Anda di halaman 1dari 19

Presentasi Kasus

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Oleh :

ELINA AFRIWATI
04923048

Pembimbing
dr. Finny Fitry Yani, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2008

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan
2
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Sumber lain mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah
persentil 10 dari perkiraan berat menurut masa gestasi. 1,5

II. Epidemiologi
Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan.
Jumlah ini bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR
terjadi pada keadaan ibu yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada
keaddan ibu dengan kehamilan resiko tinggi.4
Belum didapatkan data akurat mengenai angka kejadian BBLR di
Indonesia. Dari sebuah laporan Departemen Kesehatan DI Yogyakarta
pada tahun 2005, kejadian BBLR berjumlah 10% dari seluruh kelahiran bayi
di daerah tersebut pada tahun yang sama.6

III. Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.1
Faktor Ibu :
Toxemia
Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)
Malnutrisi (mikro dan makro)
Menderita penyakit kronis
Anemia sel sabit
Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.

2
dsb.

Faktor Janin :
Kelainan kromosom (autosomal trisomi)
Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella
kongenital, sifilis)
Anomali kongenital
Radiasi
Kehamilan ganda
Hipoplasi pankreas
Defisiensi insulin
Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
dsb.

Faktor plasenta :
Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
Penurunan luas permukaan plasenta
Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)
Infark plasenta
Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)
Plasenta terpisah
dsb.

IV. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah
sebagai berikut2 :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta
dan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga
transfer oksigan juga transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat
berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu.

3
Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan
aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi
penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah
plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan
obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik),
penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta
umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan
janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu
selama hamil. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan
bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan
berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi
ibu memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena
kebanyakan wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio
yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase pertunbuhan
trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan
nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu
rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian
tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi
buruk) menunjukkan bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh
terhadap peningkatan berat janin dibanding pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan
janin. Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui
melahirkan bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil
di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi.
Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan
sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan
janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka dilahirkan.

4
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan
25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan
yang sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada
semua ras.

V. Diagnosis
Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut 3 :
1. Menentukan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT), ukuran uterus dan USG.
2. Penilaian janin :
Klinis
Pengukuran berat dengan tinggi fundus. Taksiran berat
janin diukur dengan rumus Johnsons yaitu :
(tinggi fundus 12) x 135 = .... gr
Kadar hormon ibu
Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.
USG
Diameter biparietal < optimal
Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen
menunjukkan bayi kecil masa kehamilan yang
asimetris
Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan
adanya bayi kecil masa kehamilan yang asimetris
Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya
bayi kecil masa kehamilan yang simetris

3. Penilaian bayi baru lahir :

5
Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan
(sesuai dengan batasan).
Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau
berdasarkan pemeriksaan fisik dan neurologis.

Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (untuk mengetahui


ada tidaknya infeksi, kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan
oleh ibu) jika tidak ada riwayat ibu menderita penyakit atau kelainan yang
dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat lahir rendah.

VII. Komplikasi 2
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
2. Kesulitan pernapasan
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas hati
5. Imaturitas ginjal
6. Imaturitas imunologis
7. Kelainan neurologis
8. Kelainan kardiovaskuler
9. Kelainan hematologis
10. Metabolisme

VIII. Penatalaksanaan 6
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :
1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia
2. Early feeding jika memungkinkan
3. Mengatasi komplikasi
4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi
5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

6
IX. Prognosis 5
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada
kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat
mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama,
dan mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia satu tahun.

X. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi
lahir dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan
nutrisi pada ibu hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.

7
BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : By. W

Umur : 1hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pampangan

Keluhan Utama

Neonatus dengan berat lahir rendah

Riwayat Penyakit Sekarang

Neonatus berat badan lahir rendah 1662 gr, panjang badan 38 cm


Lahir sectio caesarea atas indikasi oligohidramnion dan ibu mioma
uteri
Ibu mioma uteri, ketuban jernih
Nilai apgar saat lahir 7/8
Taksiran maturitas 38-39 minggu (kurang untuk masa kehamilan)
Kelainan kongenital tidak ada
Jejas persalinan tidak ada
Penyakit saat ini BBLR

Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu menderita mioma uteri


Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
Kualitas dan kuantitas makanan baik
Kehamilan cukup bulan

8
Kontrol teratur ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan
Pemeriksaan darah ibu sebelum persalinan : Hb 13,9 gr/dl
leukosit 12.300 /mm3.
Riwayat Persalinan :

Persalinan di RS. DR. M. Djamil, dipimpin oleh dokter. Lahir sectio

caesarea atas indikasi oligohidramnion dan ibu mioma uteri. Kelahiran tunggal,

kondisi saat lahir hidup dengan Apgar Skor 7/8. Tindakan resusitasi yang

dilakukan pembersihan jalan napas dan perangsangan.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : cukup aktif

Frekuensi jantung : 138 x /menit

Frekuensi nafas : 44 x/ menit

Suhu : 36,5 oC

Panjang badan : 38 cm

Berat badan : 1662 gr

Sianosis : tidak ada

Ikterik : tidak ada

Pemeriksaan Sistematik :

Kepala :

- Ubun-ubun besar : 3x3 cm

- Ubun-ubun kecil : 1x1 cm

- Jejas persalinan : tidak ada

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

9
Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : napas cuping hidung tidak ada

Leher : retraksi tidak ada

Dada

Toraks :

Bentuk : normochest, retraksi tidak ada

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen :

Permukaan : datar

Kondisi : lemas

Hati : 1/4x1/4

Limpa : S0

Tali pusat : segar

Umbilikus : tidak ditemukan kelainan

Genitalia : labia minora tertutup labia mayora

Ekstremitas : atas :akral hangat, refilling kapiler baik

bawah: akral hangat, refilling kapiler baik

Kulit : ikterik tidak ada, sianosis tidak ada

Anus : ada

Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan

Refleks neonatal

Moro :+

10
Rooting :+

Isap :+

Pegang :+

Ukuran :

Lingkaran kepala : 30 cm

Lingkaran dada : 25,5 cm

Lingkaran perut : 25 cm

Simpisis-kaki : 17 cm

Panjang lengan : 16 cm

Panjang kaki : 16 cm

Kepala-simpisis : 21 cm

Diagnosa akhir
NBBLR 1662 gr, panjang badan 38 cm
Lahir sectio caesarea atas indikasi oligohidramnion dan ibu mioma
uteri
Ibu mioma uteri, ketuban jernih
Nilai apgar saat lahir 7/8
Taksiran maturitas 38-39 minggu (kurang untuk masa kehamilan)
Kelainan kongenital tidak ada
Jejas persalinan tidak ada
Penyakit saat ini BBLR

11
Tabel Perkembangan Pasien

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TATALAKSANA


7 oktober 2008 Pasien pindahan dari KB IGD dengan keterangan Rawat dalam inkubator
BBLR
(hari rawatan ke-1) Keadaan saat diterima : Dextrose 10% 2cc/kg BB
18:20 S/ : demam tidak ada
sesak napas tidak ada Ampicillin 2 x 75 mg
kejang tidak ada Gentamicin 1x 8 mg

O/ :sakit sedang
HR 134 x/ menit, RR 44 x /menit, T 35,6 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Rencana :
Ks/ : BBLR e.c IUGR Periksa ulang GDR
Kultur darah dan sensitivitas
Lab : GDR = 30 mg /dl
Ks/ :hipoglikemi

8 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada Dextrose 10% 2cc/kg BB


(hari rawatan ke-2) sesak napas tidak ada (2)Ampicillin 2 x 75 mg
kejang tidak ada (2)Gentamicin 1x 8 mg
Ikterik (-), sianosis (-)

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 130 x/ menit, RR 46 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

17.00 Lab : GDR = 34 mg/dl (ks: hipoglikemi) Rencana :


GIR dinaikkan menjadi 6
GIR sekarang = 0,167 x 10 x 4 tetes Periksa ulang GDR 1 jam

12
lagi
1,7
=4
6 = 0,167 x 10 x cc/jam
1,7
16,2 = 1,67 x cc/jam
cc/jam = 6,1 6 tetes/jam

18.20 Lab : GDR = 90 mg/dl Rencana :


Pertahankan GIR = 6
Periksa ulang GDR 2 jam
lagi

21.00 Lab : GDR = 90 mg/dl (dalam batas normal)

Ks/: menunjukkan perbaikan

9 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada IVFD D10%


(hari rawatan ke-3) sesak napas tidak ada (6 tetes/menit/mikro)
kejang tidak ada ASI 4 x 5 cc
Ikterik (-), sianosis (-) 4 x 7,.5 cc
(3) Ampicillin 2 x 75 mg
O/ :sakit sedang, kurang aktif (3) Gentamicin 1x 8 mg
HR 130 x/ menit, RR 45 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : tidak tampak perburukan

10 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI 4 x 20 cc


(hari rawatan ke-4) sesak napas tidak ada 4 x 25 cc
kejang tidak ada
Ikterik (-), sianosis (-) (4) Ampicillin 2 x 75 mg
(4) Gentamicin 1x 8 mg
O/ :sakit sedang, kurang aktif (1) Omeprazole 1x0,8 mg
HR 120 x/ menit, RR 40 x /menit, T 37 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

13
Ks/ : tidak tampak perburukan

Lab : kultur darah : Staphylococus epidermidis


Sensitif terhadap cefotaxim
Ks/ : sepsis
11 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand
(hari rawatan ke-5) sesak napas tidak ada
kejang tidak ada (1) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (2) Omeprazole 1 x 0,8 mg
(5) Gentamicin 1 x 8 mg
O/ :sakit sedang, kurang aktif
HR 120 x/ menit, RR 45 x /menit, T 37 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : tidak tampak perburukan

12 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand


(hari rawatan ke-6) sesak napas tidak ada
kejang tidak ada (2) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (6) Gentamicin 1 x 8 mg

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 125 x/ menit, RR 40 x /menit, T 37 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

13 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand


(hari rawatan ke-7) sesak napas tidak ada
kejang tidak ada (3) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (7) Gentamicin 1 x 8 mg

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 130 x/ menit, RR 35 x /menit, T 36,5 oC

14
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

14 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand


(hari rawatan ke-8) sesak napas tidak ada
kejang tidak ada (4) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (8) Gentamicin 1 x 8 mg

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 125 x/ menit, RR 41 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

15 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand


(hari rawatan ke-9) sesak napas tidak ada
kejang tidak ada (5) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (9) Gentamicin 1 x 8 mg

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 120 x/ menit, RR 41 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

16 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand

15
(hari rawatan ke- sesak napas tidak ada
10)
kejang tidak ada (6) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-) (10) Gentamicin 1 x 8 mg

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 120 x/ menit, RR 40 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

17 Oktober 2008 S/ : demam tidak ada ASI on demand


(hari rawatan ke sesak napas tidak ada
-11)
kejang tidak ada (7) Cefotaxim 1 x 75 mg
Ikterik (-), sianosis (-)

O/ :sakit sedang, kurang aktif


HR 120 x/ menit, RR 40 x /menit, T 36,5 oC
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama
teratur, bising (-), pulmo :
bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Ks/ : stabil

Pasien dipulangkan

16
BAB III
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang neonatus perempuan umur 1 hari pindahan dari


KB IGD RS. DR. M. Djamil Padang tanggal 7 Oktober 2008 dengan keluhan
utama lahir dngan berat badan rendah. Didiagnosis dengan BBLR e.c IUGR.
Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari riwayat kehamilan dan
persalinan, ibu menderita mioma uteri saat hamil, tidak mengkonsumsi obat-
obatan,alkohol,tidak merokok, makanan kuantitas dan kualitas baik,
memeriksakan kehamilan teratur ke dokter spsialis kandungan dan kebidanan,
kehamilan cukup bulan. Persalinan s.c dilakukan di RS. DR. M. Djamil, indikasi
oligohidramnion dan ibu mioma uteri. Kelahiran tunggal, kondisi saat lahir hidu
dengan nilai APGAR 7/8. Tindakan resusitasi yang dilakukan pembersihan jalan
napas dan perangsangan. Keadaan ibu dengan mioma uteri ini mengakibatkan
bayi lahir dengan berat badan rendah, karena bidang penyerapan plasenta jadi
berkurang yang akan menyebabkan kurangnya nutrisi yang diterima janin.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 1662 gr, panjang 38

cm. Ini sesuai dengan teori BBLR yaitu bayi dengan berat badan lahir di baah

2500 gr.

Tatalaksana awal yang dilakukan pada pasien ini adalah rawat dalam

inkubator. Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik profilaks karena BBLR

rentan terhadap infeksi dari luar. Antibiotik yang diberikan adalah Ampicilin 2x75

mg, dan Gentamycin 1x8mg. Namun, setelah dilakukan kultur dan sensitivity test

didapatkan kuman (+), Staphylococcus epidermidis dan kuman ini senesitif

terhadap cefotaxim sehingga pemberian amipcillin dihentikan dan diganti dengan

pemberian cefotaxim 1x75 mg.

17
Rencana berikutnya yang dilakukan terhadap pasien adalah pemeriksaan

gula darah sewaktu. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil gula darah sewaktu

pasien 30 mg/dl. Karena itu, pasien diberikan bolus dextrosa 10 % 2cc/kg BB.

Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali gula darah satu jam kemudian dan

didapatkan hasil 90 mg/dl.

Pada hari kedua gula darah pasien kembali turun menjadi 34 mg/dl dan

pasien kembali mendapatkan bolus dextrosa 10 % 2cc/kg BB. Direncanakan

untuk menaikkan Glukosa Index Rate (GIR) pada pasien menjadi 6. Satu jam

beikutnya nasil pemerikssan gula darah menunujukkan peningkatan gula darah

pasien menjadi 90 mg/dl sehingga GIR dipertahankan. Pemeriksaan gula darah 2

jam berikutnya menunjukkan hasil 90 mg/dl. Kesan gula darah dalam batas

normal. Sementara itu, terapi antibiotik tetap dilanjutkan.

Pada hari ketiga pasien mendapat cairan D10% (6 tetes/menit/mikro) dan

mulai diberikan ASI melalui NGT sebanyak 4x5 cc dan 4x7,5 cc. Pada hari

keempat, selain mendapai antibiotik pasien juga diberikan omeprazole 1x0,8 mg

selama 2 hari untuk mengatasi keadaan pasien yang dipuasakan selama 2 hari

sebelumnya. Pemberian ASI melalui NGT ditingkatkan menjai 4x20 cc dan

4x25cc. Hari ke lima antibiotik ampicillin digantikan dengan cefotaxim selama 7

hari. Pemberian gentamicin tetap dilanjutkan sampai 10 hari. Pasien sudah

mendapatkan ASI on demand dari ibunya sejak hari perawatan ke lima ini..

Keadaan pasien menunjukkan adanya perbaikan dan stabil, hingga

akhirnya pada hari rawatan ke-11 setelah menyelesaikan terapi antibiotik pasien

dipulangkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM,


Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of
Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.

2. Dalmanik Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa


Gestasi. Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI 2008 ; 11-30.

3. Sukadi A. Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Baru Lahir. Bandung :


FKUP 2002.

4. Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from


www.emedicine.com

5. Vandenbosche RC, Kirchner JT. 1998. Intrauterine Growth


Retardation from www.aafp.com

6. Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas


Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id

19

Anda mungkin juga menyukai