Anggota Kelompok:
1. Nurul Zuhroul Vikriya (141810301009)
2. Ummu Salamah (1418103010
3. Nanda Ain Annisa (141810301031)
4. Farida Utami (1418103010
5. Siti Mariya Ulfa (1418103010
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
Selain tanaman diatas ada beberapa tanaman lain yang juga dapat menghasilkan lateks
seperti :
1. Latex Gutta-Percha sangat resisten terhadap air dan sering digunakan sebagai bahan baku
untuk membuat isolasi kabel dan alat-alat listrik dibawah laut dan juga digunakan untuk
pembuatan bola golf dan permen karet. Selain nama-nama spesies diatas ,
2. Lateks juga dapat dihasilkan oleh pohon Chicle (achras sapata) atau pohon sawo sebagai
bahan baku Permen karet.
3. Pohon Jelutung (Dyera costulata ) , sebagai bahan baku Permen karet.
4. Pohon pinus berdaun panjang di Amerika (Pinus palustris) untuk menghasilkan lateks
sebagai bahan baku Permen karet.
5. Tanaman Accacia Senegal berasal dari pantai Barat Afrika, dinamakan karet Arabia /
Arabia gomu menghasilkan lateks yang mudah larut dalam air karena mengandung
hidrokarbon, digunakan untuk pembuatan perekat perangko dan tinta.
6. Pohon Poppy (Papaver somniferum) juga dapat menghasilkan lateks yang digunakan
sebagai bahan baku Opium , Morfin atau Heroin
2.2.3 Daun
Makalah Kimia Turunan Komoditi Lokal KARET 10
Daun karet memiliki morfologi yang berselang-seling. Tangkai daun tanaman ini
memiliki ukuran yang panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Daun tanaman
ini memiliki petiola yang tipis, hijau dengan panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daunnya
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan
tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35
cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Daun karet berwarna hijau dan apabila rontok
akan berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun tanaman karet mulai rontok apabila
memasuki musim kemarau. Daun ini terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.
Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm.
Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips,
memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit,
2005).
2.2.4 Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung
yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm.
Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung
bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga
berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi
suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain
(Marsono dan Sigit, 2005). Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun.
Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan
jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk lonceng berwarna kuning.
Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik
dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan
tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik
dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
2.2.5 Buah
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk
setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga dan kadang-kadang sampai enam ruang. Garis
tengah buah sekitar 3-5 cm. Buah karet yang telah masak akan pecah dengan sendirinya.
Pemecahan biji atau buah ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara
alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung
(Marsono dan Sigit, 2005).
2.2.6 Kulit
Karet merupakan tanaman yang dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa getah
(lateks). Pemanfaatan getah banyak digunakan dalam usaha industri. Indonesia merupakan
negara penghasil dan pengekspor karet alam nomor 2 setelah Thailand, meskipun produksi
karet Indonesia masih dibawah Thailand. Adapun karet dalam dunia industri dimanfaatkan
dalam pembuatan alat-alat atau barang seperti yang disebutkan dibawah ini :
1. Mesin-mesin penggerak.
2. Aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang)
3. Sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil,
4. Pipa karet
Lateks atau getah karet dan kayu pohon karet dalam kehidupan sehari-hari dapat
dimanfaatkan sebagai :
1. Bahan pembuat alas lantai dari karet , dimana alas ini nantinya dapat dibentuk dengan
bermacam - macam warna dan desain yang menarik. Alas lantai dari karet ini mudah
dibersihkan dan cukup menyehatkan.
2. Pembuat alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air,
kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan karet
sebagai bahan pembuat.
3. Bahan pembuat alat olahraga seperti bermacam-macam bola basket, voli, shuttelcock
4. Sepatu karet
5. Baju
Daun karet cukup banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, untuk mengobati atau
mencegah beberapa penyakit. Pemanfaatan dibidang kesehatan ini dikarenakan pada daun
karet mengadung beberapa senyawa metabolit sekunder. Beberapa penyakit tersebut adalah
maag, stroke dan obat bisul.
Pemanfaatan biji karet sampai saat ini masih terbatas hanya untuk pakan ternak, bahan
baku untuk cat dan benih tanaman, dimana jumlahnya hanya sekitar 10% dari total biji karet
yang dihasilkan, sedangkan sisanya masih dianggap limbah atau sampah. Jika dilihat dari
kandungan minyaknya yang mencapai 40-60% biji karet sangat potensial untuk dijadikan
sebagai bahan bakar nabati (BBN) terutama untuk dijadikan biodiesel yang akan memberikan
nilai tambah dan mengingkatkan pendapatan.
Karet juga dapat digunakan sebagai bahan campuran atau tambahan aspal. Kerusakan
dini jalan aspal dan beton disebabkan aspal memiliki kelemahan karena memiliki viskositas
rendah dan tidak tahan terhadap panas, radiasi dan oksidasi; sedangkan beton juga memiliki
kelemahan yang disebabkan kekerasan yang terlalu tinggi, elastisitas yang sangat rendah dan
daya lekat yang lemah. Peningkatan mutu aspal dan beton sudah biasa dilakukan yaitu
dengan cara memodifikasinya dengan penambahan bahan tambah atau aditif (modifier)
seperti serat selulosa dan polimer.
Polimer yang banyak digunakan selama ini berupa polimer sintetik seperti SBS dan
serbuk ban bekas. Penambahan aditif ke dalam aspal atau beton bertujuan agar diperoleh
aspal dan beton yang memiliki fleksibilitas, ketahanan deformasi temperatur, modulus
resilien, dan ketahanan usang (ageing) yang lebih baik. Penggunaan lateks alam sebagai aditif
diprediksi lebih baik, karena selain berupa bahan alam yang ketersediaannya berlimpah, sifat
lengket (tacky) dan sifat plastis lateks alam lebih baik.
Jenis lateks yang diamati meliputi lateks pekat yang kadar airnya < 40% (LP-AR) yang
diprediksi sesuai sebagai aditif aspal, lateks pekat berkadar karbohidrat rendah (LP-KR) yang
diprediksi sesuai sesuai sebagai aditif semen, dan lateks pekat berviskositas rendah (LP-VR)
yang partikel karetnya mempunyai daya lekat tinggi. Pada TA 2008 ini telah ditetapkan
Kadar protein dan lemak biji karet mempunyai perbandingan kadar yang tidak jauh
berbeda dibandingkan dengan beberapa kacang kacangan lainnya. Oleh sebab itu biji karet
bisa diolah menjadi makanan. Jenis makanan yang bisa diolah dari biji karet adalah sebagai
berikut :
Dari uraian diatas, beberapa faktor internal dan eksternal yang diketahui mempengaruhi
pengembangan komoditi Karet antara lain :
9. Terbatasnya sarana prasarana pertanian seperti alat sadap mangkok, pisau, pengolah
karet, asam semut, dll
Pengawasan mutu dalam kegiatan penerapan jaminan mutu karet, merupakan langkah
penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan pengakuan formal terkait dengan konsistensi
standar mutu produk yang dihasilkan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan
Standardisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan SNI 06- 1903-2000 tentang Standard
Indonesia Rubber (SIR) Standar ini meliputi ruang Iingkup, definisi, penggolongan, bahan
olah, syarat ukuran, syarat mutu, pengbilan contoh, cara uji, pengemasan, syarat penandaan
dan catatan umum Standard Indonesian Rubber (SIR).
Standard Indonesian Rubber adalah karet alam yang diperoleh dengan pengolahan
bahan olah karet yang berasal dari getah batang pohon Hevea Brasiliensis secara mekanis
dengan atau tanpa bahan kimia, serta mutunya ditentukan secara spesifikasi teknis. SIR
digolongkan dalam 6 jenis mutu yaitu:
2. SIR 3 L ( Light )
4. SIR 5
5. SIR 10
6. SIR 20
Syarat mutu karet yang telah ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dengan mengeluarkan SNI 06-1903- 2000 tentang
Standard Indonesia Rubber (SIR), ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :