Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usia lanjut adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang
mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi penduduk
berumur 60 tahun atau lebih. Umur kronologis ( kalender ) manusia dapat
digolongkan dalam berbagai masa, yakni Masa anak, Remaja, dan Dewasa ( Bustan,
2007 ).
Menurut Bernice Leugarten yang dikutip Matindas ( 1994 ), usia lanjut dibagi
menjadi usia lanjut muda ( 55-75 tahun ), yaitu pada saat seseorang resmi pensiun
tetapi masih aktif dan bersemangat dan usia lanjut tua ( > 75 tahun ). Dalam hal ini
Levinson dan kawan-kawan, seperti dikutip Matindas ( 1994 ), membagi lagi usia
lanjut muda ke dalam tiga tahapan : usia lanjut peralihan awal ( 50-55 tahun ),
peralihan menengah (55-60 tahun), usia lanjut peralihan akhir ( 60-65 tahun ), dan
usia lanjut tua ( > 65 tahun ). Menurut Bustan ( 2007 ), WHO mengelompokkan usia
lanjut atas tiga kelompok, yaitu kelompok middle age ( 45-59 ), kelompok elderly age
( 60-74 ), dan kelompok old age ( 75-90 ).
Pada lansia, kemampuan kerja dan kegiatan menurun. Hal ini merupakan akibat
dari gabungan penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang
terdapat dalam tubuh. Semua organ di dalam tubuh mengalami penuaan, sehingga
terjadi perubahan atau kemunduran fungsi-fungsinya. Gangguan tersebut dapat
terjadi pada sistem pencernaan, sistem pernapasan, fungsi ginjal dan kandung
kemih, panca indra, serta pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit yang sering
dialami lansia yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah, yaitu
penyakit jantung coroner, gangguan irama jantung, dan hipertensi (Santoso dan
Ismail, 2009).
Angka kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan suatu angka yang tinggi
menjadi suatu pertanyaan yang berujung pada gaya hidup lansia itu sendiri
(Darmojo 2006). Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup lansia seperti kurang
beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok
terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan diet yang tidak sesuai,
manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko
terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005).
Di RW 3 Kelurahan Tunggulwulung cukup banyak ditemukan lansia dengan
penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistol yang tingginya
tergantung umur individu yang terkena. Hipertensi memiliki banyak komplikasinya,
seperti gagal ginjal, CVA, hemorragi retina, dan ensefalopati. Usia dan pola hidup
menjadi salah satu penyebab hipertensi (Tambayong, 2000).
Oleh sebab itu, untuk menurunkan tingginya insiden hipertensi pada lansia perlu
dilakukan suatu pendekatan dalam bentuk pengetahuan yang lebih kepada lansia
dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan dan membantu para lansia di
RW. 03 Kelurahan Tunggulwulung Kota Malang untuk memanajemen kesehatannya.

1.2. Tujuan
Mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia
binaan dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kemandirian lansia untuk
mematuhi anjuran diet dan terapi yang tepat untuk klien dengan hipertensi serta
mencegah komplikasi hipertensi.

1.3. Manfaat
1. Lansia dan keluarga dapat memanfaatkan pengetahuan yang diberikan perawat
untuk meningkatkan kepatuhan diet dan rentang aktivitas lansia untuk kegiatan
sehari-hari
2. Lansia dan keluarga mudah secara ekonomi untuk melakukan tindakan
peningkatan kualitas hidup
3. Lansia dapatmeminimalkan komplikasi hipertensi sebagai pembuktian dari teori
yang ada terhadap praktek mandiri keperawatan

Anda mungkin juga menyukai