LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NZ
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Sunter
Masuk RS : 16 Juni 2016
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri BAK sejak 1 minggu SMRS (Sebelum Masuk Rumah Sakit)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini
Riwayat Kebiasaan
- Pasien sering menahan kencing.
- Pasien mengganti celana dalam 3 kali sehari, dan membasuh kemaluan setelah BAK.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Vital Sign : - Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 86x/menit, regular
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,50 C
- Tinggi badan : 155 cm Berat badan: 55 kg
Paru
- Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada jejas
- Palpasi : ?ocal fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas-batas jantung
Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra SIC II & linea Sternalis dextra SIC IV,
Batas jantung kiri : Linea midclavicularis sinistra SIC V & SIC II line para sternalis
Sinistra.
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi: perut tampak datar, venektasi (-), scar (-)
- Auskultasi: bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (+) supra pubis, Nyeri lepas (-), Defans Muscular (-), Hepar tidak
teraba, Lien tidak teraba.
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- Pitting oedem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 16 Juni 2016
Darah rutin
Hb : 14,7 gr/dl
Leukosit : 17.400/ul
Eritrosit : 5,35 juta
Trombosit : 230.000 /ul
Ht : 42,2%
Sedimen
Eritrosit : 20-30 /lpb
Leukosit : 10-20 /lpb
Sel epitel : Positif
Cylinder : Negatif
Kristal : Negitif
Resume
Perempuan, 37 tahun keluhan nyeri saat BAK sejak 1 minggu SMRS, BAK berwarna kuning
pekat. 3 hari SMRS, BAK sempat berdarah 1x, demam, dirasakan mendadak, pasien
mengaku mual disertai muntah, frekuensi mutah 2x/hari, volume muntah 50-100cc, berisi air
dan disertai sedikit ampas, nyeri kepala dan nyeri seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 86x/menit, isi dan
tegangan cukup, Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 36,5 0C, pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan pada suprapubik (+).
Pemeriksaan penunjang pada lab darah didapatkan leukosit : 17.400/ul, pada lab urin
didapatkan protein +2 dan urin berwarna pekat. Pada sedimen urin didapatkan eritrosit 20-
30/lpb dan leukosit 10-20/lpb.
Diagnosis
Infeksi Saluran Kemih
Diagnosis Banding
Pielonefritis
Cystitis
Rencana Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Scopamin 1 amp/12 jam
Ranitidine 1 amp/12 jam
Ketorolac 1 amp (k/p)
FOLLOW UP
No Tanggal Follow Up Terapi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya
mikroorganisme pada saluran kemih.2 Beberapa istilah yang digunakan antara lain :3
- ISK uncomplicated (sederhana) : ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit) : ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection : ISK yang baru pertama kali
diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya 6 bulan bebas dari
ISK.
- Infeksi berulang : timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi
dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini
dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-infeksi kuman berasal
dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari
dalam saluran kemih itu sendiri.
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB) : bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria
>10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik2.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap
invasi mikroorganisme pada urothelium2,3.
2.2 Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di
praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang
pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi2.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama
hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode
aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan
perempuan jika disertai faktor predisposisi2.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik
umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual
dan jarang pada laki-laki <50 tahun5. Insiden ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih
tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%)6.
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak dari ISK adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Escherichia coli menduduki tempat
teratas kemudian diikuti oleh :1
- Proteus sp
- Klebsiella
- Enterobacter
- Pseudomonas
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat
pada tabel berikut :1
Tabel 2. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK1
No Mikroorganisme Persentase biakan (%)
1. Escherichia coli 50-90
2. Klebsiela atau enterobacter 10-40
3. Proteus sp 5-10
4. Pseudomonas aeroginosa 2-10
5. Staphylococcus epidermidis 2-10
6. Enterococci 2-10
7. Candida albican 1-2
8. Staphylococcus aureus 1-2
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Pseudomonas
aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25%
pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan
ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium
tubeculosa.1
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah
Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih
secara hematogen.1
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
- Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis
lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri
sendiri tidak pernah ditemukan di klinik8.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler
glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan
radiologik2,8. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih
sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA
biasanya disertai hipertrofi prostat6.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri
(immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-
kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis
kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi
berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan
atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria
yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-
kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor
predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan
penting dalam patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering
ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim2.
2.5 Patogenesis
Saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih
terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam
media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1
1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending. Kuman
penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup
secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostat vas deferens testis (pada
pria) buli-buli ureter dan sampai ke ginjal1.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cari
ini ascending-lah yang paling sering terjadi :1,9
1. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Gambar Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. (1)kolonisasi kuman di
sekitar uretra, (2)masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3)penempelan
kuman pada dinding buli-buli, (4)masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.9
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin,
yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan
dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada
urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :1
- Jumlah urin cukup
- Tidak ada hambatan didalam saluran kemih
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat mempengaruhi
aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya1 :
- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak dapat
mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk sistem
urinaria.
- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
B. Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi
untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau
dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu1 :
- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.
- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin
(hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.1
2. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah,
karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan
imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat
lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus
infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas,
Candida, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.1,2
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal
yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.1,2
- Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal1.
- Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi10.
2. Bakteriologis
- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar
atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan
pandang minyak emersi2.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria
Catteli. 1,2
Laki-laki, simtomatik
103 organisme patogen/ mL urin
Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di antaranya
yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.1,4
4. Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai
dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut
dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan
kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37 oC
selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.1,2
Pengobatan 3 hari
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih,
sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi ginjal.3
2.10 Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan
100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila
terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA
dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis
terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama8.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila
terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering
kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan
antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas8.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
3. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik - Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.
4. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta. EGC; 2001.
5. Husain A. Urologic Solutions; Services & Treatment. 2011. Diunduh dari:
http://urologicsolutions.com/wordpress/our-services/services-treatments.
6. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch
J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 2008: 193-195.
7. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006
8. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
9. Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infection. Diunduh dari :
http://www.emedicinehealth.com