IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. N
UMUR : 19 Tahun
AGAMA : Islam
UMUR : 26 tahun
PEKERJAAN : Karyawan
AGAMA : Islam
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
Seorang ibu G1P0A0 datang ke ruang bersalin RSUD Embung Fatimah dengan keluhan
keluar air-air sejak pukul 05.00 tadi pagi. Cairan yang keluar berwarna jernih dan tidak berbau
busuk. Pasien mengaku cairan yang keluar cukup banyak. Pasien juga merasakan mules. Mules
dirasakan menjalar hingga ke pinggang dan terjadi tidak teratur kadang-kadang terjadi setiap 15
menit atau 30 menit sekali. Pasien mengaku 4 hari yang lalu berhubungan badan. Pasien mengaku
dirinya sering pusing-pusing dan lemas. Pasien tidak demam. Pasien menyangkal adanya keluar
lendir darah dan juga menyangkal adanya gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Asma, darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung dan penyakit paru disangkal.
Asma, darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, dan penyakit paru dalam keluarga
disangkal.
RIWAYAT KONTRASEPSI
RIWAYAT HAID
Menarche usia 12 tahun. Siklus haid 28 hari, teratur, lamanya haid 6 - 7 hari. Dismenorea
tidak ada. HPHT tanggal 22 agustus 2011.
RIWAYAT PERNIKAHAN
Pernikahan pertama. Menikah pada umur 18 tahun dan suami 25 tahun
RIWAYAT ANC
Pasien melakukan ANC di bidan tiap satu bulan sekali.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran : somnolen
Berat badan : 46 kg
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,80C
KEPALA
Bentuk : Normocepali
hidung : Septum deviasi tidak ditemukan, mukosa tidak hiperemis, concha nasalis
tidak terjadi pembesaran.
Telinga : Auricula simetris, tidak ada nyeri tekan tragus, gendang telinga intak, tidak
ditemukan sekret
Mulut : Bibir pucat, mukosa basah, lidah tidak kotor, gigi geligi lengkap, tonsil t1/t1 :
dekstra/sinistra, faring tidak hiperemis.
THORAKS
Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ditemukan mur-mur dan gallop
ronkhi
ABDOMEN
Palpasi : Turgor kulit cukup, hepar dan lien tidak dilakukan pemeriksaan, TFU 29 cm
dibawah processis xypoideus konsistensi kenyal.
Perkusi : timfani
GENITALIA
EKSTREMITAS BAWAH
Status Obstetri
1. Periksa luar
Leopold 1 : TFU 27 cm, teraba bulat dan lunak berkesan bokong janin
Leopold 2 : punggung kanan
Leopold 3 : teraba keras melenting berkesan kepala
Leopold 4 : kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian
TBJ : 2480 gr
2. Periksa dalam :
Portio kenyal, anterior, ketuban (-), kepala berada di bidang Hodge I, pembukaan
2 cm.
Darah rutin
o Leukosit : 13.500/mm
o Eritrosit : 3.200.000/mm
o Hb : 10 g/dl
o Ht : 26%
o Trombosit : 216.000/mm
o BT : 4,5 menit
o CT : 8,8 menit
o Gol. Darah : B+
Urin rutin
o Warna : kuning pekat
o Bj : 1,010
o pH :8
o leukosit : +3
o eritrosit : +5
o nitrit :-
o protein :-
o glukosa :-
o keton :-
o urobilin :-
o bilirubin :-
Pemeriksaan USG
Tanggal 21 Maret 2012
Janin Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
DIAGNOSA
G1P0A0 preterm 32 minggu janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala dengan ketuban
pecah dini.
TATALAKSANA
Rencana Diagnostik :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi HIS dan DJJ
- Cek darah lengkap, glukosa darah sewaktu, bleeding time, clotting time
- Observasi tanda tanda infeksi intra uterine dan kompresi tali pusat
Rencana Terapi :
Konservatif:
- IVFD D5% 20 gtt/menit
- Tokolitik, duvadilan (isoxsuprine HCl), 0,2-0,3mg infus intravena. Pemberian
secara infus dipertahankan hingga 24 jam.
- Pematangan paru, Dexamethasone 2 x 6 mg IV
- Ceftriaxon 1 x 2 gr IV
Rencana pendidikan :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasien dan
kehamilannya, risiko infeksi yang bisa terjadi, dan kemungkinan prognosis
kehamilan terhadap janin (prematuritas).
A : G1 hamil 32 minggu
P : Rencana diagnosis : - Observasi tanda - tanda vital
- Observasi HIS, DJJ
Rencana terapi
Konservatif:
- Tokolitik, duvadilan
- Pematangan paru, dexamethasone 2 x 6 mg IV
- Ceftriaxone 1 x 2 gr IV
- Tirah baring dan hidrasi cukup 2000-3000 ml/24 jam
Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu: afebris
Status generalis : dalam batas normal
Status obstetri : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik
I : perdarahan (-)
A : Nifas H1 P1 post partum spontan prematurus
P : - Mobilisasi aktif
- Diet TKTP
- Hygiene
- Motivasi ASI dan KB
- Amoxicilin 3 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- SF 1 x 1
PROGNOSIS
Vitam : Dubia ad bonam
Functionam : dubia ad bonam
KONSULTASI
dr. Sp.OG
ANALISA KASUS
Pasien seorang wanita berusia 19 tahun datang dengan diagnosis awal G1P0A0.
Kemudian dalam perjalanannya pasien didiagnosis mengalami persalinan preterm. Hal
tersebut dikarenakan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan:
1. Anamnesa
- Pasien telah mengalami ketuban pecah dini 8 jam SMRS, hal ini merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya persalinan preterm.
- HPHT pasien tanggal 22 Agustus 2011, jika dilakukan perhitungan maka usia
kehamilan pasien saat melakukan persalinan adalah 32 minggu.
2. Pemeriksaan Fisik
o Periksa luar
TFU : 27 cm, puka, bagian terbawah janin kepala sudah masuk PAP
4/5
o Periksa dalam :
3. Pemeriksaan Penunjang
- USG: Janin presentasi kepala tunggal hidup, biometri sesuai hamil 31-32
minggu, oligohidramnion.
minggu.
badan 42 cm, dan air ketuban jernih. Dapat disimpulkan bahwa bayi
B. SARAN
Bagi ibu hamil sangat perlu dilakukan kontrol rutin dalam kehamilan
untuk mengetahui gejala dan tanda, juga faktor risiko terjadinya persalinan
preterm. Begitu juga bagi para klinisi perlu untuk melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat agar dapat menentukan
faktor risiko persalinan preterm dari ibu hamil dan mencegah komplikasi yang
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. FAKTOR RISIKO
a.JanindanPlasenta
1.Perdarahantrimesterawal
2.Perdarahananterpartum
3.Ketubanpecahdini
4.Pertumbuhanjaninterhambat
5.Cacatbawaanjanin
6.Kehamilanganda/gemeli
7.Polihidramnion
b.Ibu
1.Penyakitberatpadaibu
2.DiabetesMelitus
3.InfeksiSaluranKemih
4.Preeklamsia/hipertensi
5.Penyakitinfeksidengandemam
6.StressPsikologik
7.Kelainanbentukuterus/serviks
8.Riwayatpersalinanpretermberulang
9.Inkompetensiserviks
10.Pemakaianobatnarkotik
11.Trauma
12.Perokokberat
13.Kelainanimunologi/kelainanrhesus
C.ETIOLOGI
2. ABORTUS IMINENS
Weiss dkk (2002) melaporkan adanya kaitan antara perdarahan pervaginam pada
kehamilan 6 13 minggu dengan kejadian meningkatnya persalinan sebelum
kehamilan 24 minggu, persalinan preterm dan solusio plasenta.
3. GAYA HIDUP
4. FAKTOR GENETIK
5. CHORIOAMNIONITIS
Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa KPD dan atau persalinan preterm.
Endotoksin sebagai produk dari bakteri dapat merangsang monosit desidua untuk
menghasilkan cytokine yang selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan
produksi prostaglandine. Prostaglandine E2 dan F2 bekerja dengan modus
6. VAGINOSIS BAKTERIAL
Vaginosis bakterial adalah bukan keadaan infeksi namun adalah satu keadaan
dimana flora vagina normal ( laktobasilus penghasil hidrogen peroksida) diganti
dengan kuman-kuman anerobik (Gardnerella vaginalis, spesies Mobiluncus dan
Mycoplasmahominis)
Vaginosis bakterial sering dikaitkan dengan abortus spontan, persalinan preterm,
KPD , chorioamnionitis dan infeksi cairan amnion.
Dari penelitian yang ada, tak ada keraguan bahwa perubahan flora vagina yang
normal seperti vaginosis bakterial memiliki kaitan erat dengan persalinan preterm
spontan.
Namun demikian, sampai saat ini skrining maupun terapi dari kondisi tersebut
terbukti tidak dapat mencegah terjadinya persalinan preterm.
Ramsey dkk ( 2003), hapusan vagina dengan pengecatan gram pada trimester
kedua yang menghasilkan peningkatan rasio polimorfonuclear dengan sel epitel
adalah prediktif untuk terjadinya persalinan preterm sebelum minggu ke 35.
Knudtson dkk (2003), wanita tidak hamil yang menderita endometritis kronis
diluar kehamilan yang ditandai dengan sel plasma, resiko terjadinya persalinan
preterm meningkat 2.5 kali lipat.
D. DIAGNOSIS
Beberapakriteriadapatdipakaisebagaidiagnosisancamanpersalinan
pretermyaitu:
1. Usiakehamilanantara20dan37minggulengkapatauantara140dan
259hari
2.Kontraksiuterus(his)teratur,pastikandenganpemeriksaaninspekulo
adanyapembukaan
3.Pemeriksaandalammenunjukkanbahwaservikstelahmendatar5080%,
atausedikitnya2cm
4.Selaputketubanseringkalitelahpecah
5.Merasakangejalasepertirasakakudiperutmenyerupaikakumenstruasi,
rasatekananintrapelvikdannyeribagianbelakang
6.Mengeluarkanlendirpervaginam,mungkinbercampurdarah
7.Presentasijaninrendahsampaimencapaispinaisciadika
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1).Laboratorium
Pemeriksaankultururine
PemeriksaangasdanpHdarahjanin
Pemeriksaan darah tepi ibu:
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi
fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang
disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1,
IL-6, TNF.
2).Amniosentesis
Hitungleukosit
PewarnaanGrambakteri(+)pastiamnionitis
Kultur
KadarIL1,IL6
Kadarglukosacairanamnion
3).Pemeriksaan ultrasonografi
Oligohidramnion : Goulk dkk. (1985) mendapati hubungan antara
oligohidramnion dengan korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk.
(1986)mendapatihubunganantaraoligohidramniondengankolonibakteripada
amnion.
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm
(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutamapadakasuskasusKPDdanplasentaprevia.
FETAL FIBRONECTIN
Adalah glikoprotein yang dihasilkan dalam 20 bentuk molekul dari berbagai jenis
sel antara lain hepatosit, fibroblas , sel endothel serta amnion janin.
Kadar yang tinggi dalam darah maternal serta dalam cairan amnion diperkirakan
berperan dalam adhesi interseluler selama implantasi dan dalam mempertahankan
adhesi plasenta pada desidua.
Nilai > 50 ng/mL adalah positif (pemeriksaan dengan metode ELISA dan harus
menghindari kontaminasi dengan darah dan cairan ketuban)
F. PENATALAKSANAAN
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keselamatan neonatal.
Pada kasus-kasus yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus dilakukan
intervensi, yaitu dengan:
2).Pemberian antibiotika
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika yang
tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum.
Diberikan 2 gram ampicillin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).
Penelitilainmemberikanantibiotikakombinasiuntukkumanaerobmaupun
anaerob.Yangterbaikbilasesuaidengankulturdantessensitivitas.
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko
persalinanpreterm,bilatidakadakontraindikasi,diberitokolitik.
3).Pemberian tokolitik
a. Nifedipin10mgdiulangtiap30menit,maksimum40mg/6jam.Umumnya
hanyadiperlukan20mgdandosisperawatan3x10mg.
b. Golonganbetamimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per
oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
c. Magnesiumsulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada
ibu dan bayi).
d. Isoxsuprine HCl
Pemberian di drip 2 ampul 20 tetes/menit.
Efek samping : penurunan tekanan darah dan pusing bisa diatasi dengan
penurunan dosis.
Dalam kaitan ini, terjadi penekananan pada aktivasi jalur cytokine TH1
dan TH2 uterus dan servik. Cytokine ini berperan dalam mempertahankan
kehamilan dan mengawali proses persalinan.
H. CARA PERSALINAN
Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
Indikasi seksio sesarea :
a. Janinsungsang
b. CPD
c.Gawatjanin,bilasyaratpervaginamtidakterpenuhi
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
oligohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak
terpenuhi
e.Kontraindikasipartuspervaginamlain(letaklintang,plasentaprevia,dan
sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 0C ( rawat intensif di
bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.
MANAJEMEN PERSALINAN
Bila persalinan preterm harus terjadi maka ada beberapa pertanyaan yang timbul.
a. Berapa besar kemampuan klinik menjaga kehidupan bayi preterm atau
berapa persen yang akan hidup menurut berat dan usia gestasi tertentu.
b. Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir, dengan seksio atau pervaginam.
c. Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak atau sindrom
gawat nafas.
d. Bagaimana pendapat pasien dan keluarganya mengenai konsekuensi
perawatan bayi preterm dan kemungkinan hidup atau cacat.
I. PENYULIT
1.Sindromagawatnafas(RDS)
2.Perdarahanintrakranial
3.Traumapersalinan
4.Patenduktusarteriosus
5.Sepsis
6.Gangguanneurologi
J. KOMPLIKASI
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-
bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi. Morales (1987)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki
risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
2. Rustam, Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi pertama. Jakarta : EGC, 1998.
CASE REPORT
PREMATUR
Disusun oleh :
Raya Kurniawan
07310206
Pembimbing :
dr. Meman. SpOG