PENDAHULUAN
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan usaha
penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada
unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha yang
dilakukan organism untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang terus-
menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan
homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila kita
mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task
oriented), yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress
mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada
orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada
tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme
pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan Ego ( Ego defence
mechanism).
1.3 Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan I dan
untuk lebih mengetahui tentang apa itu stres dan adaptasi itu.
BAB II
STRES DAN ADAPTASI
2.1 Stres
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu
cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan
etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup social religius
berubah individualistis, materialistis, dan sekuler; pola hidup produktif ke pola hidup
konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum
ke cara KKN.
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang
menimbulkan penyakit
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,
social, budaya, atau keagamaan.
1) Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang,
misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin
mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh
istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsic (cacat badan dan kegagalan usaha) dan
ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
2) Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-
avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
3) Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di
sekolah selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami.
4) Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus
segera dioperasi.
Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik,
dan tekanan.
1)Respon Fisik
o Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan(rambut memutih) terjadi sebelum
waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
o Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena
kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau
sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
o Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
o Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan
o Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu
pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle
cramps) sehingga serasa tercekik.
o Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari
sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain
kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu
perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat
(basah).
o Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitanpada saluran pernafasan
mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan
berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami
spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu
timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada
saluran nafas paruparu juga mengalami spasme.
o Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya
karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak
mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung
jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau
sebaliknya terasa dingin.
o Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini
disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah
kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan
penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi
pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air
besar atau sebaliknya sering diare.
o Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering
dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
o Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres
adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes
mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan
menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
2) Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga
dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau
dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis
(psychosomatic) atau psikofisiologis.
Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan mengingat serta
konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap hari,lama
kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh sebagai
Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload yang akhirnya
dapat menyebabkan:
-Gangguan jantung
-Masalah tidur
-Masalah pencernaan
-Depresi
-Obesitas
-pelemahan Memori/ingatan
Kelainan pada kulit seperti eksim dan lain-lain,Dengan adanya kelainanan -kelainan pada
tubuh tadi (dirasakan) menyebabkan kekewatiran , memicu pemikiran2 yang tidak rasional.
Stimulasi atau stress. Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang
cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh
kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan pernapasan,
meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan terhadap sistem
simpatis menimbulkan respon stress yang berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom
pada ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh.
Kelenjar adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang
mensekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dan lapisan luar atau
korteks yang mensekresi kortikosteroid mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol).
Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk
merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem otonom sendiri diperlukan dalam
menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua yaitu sistem simpatis dan
parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap adanya 18
2.2 Adaptasi
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya
seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
2.Menurut Heerdjan (1987), Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya
mengatasi kesulitan dan hambatan.
Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar
dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi
tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).
Kesimpulan :
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada karena
perbedaan dari kebiasaan.
Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada perempuan
sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil, masa nifas,
masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan wanita.
PERUBAHAN/KASU RESPON
S STRES PENANGGULANGAN
^pertengkaran karena
Timbul
adanya perbedaan
keraguan ^berkomunikasi dengan
pendapat antara
pada calon baik
pasangan yang akan
suami/istri, ^saling menghargai dan
menikah tentang
cemas, sulit menghormati
pernikahan mereka
tidur, sedih, ^bantuan dari pihak
^ terlalu banyak campur bimbang, keluarga dalam
aduk calon pengantin kelelahan mempersiapkan nya
pada proses persiapan hingga ^bersikap lebih dewasa
pernikahan jatuh sakit, menerima kekurangan
emosi dan kelebihan calon
PSIKO ^tidak siap untuk tinggi, suami/istri
- menikah sesak nafas ^saling introfeksi diri
LOGI
2.3.3 Pada Masa Kehamilan
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:
Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil lebih berfokus pada berbagai perubahantubuh yang terjadi selama kehamilan,
kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.
Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan
resiko kehamilan dan prosespersalinan sehingga wanita
hamilsangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa yang penting,
meskipun demikiankehamilan juga merupakan saat saat krisis bagi keluarga di mana
terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota keluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
1. Menerima kehamilannya
2. Membina hubungan dengan janin
3. Menyesuaikan perubahan fisik
4. Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
5. Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Kehamilan dapat sebagai :
1. Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi
atau oleh tahap perkembangan.
2. Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan,
sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan
masalah psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada
seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang
signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga
mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
3. Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya
anggota keluarga yang baru sehingga terjadiperubahan peran masing-masing
anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru
sehingga terjadiperubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan
anggota keluarga yang lainnya.
Contoh kasus :
^meminta penjelasan
^Perubahan kepada bidan tentang
peran(Menjadi ibu apa yang ibu hamil
baru) tidak ketahui
Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang
tua
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini
1. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada
orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya daalm
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.
3. Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan
lingkungan yang bersih.
Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat
sedih.
Psikososial
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering
dijumpai pada msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui
secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (green
dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia sendiri juga belum dapat
diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga terkait yang
melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah
sebagai berikut
Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti (gorrie, 1998). Namun,
beberapa hal yang dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah
sebagai berikut.
Penyebab PostpartumBlues
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood
dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Gejala Postpartum Blues
Gejala gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang ibu yang baru
melahirkan, antara lain: mudah tersinggung (iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba, cemas
yang berlebihan, mood yang labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan,
merasa tidak bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah
khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit berkonsentrasi dan
membuat keputusan.
Kesedihan dan duka cita
Contoh kasus :
RESPO
N
PERUBAHAN/KASUS STRES PENANGGULANGGAN
Cemas,
resah,
tidak
^Adanya PD,
strechmark minder,
(garis-garis putih sedih,
di perut ) kecewa, ^konsultasi ke bidan
merasa bagaimana caranya
^adanya jahitan
tidak menghilangkan strechmark
setelah
bahagia, di perut
persalinan
sedih,
^postur badan labil, ^melakukan apa yang
yang belum mudah dianjurkan oleh bidan agar
kembali normal marah, dapat
depresi, menyembuhkan/menormal
^ASI keluar frustasi kan bekas-bekas persalinan
FISIK
^Menjadi ibu
yang sebenarnya
^support dari
^harus memiliki Takut , suami/keluarga,dampingi
rasa tanggung sedih, selalu
jawab yang lebih kecewa,
PSIK tinggi terhadap depresi, ^pemberian pengarahan
O- anaknya frustasi dari bidan
LOGI
Contoh kasus :
REAKSI
PERUBAHAN/KASUS STRES PENANGGULANGAN
^pembesaran
payudara ^adanya penjelasan dari
bidan tentang seluk beluk
Dan menyusui
terkadang
terasa sakit ^menyadari bahwa
Menggerutu menyusui bayi kita adalah
^ASI tidak , sedih, salah satu hal mengurangi
keluar resah, cemas rasa sakit pada payudara
FISIK
^takut dan
cemas akan
payudara ^suami selalu
turun mendampingi agar si ibu
sehingga merasa nyaman
tidak ingin
menyusui ^ adanya penjelasan dari
anaknya, bidan tentang seluk beluk
menyusui
^malas
karena ^menyakini bahwa
timbulnya menyusui anak itu suatu
^harus rasa sakit yang sangat
menyusui pada membahagiakan bagi si
PSIKO- anaknya payudara ibu
LOGI
Masa menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam kehidupan wanita
seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak meninggalkan rumah.
Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan Wanita menopause akan mengalami
kestabilan emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa menopause. Apabila seorang wanita tidak siap mental menghadapi masa
menopause dan lingkungan psikososial tidak memberi dukungan yang positif, maka akan
berakibat tidak baik terhadap kesehatan wanita menopause tersebut (Maspaitela, 2004).
Contoh Kasus :
^labil (emotional)
^melemahnya daya
ingat
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara
konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang
melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus
dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat,
1999) yaitu :
3. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau
memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
B. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan
mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
Pemindahan(displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya
netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi(intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-
nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri,
merupakan hati nurani.
Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama.
Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk
menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat
diterima.
Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan
apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.
Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf
perkembangan yang lebih dini
Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan
ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
Pemisahan(splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di
dalam diri sendiri.
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi
yang berikutnya.
Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/
perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif
2.5 Perbedaan Stres dan Gangguan Jiwa
Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat
berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi
berhasil dan stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan
timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan, timbullah stres. Menurut
Hans Selye: Stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu
menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu
merupakan hal yang merugikan, sedangkan,
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
(misalnya nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi
yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan,
nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric
Association 1994 ).Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah salah satu
sebab yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, dan gangguan jiwa adalah
akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.
Gangguan jiwa adalah GANGGUAN KESEIMBANGAN NEUROTRANSMITTER
di otak (Neurotransmitter adalah hormone yang dibuat dalam otak di SISTEM
LIMBIK)
Sistem Limbik (atau otak Paleomammalian) ada satu set struktur otak
termasuk hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks
limbik dan forniks, yang tampaknya mendukung berbagai fungsi termasuk emosi,
perilaku, memori jangka panjang, dan penciuman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan Manusia juga haruslah mampu dan
pandai beradaptasi terutama pada wanita. Karena wanita sangat rentan dan mudah
mengalami stres.Dari masa remaja, pranikah, kehamilan, melahirkan, nifas menyusui dan
menopuse.
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan, ketegangan, emosi
dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi seseorang. Sedangkan
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari persoalan yang ada karena
perbedaan dari kebiasaan.
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association 1994 ).Sehingga dapat
disimpulkan bahwa stress adalah salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya gangguan
jiwa, dan gangguan jiwa adalah akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.