Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NZ
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Sunter
Masuk RS : 16 Juni 2016

ANAMNESIS
Autoanamnesis

Keluhan Utama
Nyeri BAK sejak 1 minggu SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit)

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan nyeri saat BAK sejak 1 minggu
SMRS, BAK berwarna kuning pekat. Pasien mengaku BAK sempat berdarah 1x pada 3 hari
SMRS, riwayat BAK berpasir disangkal. Pasien mengaku demam sejak 3 hari SMRS,
demam dirasakan mendadak, demam dirasakan tinggi tapi pasien tidak mengukur suhunya,
demam disertai menggigil disangkal. Pasien mengaku mual disertai muntah sejak 3 hari
SMRS, frekuensi mutah 2x/hari, volume muntah 50-100cc, berisi air dan disertai sedikit
ampas. Pasien mengaku merasakan nyeri kepala dan nyeri seluruh tubuh sejak 3hari SMRS.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat sakit ginjal sebeumnya (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
- Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama

Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini

Riwayat Kebiasaan
- Pasien sering menahan kencing.
- Pasien mengganti celana dalam 3 kali sehari, dan membasuh kemaluan setelah BAK.

PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Vital Sign : - Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 86x/menit, regular
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,50 C
- Tinggi badan : 155 cm Berat badan: 55 kg

Kepala dan leher


- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokhor, reflex cahaya (+/+)
- Mulut : Mukosa bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-)

Paru
- Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada jejas
- Palpasi : ?ocal fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas-batas jantung
Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra SIC II & linea Sternalis dextra SIC IV,
Batas jantung kiri : Linea midclavicularis sinistra SIC V & SIC II line para sternalis
Sinistra.
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi: perut tampak datar, venektasi (-), scar (-)
- Auskultasi: bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (+) supra pubis, Nyeri lepas (-), Defans Muscular (-), Hepar tidak
teraba, Lien tidak teraba.
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- Pitting oedem (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 16 Juni 2016
Darah rutin
Hb : 14,7 gr/dl
Leukosit : 17.400/ul
Eritrosit : 5,35 juta
Trombosit : 230.000 /ul
Ht : 42,2%

Hasil Laboratorium Urin tanggal 16 Juni 2016


Protein : +2
Reduksi : Negatif
Gilirubin : Negatif
Urobilinogen : Negatif
Keton : Negatif
Ph : 1,025
Nitrit : Negatif
Berat Jenis : 1,025
Warna : Kuning
Kejernihan : Pekat

Sedimen
Eritrosit : 20-30 /lpb
Leukosit : 10-20 /lpb
Sel epitel : Positif
Cylinder : Negatif
Kristal : Negitif

Resume
Perempuan, 37 tahun keluhan nyeri saat BAK sejak 1 minggu SMRS, BAK berwarna kuning
pekat. 3 hari SMRS, BAK sempat berdarah 1x, demam, dirasakan mendadak, pasien
mengaku mual disertai muntah, frekuensi mutah 2x/hari, volume muntah 50-100cc, berisi air
dan disertai sedikit ampas, nyeri kepala dan nyeri seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 86x/menit, isi dan
tegangan cukup, Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 36,5 0C, pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan pada suprapubik (+).
Pemeriksaan penunjang pada lab darah didapatkan leukosit : 17.400/ul, pada lab urin
didapatkan protein +2 dan urin berwarna pekat. Pada sedimen urin didapatkan eritrosit 20-
30/lpb dan leukosit 10-20/lpb.
Diagnosis
Infeksi Saluran Kemih

Diagnosis Banding
Pielonefritis
Cystitis

Rencana Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Scopamin 1 amp/12 jam
Ranitidine 1 amp/12 jam
Ketorolac 1 amp (k/p)

FOLLOW UP
No Tanggal Follow Up Terapi

1 17/06/2016 S: Nyeri perut bagian supra pubis (+), - IVFD RL 20


kencing berpasir (-), kencing tidak tpm
puas (+), kencing sedikit/menetes (+), - Ceftriaxon 2x1
demam (-), mual (-), muntah (-) - Urotactim
O: KU : tampak sakit sedang 2x400 mg
Kes: CMC - Ranitidine 2x1
TD : 100/90 mmHg - Ketorolac (k/p)
Temp : 36,4oC
HR : 82x/i
RR : 22x/i
2 18/06/2016 S: Nyeri perut bagian supra pubis (+) - IVFD RL 20
berkurang , kencing berpasir (-), tpm
kencing tidak puas (+), kencing - Ceftriaxon 2x1
sedikit/menetes (+), demam (-), mual - Urotactim
(-), muntah (-) 2x400 mg
O: TD: 110/80 mmHg - Ranitidine 2x1
Temp: 36,5o C - Ketorolac (k/p)
RR: 20x/i
HR: 78x/i

3 19/06/2016 S: nyeri perut supra pubis (+) - IVFD RL 20


berkurang, kencing berpasir (-), tpm
kencing tidak puas (-), kencing sedikit - Ceftriaxon 2x1
(-), demam (-), mual (-), muntah (-) - Urotactim
O: TD: 120/80 mmHG 2x400 mg
Temp: 36,4oC - Ranitidine 2x1
RR: 18x/i - Ketorolac (k/p)
N: 86x/i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya
mikroorganisme pada saluran kemih.2 Beberapa istilah yang digunakan antara lain :3
- ISK uncomplicated (sederhana) : ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit) : ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection : ISK yang baru pertama kali
diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya 6 bulan bebas dari
ISK.
- Infeksi berulang : timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi
dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini
dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-infeksi kuman berasal
dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari
dalam saluran kemih itu sendiri.
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB) : bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria
>10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik2.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap
invasi mikroorganisme pada urothelium2,3.

2.2 Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di
praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang
pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi2.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama
hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode
aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan
perempuan jika disertai faktor predisposisi2.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik
umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual
dan jarang pada laki-laki <50 tahun5. Insiden ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih
tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%)6.

Tabel 1. Epidemiologi ISK berdasarkan Umur & Jenis Kelamin

Sumber: Smiths General urology 17th edition, 2008, halaman 194

2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak dari ISK adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Escherichia coli menduduki tempat
teratas kemudian diikuti oleh :1
- Proteus sp
- Klebsiella
- Enterobacter
- Pseudomonas
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat
pada tabel berikut :1
Tabel 2. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK1
No Mikroorganisme Persentase biakan (%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela atau enterobacter 10-40
3. Proteus sp 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci 2-10
7. Candida albican 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Pseudomonas
aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25%
pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan
ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium
tubeculosa.1
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah
Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih
secara hematogen.1

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
- Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis
lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri
sendiri tidak pernah ditemukan di klinik8.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler
glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan
radiologik2,8. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih
sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA
biasanya disertai hipertrofi prostat6.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri
(immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-
kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis
kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi
berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan
atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria
yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-
kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor
predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan
penting dalam patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering
ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim2.

- Infeksi Saluran Kemih Bawah


Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis,
serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan
biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa
sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis2.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang
selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya
ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA
(pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type).
Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection)
termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian
khusus dalam pengelolaannya8.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang
(recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit
dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe
berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor
predisposisi8.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat
diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA
disebabkan oleh MO anaerobik2,8.

2.5 Patogenesis
Saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih
terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam
media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1
1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending. Kuman
penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup
secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostat vas deferens testis (pada
pria) buli-buli ureter dan sampai ke ginjal1.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cari
ini ascending-lah yang paling sering terjadi :1,9
1. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Gambar Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. (1)kolonisasi kuman di
sekitar uretra, (2)masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3)penempelan
kuman pada dinding buli-buli, (4)masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.9

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara


mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai
host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.1
A. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain :
- Pertahanan lokal dari host
- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral
Tabel 3. Pertahanan lokal terhadap infeksi.1
No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi
1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan
peristaltik ureter (wash out mechanism)
2. Derajat keasaman (pH) urin
3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4. Estrogen pada wanita usia produktif
5. Panjang uretra pada pria
6. Adanya zat anti bakterial pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic
antibacterial factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein
tamm-Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin,
yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan
dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada
urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :1
- Jumlah urin cukup
- Tidak ada hambatan didalam saluran kemih
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat mempengaruhi
aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya1 :
- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak dapat
mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk sistem
urinaria.
- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
B. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi
untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau
dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu1 :
- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.
- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin
(hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.1

2. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah,
karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan
imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat
lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus
infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas,
Candida, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.1,2
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal
yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.1,2

2.6 Manifestasi klinis


Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan
terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis3.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :2,3
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien antara lain nyeri supra pubik, disuria, frekuensi,
hematuri, urgensi, dan stranguria
2. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah,
skoliosis, dan penurunan berat badan.
Gambar Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis.2

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis
infeksi saluran kemih, antara lain : 1,2
1. Urinalisis
- Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai
penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit non-gromeluler seperti batu
saluran kemih dan infeksi saluran kemih1.
- Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan
paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5
leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus1.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan2 :
Infeksi tuberkulosis
Urin terkontaminasi dengan antiseptik
Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
Nefrolitiasis
Tumor uroepitelial
- Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain : 10
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
glomerulonefritis akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersaman dengan proteinuria nefrotik.

- Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal1.
- Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi10.

2. Bakteriologis
- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar
atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan
pandang minyak emersi2.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria
Catteli. 1,2

Tabel 4. Kriteria Catteli untuk diagnosis bakteriuria yang bermakna.1,2


Wanita, simtomatik
102 organisme koliform/ mL urin plus piuria
atau
105 organisme patogen apapun/ ML urin
atau
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara
aspirasi suprapubik

Laki-laki, simtomatik
103 organisme patogen/ mL urin

Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di antaranya
yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.1,4
4. Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai
dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut
dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan
kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37 oC
selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.1,2

b. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto
polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT-Scan.1,2
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :1
- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan
mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang
mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping
yang minimal. Oleh karena itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan
anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang
dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK antara lain1 :
- Pengobatan dosis tunggal
- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
- Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
- Pengobatan profilaksis dosis rendah
- Pengobatan supresif.

a. Infeksi saluran kemih (ISK) atas


Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam2.

Tabel 5. Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut2.


Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
antimikroba oral.
Pasien sakit berat atau debilitasi
Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
Diperlukan investigasi lanjutan
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut
The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme
penyebabnya2 :
- Flurokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

b. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah


Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang
adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin2 :
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal,
seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi konvensional
selama 5-10 hari.
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan
tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection)2 :
- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan koreksi faktor
risiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan yang banyak,
cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis tunggal (misal
trimentoprim 200 mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105 memerlukan antibiotika
yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang
disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang sesuai (misal golongan
kuinolon).2

c. Infeksi saluran kemih berulang


Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut :3

Riwayat ISK berulang

Gejala ISK baru

Pengobatan 3 hari

Follow up selama 4-7 hari

Pengobatan berhasil Pengobatan gagal

Pasien dengan reinfeksi berulang


Infeksi kuman resistensi antimikroba
Infeksi kuman peka antimikroba

Calon untuk terapi jangka panjang


Terapi
dosis
3 hari
rendah
untuk kuman yang
Terapi
pekadosis tinggi selama 6 minggu
Gambar Manajemen ISK berulang.3

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprim-sulfametoksazol


dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam, Flurokuinolon dosis rendah,
nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat
diperpanjang 1-2 tahun lagi.3

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih,
sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi ginjal.3

2.10 Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan
100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila
terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA
dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis
terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama8.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila
terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering
kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan
antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas8.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
3. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik - Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.
4. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta. EGC; 2001.
5. Husain A. Urologic Solutions; Services & Treatment. 2011. Diunduh dari:
http://urologicsolutions.com/wordpress/our-services/services-treatments.
6. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch
J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 2008: 193-195.
7. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006
8. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
9. Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infection. Diunduh dari :
http://www.emedicinehealth.com

Anda mungkin juga menyukai