Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Stroke (CVA) atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan
neurologi mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak sehingga terjadi gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan terjadinya kematian otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian.
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran
darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik.Stroke
thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem arteri carotis atau
pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan sirkulasi posterior.
Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri serebral
khususnya distribusi arteri carotis interna. (Fransisca, 2008; Price & Wilson,2006)
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular Disease
(CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi
otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak
atau merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak. Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba
defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi
suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis,
terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan
akibat ruptur arteri (aneurisma).
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler.

B. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi
dua, yaitu:
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
b. Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
2. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
1. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24
jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang
(Muttaqin, 2008)
C. Etiologi
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setetah thrombosis. Beberapa keadaan yang menyebabkan
trombosis otak:

1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
a. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
c. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
d. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek danterjadi
perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
Faktor Resiko CVA Thrombosis
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor risiko
stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasidengan
perubahan gaya hidup atau secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein2001, faktor-
faktor risiko pada stroke adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi
stroke bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tensi
dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan
intrakranial maupun perdarahan subarachnoid.
2. Penyakit jantung
Meliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
aritmia jantung dan atrium fibrilasi merupakan faktor risiko stroke.
3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah faktor risiko stroke iskemik. Resiko pada wanita
lebih besar daripada pria. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
4. Tingginya kadar zat-zat berlemak seperti kolesterol dalam darah
5. Riwayat stroke dalam keluarga atau penanda genetis lainnya
6. Migrain
Menurut Arif, faktor resiko stroke yaitu :

1. Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA,
penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot dan homozigot untuk
homosistinuria
2. Yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol
dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis, asimtomatis,
hiperurisemia, dan dislipidemia

D. Patofisiologi
(terlampir)
E. Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya.
Menurut Sunden & Suddarth dalm bukunya Keperawtan Medikal Bedah , 2000,
manifestasi stroke yaitu :
1. kehilangan motorik
hemiplegia, hemiparesis
paralysis flaksid dan kehilangan atau penurunan refleks tendon
profunda ( gambaran klinis awal)
Disfagia (kerusakan otot-otot menelan)
2. Kehilangan komunikasi
Disartria
Afasia
Apraksia
3. Gangguan perceptual
Homonimus hemia nopia ( kehilangan dari setengah lapang
pandang)
Gangguan dalam hubungan visual-spasial (seringkali terlihat pada pasien dengan
hemiplegia kiri)
Kehilangan sensori : Sedikit kerusakan pada sentuhan atau lebih buruk dengan
kehilangan propiosepsi, kesulitan dalam mengatur stimuli visual, taktil, dan
auditori
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis
Kerusakan lobus frontal : kapasitas belajar, memori, atau fungsi
inteklektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan . Disfungsi
tersebut mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan dalam
komprehensi, ce[at lupa, dan kurang motivasi.
Depresi, masalah-masalah psikologis lainnya : kelabilan emosional, bermusuhan,
frustasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih
Inkontinensia urinarius transien
Inkontinensia urinarius persisten atau retensi urin ( mungkin simptomatik dari
kerusakan otak bilateral)
Inkontinensia urinarius dan defekasi berkelanjutan ( dapat mencerminkan
kerusakan neurologis ekstensif)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT)
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi lengkap
Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia atau
leukositosis setelah terjadinya bangkitan atau infeksi sistemik
b. Kadar gula darah
Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia dan
hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala neurologis.
c. Kadar elektrolit
Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium, kalium,
kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi
susunan saraf pusat. Pemeriksaan ureum dan elektrolit untuk menentukan
hiponatremia akibat salt wasting
d. Enzim jantung
e. Analisis gas darah
Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik,
hipoksia dan hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor
resiko stroke.
f. Protrombin time (PT) dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar
fibrinogen serta D-dimer.
g. Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang
dapat menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi
menyebabkan hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak. Trombositemia
meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus. PT
dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi. Sedangkan
D-dimer diperiksa untuk mengetahui aktivitas fibrinolisis
G. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2006) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua)
sebagai berikut :
Komplikasi neurology yang terbagi menjadi :
1. Cacat mata dan cacat telinga
2. Kelumpuhan
3. Lemah
Komplikasi non neurology yang terbagi menjadi :
1. Akibat neurology yang terbagi menjadi :
a. Tekanan darah sistemik meninggi
b. Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)
c. Oedema paru
d. Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)
e. Sindroma inappropriate ante diuretic hormone (SIADH)
2. Akibat mobilisasi meliputi :
Bronco pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktor,
deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.
H. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua antar >50 tahun), jenis
kelamin(kebanyakan laki2 daripada perempuan), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi
b. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
3. Pengumpulan data
a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia, dan
hipertensi arterial.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang
e. Makanan/caitan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian
yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama
di muka
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi
dan orientasi. Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur
kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
j. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
4. Pemeriksaan Neurologi
a. Fungsi serebral
Terdiri dari status mental, fungsi intelektual, daya pikir, status emosional,
persepsi, kemampuan motorik, dan bahasa.
b. Pengukuran GCS
- Eyes ( membuka mata )
Spontan : 4
Terhadap rangsangan suara : 3
Terhadap rangsangan nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
- Motorik
Sesuai perintah : 6
Karena nyeri local :5
daerah nyeri :4
Fleksi abnormal :3
Ekstensi abnormal :2
Tidak ada respon :1
- Verbal
Orientasi waktu :5
Bicara kacau (kalimat) :4
Kata kata tidak tepat :3
Tidak bermakna (bergumam) :2
Tidak berespon :1
c. Saraf cranial
Besar pupil tidak sama, ptosis kelopak mata
Nervus : Defisit dari Nervus

a. N. I. : Olfactory

b. N. II. : Optic

c. N. III. : Oculomotor

d. N. IV : Moto trochlear ( gerakan kebawah / kedalam mata )

e. N.V : Trigeminal ( Gerakan rahang, muka )

f. N.VI : Abducens ( Lateral Mata )

g. N.VII : Facial

h. N.VIII : Acoustic ( cochlea, vestibular )

i. N. IX : Glosofaringeal

j. N.X : Vogus ( motor, palatum, faring, laring )

k. N.XI : Asesori Spinal : mastoid, trapezius

l. N.XII : Hypoglosal ( Motor lidah )


d. Pemeriksaan motorik
Meliputi pengkajian motorik kasar, tes keseimbangan, dan pengkajian motorik
halus.
e. Pemeriksaan sensorik
Meliputi sensasi taktil, sensasi suhu dan nyeri, vibrasi dan propriosepsi, dan
merasakan posisi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risk. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak,
gangguan pada N.VIII dan N.XII
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler, gangguan pada N.II dan N.XI
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
gangguan N.II
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
6. Gangguan HDR berhubungan dengan gangguan N.VI dan VII
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan N.I, V, XI, dan X
8. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
9. Risiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, gangguan N. V
10. Risiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
11. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan pada N.II, N.VIII
C. Intervensi Keperawatan
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, perfusi
jaringan serebral adekuat.
b. Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal (t/d 110-130/70-90 mmHg ; nadi 60-
100x/menit ;RR 16-20x/menit ; suhu 36-37,50) tidak ada tanda peningkatan TIK
(mual,muntah,kaku kuduk), kesadaran membaik (composmentis)
c. Intervensi :
1) Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan
dengan keadaan normalnya
R/ mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan
TIK
2) Pantau tanda-tanda vital seperti: Tekanan darah, nadi, dan respirasi dan
tanda peningkatan TIK
R/ variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan atau trauma serebral pada
daerah vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi postural dapat menjadi
factor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi
sirkuler), peningkatan TIK dapat terjadi (karena edema, adanya formasi
bekuan darah). Tersumbatnya arteri subklavika dapat dinyatakan dengan
adanya perbedaan tekanan pada kedua lengan. Perubahan adanya
bradikardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak. Ketidak
teraturan pernafasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan
serebral/ peningkatan TIK
3) Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan (30 dari bidang anatomis)
dan dalam posisi anatomis
R/ menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.
4) Pertahankan tirah baring
R/ mencegah pendarahan dalam kasus stroke hemoragik
5) Kolaborasi dengan beri O2 sesuai indikasi
R/ menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/ terbentuknya edema.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat steroid sesuai indikasi
R/ mengendalikan edema cerebral
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
a. Tujuan : Pasien dapat bermobilisasi sesuai kemampuan
b. Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan aktivitas, pasien mampu mobilisasi
secara bertahap (menggerakkan jari tangan dan kaki, mengepal tangan,
mengangkat tangan dan kaki)
c. Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal
R/ Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan otot
2) Mulai melakukan latihan rentang gerak, aktif dan pasif pada semua
ekstremitas
R/ Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
kontraktur
3) Anjurkan keluarga untuk melatih pasien mobilisasi secara bertahap seperti
latihan meremas bola karet, melebarkan jari-jari dan kaki/telapak
R/ Menurukan resiko terjadinya hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah
utamanya adalah perdarahan. Catatan: stimulasi yang berlebihan dapat
menjadi pencetus adanya perdarahan yang berulang.
4) Bangunkan dari kursi segera mungkin setelah tanda-tanda vital stabil kecuali
pada haemoragic serebral.
R/ membantu menstabilkan takanan darah (tonus vasomotor terjaga),
meningkatkan keseimbangan keseimbangan ekstremitas dalam posisi
normal dan pengosonga kantunng kemih atau ginjal. Menurunkan resiko
terjadinya batu kandug kemih dan infeksi karena urine yang statis.
5) Kolaborasi dengan ahli fsioterapi secara aktif, latihan resistif, dana ambulasi
pasien
R/ Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan
yang berarti menjaga kekurangan tersebut keseimbangan, koordinasi, dan
kekuatan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
a. Tujuan : Pemenuhan kebersihan diri mandi, gigi dan mulut, berpakaian,
BAB/BAK, makan minum dapat terpenuhi.
b. Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan ADL sendiri, pasien tampak bersih dan
rapi.
c. Intervensi :
1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
R/ Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual.
2) Bantu ADL pasien seperti :
Lakukan oral hygiene
R/ Membersihkan mulut dan gigi klien, perawat dapat menemukan
berbagai kelaianan seperti adanya gigi palsu, karies gigi, krusta, gigi
berdarah, bau aseton sebagai ciri khas penderita DM, serta adanya
tumor
Bantu klien mandi
R/ Dengan memandikan klien, perawat akan menemukan berbagai
kelainan pada kulit seperti tanda lahir, luka memar, kulit pucat karena
dingin, kutil, bentuk kuku, dekubitus, ruam kulit, ulkus atau borok.
Bantu klien berpakaian
R/ Beberapa rumah sakit menyediakan pakaian khusus untuk klien .
Namun ada yang tidak. Klien yang mengenakan pakaian RS harus
dirawat dalam keadaan imergensi, tidak ada keluarga yang mengurus
cucian pakaian, menderita penyakit menular, menderita inkonteinesia
urine, atau akan melaksanakan tindakan pembedahan
Bantu klien menyisir rambut
R/ Menyisir rambut merupakan bentuk fisioterapi. Menyisir rambut klien
dilakukan terutama pada klien yang tidak berdaya.
Bantu makan klien
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Bantu klien BAB/BAK
R/ Memenuhi kebutuhan toileting pasien
Bantu klien mengganti alas tempat tidur
R/ Merupakan salah satu kebutuhan fisiologi manusia. klien yang tidak
berdaya dapat mengalami inkontinensia BAB dan BAK, sehingga
menimbulkan bau disekitarnya dan infeksi kulit, sehingga perawat perlu
memberikan bantuan.
Motivasi keluarga untuk membantu dalam pemenuhan ADL pasien.
R/ ADL pasien dapat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F.B.(2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8). Jakarta :
EGC.

Carpenito, L.J. (2006). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (Edisi 10).
Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Muttaqin,A.(2008).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta
: Salemba Medika

Rendy, M.Clevo, Margaret. (2012) .Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika

LAPORAN PENDAHULUAN

CVA TROMBOSIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Medikal
di Ruang 26 Stoke RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
TITIK ZAHROTUL AINIYAH
KELOMPOK 2

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

Anda mungkin juga menyukai