- Penanangan awal
- Transport ke rumah sakit
- Penilaian klinik dan resusitasi yang cepat
- Penilaian klinis secara detail dan diagnosis spesies
- Pengujian laborat
- Penanganan antivenom
- Observasi respon antivenom
- Tentukan apakah dibutuhkan dosis antivenom yang lebih besar
- Penanganan supportif
- Penanganan pada tempat gigitan
- Rehabilitasi
- Penanganan komplikasi yang kronis
Penanganan pertama
Penanganan pertama harus dilakukan segera setelah terjadi gigitan sebelum pasien tiba di
rumah sakit atau tempat pertolongan medis. Hal ini bisa dilakukan oleh korban gigitan itu
Sayangnya, metode pertolongan pertama yang tradisional, mudah didapat, dan murah, telah
terbukti tidak berguna dan bahkan bisa membahayakan. Metode metode yang dimaksud
seperti : membuat irisan lokal disekitar luka gigitan (tattooing), menghisap racun ular yang
ada di luka gigitan, menggunakan ular batu (hitam), mengikat erat dengan menggunakan tali
(torniquet) di sekitar tungkai yang terkena gigitan, disetrum, pemberian zat zat kimia secara
topikal di sekitar luka, obat obatan herbal atau diberi es batu. Warga sekitar mungkin punya
kepercayaan diri yang tinggi untuk melakukan pengobatan tradisional (herbal), tapi mereka
pertolongan medis
- Mengendalikan gejala atau efek yang ditimbulkan dari racun ular tersebut
- Merangkai atau merencanakan transport pasien ke tempat yang menyediakan
penanganan medis
- Diatas segalanya, tidak membahayakan/ tidak membuat bahaya.
Ketakutan terbesar dari korban gigitan ular adalah kemungkinan terjadinya paralisis
pernafasan yang fatal atau syok sebelum sampai di tempat dimana korban bisa diresusitasi.
Risiko ini bisa diturunkan dengan cara segera membawa ke rumah sakit, contohnya warga
sekitar yang dengan sukarela naik motor yang membawa pasien ke rumah sakit dengan cara
pengendara motor di depan, korban di tengah dan ada satu orang yang berada di belakang
untuk menjaga agar pasien tidak jatuh. Cara ini sudah terbukti efektif di desa yang terletak di
Nepal Terai (S.K. Sharma, komunikasi personal)(gambar 56)(tingkat evidence 0). Tenaga
medis dapat dlatih dalam hal manajemen jalan nafas dan bantuan ventilasi (lihat dibawah).
Bahaya khusus dari paralusus yang berkembang secara cepat karena bisa ular bisa ditangani
metode ini membutuhkan peralatan (perban elastis yang panjang dan splint)(Canale et al.,
2009) dan keterampilan yang biasanya susah dilatihkan kepada tenaga medis (lihat dibawah)
sejauh ular itu terkendali jangan coba coba untuk membunuh karena berbahaya
meskipun ular sudah dibunuh, ular ini harus dibawa ke tempat dan dibawa ke rumah sakit
bersama dengan pasien, barangkali bisa diidentifikasi. Meskipun demikian, jangan bawa
ular dengan tangan kosong tanpa pelindung karena meskipun ular itu sudah cedera
nyaman dan aman, lebih khususnya, imobilisasi tungkai yang tergigit dengan splint
atau tali. Pergerakan pergerakan yang terjadi pada otot meningkatkan penyerapan
bisa ular ke peredaran darah dan sistem limfatik (level of confidence E).
- Jika peralatan yang diperlukan dan keterampilan tersedia, lakukan immobilisasi
dengan tekanan atau papan tekan kecuali jika gigitan ular elapidae bisa disingkirkan
(lihat Annex 4). Di Myanmar, metode papan tekanan telah terbukti efektif pada
korban gigitan ular viper Russles. (Tun Pe et al., 1995) (level of confidence O).
- Hindari intervensi apapaun terhadap luka (insisi, mengusap, dibersihkan secara kasar,
pemijatan, penggunaan herbal atau bahan kimia) karena ini bisa menyebabkan infeksi,
meningkatkan penyerapan bisa ular dan meningkatkan perdarahan lokal (Bhat, 1974)
melepas ikatan yang kuat, perban, dan pengikat : idealnya, tidak boleh dilepas sampai
pasien dalam oenanganan medis di rumah sakit, tersedia fasilitas resusitasi dan penanganan
pengikatan pada arteri secara tradisional tidak direkomendasikan. Untuk lebih efektifnya, hal
ini harus dilakukan di sekitar bagian atas dari tungkai sehingga denyut sekitar teroklusi.
Metode ini bisa sangat menyakitkan dan sangat berbahaya jika torniquet ditinggalkan dalam
jangka waktu yang lama (lebih dari 40 menit) karena tungkai bisa cedera karena iskemia.
Pasien harus segera dibawa ke tempat yang bisa memberikan pelayanan medis, secepat,
senyaman, dan seaman mungkin. Segala pergerakan termasuk pergerakan tungkai yang
tergigit harus diminimalisir untuk menghindari peningkatan penyerapan sistemik dari bisa
ular tersebut (level of effidence O and E). Pergerakan otot apapun bisa menyebarkan bisa ular
dari temat gigitan. Sepeda, motor, mobil, kuda, kereta, maupun kapal bisa digunakan, atau
pasien bisa dibawa (dengan menggunakan metode firemans lift). Jika memungkinkan,
RJP mungkin diperlukan, termasuk memberikan oksigen dan pemasangan jalur intra vena.
Airway
Exposure and environmental control (melindungi dari kedinginan, risiko tenggelam, dll)
Patensi jalan nafas, pergerakan nafas, denyut nadi, dan tingkat kesadaran harus segera di cek.
Meskipun demikian, GCS tidak bisa digunakan untuk menilai tingkat kesadaran dari pasien
Situasi klinis yang membutuhkan resusitasi segera pada pasien gigitan ular :
a. Hipotensi yang parah dan syok karena efek langsung kardiovaskuler dari bisa ular
atau efek sekunder seperti hipovolemia, pelepasan mediator vasoaktif inflamasi, syok
hemoragik, atau syok anafilaksis karena bisa ular yang jarang terjadi
b. Kegagalan pernapasan terminal karena keracunan neurotoxic daribisa ular yang
(rabdomyolisis) setelah gigitan dari ular laut, Russels viper, dan jenis tertentu.
e. Jika pasien datang terlambat : hasil dari keracunan yang parah dan lama seperti gagal
Sejarah
Sejarah atau riwayat yang tepat dari lingkungan tempat pasien digigit dan progresi dari gejala
Dokter dapat dengan segera elihat bukti bahwa pasien digigit ular dan melihat tanda tanda
keracunan lokal.
tersebut.
Jika pasien datang ke rumah sakit segera setelah gigitan terjadi, hanya ada sedikit gejala dan
tanda meskipun bisa yang masuk ke tubuh sangat banyak. Jika pasien digigit tengah malam
ketika tidur, mungkin ular yang menggigit adalah jenis Krait, jika di sawah, kemungkinan
kobra atau Russels viper, jika sedang memanjat pohon, mungkin ular jenis Green pit Viper,
jika ketika sedang berenang, mungkin ular jenis kobra air atau ular luar.
Jika ular sudah dibunuh dan dibawa, identifikasi yan tepat dari ular itu bisa sangat membantu.
Jika kira kira bukan spesis yang membahayakan (atau bahkan bukan ular), pasien dapat
Gejala sistemik paling utama adalah muntah. Pasien yang menjadi defibrinogenated atau
trombositopenia bisa menjadi perdarahan, luka yang sudah separuh sembuh bisa menjadi
perdarahan dari bekas gigitan. Pasien harus ditanya mengenai urin yang keluar setelah
terkena gigitan ular tersebut dan apakah warna urinnya normal. Pasien yang mengalami
ngantuk, atau tidak bisa membuka kelopak mata, atau penglihatan ganda, mungkin terjadi
keracunan neurotoksik. Gejala awal yang penting dari keracunan bisa ular laut yang
berkembang 30 menit setelah gigitan adalah nyeri seluruh tubuh, kelemaham otot, dan
trismus.
limfatik
- gejala sistemik awal : kolaps (hipotensi, syok), mual, muntah, diare, nyeri kepala
hebat, rasa berat pada kelopak mata, mengantuk yang patologis atau
ptosis/ophtalmoplegia.
- Perdarahan sistematis yang spontan
- Urin yang keluar berwarna coklat tua atau hitam.
Pemeriksaan fisik
Dapat dimulai dengan penilaian secara hati hati pada tempat gigitan dan gejala keracunan
lokal.
terjadi penyebaran penyebaran rasa lunak pada palpasi (dimulai dari proksimal), harus
dicatat. Kelenjar getah bening dari tungkai harus dipalpasi dan ekimosis harus diperhatikan.
Tungkai yang tergigit mungkin menjadi edem, dingin, imobile dan denyut nadi nya tak
teraba. Gambaran ini memungkinkan adanya trombosis intravaskular, yang secara khusus
jarang terjadi seteah sindroma kompartmen. Jika mungkin, tekanan intrakompartmen harus
diukur (lihat Annex 5) dan aliran darah serta patensi arteri dan vena harus dinilai. Tanda awal
dari nekrosis seperti melepuh, kulit gelap yang berbatas tegas (gambar 40b, 41) atau kulit
Pemeriksaan umum: ukur tekanan darah (dalam keadaan duduk dan berbaring untuk
mendeteksi hipotensi postural yang mengindikasikan hipovolemia) dan detak jantung. Nilai
kulit dan membran mukosa untuk mencari tanda tanda peteki, purpura, dan perdarahan.
(gambar 48), ekimosis dan perdarahan konjungtiva dan kemosis. Selanjutnya nilai ginggiva
sulci, dengan menggunakan senter dan tongue depressor, karena itu bisa memperlihatkan
bukti awal perdarahan sistemik yang spontan (gambar 44). Nilai hidung untuk melihat
epistaksis. Rasa lunak pada perut menandakan perdarahan gastrointestinal atau
retroperitoneal. Nyeri pinggang dan rasa lembut didaerah itu mennandakan iskemik renal
akut (pada gigitan Russels viper). Perdarahan intrakranial ditandai dengan tanda lateralisasi
neurologis, pupil asimetris, kejang, atau penurunan kesadaran (jika tidak ada gagal napas