Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KIMIA TURUNAN DAN KOMODITI LOKAL


KARET

Anggota Kelompok:
1. Nurul Zuhroul Vikriya (141810301009)
2. Ummu Salamah (1418103010
3. Nanda Ain Annisa (141810301031)
4. Farida Utami (1418103010
5. Siti Mariya Ulfa (1418103010

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... 4


1.1 Latar Belakang........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... 4
1.2 Rumusan Masalah................. ........... ........... ........... ........... ........... ........... 4
1.3 Tujuan........... ........... ........... ........... ........... ........... ................................. 4
BAB 2. PEMBAHASAN................. ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.1 Definisi Karet........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2 Bagian- Bagian Karet........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.1 Akar............... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.2 Batang............ ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.3 Daun.............. ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.4 Bunga............. ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.5 Buah.............. ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.6 Kulit.............. ........... ........... ........... ........... ........... ........... ...........
2.2.7 Biji...... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ............
2.3 Kandungan Kimia Dalam Karet...... ........... ........... ........... ........... ............
2.4 Teknologi Untuk Menigkatkan Produktivitas Karet............ ........... ...........
2.4.1 Klon Untuk Mempercepat Pertumbuhan................. ........... ...........
2.4.2 Klon Penghasil Kayu Unggul............ ........... ...............................
2.5 Manfaat Karet........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ............

2.5.1 Manfaat Karet Dalam Bidang Industri........... ........... ........... ........... .

2.5.2 Manfaat Karet Dalam Kehidupan Sehari-hari........... ........... ........... .

2.5.3 Manfaat Karet Dalam Bidang Kesehatan.................. ........... ........... .

2.5.4 Manfaat Karet Dalam Bidang Penghasil Energi...........................

2.5.5 Manfaat Karet Dalam Bidang Pangan................... ........... ........... .

2.6 Kelimpahan Karet di Daerah Jember............................. ........... ........... .

2.7 Strategi Pengembangan Komoditi Karet di Jember........... ........... ........... .

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 2


2.8 Standart Mutu Karet Indonesia....................................... ........... ........... .

2.9 Gulma Tumbuhan Karet............................................... ........... ........... .

BAB 3. PENUTUP................................................................. ........... ........... .

3.1 Kesimpulan.................................................................. ........... ........... .

3.2 Saran........... ........... .......................................................................... .

DAFTAR PUSTAKA........... ........... ............................................................... .

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 3


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman
karet, luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih
dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya
7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton.
Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan
peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani
serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan
karet.
Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber adalah karet alam yang
dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga
didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang
menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe,
maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini.
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan
perekonomian Indonesia, Karena, banyak terdapat kegunaan dari
tanaman ini, contohnya tanaman menghasilkan Co2 yang dapat
mengurangi efek global warming, kayunya yang dapat digunakan
sebagai kayu bakar, dan getahnya yang sudah mengalami proses,
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil
getah ini. Selain itu, karet tak hanya diusahakan oleh
perkebunanperkebunan besar milik Negara yang memiliki areal ratusan
ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. ( Tim
Penulis PS ,2009)
1.2 Rumusan Masalah
Apa kandungan kimia dalam getah karet?
Bagaimana pemanfaatan keseluruhan bagian tanaman karet?
Bagaimana upaya budiadaya tanaman karet sebagai komoditi lokal?
1.3 Tujuan
Mengetahui kandungan kimia dalam getah karet

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 4


Mengetahui pemanfaatan keseluruhan bagian tanaman karet
Mengetahui upaya budiadaya tanaman karet sebagai komoditi lokal

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 5


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Karet


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau
Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Tumbuhan lain juga bisa menghasilkan getah lateks
dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet. Tumbuhan yang dimaksut yaitu anggota suku
ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila),
Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Getah perca banyak dipakai dalam kedokteran
(guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet
industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri
perkaretan. Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000
hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Tiga ikatan pertama bersifat trans dan
selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon penghasilnya. Karet tidak
berbentuk (amorf) pada suhu normal. Karet akan mengkristal pada suhu rendah. Karet akan
mengembang dengan meningkatnya suhu, searah dengan sumbu panjangnya. Suhu yang
menurun akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Hal tersebut merupakan sifat
elastik dari karet (Dwi, 2003).
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal
dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia.
Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat
seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi
getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai
penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara
besar-besaran. Klasifikasi Karet dapat dilihat dibawah ini:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 6
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2014).
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 1500 LS dan 1500
LU. Pertumbuhan tanaman karet diluar daerah tersebut agak terhambat sehingga produksinya
juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar100 - 150HH/tahun. Hujan pada pagi hari yang
terlalu sering akan menyebabkan berkurangnya produksi, hal tersebut dikarenakan jika
penyadapan pada waktu hujan kualitas lateks encer. Tanaman karet tumbuh optimal pada
dataran rendah dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut (m dpl ). Ketinggian > 600
m dpl tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar
antara 25 C sampai 35C. Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal tersebut
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat
dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Dwi, 2003).
Tabel Nama Jenis Pohon Penghasil Karet
Nama Spesies Nama Panggilan Area Distribusi
Castilloa elastica Pohon Karet AMERICA (Mexico; Central America;
Sess Panama (Panama Western South America)
Dan Solidago Rubber tree) Tumbuh di daerah Tropis.
Ficus vogelii Pohon Karet AFRICA (Macaronesia; Northeast Tropical
(Miq.) Miq. Afrika Baret Africa; East Tropical Africa; West-Central
(West Africa Tropical Africa; West Tropical Africa; South
rubber tree) Tropical Africa; South Africa; Western Indian
Ocean)
Funtumia africana Pohon Karet AFRICA (East Tropical Africa; West-Central
(Benth.) Stapf Lagos silk Tropical Africa; West Tropical Africa; South
(Logos silk Tropical Africa)
rubber tree)
Hevea brasiliensis Pohon Karet/ SOUTHERN AMERICA (Brazil; Bolivia;
(Willd. ex Adr. Pohon Para Colombia ; Peru) SOUTHEAST ASIA
Juss.) Muell. Arg. (Rubber tree) (Thailand,Indonesia,Malaysia,Vietnam,Laos,
Combodia,Philipine)
INDIA, CHINA

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 7


Holarrhena Pohon karet False AFRICA (West-Central Tropical Africa; West
floribunda (G. (False rubber Tropical Africa)
Don) Durand & tree)
Schinz
Funtumia elastica - AFRICA (Northeast Tropical Africa; East
dan Landolphia Tropical Africa; West-Central Tropical Africa;
kirkii West Tropical Africa)
juga ditanami di daerah lain.
Ficus elastica Tanaman Karet ASIA-TROPICAL(India; China;
India (Indian Malaysia,Coastal Sothern California)
rubber plant ) widely cultivated elsewhere
Parthenium Guayule NORTHERN AMERICA
argentatum (South-Central U.S.A.; Mexico)
Palaquium gutta Gutta-Percha Malaysia, South Pacific and South America
dan
Palaquium
oblongifolia
Taraxacum Russian ASIA-TEMPERATE
koksahgyz and dandelion Former Soviet Union; China
Taraxacum
officinale
Source: UNCTAD secretariat (Links: USDA, NRCS. 2005. The PLANTS Database, Version 3.5. Data compiled
from various sources by Mark W. Skinner. National Plant Data Center, Baton Rouge, LA 70874-4490 USA).

Selain tanaman diatas ada beberapa tanaman lain yang juga dapat menghasilkan lateks
seperti :
1. Latex Gutta-Percha sangat resisten terhadap air dan sering digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat isolasi kabel dan alat-alat listrik dibawah laut dan juga digunakan untuk
pembuatan bola golf dan permen karet. Selain nama-nama spesies diatas ,
2. Lateks juga dapat dihasilkan oleh pohon Chicle (achras sapata) atau pohon sawo sebagai
bahan baku Permen karet.
3. Pohon Jelutung (Dyera costulata ) , sebagai bahan baku Permen karet.
4. Pohon pinus berdaun panjang di Amerika (Pinus palustris) untuk menghasilkan lateks
sebagai bahan baku Permen karet.
5. Tanaman Accacia Senegal berasal dari pantai Barat Afrika, dinamakan karet Arabia /
Arabia gomu menghasilkan lateks yang mudah larut dalam air karena mengandung
hidrokarbon, digunakan untuk pembuatan perekat perangko dan tinta.
6. Pohon Poppy (Papaver somniferum) juga dapat menghasilkan lateks yang digunakan
sebagai bahan baku Opium , Morfin atau Heroin

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 8


7. Tanaman Urceola Elastica termasuk tanaman merambat yang terdapat di Malaysia dan
Sumatera.
8. Tanaman Manihot glaziovili , termasuk tanaman tingkat rendah dari Brazil, karet yang
diambil dari tanaman ini disebut karet ceala dan kualitas lateksnya lebih rendah dibanding
lateks Hevea Brasiliensis. Tanaman ini tidak dikembangkan.
9. Tanaman Mimusops balata , berasal dari Amerika selatan, getahnya berwarna merah.
Biasanya digunakan untuk kulit luar bola golf karena tahan air.
10. Tanaman Astragalus gumifer , berasal dari Yunani, dinamakan Torogonta gomu. Mirip
karet Arabia
(Maryadi, 2005).
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan
salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini
adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan
aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet
dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk
memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Kesalahan dalam
penyadapan akan menyebabkan produksi karet berkurang. Untuk memperoleh hasil sadap
yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi,
menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatiakan faktor kesehatan
tanaman (Siregar, 1995).
Karet merupakan salah satu komoditas yang mampu menyumbangkan kontribusi yang
besar dalam upaya peningkatan devisa negara. Indonesia mempunyai lahan perkebunan karet
terluas di dunia dengan luas lahan yang mencapai 3.616.694 Ha. Kebutuhan karet
diperkirakan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri otomotif, peralatan
industri, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan, tekstil, keperluan rumah tangga dan
sebagainya (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014).

2.2 Bagian- Bagian Karet


2.2.1 Akar
Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral,
dan akar serabut. Kedalaman akar tunggang pada tanaman karet yang berumur 3 tahun
mencapai 1,5 m. Tanaman karet yang berumur 7 tahun memiliki akar tunggang yang
mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Akar lateralpada kondisi tanah yang gembur dapat

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 9


berkembang sampai kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi sebagai penyerap air dan
unsur hara dari tanah. Akar serabutyang tumbuh pada tanah yang subur masih dapat dijumpai
sampai kedalaman 45 cm. Sedangkan pada musim semi akar serabut akan mencapai jumlah
yang maksimum dan pada musim gugur akan mencapai jumlah minimum (Basuki dan
Tjasadiharja, 1995).
Secara umum sistem perakaran tanaman karet adalah sebagai berikut:
1. Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral dan akar baru yang lateral menyebar
ke segala arah dimana perakaran hara vertikal sebagian besar berada pada kedalaman 0-75
cm dari tanah.
2. Pertumbuhan akar pada mulanya hanya terbatas pada lingkungan yang sempit disekitar
pohon, pada tanaman dewasa akar cabang primer mulai membentuk cabang pada jarak 50-
150 cm dari pangkal.
3. Penyebaran perakaran hara pada tanaman berumur lebih dari 5 tahun meningkat mulai
jarak 60 cm dari pohon kearah ujung mencapai 300 cm setelah itu mulai berkurang.
4. Pembentukan akar hara terjadi selama-lamanya membentuk tajuk baru dan secara
berangsur pembentukan akan menurun.
5. Akar tunggang tanaman karet pada umumnya mampu mencapai kedalaman 2 meter atau
lebih, sedang perakaran lateralnya mampu menyebar sampai 20 meter atau lebih. Makin
tiggi intensitas sifat-sifat tanah dalam membatasi pertumbuhan dan perkembangan akar
menyebabkan penyebaran akar makin terbatas. Akibatnya ruang gerak dan jangkauan
perakaran tanaman dalam memperoleh unsur-unsur hara, air, dan udara menjadi terbatas
dan pada gilirannya pertumbuhan bagian atas tanaman terhambat dan produksinya turun
( Siregar dan Nasution dalam PTPN VII, 1993).
2.2.2 Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Tinggi pohon karet dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman karet biasanya tumbuh lurus
dan memiliki percabangan yang tinggi. Ada beberapa tanaman karet memiliki kecondongan
arah tumbuh yang agak miring. Batang tanaman karet mengandung getah yang dikenal
dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000).Getah tanaman karet (lateks) bisa diolah
menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang
merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak
diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah,
furniture dan lain-lain (Purwanta et. al, 2008).

2.2.3 Daun
Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 10
Daun karet memiliki morfologi yang berselang-seling. Tangkai daun tanaman ini
memiliki ukuran yang panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Daun tanaman
ini memiliki petiola yang tipis, hijau dengan panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daunnya
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan
tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35
cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Daun karet berwarna hijau dan apabila rontok
akan berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun tanaman karet mulai rontok apabila
memasuki musim kemarau. Daun ini terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.
Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm.
Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips,
memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit,
2005).
2.2.4 Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung
yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm.
Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung
bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga
berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi
suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain
(Marsono dan Sigit, 2005). Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun.
Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan
jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk lonceng berwarna kuning.
Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik
dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan
tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik
dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
2.2.5 Buah
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk
setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga dan kadang-kadang sampai enam ruang. Garis
tengah buah sekitar 3-5 cm. Buah karet yang telah masak akan pecah dengan sendirinya.
Pemecahan biji atau buah ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara
alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung
(Marsono dan Sigit, 2005).
2.2.6 Kulit

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 11


Anatomi kulit karet berperanan penting dengan produksi lateks dan produktivitas pohon
tidak terlepas dari sifat anatomi dari sifat-sifat yang diturunkan oleh pohon karet itu sendiri.
Keret mempunyai struktur anatomi seperti tanaman dikotil lainnya, secara umum jaringan
kulit karet tersusun dan selsel parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan pengangkut
xilem dalam pohon, keduanya dipisahkan oleh kambium (PTPN VII, 1993).
Sesuai dengan umur tanam, kulit dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Kulit perawan (yang belum pernah disadap) yang terdiri dari kulit keras dan kulit lunak.
Kulit terdiri dari garis yang terletak pada bagian yang paling luar dan bentuknya kasar dan
bersisik.
2. Kulit pilihan (yang sudah disadap) setelah disadap pembentukan phelloderm relatif
dibentuk lebih tebal dan secara langsung. Kadangkala regenerasi kulit pilihan memakan
waktu panjang (PTPN VII, 1993).
2.2.7 Biji
Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian yang terdiri dari benang sari dan
putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji illegitim, legitim dan
propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan dari penyerbukan silang dimana
bunga betinanya diketahui dengan pasti, sedangkan bunga 13 jantannya tidak diketahui. Biji
legitim merupakan biji yang diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan
jantannya diketahui dengan pasti. Biji yang terakhir adalah biji propalegitim merupakan biji
yang diproleh dari penyerbukan silang dimana bunga betinanya diketahui, tetapi bunga
jantannya tidak pasti (PTPN VII, 1993).
2.3 Kandungan Kimia Dalam Karet
Karet alam adalah senyawa hidrokarbon yang merupakan polimer alam hasil
penggumpalan lateks alam dan merupakam makromolekul poliisoprena (C 5H8)n yang
bergabung secara ikatan kepala ke ekor (head to tail). Honggokusumo (1978) menyatakan
bahwa, bahan penyusun karet alam adalah isoprena C5H8 yang saling berikatan secara kepala
ke ekor 1,4 membentuk poliisoprena (C 5H8)n, dimana n adalah derajat polimerisasi yang
menyatakan banyaknya monomer yang berpolimerisasi membentuk polimer lateks/getah
karet. Komposisi karet alam secara umum adalah senyawa hidrokkarbon, protein,
karbonhidrat, lipida, persenyawan organik lain, mineral, dan air. Besarnya persentase dari
masing-masing bagian tersebut tidak sama, tergantung pada cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan. Menurut Surya (2006), komposisi karet alam sebagai berikut :

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 12


Tabel 1. Kandungan kimia dalam karet alam
Tanaka (1998) menyatakan bahwa, partikel karet terdiri atas hidrokarbon yang
diselimuti oleh fosfolipida dan protein dengan diameter 0,1 m - 1,0 m. Partikel karet
tersebar secara merata (tersuspensi) dalam serum lateks dengan ukuran 0,04 -3,0 mikron atau
0,2 milyar partikel karet per mililiter lateks. Partikel karet memiliki bentuk lonjong sampai
bulat. Bobot jenis lateks 0,045 pada suhu 70 0F, serum 1,02 dan karet 0,91. Perbedaan bobot
jenis dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada permukaan lateks. Bentuk partikel karet
dapat ditunjukkan pada gambar 2. di bawah ini.

Gambar 2. Partikel karet


Pohon karet, beberapa bagiannya jika dilukai (khususnya batang) akan mengeluarkan
getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan
cairan putih yang menyerupai susu, Komposisi lateks Havea bracileansis L dapat dilihat jika
lateks disentrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebai berikut :
1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam.
2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%) : karotenoid, lipida, air, karbohidrat dan inositol, protein
danturunannya.
3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik,
ion anorganik dan logam.

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 13


4. Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karotenoid, lipida dan ion
logam
Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh manusia terkandung dalam biji
karet. Hal ini dapat dilihat pada tabel komposisi biji karet dibawah ini :

2.4 Teknologi Untuk Meningkatkan Produktivitas Karet


2.4.1 Klon Untuk Mempercepat Pertumbuhan
Penemuan terakhir di bidang peningkatan kualitas karet menghasilkan klon baru yang
memiliki masa pertumbuhan yang cepat. Klon ini mempersingkat masa tanam dari 5 tahun
menjadi 3 tahun 6 bulan. Klon-klon baru tersebut diberi nama IRR (Indonesian Rubber
Research) dan yang terbaik terdapat 5 klon yaitu IRR 100, IRR 111, IRR 112, IRR 117, dan
IRR 118. Keragaan pertumbuhan kelima klon tersebut rata-rata pada umur 3,5 tahun. Klon-
klon tersebut selain mempercepat waktu perumbuhan juga memiliki potensi hasil lateks dan
kayu lebih tinggi dari klon pembanding.Klon PR 261 sebagai pembanding diperkirakan baru
mencapai masa kematangan pada umur 4,5 tahun.
2.4.2 Klon Penghasil Kayu Unggul
Fungsi kebun karet sebagai sumber kayu dan biomassa lainnya semakin penting dengan
semakin terbatasnya potensi kayu dari hutan alam. Berdasarkan peluang tersebut, maka karet
tidak hanya ditujukan kepada penemuan klon unggul penghasil lateks tetapi juga sebagai
peng-hasil kayu. Klon unggul terbaik yang telah ditemukan mampu menghasilkan kayu
antara 236 dan 288 m3per hektar pada umur 18 th di-samping produksi lateks sebesar antara
1.306 dan 2.270 kg karet kering/ha /tahun. Klon IRR 33 lebih unggul sebagai penghasil kayu
dari pada penghasil lateks, sedangkan klon lainnya (IRR 30, IRR 32, IRR 39, dan IRR 54)

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 14


unggul sebagai penghasil lateks maupun kayu. Produktivitas kayu dari klon tersebut
diperkirakan akan men-capai lebih dari 300 m3 per hektar apabila dipanen pada akhir umur
ekonomis karet (25-30 tahun).
Klon-klon diatas tidak lepas dari serangan penyakit. Penyakit yang biasa timbul adalah
penyakit gugur daun. Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur Corynespora cassiicola
berpotensi membahayakan perkebunan karet apabila tidak dikendalikan dengan baik. Potensi
bahaya tersebut terlihat dari adanya peningkatan intensitas serangan di pertanaman dan
adanya indikasi peningkatan virulensi terhadap klon-klon yang sudah lama dikembangkan
secara luas seperti GT 1 dan RRIM 600.Intensitas serangan penyakit ini sangat berkaitan
dengan kepekaan klon, karena itu penggunaan klon yang resisten merupakan langkah
pengendalian yang praktis dan ekonomis. Agar sifat resistensi klon dapat berfungsi secara
efektif maka strategi penggunaannya dalam pengendalian penyakit perlu dilakukan sebagai
berikut:
1. Semua penanaman baru harus menggunakan klon resisten,
2. Membatasi luas dan jangka waktu pengembangan klon tertentu untuk menghambat
perkembangan ras fisiologis dengan menerapkan konsep diversifikasi dan pergiliran klon
secara konsisten,
3. Mengisolasi perkembangan penyakit dari setiap blok pertanaman yang terserang melalui
tindakan terpadu antara lain penguguran daun, perlakuan fungisida, dan mempercepat
peremajaan.
Klon-klon karet yang resisten terhadap Corynespora adalah AVROS 2037, BPM 24, BPM
107, PB 217, PB 260, PR 255, RRIC 100, RRIM 712, TM 2, dan TM 9.

2.5 Manfaat Karet

2.5.1 Manfaat Karet Dalam Bidang Industri

Karet merupakan tanaman yang dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa getah
(lateks). Pemanfaatan getah banyak digunakan dalam usaha industri. Indonesia merupakan
negara penghasil dan pengekspor karet alam nomor 2 setelah Thailand, meskipun produksi
karet Indonesia masih dibawah Thailand. Adapun karet dalam dunia industri dimanfaatkan
dalam pembuatan alat-alat atau barang seperti yang disebutkan dibawah ini :

1. Mesin-mesin penggerak.
2. Aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang)
3. Sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil,
4. Pipa karet

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 15


5. Kabel
6. Isolator
7. Bahan-bahan pembungkus logam.
8. Sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shockabsorbers
9. Tahanan dudukan mesin.
10. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil
11. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara
Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring
berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada
dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet
alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang
merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar
dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Saat ini jumlah produksi dan
konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.
Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas
yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet
sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet
sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber (SBR).

2.5.2 Manfaat Karet Dalam Kehidupan Sehari-hari

Lateks atau getah karet dan kayu pohon karet dalam kehidupan sehari-hari dapat
dimanfaatkan sebagai :

1. Bahan pembuat alas lantai dari karet , dimana alas ini nantinya dapat dibentuk dengan
bermacam - macam warna dan desain yang menarik. Alas lantai dari karet ini mudah
dibersihkan dan cukup menyehatkan.

2. Pembuat alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air,
kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan karet
sebagai bahan pembuat.

3. Bahan pembuat alat olahraga seperti bermacam-macam bola basket, voli, shuttelcock

4. Sepatu karet

5. Baju

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 16


2.5.3 Manfaat Karet Dalam Bidang Kesehatan

Daun karet cukup banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, untuk mengobati atau
mencegah beberapa penyakit. Pemanfaatan dibidang kesehatan ini dikarenakan pada daun
karet mengadung beberapa senyawa metabolit sekunder. Beberapa penyakit tersebut adalah
maag, stroke dan obat bisul.

2.5.4 Manfaat Karet Dalam Bidang Penghasil Energi

Pemanfaatan biji karet sampai saat ini masih terbatas hanya untuk pakan ternak, bahan
baku untuk cat dan benih tanaman, dimana jumlahnya hanya sekitar 10% dari total biji karet
yang dihasilkan, sedangkan sisanya masih dianggap limbah atau sampah. Jika dilihat dari
kandungan minyaknya yang mencapai 40-60% biji karet sangat potensial untuk dijadikan
sebagai bahan bakar nabati (BBN) terutama untuk dijadikan biodiesel yang akan memberikan
nilai tambah dan mengingkatkan pendapatan.

Karet juga dapat digunakan sebagai bahan campuran atau tambahan aspal. Kerusakan
dini jalan aspal dan beton disebabkan aspal memiliki kelemahan karena memiliki viskositas
rendah dan tidak tahan terhadap panas, radiasi dan oksidasi; sedangkan beton juga memiliki
kelemahan yang disebabkan kekerasan yang terlalu tinggi, elastisitas yang sangat rendah dan
daya lekat yang lemah. Peningkatan mutu aspal dan beton sudah biasa dilakukan yaitu
dengan cara memodifikasinya dengan penambahan bahan tambah atau aditif (modifier)
seperti serat selulosa dan polimer.

Polimer yang banyak digunakan selama ini berupa polimer sintetik seperti SBS dan
serbuk ban bekas. Penambahan aditif ke dalam aspal atau beton bertujuan agar diperoleh
aspal dan beton yang memiliki fleksibilitas, ketahanan deformasi temperatur, modulus
resilien, dan ketahanan usang (ageing) yang lebih baik. Penggunaan lateks alam sebagai aditif
diprediksi lebih baik, karena selain berupa bahan alam yang ketersediaannya berlimpah, sifat
lengket (tacky) dan sifat plastis lateks alam lebih baik.

Jenis lateks yang diamati meliputi lateks pekat yang kadar airnya < 40% (LP-AR) yang
diprediksi sesuai sebagai aditif aspal, lateks pekat berkadar karbohidrat rendah (LP-KR) yang
diprediksi sesuai sesuai sebagai aditif semen, dan lateks pekat berviskositas rendah (LP-VR)
yang partikel karetnya mempunyai daya lekat tinggi. Pada TA 2008 ini telah ditetapkan

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 17


teknologi proses untuk memproduksi berbagai jenis lateks. Penggunaan lateks LP-AR yang
berkadar air rendah diharapkan pengaruh muncratan air ketika lateks ditambah ke aspal dapat
dikurangi sehingga diprediksi sesuai sebagai aditif aspal, khususnya aspal campuran panas
(hot mix). Lateks LP-KR memiliki kandungan karbohidrat rendah, sedangkan karbohidrat
dalam jumlah besar akan menghambat setting semen sehingga penggunaannya diprediksi
sebagai aditif semen beton. Daya lekat lateks LP-VR disebabkan bobot molekul atau
viskositas molekul karetnya lebih rendah dari molekul karet dalam lateks pekat. Dengan sifat
demikian diprediksi lateks LP-VR sesuai sebagai aditif bahan tambal jalan aspal dan jalan
beton. Dengan bobot molekulnya yang rendah tersebut juga diharapkan pengaruhnya pada
kenaikan viskositas aspal dikurangi sehingga sesuai sebagai aditif aspal.

2.5.5 Manfaat Karet Dalam Bidang Pangan

Kadar protein dan lemak biji karet mempunyai perbandingan kadar yang tidak jauh
berbeda dibandingkan dengan beberapa kacang kacangan lainnya. Oleh sebab itu biji karet
bisa diolah menjadi makanan. Jenis makanan yang bisa diolah dari biji karet adalah sebagai
berikut :

1. Tempe biji karet

2. Keripik biji karet

3. Dage biji karet

4. Kecap biji karet,

5. Margarin minyak biji karet.

2.6 Kelimpahan Karet di Daerah Jember

Masyarakat di daerah Jember banyak memanfaatkan lahan kosong yang dimilikinya


untuk menanam karet. Karet merupakan tumbuhan yang cocok ditanam di daerah Jember
karena kondisi cuaca yang stabil, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Karet juga
tanaman yang kuat sehingga tidak mudah mati. Masyarakat jember daerah Ambulu dan
daerah selo, gempol banyak menggunakan lahannya sebagai tempat budidaya karet. Karet

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 18


dapat menghasilkan getah yang memiliki daya jual tinggi sehingga banyak pekebun yang
tertarik untuk menanam karet. Pabrik karet Bletar juga sudah berdiri sejak lama di daerah
Ambulu-Jember. Masa hidup karet yang lama merupakan daya tarik tersendiri bagi pekebun
sehingga bersedia kebunnya untuk ditanami karet.

2.7 Strategi Pengembangan Komoditi Karet di Jember

Dari uraian diatas, beberapa faktor internal dan eksternal yang diketahui mempengaruhi
pengembangan komoditi Karet antara lain :

1. Lahan potensial untuk karet di Jember masih luas

2. Adanya perhatian pemerintah untuk pengembangan karet

3. Adanya Petani Karet

4. Adanya LSM yang membantu

5. Banyaknya tanaman tua yang belum diremajakan

6. Kemampuan SDM Petani terbatas

7. Terbatasnya pemanfaatan teknologi pertanian

8. Terbatasnya permodalan petani

9. Terbatasnya sarana prasarana pertanian seperti alat sadap mangkok, pisau, pengolah
karet, asam semut, dll

10. Terbatasnya Penampung hasil produksi karet

11. Belum adanya kemitraan dalam pengelolaan perkebunan Karet

12. Rendahnya akses terhadap kebutuhan karet dunia

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 19


2.8 Standart Mutu Karet Indonesia

Pengawasan mutu dalam kegiatan penerapan jaminan mutu karet, merupakan langkah
penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pengakuan formal terkait dengan konsistensi
standar mutu produk yang dihasilkan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan
Standardisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan SNI 06- 1903-2000 tentang Standard
Indonesia Rubber (SIR) Standar ini meliputi ruang Iingkup, definisi, penggolongan, bahan
olah, syarat ukuran, syarat mutu, pengbilan contoh, cara uji, pengemasan, syarat penandaan
dan catatan umum Standard Indonesian Rubber (SIR).

Standard Indonesian Rubber adalah karet alam yang diperoleh dengan pengolahan
bahan olah karet yang berasal dari getah batang pohon Hevea Brasiliensis secara mekanis
dengan atau tanpa bahan kimia, serta mutunya ditentukan secara spesifikasi teknis. SIR
digolongkan dalam 6 jenis mutu yaitu:

1. SIR 3 CV ( Constant Viscosity )

2. SIR 3 L ( Light )

3. SIR 3 WF ( Whole Field )

4. SIR 5

5. SIR 10

6. SIR 20

Syarat mutu karet yang telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dengan mengeluarkan SNI 06-1903- 2000 tentang
Standard Indonesia Rubber (SIR), ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 20


Keterangan : *) Tanda Pengenal Tingkatan Batasan Viskositas Mooney : CV 50 45 55
CV 60 55 65 CV 70 65 75 '*) Informasi mengenai cure diberikan dalam bentuk
rheogaph sebagai standard nonmandatory (SNI 06-1903-2000).

2.9 Gulma Tumbuhan Karet


Gulma pada Tanaman Karet Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak
diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman
produksi. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya.
Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia. Karena
gulma bersifat merugikan manusia maka manusia berusaha untuk mengendalikannya.
Kerugiannya tersebut menyangkut semua aspek kepentingan manusia baik dibidang usaha
tani maupun aspek kehidupan lainnya, seperti kesehatan, lingkungan hidup, estetika rekreasi
dan sebagainya (Sembodo, 2010). Gulma membutuhkan persyaratan tumbuh untuk dapat
hidup, karena gulma dan tanaman saling berdekatan maka akan mengadakan persaingan
(Moenandir, 15 2010). Akibatnya gulma dapat menghambat pertumbuhan dan menunda masa
produktif tanaman karet, dapat menurunkan hasil dan meanyulitkan saat penyadapan. Oleh
karena itu gulma banyak menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaan tanaman karet.

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 21


Masalah gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan
terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya dan ruang tempat tumbuh. Di
samping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat
pertumbuhan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan
produksinya rendah ( Tim Penulis PS, 2009).
Gulma yang dianggap berbahaya pada tanaman karet yaitu alang-alang (Imperata
cylindrical), sambung rambat (Mikania sp), rumput merdeka (Chromolaena odorata),
harendong (Melastoma malabathicum), pakis kawat (Glichenia linearis), dan ficus (Ficus sp)
(Setyamidjaja, 2012).

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 22


DAFTAR PUSTAKA

Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 23

Anda mungkin juga menyukai