Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

HORMON TIROID

Oleh :

Kelompok IV

Rafika Wulansari 1643700020


Ayu Yoan deDimus 1643700034
Tiara Ayu Wandani Adju 1643700064
Moufyra Zakya 1643700084
Imelda Miaty Manggo 1643700102
Iswan Siami 1643700104
Suyadi 1643700120
Leny Wangino 1643700130
Ilda Rezqiyana 1643700148
Nisma Evita Esman 1643700169
Almunawwarah Purba 1643700187

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hormon Tiroid. Dan juga kami sampaikan
banyak terima kasih kepada Bapak dr. Teguh selaku dosen mata kuliah Interpretasi
Data Laboratorium yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Hormon Tiroid, penyakit, pemeriksaan
serta pengobatan dari penyakit Tiroid.
Dalam penyusunan makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan, bahasa, penulisan, maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah ini. Sekian dari kami.

Kelompok IV

1
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang...................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah................................................................. 2
I.3. Tujuan Penulisan................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Tiroid.................................................................. 3
II.2. Fungsi................................................................................... 5
II.3. Sistem Hormon.................................................................... 5
II.3.1. Tiroksin (T4) ............................................................. 6
II.3.2. Triiodotironin (T3) .................................................... 7
II.4. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid ....................................... 8
II.5. Penyakit Hormon Tiroid ..................................................... 8
II.5.1. Hipotiroidisme .......................................................... 8
II.5.2. Hipertiroidisme.......................................................... 9
II.5.3. Hormon Tiroid dan Gagal Jantung............................ 10
II.6. Diagnosis Penyakit Tiroid ................................................... 11
II.7. Pemeriksaan Hormon Tiroid ............................................... 11
II.7.1. Pemeriksaan Laboratorium ....................................... 11
II.7.2. Tes Tiroid .................................................................. 12
II.8. Nilai Rujukan dan Interpretasi ............................................ 14
II.9. Pengobatan Penyakit Tiroid ................................................ 17
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan ........................................................................ 18
III.2. Saran .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Banyak orang yang tak menyadari datangnya gangguan tiroid. Inilah


yang membuat jumlah penderita tiroid terus meningkat. Tanpa penanganan
yang tepat,tiroid bisa berakibat fatal terhadap kesehatan. Bentuk organ tubuh
yang satu ini memang kecil. Meski bentuknya kecil dan cenderung tidak
diperhatikan, namun kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar
endokrin yang berpengaruh besar pada tubuh manusia. Apalagi bila kelenjar
tiroid ini sudah meradang, tubuh pun ikut meringis kesakitan. Ironisnya,
banyak orang yang tidak menyadari saat tiroid mengalami gangguan.
Sebagian dari mereka baru mendatangi dokter ketika gangguan tiroid sudah
cukup parah. Gangguan tiroid hampir 50% tidak disadari oleh si penderita.
Padahal tiroid fungsinya sangat luas sehingga apabila terjadi gangguan,
maka akan berdampak besar pada kesehatan.
Saat ini diperkirakan sekitar 300 juta orang di dunia alami gangguan
fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang
mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal
sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme
lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya


menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya
daya tahan terhadap dingin, serta pada anakanak timbul retardasi mental
dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan
badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan
pembentukan panas.

1
I.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan hormon tiroid?


2) Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?
3) Apa saja jenis-jenis penyakit hormon tiroid?
4) Bagaimana cara pemeriksaan hormon tiroid?
5) Bagaimana cara pengobatan penyakit tiroid?
I.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hormon tiroid
2) Untuk mengetahui mekanisme kerja dari hormon tiroid
3) Untuk mengetahui jenis-jenis hormon tiroid
4) Untuk mengetahui cara pemeriksaan hormon tiroid
5) Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit tiroid

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Tiroid

Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi


hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang
disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua
jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina.
Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam
metabolisme tubuh. Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk
merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa
levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid
yang lain yaitu CT, dan PTH.
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid
merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher
bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan
kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh
kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini
melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah
lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid
yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang- kadang terdapat
lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.
Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5
sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas
sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah
cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang 5 cm, lebar 3
cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya
antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan
kelenjar sangat tinggi ( 5 ml/menit/gram tiroid).

3
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel
dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna
merah muda yang disebut koloid.
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan
mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin,
merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan.
Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar
tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan
berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin,
suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan
demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.

Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3)


mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per
milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif dari pada T4.

4
II.2 Fungsi
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas
metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum
dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan
metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim
spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan
sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid
mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak.
Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang kuat juga diperlukan untuk
pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme
seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon
tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu
mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.

Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel,


perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic,
melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui
efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon
tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam
perkembangan normal sistem saraf pusat. Hormon ini tidak esensial bagi
kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan
mental dan fisik, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada
anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya,
sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah,
takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.

II.3 Sistem Hormon


Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon

5
ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul
iodium yang terikat pada struktur asam amino.
II.3.1 Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam
setiap molekulnya. Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan
terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke
dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75%
hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-
binding globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan
terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Bentuk T4
yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon
asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit
aktivitas bentuk L. Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma
terikat pada protein plasma, diantaranya:
1. Globulin pengikat tiroksin (TBG)
2. Prealbumin pengikat tiroksin (TBPA)
3. Albumin pengikat tiroksin (TBA).
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang
paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih
besar terhadap protein pengikat ini di bandingkan dengan
triiodotironin. Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau
sekitar 8 g/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2ng/dL
(Gambar 2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh
biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil
jka dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau
sekitar 15% berat tubuh.

6
II.3.2Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang
mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya
mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya. Hormon
tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4.
Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4).
T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam
triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai
disekresikan. Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid,
ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan
ke dalam kapiler.
Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap
protein pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan
triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini
yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin
lebih besar. T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin
(MIT) dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal,
distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar
tiroid manusia mensekresi sekitar 4 g (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma

7
adalah sekitar 0,15 g/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 g/dL yang secara
normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam
keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan
sebagian besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin
sangat sedikit (Tabel 1).

II.4 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid


Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh
kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian
besar (85%) hormon tiroid yang disekresikan dalam peredaran darah oleh
kelenjar tiroid adalah T4, selebihnya (15%) adalah T3. Di dalam hepar,
ginjal dan otot skelet, T4 diubah oleh 5-monodeiodinase menjadi T3. Selain
T4 dan T3, baru-baru ini diidentifi kasi adanya derivat hormon tiroid yang
disebut tironamin (TAM) yang juga mempunyai aktivitas fisiologis. TAM
merupakan hormon tiroid hasil proses dekarboksilasi T4 yang berlangsung
dalam sitoplasma.

II.5 Penyakit Hormon Tiroid


II.5.1 Hipotiroidisme
Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi
hormon tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses
metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat
pertambatan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat
yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme

8
dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum
organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular,
terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis
miksedema.
Gejala hipotiroidisme:
1. Kelelahan
2. Tidaktoleransi terhadap udara dingin
3. Kulit serta rambut yang kering dan kasar
4. Tingkat kolesterol meningkat
5. Denyut jantung dan konsentrasi menurun
6. Rasa sakit atau nyeri yang samar-samar
7. Kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
8. Sembelit
9. Otot kram
10. Sering mengalami keguguran
11. Gangguan menstruasi seperti menjadi lebih sering
II.5.2Hipertiroidisme
Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
dalam tubuh, Anda bisa mengalami kelenjar tiroid overaktif atau
hipertiroidisme. Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung
yang cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi
secara tiba-tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup,
serta cemas.

Gejala:

1. Memiliki keringat berlebih


2. Mengalami penurunan berat badan meski nafsu makannya normal
3. Gemetar
4. Gelisah, mudah panik dan lekas marah
5. Tidaktoleransi terhadap udara panas
6. Mudah lelah

9
7. Konsentrasi berkurang
8. Mata melotot (seperti mau keluar)
9. Menstruasi yang tidak teratur atau terlalu sedikit
10. Detak jantung yang tidak beraturan atau lebih cepat
11. Kelemahan otot yang terjadi di lengan atas dan paha

12. Insomnia

II.5.3Hormon Tiroid dan Gagal Jantung


Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang paling sering ditemukan
adalah penurunan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar 10-30% pasien
gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang dikenal dengan low
thyroid syndrome atau euthyroid sick syndrome. Turunnya kadar T3
serum berhubungan dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin
rantai berat maupun gen SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan
adalah penurunan kontraktilitas ventrikel kiri dan peningkatan waktu
relaksasi ventrikel kiri, yang menyebabkan perburukan fungsi sistolik
dan diastolik jantung.
Penurunan kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin pada
sarkomer, menyebabkan gangguan struktural dan susunan geometri
kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas jantung. Selain
hipertrofi fisiologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat
memacu sinyal-sinyal intraseluler yang menyebabkan hipertrofi
patologis. Hipertrofi patologis akibat T3 difasilitasi oleh protein
sitoplasma, yaitu transforming growth factor -activated kinase 1
(TAK-1). Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme dalam jangka
lama dapat menyebabkan gagal jantung. Hipotiroidisme menyebabkan
gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit dan perubahan susunan
protein kontraktil kardiomiosit. Efeknya adalah penurunan relaksasi
kardiomiosit dan gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga,
secara klinis, terjadi pengurangan kontraktilitas jantung dan curah
jantung. Hipertiroidisme menyebabkan kenaikan massa ventrikel kiri

10
yang dapat menimbulkan efek berupa gangguan pengisian diastolik
ventrikel kiri.

II.6 Diagnosis Penyakit Tiroid

Proses diagnosis penyakit ini membutuhkan beberapa langkah


pemeriksaan yang mendetail. Jenis pemeriksaan tersebut meliputi tes darah,
USG, pemindaian dengan isotop radioaktif, serta biopsi melalui aspirasi
jarum halus. Tes darah yang dianjurkan adalah evaluasi fungsi kelenjar
tiroid. Tes ini berfungsi untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH
(thyroid-stimulating hormone) untuk menentukan kondisi hipertiroidisme
atau hipotiroidisme yang dialami pasien.

Melalui USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi


ukuran serta jenis benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui
aspirasi jarum halus akan memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel
yang ada dalam benjolan.

II.7 Pemeriksaan Hormon Tiroid

II.7.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium dikenal beberapa istilah diantaranya:

a. PBI (Protein Bound Iodine) yaitu jumlah iodine yang terikat


protein plasma darah dan kira-kira 70% daripadanya merupakan
ikatan dengan T4

b. BEI (Butanol Extractable Iodine), yaitu jumlah iodine yang berasal


dari tiroksin yang terikat oleh protein plasma darah. Protein darah
yang mengikat hormon tiroid adalah :

1. Globulin alfa (85%) yang dikenal sebagai TBG (Thyroxine


Binding Globulin)

11
2. Pre-Albumin (sisanya), yang dikenal sebagai TBPA (Thyroxine
Bindung Pre Albumin);

3. Albumin (sedikit sekali)

Jadi hanya sebagian kecil saja hormon tiroksin yang bebas dalam
darah, dan hanya hormon yang bebas inilah menetukan besarnya
aktivitas biologis hormon tiroid, dengan kata lain menentukan status
kelenjar tiroid seseorang, dan terdapat efek feedback antara TSH
dengan hormon yang bebas ini.

II.7.2 Tes tiroid terdiri atas:

a. Tes untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari :


1. Tiroksin serum (T4)
2. Tri-iodotironin serum (T3)
3. Kadar T4 bebas (FT4)
4. Kadar T3 bebas (FT3)
5. Indeks T4 bebas (FT4)
6. Tes TSH
7. Tes TRH.
Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan
status tiroid. Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan maintenance
dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan
antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk
mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. TSHs
(Thyroid Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi
ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat
rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal
dalam menentukan status tiroid dan dilanjutkan dengan tes FT4
hanya bila dijumpai TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif
daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi
hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs. Tes Thyroid Releasing
Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur respons hipofisis

12
terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH
serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada
hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak peningkatan
TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau
sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan
memberikan respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes
TRH yang normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme. Tes
TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme
sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau untuk
mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi
dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak
diketahui .
b. Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid :
Tes Antibodi antitiroid
1. Antibodi Tiroglobulin (anti Tg)
2. Antibodi tiroid peroksidase (anti TPO) /Antibodi mikrosomal
3. Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb)
Antibodi Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein
utama tiroid yang berperan dalam sintesis dan penyimpanan
hormon tiroid.
Tujuan tes: terutama diperlukan sebagai petanda tumor dalam
pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (well
differentiated thyroid carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi
normal setelah tiroidektomi total, kecuali bila ada metastasis.
Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan karsinoma atau
metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat kembali jika terjadi
metastasis setelah terapi. Pada penyakit Graves ditemukan
antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH dari sel tiroid dan
merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid
stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada
immunoglobulin yang merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid

13
tanpa mempengaruhi produksi hormon. Antibodi ini disebut
thyroid growth immunoglobulins (TGI).
c. Tes untuk monitoring terapi :
1. Tiroksin serum (T4)
2. Tri-iodotironin serum (T3)
3. Tes FT4
4. Tes FT3
5. Tes TSH
Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total,
T3 , FT4, FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Tujuan tes monitoring terapi untuk melihat
perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.

II.8 Nilai Rujukan dan Interprestasi


1) TES T4
a. Nilai Rujukan :
Dewasa : 50-113 ng/L (4,5mg/dl)
Wanita hamil : pemberian kontrasepsi oral meningkat diatas 16,5
mg/dl
Anak-anak : diatas 15,0 mg/dl
Usila : menurun sesuai penurunan kadar protein plasma
b. Interpretasi :
1. Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit
hati kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-
obatan: heroin, methadone, estrogen.
2. Menurun: hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti
androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid
(propiltiouracil) dll.
2) TES T3
a. Nilai Rujukan:
Dewasa : 0,8 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita hamil pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.
b. Interpretasi :
1. Meningkat: hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut,
peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau
lebih dan obat T4 300 mg/hr atau lebih, dextrothyroxine,
kontrasepsi oral

14
2. Menurun: hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar
T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin,
iodida, phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol,
reserpin, steroid.
3) TES FT4 (FREE THYROXIN)
a. Nilai Rujukan: 10 27 pmol/L
b. Interpretasi :
1. Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang
disebabkan kelebihan produksi T4.
2. Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder,
tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
4) TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)
a. Nilai Rujukan : 4,4 9,3 pmol/L
b. Interpretasi :
1. Meningkat: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang
disebabkan kelebihan produksi T3.
2. Menurun: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder,
tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
5) Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE)
a. Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l
b. Interpretasi :
1. Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun
Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme,
hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis,
stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium
karbonat dan iodium potassium.
2. Menurun : hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis
anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin
dan dopamin.
6) TES TSHs (TSH 3rd Generation)
a. Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l
Batas pengukuran : 0,002 20 mIU/L
b. Interpretasi :
1. Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun
Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme,
hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis,
stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium
karbonat dan iodium potassium.

15
2. Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer,
hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya
aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin.
7) Antibodi Tiroglobulin
a. Nilai rujukan : 3-42 ng/ml
b. Interpretasi :
1. Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang
tidak diterapi, penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.
2. Menurun : hipotiroidisme neonatal.
8) Antibodi Mikrosomal
a. Nilai rujukan : hasil tes negatif
b. Interpretasi :
Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun,
juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan
pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi
petunjuk kegagalan fungsi tiroid.
9) TS Ab
a. Nilai rujukan: hasil tes negatif
b. Interpretasi :
TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak
mendapat pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada
penderita Graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid.

II.9 Pengobatan Penyakit Tiroid

Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan


menganjurkan langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan
langkah ini tergantung pada jenis penyakit tiroid yang Anda derita, usia,
serta kondisi kesehatan Anda. Terdapat dua cara yang biasanya diberikan
untuk menangani penyakit tiroid. Langkah ini meliputi pemberian obat-
obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.

Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda,


tergantung dari jenis penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan
terapi tersebut umumnya meliputi:

1. Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh

16
2. Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh
3. Menghancurkan sel-sel tiroid.

17
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi


hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang
disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Fungsi
utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas
metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum
dengan mempercepat proses metabolisme.
2. Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis
oleh kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH).
Hipotalamus menghentikan pembentukan hormon pelepas tiroid.
3. Adapun jenis-jenis penyakit tiroid diantaranya hipotiroidisme dan
hipertiroidisme.
4. Cara pemeriksaan hormon tiroid melalui laboratorium yakni tes fungsi
tiroid, tes gangguan fungsi tiroid dan tes monitoring terapi.

4. Pengobatan penyakit tiroid dilakukan dengan cara pemberian obat-


obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.
III.2 Saran
Pemeriksaan penyakit tiroid sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan
lebih mendalam untuk menghindari penyakit yang disebabkan akibat
kekurangan atau kelebihan hormon tiroid karena bila dibiarkan akan
membawa dampak yang buruk bagi kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Biondi B, Cooper DS. 2008. The Clinical Signifi Cance of Subclinical Thyroid
Dysfunction Endocrin

Brix K, Fuhre D, Biebermann H. 2011. Molecules Important for Thyroid


Hormone Synthesis and Action - Known facts and future perspectives.
Thyroid Research

Dahl P, Danzi S, Klein I. 2008. Thyrotoxic Cardiac Disease. Curr Heart Fail

Galli E, Pingitore A, Iervasi G. 2010. The Role of Thyroid Hormone in the


Pathophysiology of Heart Failure

Hardjasasmita P, 2006. Biokimia Dasar B. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia

Kahaly GJ, Dillmann WH. 2006. Thyroid Hormone Action in the Heart Endocrin

Klein I, Danzi,S. 2007. Thyroid Disease and the Heart Circulation

Ojama K. 2010. Signaling Mechanisms in Thyroid Hormone-Induced Cardiac


Hypertrophy

Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. 2010. Thyroid Hormones


and Cardiac Arrhythmias

Wang Y.Y, dkk. 2010. Up-regulation of Type 2 Iodothyronine Deiodinase in


Dilated Cardiomyopathy Cardiovasc

19

Anda mungkin juga menyukai