Anda di halaman 1dari 80

KULIAH

REGULER
2015
PMS
MINOR
Dr. dr. PUGUH RIYANTO, SpKK

Bagian Ilmu Kesehatan


Kulit & Kelamin
Fakultas Kedokteran UNDIP
1. HERPES GENITALIS
Definisi :
- infeksi akut pada genitalia karena virus
herpes simpleks
- gejala khas vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan rekuren
Etiologi :
- Virus herpes hominis tipe I atau tipe II
Epidemiologi :
- Kosmopolitan
- Insidens : laki-laki = wanita
Gejala klinis :
. Infeksi primer
. Infeksi laten
. Infeksi rekuren
Ad. 1. Infeksi primer
Lebih lama ( 3 minggu )
Lebih berat
Bisa asimtomatik ( 50 70 % )
Biasanya ada gejala sistemik
Masa inkubasi 3 7 hari
Gejala klinis : rasa terbakar, lesi awal mukokutan,
nyeri
Lesi kulit : vesikel berkelompok, dasar eritem,
vesikel mudah pecah erosi multipel
Pembesaran kelenjar getah bening ( + )
Lesi pada uretra disuria retensi urine
Ad. 2. Infeksi laten
- Gejala klinis ( - )
- Pada ganglion dorsalis

Ad. 3. Infeksi rekuren


- 7 10 hari
- gejala lebih ringan
- gejala klinis bisa ( + ) / ( - )
Lokasi lesi :
- Pria : preputium, glans penis, batang
penis, uretra, anal, skrotum
- Wanita : labia mayor, minor, klitoris,
introitus vagina, serviks

Komplikasi :
Infeksi sekunder
Retensi urin
Infeksi sistemik : pada neonatus,
meningitis, ensefalitis
Gelisah, depresi
Ca serviks
Pemeriksaan pembantu :
Tzank tes
Biakan jaringan
Deteksi Ag : Elisa, imunoperoksidase
Deteksi Ab : Elisa
Penentuan DNA virus : PCR
(Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan Ab monoklonal dari
kerokan lesi ( mikroskop elektron
indirek )
Pengobatan :

1. Pengobatan spesifik

a. Lesi primer

- Infeksi berat rawat asiklovir 5


mg/kg BB/kali IV ( 5-10 hari )

- Infeksi sedang asiklovir 5 x 200 mg


tablet ( 10 hari )
b. Infeksi rekuren

- Bila timbul jarang & ringan : asiklovir 5


% cream ( 5 x/ hari )

- Lesi sedang berat, timbul jarang


asiklovir 5 x 200 mg ( 5 hari )
- Timbul sering supresi kronik : asiklovir
oral 2 5 x 200 mg atau 2 x 9 400 800
mg) sampai 1 tahun
2. Pengobatan non spesifik
- Rasa nyeri analgetik
- Hindari pakaian ketat
- Psikoterapi
- Mengeringkan lesi, mencegah infeksi
sekunder : povidon iodin topikal,
kotrimoksazol oral

3. Pencegahan
- Kondom
- Hindari faktor pencetus
- Abstinensia
Prognosis :

- Infeksi primer dini yang segera diobati


prognosis baik
- Infeksi rekuren hanya dapat dibatasi
frekuensi kekambuhannya
2. NSU :
NON SPESIFIK URETRITIS
Definisi :
infeksi uretra yang penyebabnya tidak
dapat ditemukan pada pemeriksaan
laboratorium sederhana,
dapat ditemukan pada pria dan wanita
( pada wanita disebut NSGI : Non
Spesifik Genital Infection )
Etiologi :
- Chlamydia trachomatis : 30 50 %
- Ureaplasma urealyticum : 30 50 %
- Tidak diketahui : 20 %
Gejala klinis :
- Masa inkubasi 1 5 minggu
- Sekret pada uretra : jernih sedikit
keruh, sering pagi hari
- Disuria : pada pangkal muara uretra
- Gatal : sepanjang saluran uretra
- Polakisuria
- Gejala sistemik : demam, nyeri kelenjar
inguinal
Komplikasi :
1. Epididimitis
2. Prostatitis
3. Proktitis
4. Striktur uretra
5. Infertilitas
Laboratorium :
- Tak ditemukan T. vaginalis & C. albicans
(pada preparat basah)
- Tak ditemukan diplococcus gonore (pada
pemeriksaan gram)
- Kultur GO, T. vaginalis, C. albicans : ( - )

Kriteria uretritis :
a. Sekret uretra (pengecatan gram)
~ leukosit PMN > 5 dg pembesaran
1000x
b. Sedimen urin
~ Leukosit PMN >15 dg pembesaran
400x
Diagnosis : uretritis + menyingkirkan
penyebab berupa N. GO, T.
vaginalis & C. albicans

Pengobatan :

Tetrasiklin : 4 x 500 mg/hr ( 7 hari )

Eritromisin : 4 x 500 mg/hr ( 7 hari )

Doksisiklin : 2 x 100 mg/ hr ( 7 hari )


Pencegahan :

- Selama pengobatan jangan hub. sexual

- Pengobatan terhadap mitra sexual

Tindak lanjut : kontrol minimal 3 x dg


interval 7 hari
3. TRIKOMONIASIS
Definisi : peny. Infeksi protozoa yg
disebabkan T. vaginalis, ditularkan
melalui hub. sexual dan sering
menyerang traktus urogenitalis
bagian bawah, baik pada pria
maupun wanita

Epidemiologi :
- Jarang pada soial ekonomi tinggi
- >> usia sexual aktif ( 16-35 thn )
- wanita > pria
Gejala klinik :

- Masa tunas ( 4 28 hari )

- Asimtomatik

- Duh tubuh vaginal >> & berbau

- Klasik : duh tubuh kuning kehijauan,


berbau ( 10-35 % )
- Rasa gatal dan perih pada vulva

- Dispareunia

- Perdarahan pasca coitus


Penunjang diagnosis :
1. Pemeriksaan sediaan langsung
(dengan NaCl 0,9%) hasil (+) 47-77%
2. Biakan : kultur media Feinberg
Whittington, hasil (+) 92-93%

Pengobatan :
- Metronidazol 2 gr oral dosis tunggal,
- Alternatif metronidazol : 2 x 500 mg
oral ( 7 hari )
Gejala (-) sembuh Terapi gagal
Parasit (-)
Masih (+) gejala, parasit (+)

Metronidazol 2x500 mg oral 7 hr

gagal

Metronidazol 2 gr oral dosis


tunggal (3-5 hari )
gagal

Biakan dan tes resistensi


Anjuran :

Pengobatan pasangan sexual

Abstinensia
11

4. KANDIDOSIS VAGINALIS
Def : inf. dgn berbagai manifestasi klinis yang disebabkan
candida, khususnya C. albicans & ragi (yeast) lain dr
genus candida.
Etiologi :
- C. albicans : 81%
- Stockist. Glabrata : 16%
- Ragi lain : 3%
Faktor predisposisi :
1. Me kadar karbohidrat (pe an glikogen vagina) pd
kehamilan & pemakai pil KB
2. Pe pH
3. Lingkungan yang hangat & lembab
4. D.M.
5. Pemakai AB / kemoterapi
12

Gej. Klinis : masa tunas 5 21 hari

Wanita :
- gatal pada vulva, duh tubuh : banyak, putih spt
susu pecah, bisa sedikit, cair, sangat gatal, nyeri,
panas selama senggama, disuria.
-pemeriksaan klinis : vulva / vagina kemerahan, udem,
fisura, kdg erosi, ulserasi.
-khas : pseudomembran (+), duh tubuh mucoid atau cair
dengan butir-butir gumpalan keju.
Pria :

-eritem difus, vesikopustul mudah pecah erosi +


skuama putih di tepi (koloret) terutama glans penis /
preputium.

Laboratorium :
-garam fisiologis
-KOH
-Gram
13

Penatalaksanaan :
Mikonazol
1. Golongan imidazol topikal Klotrimazol

2. Ketokonazol sistemik : untuk yang berat dan sering


kambuh:
dosis : 2 x 200 mg (5 hari). Flukonazol / intrakronazol.
5. VAGINOSIS BAKTERIAL
Etiologi : Hemofilus vaginalis (Gardnerella vaginalis),
Mycoplasma hominis, Bacteroides spp.
Epidemiologi :
- 50% pd wanita aktif seksual
- 50% pd pemakai AKDR
- 86 % bersama dg inf. trikomonas.
Gejala klinis :
- duh tubuh vagina sedikit/ sedang
- bau amis, lebih bau setelah senggama
- iritasi daerah vagina & sekitarnya gatal, rasa
terbakar.
- 20% kasus kemerahan, udem vulva
- 50% asimtomatik
- duh tubuh abu abu homogen, melekat pada dinding
vagina
- eritem vagina & vulva.
14

Pemeriksaan pembantu :
- Lab : clue cell (+), (sel epitel vagina diliputi kokobasil)
- Tes amin (sekret vagina + 1 tetes KOH 10% bau
amis)
- pH. Vagina : 4,5 5,5
- Biakan : agar Casman
- Kromatolografi : succinat asam asetat
Laktat
Pengobatan :
1. Topikal
1). Krim sulfonamid tripel : penyembuhan 14 86%
2). Supositori tetrasiklin vaginal penyembuhan 98%
3). Klindamisin CR 2% intravag, 7 hr, sebelum tidur.
2. Sistemik :
1). Metronidazol : - 2 x 500 mg (7 hari) oral
- 2 gr hr I & III (oral 1)
2). Ampisilin / Amoksilin : 4 x 500 mg (7 hari) oral
3). Klindamisin 2 x 300 mg, 7 hr
15

6. KONDILOMA AKUMINATA
Epidemiologi : sebag. besar pd usia 17 33 tahun pada
pasangan seksual yang berganti-ganti.
Etiologi : virus papilloma humanus

Penularan : kontak langsung :


autoinokulasi (kontak seksual), kissing.
Masa inkubasi 3 minggu 8 bulan.
Manifestasi klinis :
1. Kondiloma akuminata
- Pria : pd frenulum, sulkus koronarius :
papul multipel, merah muda, lembab, bersatu
menjadi massa besar.
- Wanita : introitus vagina posterior, labia minora,
klitoris
2. Giant Kondiloma Busche Louwenstein
kondiloma besar, lokal invasif, tidak metastasis.
3. Papulosis Bowenid : papul multipel, kecil, merah
kehitaman. Bila bergabung spt cobble stone
surface papule .
Identifikasi partikel virus dengan : 16

1. Mikroskop elektron
2. Ag virus dg tehnik peroksidase
3. DNAvirus dg metode hibridasi

Penatalaksanaan :
1. Umum :
- jaga kebersihan genital untuk mencegah infeksi
sekunder.
- cari kemungkinan PMS lain
- pemeriksaan pasangan seksual
- abstinensia
2. Kemoterapi :
- Podofilin 20 25%, seminggu 2x
- asam triklor asetat 50%
- 5 fluorourasil 1 5%
- Podofiloyoksin 0,5%
3. Interferon
4. Bedah skalpel
5. Bedah listrik
6. Bedah beku
7. Laser CO2
8. Imunoterapi
9. Radioterapi
17

7. MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Def : peny. yang disebabkan oleh poks virus yg
klinisnya berupa papul2 yg pd permukaannya tdp
lekukan, berisi massa yg mengandung badan
moluskum.
Epidemiologi : banyak pd anak2 & orang dewasa.
Penularan : kontak langsung, autoinokulasi.
Gejala klinis :

- massa inkubasi : 1 - 6 minggu

- Papul milier, kdg2 lentikuler, putih spt lilin,


bentuk kubah yang ditengahnya ada lekukan
(delle)

- bila dipijat keluar massa putih spt nasi


(elementary bodies)

- lokasi : wajah, badan, ekstremitas (anak2),


pubis, genitalis eksterna (dewasa)

- Koebner phenomen (+)


18

Pengobatan prinsip : mengeluarkan massa yg


mengandung bdn moluskum dg ekstraktor komedo
dg jarum suntik & kuret
1. Ekspresi dengan forsep
2. Ekskokleasi
3. Elektro kauterisasi
4. Bedah beku dengan CO2, N2
8. SKABIES

Etiologi : Sarcoptes scabiei

Epidemiologi :
- sos-ek rendah & higiene buruk
- hubungan seksual yang promiskuitas

Penularan :
- kontak langsung
- kontak tidak langsung (melalui benda,
pakaian, handuk, sprei, bantal)
Gejala Klinis : 4 tanda kardinal
1. Gatal terutama pd malam hari
2. Distribusi gatal : sela2 jari, lipatan siku,
ketiak, bwh payudara, sekitar pusat,
sekitar kelamin daerah lembab,
mudah ditembus Sarcoptes.
3. Infeksi keluarga
4. Kunikuli.
Diagnosis tersangka : 3 dr kriteria diatas
Diagnosis ideal : ditemukan Sarcoptes / paling tidak
telur / kotorannya ( hanya 10%
positif).
Bentuk Skabies Atipik :
19
1. S. in a clean : pd orang bersih
2. S. incognito : oleh krn kortikosteroid
3. S. nodularis : nodul pd tempat2 tertutup
4. S. pada bayi : seluruh tubuh
5. Skabies yg ditularkan melalui hewan (babi, kambing,
kucing).
6. Skabies pada penderita sifilis
7. Skabies Norwegia (penuh krusta)
Pengobatan :
Topikal :
1. Sulfur presipitatun 4 20% krim salf.
2. Zalf 2 - 4 (2% asam salisilat, 4% sulfur presipatum.

3. Emulsi benzil benzoat 20 25%


4. Gameksan 1% cr / losio (tak boleh pada
20 anak

berumur kurang dr 6 th oleh krn toksik terhadap


ssp.
5. Krotamiton 10% cream (Permetrin), dpt
diberikan pd bayi usia > 3 bln.

Komplikasi :
1. Skabies dg aksematisasi
2. Skabies impetiginosa
3. GNA
4. Intoksikasi pada ginjal
5. Skabies fobi
Prognosis : baik.
9. PEDIKULOSIS PUBIS
Def : inf. yg menyerang rambut pubis dan rambut
disekitar anus yg disebabkan Pthirus pubis.

Epidemiologi : menyerang orang dewasa yg


kebersihan buruk, pada anak : alis, bulu mata.
21

Cara penularannya :
- kontak langsung
- kontak tidak langsung : melalui alat-alat
Gejala klinis :
- gatal di daerah pubis & sekitarnya, abdomen,
dada.
- bercak abu2 kebiruan makula serulae
- patognomonik : black dot : bercak hitam pd
celana dlm waktu bangun tidur.
- kdg2 inf. Sekunder dg pembesaran kelenjar
getah bening regional.
Pembantu diagnosis : cari telur & bentuk dws
Pengobatan :
1. Gameksan cr. 1%
2. Emulsi benzil benzoat 25%
3. Scabimite cream
4. Rambut kelamin dicukur
5. Pakaian direbus, disetrika
6. Mitra seksual diperiksa dan diobati

Prognosis : baik
22
10. TINEA KRURIS
Def : peny. Jamur yang ditularkan melalui
hubungan seksual.

Etiologi : Trichophyton & Epidermophyton.


Gejala klinik :
- gatal pada lipat paha
- tepi lesi meradang, bag. tengah tenang
- bentuk lesi bulat, batas tegas
- bagian tepi lesi tdp vesikel 2
Laboratorium : KOH 10 20% dr kerokan lesi
dijumpai elemen jamur / hifa.

Pengobatan :
1. Derivat imidazol
- Klotrimazol
- Mikonazol
- Ekonazol
- Isokonazol
23

2. Tolsiklat : baik untuk etiologinya


E. floccosum
3. Tolnaftat 1% cr / powder
4. Kombinasi obat jamur topikal dengan obat
lain + ks jk pendek, bila ada peradangan
+ AB untuk inf. (b)
5. Lamisil cr
HEPATITIS

Dpt ditularkan mll hub seksual terutama


homosek.
Hepatitis tdp 3 btk:
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis non A non B
Prevalensi di Indonesia : 12,5 19%
GEJALA

Bisa akut, kronis aktif, persisten, 5-10%


carier.
Rasa mual, perut kanan atas nyeri tekan
Kulit dan sklera warna kuning spt the
Urine coklat, tinja putih
HEPATITIS A

= Hepatitis epidemika
Masa inkubasi 30 hari
Etiologi: virus hepatitis A= gol. Virus RNA
Penularan : melalui makanan yg
terkontaminasi faeces/ urin mengandung
virus hepatitis A ( penularan mll
hub.seksual oroanal)
HEPATITIS B

= Hepatitis serum
Masa inkubasi 75 hari
Virus DNA
Penularan: mll transfusi, suntikan, vaksinasi
dgn alat / bhn yg terkontaminasi; mll
transplasental; mll hub seks;
homoseks>heteroseks
HEPATITIS B

Klinis : dpt asimtomatis sampai tjd


komplikasi
Komplikasi:
Hepatitis kronis
Sirosis hepatis
Hepatoma
HEPATITIS NON A & NON B
Etiologi belum diketahui
Masa inkubasi 50 hari
Penularan secara parenteral
PENATALAKSANAAN

A. Pengobatan spesifik blm ada, hanya


bersifat suportif
B. Pencegahan:
Memperbaiki higiene & sanitasi
lingkungan
Mencegah penularan: alat-alat disposibel
Pend.kes.ttg kebersihan, penularan,
pencegahan
Melakukan hub seks yg aman (kondom)
Imunisasi: sejak bayi; WTS, homoseks:cek
HBsAg tiap 6-12 bulan
AIDS =
Acquired Immuno Defisiensi
Syndrome

Berbahaya oleh karena:


Mematikan
Blm ada obat / vaksin
Gejala terlihat sesudah 5-10 tahun
Penyebaran cepat & bersifat pandemi
Penyebab:
Retro virus bersifat limfositofatikHIV
Sifat :
Mudah mati dlm alam bebas
Mati pada suhu 50-60 C/ 30 menit
Timbulkan keganasan sarkoma kaposi
Penularan:
Kontak seksual
Jarum suntik/ alat lainnya
Transfusi darah / produk darah
Bumil (HIV) anak dlm kandungan
Yang tertular:
Dahulu: kelompok risiko tinggi, homo/bisek, WTS/
PTS, pecandu obat bius ( IVDV), penderita
talasemi, bayi dng ibu menderita HIV.
Sekarang : semua orang
Faktor-faktor yg memudahkan
infeksi AIDs di Indonesia

1. Kel. Perilaku seksual berisiko tinggi:


- prostitusi kel. PSK, pelanggan
- bukan prostitusi pelaut, istri pelanggan
PSK, dll
2. Kualitas pelayanan kesehatan
3. Kualitas dan kuantitas penyuluhan
kesehatan atau AIDS belum menyeluruh.
4. Pemakaian kondom masih rendah
5. Kurangnya kesadaran masy & decision
maker ( pengambilan keputusan) terhadap
bahaya AIDS.
6. Tingginya angka penularan penyakit
seksual
7. Meningkatnya jumlah migrasi penduduk.
PENULARAN HIV PADA DEWASA SECARA
GLOBAL KLASIK & KUMULATIF
( AWAL TH 1992)
Cara penularan Peluang terjangkit Presentasi global

Transfusi darah >90% 4-6


Hub.seksual 0,1 10% 80-90

Suntikan obat bius 0,5-10% 5-10


Alat kedokteran < 0,5% <0,1
tdk steril
PERJALANAN KLINIK
2-6 bulan 1-20 bulan 26 bulan

Infeksi Antibodi (+) Klinis AIDS (+)


Antibodi (+)
(Window ( fase laten)
period)
GAMBARAN INFEKSI HIV

1. Sind. Inf. Primer akut


2. Inf. Asimtomatis
3. Limfadenitas persisten generalisata (PGL)
4. Infeksi HIV simtomatis (AIDS)
INFEKSI HIV SIMTOMATIS
Sub grup A:
1. Demam > 1 bulan
2. BB > 10%
3. Diare > 1 bulan
4. Keringat malam hari
5. Badan lemah
6. Pembesaran kel. Limfe
7. Infeksi ringan
Sub grup B: Peny. Neurologi
Sub grup C: Peny. Inf.sekunder termasuk
infeksi kulit
Sub grup D: kanker sekunder
Sub grup E: kondisi-kondisi lain
DIAGNOSIS AIDS ( WHO )

Fasilitas diagnosis terbatas:


Pada orang dewasa: 2 gejala mayor dengan
minimal 1 gejala minor dengan tidak
ditemukan penyebab lain supresi imun
tubuh
GEJALA MAYOR

1. Penurunan BB > 10%


2. Diare kronik > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan > 1 bulan
GEJALA MINOR

1. Batuk menetap > 1 bulan


2. Pruritus / dermatitis yang luas
3. H. zoster rekuren
4. Kandidosis orofaring
5. H. simplek klinik progresif & luas
6. PGL ( virus bersifat limfotropik)
DIAGNOSIS AIDS
PADA ANAK

Diduga minimal terdapat 2 gejala mayor dan


2 gejala minor dengan penyebab supresi
imun yang lain disingkirkan.
GEJALA MAYOR

1. Penurunan BB yang menyolok /


pertumbuhan abnormal
2. Diare kronik > 1 bulan
3. Demam > 1 bulan
GEJALA MINOR

1. PGL
2. Kandidosis orofaring
3. Infeksi umum yg berulang
4. Batuk 1 bulan
5. Dermatitis generalisata
6. Konfirmasi ibu terinfeksi HIV
GEJALA GEJALA AIDS

1. Kelelahan
2. Demam panas > 38 C > 1 bulan
3. BB drastis ( > 10%)
4. Mencret > 1 bulan
5. Sesak nafas & batuk kering
6. Sariawan lama
7. Sarkoma kaposi
DIAGNOSIS LABORATORIUM

1. LANGSUNG: deteksi antigen virus


PCR
2. TIDAK LANGSUNG: respon zat anti
spesifik elisa, Western Blot, IFA, RIPA
Yang lazim dipakai :
1. ELISA : - sensitivitas pos. 2-3
bln setelah infeksi.
- (+) harus dikonfirmasi
dng Western Blot
2. Western Blot : spesifisitas , mahal
3. PCR
OBAT-OBATAN
1. Zidovudin (ZDV)
2. Didanosin ( DDI)
3. Dideoxycytidine ( DDC)
4. Derivat HEPT dan TIBO
5. Kombinasi :
Triple: Sanquinavir, ZDV,DDC
Double: DDC + ZDV
DDC + Saquinavir

Anda mungkin juga menyukai