Anda di halaman 1dari 22

SPO TRIASE

No. Kode : /VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala


Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015


PUSKESMAS MARNAINI, S.SiT
Halaman : 2 Nip. 19690306 198911 2
KERSIK TUO 001

1. Pengertian Triase adalah proses khusus memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit, menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi.
Artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja Petugas menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik
penderita.
3. Kebijakan 1. Memilih korban berdasarkan :
a. Beratnya cedera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada/kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik / pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin
4. Referensi Emergency Medical Training and Services (EMS) 119 (2008). Pelatihan
Penanggulangan Gawat Darurat, Jakarta : EMS 119
5. Alat dan Bahan - Tensimeter
- Stetoskop
- Reflek hammer
- Senter
- Handscoon
6. Prosedur 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD
2. Diruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang
terlatih / dokter.
a. Mencuci tangan
b. Memakai handscoon pada kedua tangan petugas
c. Menilai respon/ kesadaran penderita dengan metode AVPU
d. Menilai jalan nafas (Airway)
e. Menilai pernapasan (Breathing)
f. Menilai perdarahan (Circulatin)
3. Dari hasil pemeriksaan tentukan kategori pasien berdasarkan pelayanan dengan
memberi kode warna :
a. Emergency MERAH : pasien gawat dan darurat, pasien ini harus
mendapat pertolongan dengan priritas penanganan pertama (PI). Pasien
dibawa keruangan resusitasi. Waktu tunggu 0.
Misalnya : Tension Pneumothorax, distress pernafasan (RR<30xmnt),
perdarahan internal vasa besar , stroke trombosis, luka bakar, Appendic
acuta, akut MCI dll.
b. Urgent -KUNING: pasien dengan penyakit yang akut, pasien yang harus
dirawat dalam jangka waktu beberapa jam dengan priritas penanganan ke
dua (P2). Waktu tunggu 30 detik.
Misalnya : perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstremitas dengan perdarahan terkontrol, Penderita Thipoid,
Hipertensi,DM, cedera tulang belakang, trauma capitis tertutup, dll.
c. Non Urgent -HIJAU : pasien pasien dengan fungsi hemodinamik yang
stabil tetapi menderita luka yang jelas, mendapat priritas penanganan ketiga
(P3).
Misalnya : luka lecet, luka memar, fraktur ekstremitas atas, demam luka
bakar superfisial
d. Expextant -HITAM : pasien mengalami cidera mematikan dan akan
meninggla meski mendapat priritas penanganan P0 atau P4
4. Petugas melakukan rujukan ke ruang tindakan sesuai dengan kegawatannya,
dan atau merujuk pasien ke rumah sakit bila pasien tidak bisa di tangani di
Puskesmas.
5. Pada waktu jam kerja penderita dengan prioritas PIII dikirim ke BP / rawat
jalan.
6. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan dengan cara mengisi register
kunjungan dan membuat laporan yang diperlukan.
7. Unit Terkait IGD
Laboratorium
Loket obat
Loket pembayaran
8. Dokumen Terkait Buku Register IGD
Laporan IGD
Status pasien
Informed consent
SPO PELAYANAN RESEP NARKOTIKA
No. Kode : Ditetapkan Oleh Kepala
/VI/PKMKT/2015
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015 MARNAINI, S.SiT


PUSKESMAS Nip. 19690306 198911 2
Halaman : 2 001
KERSIK TUO
1. Pengertian Semua proses dari skrining resep, penyiapan resep dan penyerahan resep
narkotika.

2. Tujuan 1. Memastikan semua proses dalam pelayanan obat golongan narkotika


memenuhi Undang-Undang yang berlaku.
2. Memastikan pengeluaran obat golongan narkotika aman dan akurat.
3. Kebijakan 1. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
2. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan dan dokter.
3. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian, atau yang belum dilayani
sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
4. Salinan resep narkotika dalam tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan Blangko resep
6. Prosedur Skrining Resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmaseutik.
3. Mengkaji pertimbangan klinis.
4. Mengkonsultasikan ke dokter apabila terdapat masalah dalam resep.

Penyiapan Resep
1. Memberi garis bawah berwarna merah pada obat yang termasuk golongan
narkotika.
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
3. Untuk obat racikan apoteker dan atau asisten apoteker menyiapakan obat
jadi yang mengandung narkotika.
4. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika pada kartu stok.
5. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya yaitu pada
lemari dua pintu dan menguncinya kembali.
6. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai permintaan
dalam resep.
7. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat
sesuai permintaan dalam resep.

Penyerahan Resep
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis etiket dengan
resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama pasien secara lengkap (minimal 2 suku kata)
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat (nama obat,
kegunaan masing-masing obat, dosis dan cara penggunaan obat)
5. Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi obat dan
meminta pasien untuk mengulang penjelasan yang telah disampaikan
6. Menyimpan resep pada tempat penyimpanan khusus resep narkotika dan
mendokumentasikannya pada buku pencatatan resep narkotika
7. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker)
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA
Loket obat
8. Dokumen Terkait Buku Register poli umum, poli gigi, poli KIA
Laporan poli umum, poli gigi, poli KIA
Status pasien

SPO PELAYANAN RESEP


No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
Terbitan :01
SPO No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015


MARNAINI, S.SiT
Halaman : 2 Nip. 19690306 198911 2 001

PUSKESMAS
KERSIK TUO
1. Pengertian Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek
teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari
penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan
obat kepada pasien.
2. Tujuan 1. Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas
2. Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
3. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan
dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
4. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
5. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan Blangko resep
Lemari tempat penyimpanan obat
6. Prosedur Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama
dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter,
paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah
obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis
kelamin pasien
2. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
3. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi
dan kesesuaian dosis.
4. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan
pada resep atau obatnya tidak tersedia

Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat,
tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
2. Peracikan obat
3. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket
warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label kocok
dahulu pada sediaan obat dalam bentuk larutan
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah
untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan
yang salah

Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
4. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain
yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan
efek samping, cara penyimpanan obat, dll.
9. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker) SMF
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA
Loket obat
10. Dokumen Terkait Buku Register poli umum, poli gigi, poli KIA
Laporan poli umum, poli gigi, poli KIA
Status pasien
SPO
INFORMASI OBAT
No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0

PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015


MARNAINI, S.SiT
KERSIK TUO Halaman : 5 Nip. 19690306 198911 2 001

1. Pengertian Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan
dan tidak diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat
dengan dosis atau takaran normal.
2. Tujuan Memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan Obat.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan
6. Prosedur 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau
catatan pengobatan pasien atau kondisi kesehatan pasien baik
lisan maupun tertulis
2. Melakukan penelusuran literature bila diperlukan, secara
sistematis untuk memberikan informasi
3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah
dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana baik secara lisan
maupun tertulis
4. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien :
a. Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
b. Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang
meliputi : bagaimana cara memakai obat, kapan harus
mengkonsumsi/menggunakan obat, seberapa banyak/dosis
yang dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah
makan, frekuensi penggunaan obat / rentang jam
penggunaan.
c. Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
d. Peringatan atau efek samping obat
e. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping
obat
f. Tatacara penyimpanan obat
g. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet, dll)
6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan inormasi obat

Berikut ini petunjuk mengenai cara penggunaan obat :


a. Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui
mulut) Adalah cara yang paling lazim, karena sangat
praktis, mudah dan aman. Yang terbaik adalah minum obat
dengan segelas air

- Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau


saat perut kosong)

Minum obat setelah makan

Minum obat sebelum makan

- Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan


seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah
- Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah
diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok
rumah tangga.
- Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh
dokter minta pilihan bentuk sediaan lain.
b. Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita :
- Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya,
gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya.
- Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian
obat yang terasa tidak enak/pahit,
c. Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata
- Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.
- Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang
tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.
- Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan,
dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat diteteskan
pada kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit,
jangan mengedip.
- Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2 menit
- Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin
terpapar pada tangan

d. Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata


- Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun
(termasuk mata).
- Cara penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan,
dengan jari telunjuk kelopak mata bagian bawah ditarik ke
bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep mata
ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan
mata ditutup selama 1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan,
atas-bawah.
- Setelah digunakan, ujung kemasan salep diusap dengan tissue
bersih (jangan dicuci dengan air hangat) dan wadah salep
ditutup rapat
- Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin
terpapar pada tangan
e. Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung
- Petugas mencuci tangan, hidung dibersihkan dan kepala
ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil berdiri
dan duduk atau penderita cukup berbaring saja.
- Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan
selama beberapa menit agar obat dapat tersebar dalam
hidung.

- Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas


dan keringkan dengan tissue bersih.
f. Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung
- Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak. Kemudian obat
disemprotkan ke dalam lubang hidung sambil menarik napas
dengan cepat.
- Setelah digunakan, botol alat semprot dicuci dengan air
hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol
kemudian dikeringkan dengan tissue bersih.
g. Pemakaian Obat Tetes Telinga
- Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk
telinga
- Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes telinga
- Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud/kapas
bertangkai pembersih telinga.
- Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus dikocok terlebih
dahulu
- Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan
telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk
membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka
bagi penderita dewasa daun telinga ditarik ke atas dan ke
belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga ditarik ke
bawah dan ke belakang. Kemudian obat diteteskan dan
biarkan selama 5 menit
- Bersihkan ujung penetes dengan tissue bersih.
h. Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria
- Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan,
suppositoria dibasahi dengan air.
- Penderita berbaring dengan posisi miring, dan suppositoria
dimasukkan ke dalam rektum.
- Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria
didorong dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter
rektal; kira-kira - 1 inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.
- Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan,
maka sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari
pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air
mengalir sebelum kemasan dibuka
- Setelah penggunaan suppositoria, tangan penderita dicuci
bersih.
i. Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rectal
- Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan
salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal.
- Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya
adalah aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang
sudah dibuka, kemudian dimasukkan ke dalam rektum dan
sediaan ditekan sehingga salep/krim keluar. Buka aplikator dan
cuci bersih dengan air hangat dan sabun.
- Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih
j. Petunjuk Pemakaian Obat Vagina
- Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan
aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera
pada kemasan harus diikuti dengan benar.
- Jika penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat
sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional
perawatan kesehatan.
- Penderita berbaring dengan kedua kaki direnggangkan dan
dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama
beberapa waktu.
- Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci
bersih dengan sabun dan air hangat.
7. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker)
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA
Loket obat
Pasien
8. Dokumen Terkait Buku Register poli umum, poli gigi, poli KIA
Laporan poli umum, poli gigi, poli KIA
Status pasien

SPO PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK


SAMPING OBAT (ESO)
No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0
PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015
MARNAINI, S.SiT
KERSIK TUO Halaman : 1 Nip. 19690306 198911 2 001
1. Pengertian Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
2. Tujuan 1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan
6. Prosedur 1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
11. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker) SMF
12. Dokumen Terkait

SPO
PENYIAPAN DAN PENYERAHAN RESEP RACIKAN
No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0
PUSKESMAS Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015
MARNAINI, S.SiT
KERSIK TUO Halaman :2 Nip. 19690306 198911 2 001

1. Pengertian Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek


teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari
penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan
obat kepada pasien.
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis dari
dokter dan dokter gigi
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 30 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan Blangko resep
Lemari tempat penyimpanan obat
6. Prosedur Penyiapan obat racikan
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung tangan/alat/
spatula/sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke
tempat semula (untuk tablet dalam kaleng)
5. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
6. Bahan baku obat ditimbang pada timbangan yang sesuai (jika ada)
7. Untuk bahan obat yang jumlahnya lebih kecil dari 30 mg maka harus dibuat
pengenceran dengan zat netral
8. Jika memungkinkan selalu dibuat bobotnya 0.5 gram
9. Dengan memperhatikan faktor inkompatibilas obat, lakukan penggerusan dan
campur hingga homogen
10. Serbuk dibagi-bagi menurut penglihatan, sebanyak-banyaknya 10 bungkus.
Untuk serbuk yang akan dibagi dalam jumlah lebih dari 10 bungkus, serbuk
dibagi dengan jalan menimbang dalam sekian bagian, sehingga dari setiap
bagian sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10 bungkus serbuk. Penimbangan
satu persatu diperlukan jika pasien memperoleh dosis yang lebih dari 80 %
takaran maksimum untuk sekali atau dalam 24 jam.
11. Serbuk dikemas dengan kertas perkamen, kapsul atau kemasan plastik lekat.
12. Menyiapkan etiket warna putih.
13. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai sesuai permintaan
pada resep serta petunjuk dan informasi lain.
13. Unit Terkait Petugas Instalasi Farmasi (Apoteker dan Asisten Apoteker) SMF
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA
Loket obat
14. Dokumen Terkait Buku Register poli umum, poli gigi, poli KIA
Laporan poli umum, poli gigi, poli KIA
Status pasien

SPO
PEMELIHARAAN ALAT-ALAT KEPERAWATAN DAN
KEDOKTERAN
No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0
PUSKESMAS
Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015
KERSIK TUO MARNAINI, S.SiT
Halaman :2 Nip. 19690306 198911 2 001

3. Pengertian Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawatan dan alatalat kedokteran


dengan cara membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya
4. Tujuan Sebagai acuan untuk pemeliharaan alat medis dan keperawatan
7. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
8. Referensi
9. Alat dan Bahan - Handscoon
- Larutan desinfektan
- Sterilisator
- Bak/ember tempat merendam
- Lap bersih dan kering
- Tong sampah
- Bak septic tank
- Air mengalir
- Sikat pembersih
10. Prosedur 1. Pemeliharaan Peralatan dari Logam
a. Membersihkan dan desinfektan :
- Memakai sarung tangan
- Membersihkan alat dari kotoran yang melekat dibawah air kran mengalir
- Dikeringkan (setelah kering dimasukan kesteroilisator)
b. Menyeterilkan dan Penyimpanan Alat Logam
- Memakai panas kering (sterilisator)
- Menyusun alat-alat ke dalam bak instrumen dalam keadaan bersih/kering
- Membungkus bak instrumen berisi alat dengan kain
- Memasukkan alat ke dalam autoclave (sentral) selama 30 menit untuk yang
dibungkus, 20 menit untuk yang tidak dibungkus.
- Mengangkat alat dari sterilisator dan menyimpan dalam tempatnya
2. Pemeliharaan Tensi Meter
- Mengunci air raksa setelah pemakaian alat.
- Menggulung kain beserta manset dan disusun / dimasukkan ke dalam bak
tensimeter.
- Menutup tensimeter dan menyimpan pada tempatnya.
- Kain manset dicuci bila kotor atau satu kali seminggu.
- Perhatikan kaca pengukur harus tetap dalam keadaan bersih dan mudah di
baca.
3. Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Pispot
- Membawa pispot yang kotor ke dalam spoel hoek.
- Memakai sarung tangan.
- Membuang tissue bekas pakai keranjang ke keranjang sampah, dengan
memakai korentang spoel hoek
-Membuang kotoran ke bak septik tank, kemudian mengalirkan air kran supaya
kotoran masuk tangki septik tank. Membilas alat dari kotoran yang masuk,
melekat dengan mempergunakan sikat bertangkai
- larutan desinfektan sampai semua permukaan pispot terendam.
- Membersihkan pispot dengan cara menyikat memakai air sabun/ detergen.
- Membilas pispot di bawah air mengalir
- Merendam pispot di bak /ember tempat perendam yang berisi (bayclin)
- Mengeringkan pot dengan kain lap.
- Menyimpan pot pada tempatnya.

4. Membersihkan Dan Mendesinfeksi Serta Menyimpan Urinal


- Membawa urinal ke kamar spoel hoek.
- Memakai sarung tangan.
- Membuang urinal ke bak septik tank.
- Membilas urinal dengan air.
-Merendam urinal dalam bak/ ember yang berisi larutan desinfektan sampai
semua permukaan urinal terendam (konsentrasi sama dengan perendaman
pispot)
- Memberihkan dengan cara menyikat memakai sabun/detergen
- Membilas urinal dibawah air mengalir
- Mengeringkan urinal dan menggantungkannya ditempatnya

15. Unit Terkait Bagian perawatan / rawat inap


IGD
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA
16. Dokumen Terkait

SPO SISTEM RUJUKAN PUSKESMAS


No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015


PUSKESMAS MARNAINI, S.SiT
Halaman : 2 Nip. 19690306 198911 2 001
KERSIK TUO
1. Pengertian Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal (dari satu
strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya)
dan secara horisontal (antar strata sarana pelayanan kesehatan)
2. Tujuan Mengetahui azas rujukan sebagai penyelenggaraan Puskesmas yang memiliki
kemampuan terbatas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
3. Kebijakan 1. Undang - Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2009, tentang
Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 128/ Menkes/ SK/
11/ 2004, tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Upaya Kesehatan Tingkat II (Rujukan Spesialis ) oleh Balai :
- Balai Pengobatan Penyakit Paru ( BP4)
- Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM )
- Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM )
- Balai Kesehatan Olah raga Masyarakat (BKOM)
- Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T)
- Rumah Sakit Kabupaten / Kota
- Rumah Sakit Swasta
- Klinik Swasta
- Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dll.
4. Upaya Kesehatan Tingkat III (Rujukan Spesialis Lanjutan / Konsultan) oleh :
- Rumah Sakit Propinsi / Pusat / Pendidikan,
- Dinas Kesehatan Propinsi
- Departemen Kesehatan.
4. Referensi 1. Permenkes no 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
2. Permenkes No 001 tahun 2012 Tentang Sistem Rujuka Pelayanan Kesehatan
Perorangan
3. Pedoman pelayanan kefarmasian di Puskesmas
5. Alat dan Bahan - Status pasien
- Surat persetujuan tindakan medis
- Surat rujukan
- Ambulan
- Petugas rujukan
6. Prosedur Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
1. Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien
sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan;
2. Dokter memberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai kondisi
pasien. Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi:
a. Diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. Transportasi rujukan; dan
e. Risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
3. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat
darurat; dan
4. Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima
rujukan. Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien;
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan;
c. Diagnosis kerja;
d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. Tujuan rujukan; dan
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
5. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang transportasi yang digunakan.
a. Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi.
b. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk
dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
c. Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan
d. Perujuk dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi lain yang
layak.
6. Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima
rujukan.
7. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan
lanjutan sejak menerima rujukan.
8. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai
perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.
9. Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada
asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan.
10. Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan peserta asuransi kesehatan atau
jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya
17. Unit Terkait IGD Puskesmas
RS Rujukan
18. Dokumen Terkait Buku register IGD
Inform Consent
Surat rujukan
SPO PELAYANAN LABORATORIUM
No. Kode : VI/PKMKT/2015 Ditetapkan Oleh Kepala
Puskesmas
SPO Terbitan :01

No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku : 01 Juni 2015


PUSKESMAS MARNAINI, S.SiT
Halaman : 2 Nip. 19690306 198911 2 001
KERSIK TUO
1. Pengertian Pelayanan Laboratorium adalah pelayanan pemeriksaan penunjang yang diambil
dari spesimen darah, urine, sputum dan feses.
2. Tujuan Mendukung penegakan diagnosis klinis
3. Kebijakan a. SK Kepala Puskesmas no.004/2014 Tentang Pelayanan Laboratorium
4. Referensi b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 037 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyaraka t
c. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidikan Tenaga
Kesehatan
d. BukuPedomanlaboratoriumDepkes RI Tahun 2005.
5. Alat dan Bahan 1. Alat :
a. Celemek
b. Alat pemeriksaan digital gula darah, kolesterol, asam urat
c. Hb Sahli
d. Objec glass
e. Tabung penampung
f. Mikroskop
g. Lampu Spiritus
h. Savety box
i. Wastafel
j. Alat tulis

2. Bahan:
k. Kapas steril
l. Handscoon
m. Masker
n. Spuit injeksi
o. Tusuk gigi
p. Reagen pewarnaan giemsa
q. Stik gula darah, kolesterol, asam urat
r. Hcl
s. Aquadest
t. Reagen golongan darah
u. Sabun
v. Lancet

6. Prosedur 1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.


2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila
diperlukan, diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang ke Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium, setelah mendaftar di loket pendaftaran
Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan
formulir permintaan rujukan pemeriksaan laboratorium dari dokter yang
merujuknya
4. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas
laboratorium.
5. Petugas laboratorium menyapa pasien dan mempersilahkan duduk.
6. Mengecek instruksi permintaan pemeriksaan laboratorium
7. Memeriksa identitas pasien sesuai status
8. Petugas laboratorium memberikan informasi kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
9. Pasien diminta menandatangani form inform consent
10. Petugas menyiapkan alat yang dibutuhkan sesuai pemeriksaan.
11. Petugas mencuci tangan
12. Setelah alat-alat disiapkan, pasien diambil spesimennya untuk dilakukan
pemeriksaan
13. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
14. Petugas memberitahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai
15. Petugas membuang sampah medis pada tempatnya
16. Melakukan pencatatan pada status pasien.
17. Petugas merapikan alat dan bahan
18. Petugas mencuci tangan.
19. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk
dilakukan validasi.
20. Formulir hasil pemeriksaan Laboratorium Puskesmas diletakkan di loket
pengambilan hasil.
21. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang
pemeriksaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut.
22. Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung
dibawa ke dokter yang merujuk.
23. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa
kepada pasien.
7. Unit Terkait Loket pendaftaran
IGD Puskesmas
Poli umum
Poli KIA
Poli Gigi
8. Dokumen Terkait Buku register IGD
Inform Consent
Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
Formulir hasil laboratorium

Anda mungkin juga menyukai