Anda di halaman 1dari 22

MORBILI

Definisi

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus akut yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu: stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.

Etiologi

Penyebabnya ialah virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak bercak.

Faktor Resiko
a. Anak dengan keadaan imunodefisiensi yang disebabkan karena HIV atau AIDS,
leukemia, penggunaan kortikosteroid, dan tidak melakukan imunisasi,
b. Perjalanan ke daerah endemic campak atau adanya kontak dengan wisatawan didaerah
endemic,
c. Anak bayi yang kehilangan antibody pasif sebelum mendapat imunisasi rutin,
d. Malnutrisi,
e. Defisiensi vitamin A,
f. Kehamilan.

Morfologi Virus
a. Bentuk virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar
dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari
bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA)- yang merupakan struktur heliks
nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek.
Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.
b. Ketahanan virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Pada temperature
kamar virus ini akan kehilangan 60% sifat efektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37oC
waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56o hanya 1 jam. Sebaliknya virus ini
mampu bertahan dalam keadaan dingin. Virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin,
pada suhu -70oC dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-6oC, dapat hidup selama 5 bulan. Virus campak bersifat
ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak. Virus campak juga sensitive terhadap
0,01% betapropiacetone pada suhu 37C dalam 2 jam, ia akan kehilangan sifat
infektivitasnya namun tetap memiliki antigenitas penuh.
c. Pertumbuhan virus
Pertumbuhan virus campak baru dapat mencapai kadar tertinggi pada fase larutan setelah
7-10 hari. Virus ini tidak akan tumbuh dengan baik pada perbenihan primer yang terdiri
dari continuos cell lines.
Virus campak menyebabkan dua perubahan tipe sitopatik, yaitu berupa perubahan pada
sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari banyak sel akan saling
bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40 nucleus di tengah.
Inclusion bodies yang berada didalam inti. Efek pada gelondong ini lebih sering terjadi
pada sub-kultur yang berurutan, terutama apabila virus telah menyesuaikan diri dalam sel
amnion manusia.
d. Struktur antigenic
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan neutralizing antibody,
complement fixing antibody dan haemaglutinine inhibition antibody. Imunoglobulin kelas
IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari
setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM cepat
menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal terbatas dan jumlahnya terus terukur.
IgM menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi,
sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama.
Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di seluruh saluran
nafas.

Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki tempat
ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%) merupakan endemic disebagian besar
dunia. Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara sedang berkembang.

Patologi
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membrane mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran
cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuclear dan beberapa sel
polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler. Biasanya ada hyperplasia jaringan limfoid di
apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100 mm dapat ditemukan. Di
kulit reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri
dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi
radang menyeluruh pada mukosa dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrane
mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstitial akibat dari virus campak mengambil bentuk
pneumonia sel raksasa. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pada
kasus ensefomielitis yang mematikan, terjadi mielinasi dari vascular pada daerah otak dan
medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut dawnso (sub akut sclerozing
panencephallitis/SSPE), dapat ada degenerasi korteks dan substansi alba dengan benda-benda
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik.
Patofisiologi

Virus Campak Droplet Limfatik Lokal KGB Regional

Retikuloendotelial Terjadi Viremia Primer Multiplikasi


Virus

(+) Sel raksasa Sel T aktif


berinti banyak membela

Hari ke-5 dan ke-6

Terjadi Viremia Sekunder

Epitel Orofaring Konjungtiva Saluran nafas Kulit Kandung kemih Usus

Hari ke-9 dan ke-10

Nekrosis 1-2 lapis sel

Virus kembali masuk

Batuk , pilek Konjungtiva merah Demam tinggi Ulsera kecil pada


mukosa pipi

Daya tahan tubuh

(+) Ruam Makulopapular


(Hari ke-14)
Sign and symptoms

Masa tunas 10-20 hari.

Penyakit ini dibagi atas 3 stadium, yaitu:

a. Stadium kataral (prodormal)


Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari yang disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
koplik yang berwarna putih kelabu, sebesarujung jarum dan dikelilingi oleh eritema
b. Stadium erupsi
Pada stadium ini koriza dan batuk-batuk semakin bertambah. Timbul enantema atau titik
merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang dapat terlihat pula bercak koplik. .
pada fase ini eritema mulai terbentuk disertai menaiknya suhu badan. Eritema pertama
kali timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan ringan pada kulit,
adanya rasa gatal dan muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan
dapat terjadi splenomegali.
c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai kembali normal kecuali ada
komplikasi.

Differential Diagnosis
1. German measles
Tanda dan gejala: pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga
2. Eksantema subitum
Tanda dan gejala: ruam akan timbul bila suhu badan menjadi normal.
3. Kawasaki Disease
Tanda dan gejala: iritabilitas,noneksudatif bilateral konjungtivitis, eritema dan edema
pada tangan dan kaki, pembesaran kelenjar getah bening, strawberry tongue, disfungsi
hepar dan renal, anterior uveitis.
4. Drug Eruption
Tanda dan gejala: erosi membrane mukosa, kulit melepuh, eritema dan purpura, nekrosis
kulit, pembesaran kelenjar getah bening, demam tinggi, sesak napas, dan hipotensi.

Penegakan Diagnosis
a. Anamneses
- Menanyakan perjalanan penyakit
- Menanyakan riwayat penyakit keluarga
- Menanyakan riwayat penggunaan obat
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan pada kulit, yaitu ditemukan adanya ruam makulopapular pada masa
stadium erupsi dan pada stadium konvalesensi ditemukan adanya hiperpigmentasi
dan mengelupas,
- Pemeriksaan penyebaran ruam,
- Pemeriksaan terhadap sangkaan penyulit, seperti pada bronkopneumonia
dilakukan pemeriksaan terhadap suara tambahan, pada ensefalitis dilakukan
pemeriksaan reflex, pada otitis media dilakukan pemeriksaan menggunakan
otoskop.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Sitologi, ditemukannya sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan
pipi,
- Pemeriksaan Serologi, ditemukan IgM spesifik,
- Pemeriksaan Darah Rutin biasanya angka leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relative, kadar glukosa normal
- Untuk sangkaan penyulit diperlukan pemeriksaan pungsi lumbal pada penderita
ensefalitis. Pada ensefalitis biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit
kenaikan limfosit. Pada bronkopneumonia diperlukan pemeriksaan foto thoraks.
Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan pasien campak dengan penyulit perlu
dirawat inap.

Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik dat
diberikan antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan. Anak juga diberikan Vitamin A
100.000 l per oral yang diberikan 1 kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap
hari.

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul,
yaitu:

a. Bronkopneumonia
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis iv dikombinasikan
dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari iv dalam 4 dosis sampai gejala sesak berkurang
dan pasien dapat minum obat per oral
b. Enteritis
Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi
c. Otitis media
Dapat diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis)
d. Ensefalopati
Pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edema otak, disamping
pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Komplikasi
- Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak sendiri yang menyebabkan lesi
interstisial. Namun bronkopneumonia karena invasi bakteri sekunder, terutama
pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan haemophilus influenza. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.
- Eksaserbasi proses tuberculosis dapat terjadi, sehingga kehilangan
hipersensitifitas terhadap tuberculin.
- Laringitis akut timbul akibat adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandainya dengan
distress pernafasan, sesak, sianosis, stridor.
- Ensefalitis terjadi akibat mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus campak ke dalam otak.Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma
dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching,
disorientasi juga dapat ditemukan.
- SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) merupakan kelainan degenerative
susunan saraf pusat yang jarang disebakan oleh infeksi virus campak yang
persisten. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual
yang progesif, diikuti oleh inkordinasi motorik, kejang umumnya bersifat
mioklonik.
- Otitis Media terjadi akibat invasi virus campak ke dalam telinga tengah. Gendang
telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi
otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.
- Enteritis terjadi akibat virus ke dalam mukosa usus dengan gejala muntah dan
mencret pada fase prodromal dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan
kehilangan protein (protein losing enteropathy)
- Konjungtivitis yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak
mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri.
Prognosis
Prognosis dari campak biasanya baik dengan infeksi yang tidak buruk. CDC melaporkan
angka mortalitas pada anak-anak dari infeksi campak menjadi 0,1-0,2%. Walaupun dapat
terjadi beberapa komplikasi. Angka kematian telah menurun sampai tingkat rendah pada
semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik, tetapi juga
karena terapi antibacterial efektif untuk pengobatan infeksi sekunder.
Status Pasien

Nama Pasien : Faqih Muzakki Rahmad

Umur : 1 tahun 8 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Serbelawan

No. RM : 29-20-85

Anamnese

Keluhan Utama : Demam

Telaah :
Demam dialami os sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Demam terus menerus
tinggi. Demam tidak disertai kejang namun disertai dengan mata merah, perdarahan dari hidung
dan gusi tidak dialami penderita.Os juga batuk selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, batuk
berlendir warna putih, tidak ada darah. Os juga mengalami sesak nafas 1 hari setelah dirawat di
rumah sakit. Hidung Os merasa mampet dan berair. Bintik kemerahan dialami penderita sejak 2
hari setelah dirawat di rumah sakit, awalnya bintik dimulai dari belakang telinga, kemudian
menyebar ke seluruh tubuh. Bintik dirasakan gatal. BAB hitam pada saat demam hari ke-3
sebelum masuk rumah sakit, dengan frekuensi BAB 2 kali. Nafsu makan menurun. BAK normal
seperti biasa.
Anamnese Pribadi
a. Imunisasi yang diberikan : BCG, Polio, DPT
b. Os merupakan anak pertama
c. Riwayat Persalinan :
a. Tempat : Rumah Sakit
b. Cara Persalinan : SC
c. Ditolong oleh : Dokter
d. Usia Kehamilan : 9 bulan
e. Berat Badan lahir : 3200 gram
f. Asupan makanan : ASI eksklusif 6 bulan

Status Lokalisata

a. Sensorium : Compos Mentis


b. Berat Badan : 10 kg
c. Rambut : Berwarna hitam, tidak mudah dicabut
d. Mata : Pupil (isokor), anemis (-), ikterik (-)
e. Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
f. Telinga : Normal
g. Mulut : Normal
h. Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
i. Thorax : Dada simetris Fusiformis, stem fremitus ka=ki, desah jantung (-)
j. Abdomen : Asites (-), peristaltic (+) normal, nyeri tekan (-)
k. Hati/Limpa : Tidak Teraba
l. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas : Oedem (-)

Pemeriksaan yang direncanakan

a. Darah Lengkap
b. Widal Test
Hasil Laboratorium

24 Juni 2014

Pemeriksaan Hasil Tes Satuan Normal


Darah Rutin (Hematologi)
Hemoglobin 11,3 gr% 12,0-16,0
Leukosit 5.300 /mm3 3.500-10.000
LED/BBS 12 mm/jam 0-10
Eritrosit 4,51 juta/mm3 3,80-5,80
Hematokrit 35,1 Vol% 35,0-50,0
Trombosit 235.000 /mm3 150.000-190.000
IMUNO-SEROLOGI
WIDAL TEST
Antigen Salmonella Typhi O 1/40 1/40-1/80
Antigen S. Paratyphi A-O 1/40 1/40-1/80
Antigen S.Paratyphi B-O 1/160 1/40-1/80
Antigen S.Paratyphi C-O 1/40 1/40-1/80
Antigen Salmonella Typhi H 1/40 1/40-1/80
Antigen S.Paratyphi A-H 1/40 1/40-1/80
Antigen S.Paratyphi B-H 1/40 1/40-1/80
Antigen S.Paratyphi C-H 1/160 1/40-1/80
Anti-Dengue IgM Positif (+) Negative (-)
Anti-Dengue IgG Negative (-) Negative (-)
25 Juni 2014

Pemeriksaan Hasil Tes Satuan Normal


Darah Rutin (Hematologi)
Hemoglobin 11,4 Gr% 12,0-16,0
Leukosit 4.300 /mm3 3.500-10.000
Eritrosit 4,48 Juta/mm3 3,80-5,80
Hematokrit 35,0 Vol% 35,0-50,0
Trombosit 223.000 /mm3 150.000-190.000

26 Juni 2014

Pemeriksaan Hasil Tes Satuan Normal


Darah Rutin (Hematologi)
Hemoglobin 10,9 Gr% 12,0-16,0
Leukosit 2.800 /mm3 3.500-10.000
Eritrosit 4,41 Juta/mm3 3,80-5,80
Hematokrit 31,0 Vol% 35,0-50,0
Trombosit 173.000 /mm3 150.000-190.000
27 Juni 2014

Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 11,3 gr/dl P: 14-18 W: 12-18
Neonatus: 13,5-19,5
3 bulan: 9,5-13,5
1 tahun: 10,5-13,5
3-6 tahun : 12,0-14,0
10-12 tahun : 11,5-14,5
Leukosit 4.500 /mm3 4.500-11.000
0-1 tahun : 6.000-18.000
4-7 tahun : 5.000-15.000
Laju Endap Darah 3 Mm/1jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 165.000 /l 150.000-450.000
Hematokrit 33,1 % P: 42-50 W: 36-46
MCV 80,9 Fl 80-97
MCH 27,6 Pg 26,5-33,5
MCHC 34,1 g/dl 31,5-35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Neutrofil Batang 0 % 2-6
Neutrofil Segment 42 % 50-70
Limfosit 48 % 20-40
Monosit 10 % 2-8
28 Juni 2014

Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 11,9 gr/dl P: 14-18 W: 12-18
Neonatus: 13,5-19,5
3 bulan: 9,5-13,5
1 tahun: 10,5-13,5
3-6 tahun : 12,0-14,0
10-12 tahun : 11,5-14,5
Leukosit 5000 /mm3 4.500-11.000
0-1 tahun : 6.000-18.000
4-7 tahun : 5.000-15.000
Jumlah Trombosit 171.000 /l 150.000-450.000
Hematokrit 34,0 % P: 42-50 W: 36-46
MCV 82,1 Fl 80-97
MCH 28,7 Pg 26,5-33,5
MCHC 35,0 g/dl 31,5-35,5
29 Juni 2014

Darah Lengkap Hasil Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 11,8 gr/dl P: 14-18 W: 12-18
Neonatus: 13,5-19,5
3 bulan: 9,5-13,5
1 tahun: 10,5-13,5
3-6 tahun : 12,0-14,0
10-12 tahun : 11,5-14,5
Leukosit 12.800 /mm3 4.500-11.000
0-1 tahun : 6.000-18.000
4-7 tahun : 5.000-15.000
Jumlah Trombosit 215.000 /l 150.000-450.000
Hematokrit 36,6 % P: 42-50 W: 36 - 46
MCV 84,7 Fl 80 - 97
MCH 27,3 Pg 26,5 - 33,5
MCHC 32,2 g/dl 31,5 - 35,5
Follow Up

Tanggal Follow Up Coass Anak Terapi


26 Juni 2014 KU : demam (+) IVFD RL 24 gtt/I
19.30 WIB HR : 120 x/i Inj.Cefotaxim fl / 12 jam
RR : 28 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
T : 37oC Inj.Ondancentron 2 mg/8 jam
BB : 10kg Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
Inj. Novalgin amp./ 8 jam
Inj. Bisolvon amp./ 8 jam
27 Juni 2014 KU : susah bernafas, kulit IVFD RL 24 gtt/I
06.00 WIB merah Inj.Cefotaxim flc / 12 jam
HR : 120 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
RR : 28 x/i Inj.Ondancentron 2 mg/8 jam
T : 37,6 oC Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
BB : 10kg Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
27 Juni 2014 KU : sesak nafas IVFD RL 24 gtt/I
18.00 WIB HR : 120 x/i Inj.Cefotaxim flc / 12 jam
RR : 32 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
T : 37,4 oC Inj.Ondancentron 2 mg/8 jam
BB : 10kg Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
Mofacort Cream Sue
28 Juni 2014 KU : sesak nafas IVFD RL 24 gtt/I
06.00 WIB HR : 140 x/i Inj.Cefotaxim flc / 12 jam
RR : 52 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
T : 37,5 oC Inj.Ondancentron 2 mg/8 jam
BB : 10kg Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
Mofacort Cream Sue
28 Juni 2014 KU : bintik-bintik merah pada IVFD RL 24 gtt/I
18.00 WIB kulit Inj.Cefotaxim flc / 12 jam
HR : 124 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
RR : 34 x/i Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
T : 37,8 oC Nebul ventolin + Fluxolide
BB : 10kg 1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
Mofacort Cream Sue
28 Juni 2014 KU : bintik-bintik merah pada IVFD RL 24 gtt/I
20.45 WIB kulit, demam Inj.Cefotaxim flc / 12 jam
HR : 160 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
RR : 32 x/i Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
T : 37,5 oC Nebul ventolin + Fluxolide
BB : 10kg 1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
Mofacort Cream Sue
29 Juni 2014 KU : bintik-bintik merah pada IVFD RL 24 gtt/I
06.00 WIB kulit Inj.Cefotaxim fl / 12 jam
HR : 130 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
RR : 36 x/i Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
T : 37oC Inj. Novalgin amp. / 8 jam
BB : 10kg Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
29 Juni 2014 KU : bintik-bintik merah pada IVFD RL 24 gtt/I
18.00 WIB kulit Inj.Cefotaxime fl / 12 jam
HR : 112 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
RR : 36 x/i Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
T : 36,2oC Inj. Novalgin amp. / 8 jam
BB : 10kg Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte 2 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg
30 Juni 2014 KU : sesak nafas IVFD RL 24 gtt/I
06.00 WIB HR : 118 x/i Inj.Cefotaxim fl / 12 jam
RR : 33 x/i Inj.Dexametason amp./8 jam
T : 36,8oC Inj.Ranitidin amp. / 8 jam
BB : 10kg Inj. Novalgin amp. / 8 jam
Nebul ventolin + Fluxolide
1:1/8 jam
Codipront syr 2 x cth 1
Meptin syr 2 x cth 1
Paracetamol fls
Imboost forte syr 2 x 1
Phinoer 1 x 1
Dehaf sachet 2 x 1
Acyclovir tab 3 x 200 mg

Prognosis

- Baik, karena penangan pada os ditangani dengan tepat, walaupun disertai dengan Demam
Berdarah Dengue dan penyulit seperti Bronkopneumonia.

Edukasi

- Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi


- Mengisolasi pasien dari orang yang belum pernah mendapatkan morbili
- Melakukan imunisasi mobili pada anak

Anda mungkin juga menyukai

  • Impetigo Krustosa
    Impetigo Krustosa
    Dokumen20 halaman
    Impetigo Krustosa
    leo randa sebaztian simangunsong
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Dokumen23 halaman
    Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Joko Pratama Atmayudha
    100% (1)
  • Anestesi Ginjal
    Anestesi Ginjal
    Dokumen22 halaman
    Anestesi Ginjal
    Joko Pratama Atmayudha
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Dokumen1 halaman
    Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Pmrks Fs. Ginjal
    Pmrks Fs. Ginjal
    Dokumen43 halaman
    Pmrks Fs. Ginjal
    Joko Pratama Atmayudha
    Belum ada peringkat
  • Epistaxis 1 4
    Epistaxis 1 4
    Dokumen6 halaman
    Epistaxis 1 4
    Rovan Meluganis Sigar Panjaitan
    Belum ada peringkat
  • Pertahanan Eksternal
    Pertahanan Eksternal
    Dokumen26 halaman
    Pertahanan Eksternal
    Alex Syaputra Sihaloho
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Gus Saluran Urinari
    Kuliah Gus Saluran Urinari
    Dokumen22 halaman
    Kuliah Gus Saluran Urinari
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Karsinoma Nasofaring
    Karsinoma Nasofaring
    Dokumen20 halaman
    Karsinoma Nasofaring
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Responsi Status
    Responsi Status
    Dokumen22 halaman
    Responsi Status
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Slide Otitis Media
    Slide Otitis Media
    Dokumen29 halaman
    Slide Otitis Media
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Gagal Tumbuh
    Gagal Tumbuh
    Dokumen20 halaman
    Gagal Tumbuh
    Kimbek Buangke
    Belum ada peringkat
  • Pneumothoraks BEDAH
    Pneumothoraks BEDAH
    Dokumen23 halaman
    Pneumothoraks BEDAH
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Drowning New
    Drowning New
    Dokumen22 halaman
    Drowning New
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Tanatologi
    Tanatologi
    Dokumen8 halaman
    Tanatologi
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen17 halaman
    ASFIKSIA
    Riyana Rhr
    Belum ada peringkat
  • MORBILI
    MORBILI
    Dokumen20 halaman
    MORBILI
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Sle
    Penatalaksanaan Sle
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Sle
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Agama Dokter NOM
    Agama Dokter NOM
    Dokumen3 halaman
    Agama Dokter NOM
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Adaftar Isi
    Adaftar Isi
    Dokumen11 halaman
    Adaftar Isi
    Dewi Felayati Gusni
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Blok Neurology System
    Tugas Makalah Blok Neurology System
    Dokumen15 halaman
    Tugas Makalah Blok Neurology System
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • ITS Undergraduate 13440 Presentation
    ITS Undergraduate 13440 Presentation
    Dokumen24 halaman
    ITS Undergraduate 13440 Presentation
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Obsesif Kompulsif
    Gangguan Obsesif Kompulsif
    Dokumen4 halaman
    Gangguan Obsesif Kompulsif
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Study Cross
    Study Cross
    Dokumen1 halaman
    Study Cross
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • PID Kelompok 3
    PID Kelompok 3
    Dokumen19 halaman
    PID Kelompok 3
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • PID Kelompok 3
    PID Kelompok 3
    Dokumen19 halaman
    PID Kelompok 3
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat