningkatkan pH kulit, menurunkan flora normal
dan mekanisme pertahanan alamiah yang melindungi patogen
invasif.
n) Ganti elektroda hanya bila perlu
R/ : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
- Kolaborasi :
Berikan salap antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah
atau teriritasi.
R/ meningkatkan pemulihan pecah-pecah dan iritasi berkenaan
dengan pemberian oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 42
minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia
gestasi) dianggap postmatur, atau post-term, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir. Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir,
terdapat kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki
juga merupakan pedisposisi, dan faktor genetik. Resiko tertinggi terjadi
selama stress persalinan dan kelahiran, terutama pada bayi primigravida, atau
wanita yang melahirkan anak pertama. Sesar atau induksi persalinan biasanya
direkomendasikan bila bayi terlambat. Berbagai masalah keperawatan dapat
muncul pada bayi dengan kelahiran postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia,
gangguan nutrisi, dan gangguan integument.

5.2 Saran

Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam


memberikan asuhan keperawatan pada pasien bayi postmatur secara optimal
sehingga dapat dirumuskan diagnosa yang tepat dan dapat dirancang secara
tepat dan dapat dirancang intervensi, melaksanakan implementasi secara tepat
sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yaitu
masalah keperawatan pada bayi postmatur.

DAFTAR PUSTAKA
Wahab, Samik. Dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Edisi 15.
Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Edisi 6.


Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, E. 2001. Resiko Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta: EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai