Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus akut yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu: stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi.
Etiologi
Penyebabnya ialah virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak bercak.
Faktor Resiko
a. Anak dengan keadaan imunodefisiensi yang disebabkan karena HIV atau AIDS,
leukemia, penggunaan kortikosteroid, dan tidak melakukan imunisasi,
b. Perjalanan ke daerah endemic campak atau adanya kontak dengan wisatawan didaerah
endemic,
c. Anak bayi yang kehilangan antibody pasif sebelum mendapat imunisasi rutin,
d. Malnutrisi,
e. Defisiensi vitamin A,
f. Kehamilan.
Morfologi Virus
a. Bentuk virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar
dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari
bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA)- yang merupakan struktur heliks
nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek.
Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.
b. Ketahanan virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Pada temperature
kamar virus ini akan kehilangan 60% sifat efektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 37oC
waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56o hanya 1 jam. Sebaliknya virus ini
mampu bertahan dalam keadaan dingin. Virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin,
pada suhu -70oC dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-6oC, dapat hidup selama 5 bulan. Virus campak bersifat
ether labile karena selubungnya terdiri dari lemak. Virus campak juga sensitive terhadap
0,01% betapropiacetone pada suhu 37C dalam 2 jam, ia akan kehilangan sifat
infektivitasnya namun tetap memiliki antigenitas penuh.
c. Pertumbuhan virus
Pertumbuhan virus campak baru dapat mencapai kadar tertinggi pada fase larutan setelah
7-10 hari. Virus ini tidak akan tumbuh dengan baik pada perbenihan primer yang terdiri
dari continuos cell lines.
Virus campak menyebabkan dua perubahan tipe sitopatik, yaitu berupa perubahan pada
sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari banyak sel akan saling
bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40 nucleus di tengah.
Inclusion bodies yang berada didalam inti. Efek pada gelondong ini lebih sering terjadi
pada sub-kultur yang berurutan, terutama apabila virus telah menyesuaikan diri dalam sel
amnion manusia.
d. Struktur antigenic
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan neutralizing antibody,
complement fixing antibody dan haemaglutinine inhibition antibody. Imunoglobulin kelas
IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari
setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM cepat
menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal terbatas dan jumlahnya terus terukur.
IgM menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan vaksinasi,
sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah lama.
Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di seluruh saluran
nafas.
Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki tempat
ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%) merupakan endemic disebagian besar
dunia. Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara sedang berkembang.
Patologi
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membrane mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran
cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuclear dan beberapa sel
polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler. Biasanya ada hyperplasia jaringan limfoid di
apendiks, dimana sel raksasa multinukleus berdiameter sampai 100 mm dapat ditemukan. Di
kulit reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri
dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi
radang menyeluruh pada mukosa dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membrane
mukosa trakeobronkial. Pneumonitis interstitial akibat dari virus campak mengambil bentuk
pneumonia sel raksasa. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. Pada
kasus ensefomielitis yang mematikan, terjadi mielinasi dari vascular pada daerah otak dan
medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut dawnso (sub akut sclerozing
panencephallitis/SSPE), dapat ada degenerasi korteks dan substansi alba dengan benda-benda
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik.
Patofisiologi
Differential Diagnosis
1. German measles
Tanda dan gejala: pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga
2. Eksantema subitum
Tanda dan gejala: ruam akan timbul bila suhu badan menjadi normal.
3. Kawasaki Disease
Tanda dan gejala: iritabilitas,noneksudatif bilateral konjungtivitis, eritema dan edema
pada tangan dan kaki, pembesaran kelenjar getah bening, strawberry tongue, disfungsi
hepar dan renal, anterior uveitis.
4. Drug Eruption
Tanda dan gejala: erosi membrane mukosa, kulit melepuh, eritema dan purpura, nekrosis
kulit, pembesaran kelenjar getah bening, demam tinggi, sesak napas, dan hipotensi.
Penegakan Diagnosis
a. Anamneses
- Menanyakan perjalanan penyakit
- Menanyakan riwayat penyakit keluarga
- Menanyakan riwayat penggunaan obat
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan pada kulit, yaitu ditemukan adanya ruam makulopapular pada masa
stadium erupsi dan pada stadium konvalesensi ditemukan adanya hiperpigmentasi
dan mengelupas,
- Pemeriksaan penyebaran ruam,
- Pemeriksaan terhadap sangkaan penyulit, seperti pada bronkopneumonia
dilakukan pemeriksaan terhadap suara tambahan, pada ensefalitis dilakukan
pemeriksaan reflex, pada otitis media dilakukan pemeriksaan menggunakan
otoskop.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Sitologi, ditemukannya sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan
pipi,
- Pemeriksaan Serologi, ditemukan IgM spesifik,
- Pemeriksaan Darah Rutin biasanya angka leukosit cenderung rendah dengan
limfositosis relative, kadar glukosa normal
- Untuk sangkaan penyulit diperlukan pemeriksaan pungsi lumbal pada penderita
ensefalitis. Pada ensefalitis biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit
kenaikan limfosit. Pada bronkopneumonia diperlukan pemeriksaan foto thoraks.
Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan pasien campak dengan penyulit perlu
dirawat inap.
Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik dat
diberikan antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan. Anak juga diberikan Vitamin A
100.000 l per oral yang diberikan 1 kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap
hari.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul,
yaitu:
a. Bronkopneumonia
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis iv dikombinasikan
dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari iv dalam 4 dosis sampai gejala sesak berkurang
dan pasien dapat minum obat per oral
b. Enteritis
Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi
c. Otitis media
Dapat diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis)
d. Ensefalopati
Pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edema otak, disamping
pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Komplikasi
- Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak sendiri yang menyebabkan lesi
interstisial. Namun bronkopneumonia karena invasi bakteri sekunder, terutama
pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan haemophilus influenza. Ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.
- Eksaserbasi proses tuberculosis dapat terjadi, sehingga kehilangan
hipersensitifitas terhadap tuberculin.
- Laringitis akut timbul akibat adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandainya dengan
distress pernafasan, sesak, sianosis, stridor.
- Ensefalitis terjadi akibat mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus campak ke dalam otak.Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma
dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching,
disorientasi juga dapat ditemukan.
- SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) merupakan kelainan degenerative
susunan saraf pusat yang jarang disebakan oleh infeksi virus campak yang
persisten. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual
yang progesif, diikuti oleh inkordinasi motorik, kejang umumnya bersifat
mioklonik.
- Otitis Media terjadi akibat invasi virus campak ke dalam telinga tengah. Gendang
telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi
otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.
- Enteritis terjadi akibat virus ke dalam mukosa usus dengan gejala muntah dan
mencret pada fase prodromal dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan
kehilangan protein (protein losing enteropathy)
- Konjungtivitis yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak
mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh
bakteri.
Prognosis
Prognosis dari campak biasanya baik dengan infeksi yang tidak buruk. CDC melaporkan
angka mortalitas pada anak-anak dari infeksi campak menjadi 0,1-0,2%. Walaupun dapat
terjadi beberapa komplikasi. Angka kematian telah menurun sampai tingkat rendah pada
semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik, tetapi juga
karena terapi antibacterial efektif untuk pengobatan infeksi sekunder.
Status Pasien
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Serbelawan
No. RM : 29-20-85
Anamnese
Telaah :
Demam dialami os sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Demam terus menerus
tinggi. Demam tidak disertai kejang namun disertai dengan mata merah, perdarahan dari hidung
dan gusi tidak dialami penderita.Os juga batuk selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, batuk
berlendir warna putih, tidak ada darah. Os juga mengalami sesak nafas 1 hari setelah dirawat di
rumah sakit. Hidung Os merasa mampet dan berair. Bintik kemerahan dialami penderita sejak 2
hari setelah dirawat di rumah sakit, awalnya bintik dimulai dari belakang telinga, kemudian
menyebar ke seluruh tubuh. Bintik dirasakan gatal. BAB hitam pada saat demam hari ke-3
sebelum masuk rumah sakit, dengan frekuensi BAB 2 kali. Nafsu makan menurun. BAK normal
seperti biasa.
Anamnese Pribadi
a. Imunisasi yang diberikan : BCG, Polio, DPT
b. Os merupakan anak pertama
c. Riwayat Persalinan :
a. Tempat : Rumah Sakit
b. Cara Persalinan : SC
c. Ditolong oleh : Dokter
d. Usia Kehamilan : 9 bulan
e. Berat Badan lahir : 3200 gram
f. Asupan makanan : ASI eksklusif 6 bulan
Status Lokalisata
a. Darah Lengkap
b. Widal Test
Hasil Laboratorium
24 Juni 2014
26 Juni 2014
Prognosis
- Baik, karena penangan pada os ditangani dengan tepat, walaupun disertai dengan Demam
Berdarah Dengue dan penyulit seperti Bronkopneumonia.
Edukasi