Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Nama MK/ Bobot SKS : Reproduksi / 5 SKS


Kode Mata Kuliah : 217C1105
Periode /Durasi : Semester 4 / 5 Minggu
Waktu Pertemuan : 2 jam TM x 50 menit
Topik Mata Kuliah : Kontrasepsi Hormonal
Tingkat Kemampuan :

A. Tujuan
: Mengetahui dan menjelaskan siklus menstruasi
normal, mekanisme kerja kontrasepsi hormonal,
bermacam-macam jenis kontrasepsi hormonal
2. TIK ampu: menyebutkan dan menjelaskan keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, efek
samping, mekanisme kerja, cara penggunaan dari
masing-masing jenis kontrasepsi hormonal

B. Pokok Bahasan : Kontrasepsi Hormonal

C. Sub Pokok Bahasan:


1. Siklus Menstruasi Normal
1.1 Siklus Ovarium
1.2 Siklus Endometrium
2. Mekanisme kerja Konrasepsi hormonal
2.1 Mekanisme kerja estrogen
2.2 Mekanisme kerja progesteron
3. Jenis-jenis kontrasepsi hormonal
3.1 Kontrasepsi oral
3.2 Kontrasepsi darurat
3.3 Kontrasepsi injeksi
3.4 Kontrasepsi Implan
3.5 AKDR hormonal
3.6 Kontrasepsi transdermal

2 Kegiatan Belajar Mengajar:


Kegiatan Media & Alat
Tahap Kegiatan Pengajar
Mahasiswa Pembelajaran

Pendahuluan 1. Menjelaskan cakupan materi Menyimak Laptop dan


2. Menjelaskan manfaat mempelajari Menyimak LCD projector
materi
3. Menjelaskan kompetensi materi Menyimak

1
Penyajian 4. Menjelaskan definisi dan jenis-jenis Memberika Laptop dan
kontrasepsi non hormonal n jawaban LCD projector
5. Menjelaskan keuntungan, dan White board
keterbatasan, indikasi, sumbang
kontraindikasi, efeksamping, saran
mekanisme kerja, cara
penggunaan dari masing-masing
jenis kontrasepsi hormonal

Penutup 6. Memberikan kesimpulan tentang Menyimak Laptop dan


kontrasepsi hormonal LCD projector

3 Evaluasi :
Evaluasi dilakukan dengan cara:
3.1.1.1 Lisan
3.1.1.2 Tertulis
3.1.1.3 Ujian ketrampilan

4 Referensi :

1. Albar E. Kontrasepsi. In: Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. lmu


Kandungan. Ed 2. 2009. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. p. 534-63.
2. Pernoll Martin. Contraception. in: Benson and Pernolls Handbook of Obstetrics
and Gynecology. 10th edition. 2001. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
Division. p. 727-41.
3. Hillegas, KB. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Price, SA.,
Wilson, LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. Vol 2.
2006. Jakarta: EGC. p.1276-83.
4. Jacoeb TZ. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. In: Winkjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T. lmu Kandungan. Ed 2. 2009. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.75-8.
5. Pitkin Joan, Alison B Peattie, Brian A Magowan. Gynaecology. in:
Obstetrics and Gynaecology: An Illustrated Colour Text. 2003. USA:
Churchill Livingstone. p. 106-9.
6. Rosevear SK. Hormonal Contraception and Sterilisation. In: Handbook of
Gynaecology Management. 2002. Oxford: Blackwell Science.p.25.
7. Edmonds Keith. Contraception. editor: Anna Glasier. in: Dewhurst's
Textbook of Obstetrics & Gynaecology. 7th edition. 2007. Australia:
Blackweel Publishing. p. 299-309.
8. Cunningham Gary, John CH, Kenneth JL, Larry Gilstrap, et al.
Contraception. in: Williams Obstetrics. 22nd. 2005. USA: McGraw-Hill
Medical Publishing Division.
9. Fairley DH. Pregnancy Prevention. In: Lecture Notes Obstetrics and
Gynaecology. 2nd ed. 2004. USA: Blackwell Publishing.p.46-50.

2
10. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Contraception. In:
Danforths Obstetrics and Gynecology. 10th ed. 2008. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
11. Affandi B, Adriaansz G, et al. Kontrasepsi Implan In : Buku Pedoman Pelayanan
Kontrasepsi, 3rd Ed. 2012. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.
12. Sperof L. and D Darney. A Clinical Guide for Contraception. Lippincot Williams &
Wilkins, Philadelphia USA. 2011. page 134 -182
13. Sperof L. and D Darney. A Clinical Guide for Contraception. Lippincot Williams &
Wilkins, Philadelphia USA. 2011. page 134 -182
14. Murthy, AS. Harwood, B. Contraception Update. In: Sanfilippo, JS. Smith
RP. Primary Care in Obstetrics and Gynaecology A handbook for Clinicians.
2nd ed. 2007. USA: Springer.p. 241-5.

Makassar, 23 Maret 2017

Dr. dr. A. Mardiah Tahir, SpOG (K)

3
KONTRASEPSI HORMONAL
Dr. dr. A. Mardiah Tahir, SpOG(K)

Judul Mata Kuliah : Reproduksi (5 SKS)


Standar Kompetensi Area Kompetensi
: 6: Keterampilan klinis
Kompetensi Dasar ampu: melakukan secara mandiri
Indikator Menguasai
: seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah,
cara melakukan, komplikasi dan pengendalian
komplikasi
Pernah melakukannya dibawah supervise, pengujian
ketermpilan tingkat kemampuan 4 dengan
menggunakan workbased Assessment misalnya
mini cex, portfolio, logbook,dan sebagainya

Level Kompetensi : 4A
Alokasi waktu : 2 x 50 menit
Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui dan menjelaskan siklus menstruasi
normal, mekanisme kerja kontrasepsi hormonal,
bermacam-macam jenis kontrasepsi hormonal
Tujuan Instruksional Khusus
ampu: menyebutkan dan menjelaskan keuntungan,
keterbatasan, indikasi, kontraindikasi, efek
samping, mekanisme kerja, cara penggunaan dari
masing-masing jenis kontrasepsi hormonal

I. Pendahuluan
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. 1
Kontrasepsi (menghindari kehamilan) dilakukan untuk banyak alasan, seperti
perencanaan kehamilan, menghindari risiko medis kehamilan (terutama
dengan penyakit jantung, diabetes mellitus, atau tuberkulosis), dan
pengendalian populasi dunia.2 Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal

4
belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan; 3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; 4) tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus; 5) tidak memerlukan
motivasi terus-menerus; 6) mudah pelaksanaannya; 7) murah harganya
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8) dapat diterima
penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.1
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain 1) dapat dipercaya; 2) tidak ada efek sampingan; 3) tidak
mempengaruhi koitus; 4) mudah penggunaannya; 5) harga obat/alat
kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini terbukti apabila pasangan tetap
mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru berhenti jika
pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan terjadi
lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani
tubektomi atau suaminya telah divasektomi.1
Kontrasepsi terbagi atas kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat,
kontrasepsi secara mekanis, kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida,
kontrasepsi hormonal, kontrasepsi dengan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim), kontrasepsi mantap. Kontrasepsi tanpa menggunakann alat/obat
yaitu senggama terputus, pembilasan pascasenggama (postcoital douche),
perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation), pantang berkala
(rhythm method). Kontrasepsi secara mekanis untuk pria adalah kondom
sedangkan untuk wanita adalah diafragma vaginal dan cervical cap.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida yaitu suppositorium, jelly atau
creme, tablet busa, dan C-film. Kontrasepsi hormonal contohnya pil
kombinasi, pil mini, Depo Provera, implant. Kontrasepsi mantap contohnya
tubektomi dan vasektomi.1
II. Siklus Menstruasi Normal
A. Siklus ovarium
1. Fase folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial
dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi
folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah
ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel
granulosa mensintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular
selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor
pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya.
Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Jalur biosintesis
estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui 17-
hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron, dan estradiol.
Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat
perubahan androgen menjadi estrogen. Di dalam folikel, oosit primer mulai
menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang
sedang berkembang mensekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini.
Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui
mekanisme umpan balik positif.3
2. Fase luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi,
oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar

5
estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar
estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel drGraaf, lapisan
granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan sangat
berluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada
ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan
progesteron yang makin lama makin meningkat.3
B. Siklus endometrium
1. Fase proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan
dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar
estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang
stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar
menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak
sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar
makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel
kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam
dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin
ke permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral
dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap
orang, dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.3
2. Fase sekresi menghilangkan perangsangan
3.
Setelah ovulasi, di bawah pada endometrium. Perubahan
pengaruh progesteron yang iskemik terjadi pada arteriola dan
meningkat dan terus diproduksinya diikuti dengan menstruasi.3
estrogen oleh korpus luteum, 6.
endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Kelenjar menjadi
lebih besar dan berkelok-kelok, dan
epitel kelenjar menjadi berlipat-
lipat, sehingga memberikan
gambaran seperti gigi gergaji.
Inti sel bergerak ke bawah dan
permukaan epitel tampak kusut.
Stroma menjadi edematosa. Terjadi
pula infiltrasi leukosit yang banyak
dan pembuluh darah menjadi
makin berbentuk spiral dan
melebar. Lamanya fase sekresi
sama pada setiap perempuan yaitu
14 2 hari.3
4. Fase menstruasi
5.
Korpus luteum berfungsi
sampai kira-kira hari ke-23 atau 24
pada siklus 28 hari dan kemudian
mulai beregresi. Akibatnya terjadi
penurunan progesteron dan
estrogen yang tajam sehingga
7.

6
III.
IV. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
A. Mekanisme kerja estrogen
V.
Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk
terutama dari 17-ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang
terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan estriol (E3). Secara
biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Khasiat biologis utama dari
estrogen adalah sebagai perangsang DNA melalui RNA, pembentuk
utusan RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis
protein. Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat
kontraksi otot uterus. Produksi estradiol yang kian meningkat pada
fase folikuler akan meninggikan sekresi getah serviks dan mengubah
konsentrasi getah pada saat ovulasi menjadi encer dan bening.
Estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan
produksi getah dan meningkatkan kadar glikogen, sehingga terjadi
peningkatan produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein. Estradiol
memicu sintesis selain reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga
reseptor LH di sel-sel teka.4
B. Mekanisme kerja progesteron
VI.
Progesteron merupakan steroid dengan 21 atom C dan
terutama dibentuk di dalam folikel dan plasenta. Terhadap
endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik.
Bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka
akan terjadi degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok lagi untuk
menerima nidasi. Progesteron menurunkan tonus miometrium,
sehingga kontraksi berjalan lambat.4
VII.
VIII. Jenis Kontrasepsi Hormonal
A. Kontrasepsi Oral
1. Sediaan estagen - gestagen
IX.
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat
ini dianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga
mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan
perubahan-perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang
banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma tidak dapat
memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada
motilitas tuba falopii dan uterus. Dewasa ini terdapat banyak macam
pil kombinasi, tergantung dari jenis dan dosis estrogen serta jenis
progesteron yang dipakai.1 Pil ini adalah kombinasi sintetik estrogen
dan progesteron (sintetik progesteron). Estrogen utama adalah
ethinylestradiol, walaupun mestranol digunakan pada dua produk.
Progesteron adalah semua derivat C19 nortestosterone, selain dari
cyproterone acetate (digunakan dalam Dianette) yang merupakan
pregane-type anti-androgen. Formulasi fasik (bifasik atau trifasik)
mengandung dua atau tiga jumlah berbeda estrogen dan progesteron
yang sama.5,6
X.
Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil
dengan jalan menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dan
ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium tidak ada, tidak
terdapat pengeluaran LH. Di tengah-tengah daur haid kurang terdapat
FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH menyebabkan ovulasi
terganggu. Komponen progesteron dalam pil kombinasi seperti disebut
di atas memperkuat daya estrogen untuk mencegah ovulasi.
Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat menghambat ovulasi,
akan tetapi tidak dalam dosis rendah.1
XI. Efek-efek samping yang masih dapat dianggap ringan ialah
sebagai berikut:1
1) Efek karena kelebihan estrogen : rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada mamma, fluor albus.
2) Efek karena kelebihan progesteron : perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan, akne,
alopesia, kadang-kadang mammae mengecil, fluor albus, hipomenorea.
3) Efek sampingan yang berat : trombo-emboli, termasuk tromboflebitis,
emboli paru-paru, dan trombosis otak.
XII.
Kontraindikasi mutlak:1
1) Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
2) Penyakit-penyakit hati, baik aktif atau menahun
3) Pernah mengalami tromboflebitis, trombo-emboli, kelainan serebro-
vaskular
4) Diabetes mellitus
5) Kehamilan
XIII.
Kontraindikasi relatif:1
1) Depresi
2) Migrain
3) Mioma uteri
4) Hipertensi
5) Oligomenorea
6) Amenorea
XIV. Kelebihan pil kombinasi antara lain : 1) efektivitasnya
dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya guna
pemakaian 95-98%); 2) frekuensi koitus tidak perlu diatur; 3) siklus
haid jadi teratur; 4) keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi
berkurang atau hilang sama sekali. Kekurangan pil kombinasi antara
lain : 1) pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang
merepotkan; 2) motivasi harus kuat; 3) adanya efek samping walaupun
sifatnya sementara, contohnya mual, sakit kepala, muntah, mammae
nyeri, dan lain-lain; 4) untuk golongan penduduk tertentu harganya
masih mahal.1
2. Sediaan gestagen
XV.
Pil mini (mini-pill/pil progestin-only) bukan merupakan
penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini ovulasi
kadang-kadang dapat terjadi. Efek utamanya ialah terhadap lendir
serviks, dan juga terhadap endometrium. Pil mini adalah kontrasepsi
oral progestin-only yang diminum setiap hari.8 Pil progestin-only
mengandung norethisterone, levonorgetrel atau norgestrel.5
XVI.
Kefektifan pil mini lebih tergantung pada alterasi mukus
serviks dan efek pada endometrium. Karena perubahan mukus tidak
sampai 24 jam, mini-pill sebaiknya diminum pada waktu yang sama
setiap hari untuk memaksimalkan kefektifannya. Kontrasepsi ini tidak
menyebar luas dalam populasi karena lebih tinggi insidens perdarahan
tidak teratur dan lebih tinggi tingkat kehamilannya dibandingkan
kontrasepsi kombinasi.8
XVII.
Efek samping pil mini adalah jerawat, hirsutisme,
peningkatan berat badan akibat meningkatnya pola makan, depresi,
vaginal dryness, rambut berminyak, penurunan libido. 8 Pada beberapa
wanita mengalami perdarahan reguler, 30 50% mengalami
perdarahan tidak teratur, dan sisanya menjadi amenore.5
XVIII.
Pil mini dikontraindikasikan pada wanita dengan
pendarahan uterus yang tidak diketahui penyebabnya terutama pada
wanita dengan usia lebih tua.7 Pil mini tidak boleh diresepkan pada
kehamilan, perdarahan pervaginam abnormal yang tidak terdiagnosis,
penyakit jantung iskemik dan arterial berat, dan ada riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya.5
XIX.
. Pil mini biasanya merupakan pilihan utama untuk wanita
yang sedang menyusui. Pil mini idealnya bagi wanita yang memiliki
peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular. Hal ini termasuk wanita
dengan riwayat trombosis, hipertensi, atau migrain, atau dengan usia
lebih dari 35 tahun dan merokok.8
XX.
Kelemahan utama dari pil mini adalah kegagalan
kontrasepsi. Dengan kegagalan ini, ada peningkatan relatif dalam
proporsi kehamilan ektopik. Perdarahan uterus tidak teratur adalah
kelemahan yang berbeda dan dapat bermanifestasi sebagai amenore,
bercak, periode lama amenore atau menorragi.8
B.
Kontrasepsi Darurat
1. Postcoital pill (Morning after pill)
XXI. Pada tahun 1966 Morris dan Van Wagenen (Amerika Serikat)
menemukan bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan
jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi. Penyelidikan
mereka lakukan pada wanita sukarelawan dan wanita yang diperkosa.
Kepada sebagian wanita-wanita tersebut diberikan 50 mg dietilstilbestrol
(DES) dan kepada sebagian lagi diberikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0,5
sampai 2 mg sehari selama 4 5 hari setelah terjadinya koitus. Kegagalan
cara ini dilaporkan dalam 2,4% dari jumlah kasus.1
XXII.
Estrogen dalam dosis besar setelah koitus yang tidak terlindungi
dan sebelum implantasi dapat mencegah kehamilan. Preparat kombinasi
mengandung 50 g ethinylestradiol dan 250 g levonorgestrel (Ovran atau
Norinyl-1) dapat digunakan dalam dosis ganda. Dosis tinggi levonorgestrel
sendiri sekarang direkomendasikan sebagai kontrasepsi darurat. Efek
samping utama adalah mual dan muntah. Cara pemberian sebaiknya
diberikan dalam 12 jam kejadian koitus yang tidak terlindungi.9
XXIII. Postcoital pill adalah metode darurat kontrasepsi yang diminum
dalam 72 jam setelah koitus yang tidak terlindungi. Jika koitus terjadi 2 6
hari sebelum ovulasi, ovulasi biasanya akan tertekan dan kehamilan
terhindari oleh pengguna kontrasepsi oral. Tingkat kegagalan adalah 0
2,4%. Pencegahan kehamilan setelah koitus adalah sering digunakan pada
wanita yang diperkosa, tetapi setiap wanita usia reproduktif yang melakukan
koitus yang tidak terlindungi dalam waktu 72 jam sebaiknya menggunakan
kontrasepsi darurat.2
C. Kontrasepsi Injeksi
a. Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)
XXIV. Sediaan injeksi, mengandung 150 mg DMPA (Depo
Medroxyprogesterone Acetate), menghambat ovulasi, memproduksi
endometrium atrofik, dan mengubah mukus serviks untuk menurunkan
penetrasi sperma. Injeksi intramuskular dilakukan setiap 3 bulan. 10
Mekanisme kerja obat adalah multipel dan sama seperi pada
penggunaan oral. Termasuk menghambat ovulasi, meningkatkan
viskositas mukus serviks dan stimulasi endometrium yang tidak sesuai
untuk implantasi ovum. Depo Medroxyprogesterone Acetate
diinjeksikan ke dalam kuadran atas luar bokong.8
XXV. Efek samping yang paling sering terjadi pada pengguna
injeksi progestin-only sama seperti pada progestin oral yaitu
perubahan pola perdarahan pervaginam. Selama beberapa bulan
pertama penggunaan, banyak wanita mengalami perdarahan tidak
teratur dan panjang. Walaupun begitu, penggunaan selanjutnya,
perdarahan menjadi berkurang, dan lebih dari setengah wanita
menjadi amenore dalam 1 tahun penggunaan. Beberapa wanita juga
dilaporkan berat badan meningkat selama beberapa tahun pertama
penggunaan. Akibat tingginya efektifitas penekanan ovulasi sehingga
menjadi amenore pada banyak wanita, juga ada keterlambatan yang
signifikan pada pengembalian fertilitas setelah penghentian injeksi
progestin-only.10
XXVI. Injeksi progestin memiliki efektifitas kontrasepsi yang
sama atau lebih baik dibandingkan kontrasepsi oral kombinasi, durasi
kerja lama, dan efek minimal sampai tidak mengganggu laktasi.
Anemia defisiensi besi tidak terlalu banyak terjadi pada pengguna
jangka panjang, sebagai hasil amenore yang berkembang setelah 5
tahun pada 80% wanita. Kekurangan utama progestin depo termasuk
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan anovulasi lama setelah
penghentian, yang mengakibatkan keterlambatan fertilitas.8
b. Injeksi kombinasi progestin/estrogen
XXVII.
Kontrasepsi injeksi kombinasi progesteron/estrogen
diberikan setiap bulan. Isinya dosis rendah progestin kerja panjang
ditambah sedikit estrdiol.6 Agen ini, dipasarkan di bawah nama dagang
Cyclofem, mengandung 25 mg medroxyprogesterone acetate
ditambah 5 mg estradiol cypionate. Satu kali injeksi diberikan setiap
bulan. Kontrasepsi ini menghambat ovulasi dan menekan proliferasi
endometrium. Fertilitas lebih cepat kembali setelah dihentikan
dibandingkan dengan depot progestin. Kontrasepsi injeksi estrogen-
progestin dapat meningkatkan berat badan.8
D. Kontrasepsi Implan
1. Norplant
XXVIII.
Pada tahun 1990, Norplant disetujui untuk dipasarkan di Amerika Serikat.1
Norplant terdiri dari 6 kapsul, Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter bagian luar
2,4 mm dan mengandung 36 mg levonogestrel kristalin1. Kapsul tersebut terbuat dari pipa
silastik (polidimetilsilokan dan metivinil siloksan kopolimer) yang disegel rapat dengan
perekat medis silastik (polidimetilsiloksan).11
XXIX.
Rongga kapsul mempunyai diameter bagian dalam sebesar 1,57 mm, dengan panjang
bagian dalam 30mm.2 Keenam kapsul tersebut secara keseluruhan mengandung 216
mg levonogesterel yang sangat stabil dan tetap tidak berubah dalam kapsul yang
diperiksa setelah digunakan lebih dari sembilan tahun.12
XXX. Kadar rata rata levonogesterel yang di lepaskan pada Norplant 3:
XXXI. 1 bulan pertama : 85g
XXXII. Setelah 1 tahun : 35g
XXXIII. Setelah 2 tahun : 30g
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
XLIII.
XLIV.
2. Jadena (indoplant)
XLV. Studi dan pengenmbangan implan levonorgestrel dua kapsul (implan-2)
telah dilakukan sejak 20 tahun yang lalu. Setelah diproduksi dan penggunaannya
disetujui oleh badan pengawasan obat internasional, implan -2 digunakan dibanyak
negara (Eropa, Asia dan afrika). Implan -2 Eropa dikenal sebagai Implan-II dan
kemudian dipasarkan dengan nama dagang Jadelle.11
XLVI.
Terdiri dari 2 kapsul yang masing-masing memiliki panjang 43mm dan
diameter 2,5mm lebih panjang dan tipis dibandingkan Norplant. Setiap kapsul
mengandung 75mg levonogestrel yang dibungkus kapsul silastic.12
XLVII.
Kadar rata rata levonogesterel yang di release pada Norplant3
XLVIII. 1 bulan pertama : 100g
XLIX. Setelah 1 tahun : 40g
L. Setelah 2 tahun : 30g
LI.
LII.
LIII.
LIV.
LV.
LVI.
LVII.
LVIII.
LIX.
LX.
3. Implanon
LXI. Implanon (Organon, Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi subdermal yang
terdiri dari 1 batang putih dengan panjang 40 mm dan diameter 2 mm yang terdiri dari
68mg etonogestrel4,9. Implanon diselimuti membran yang dibentuk dari ethylene vinyl
acetate.4 Hormon yang direlease setiap harinya 67g / day menurun menjadi 30g setelah
2 tahun.11
LXII.
Bioavaibilitas dari etonogestrel hampir 100% setelah pemakaian selama 2
tahun. Setelah dicabut etonogestrel tidak terdeteksi lagi kurang dari 1 minggu. Kesuburan
akan kembali setelah 3-6 minggu setelah pencabutan pada 94% wanita. 13
LXIII.
Implan satu batang ini merupakan kemajuan yang sangat berarti dari Norplant yaitu
implan enam batang dari segi waktu dan cara pemasangannya.13
LXIV.
Dari penelitian di Amerika dan Eropa, yang dilakukan 10 tahun yang lalu,
didapatkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan implanon ini adalah 1
menit dan 3 menit untuk mencabutnya.13
LXV.
LXVI.
LXVII.

LXVIII.

LXIX.

LXX.

LXXI.

LXXII.
LXXIII.
LXXIV.
LXXV.
LXXVI.
LXXVII.
LXXVIII.
LXXIX.
LXXX.
LXXXI.
Mekanisme kerja :1
a. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi
sperma
b. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi zygote
c. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
LXXXII.
Efek kontraseptif norplant merupakan gabungan dari
ketiga mekanisme kerja tersebut di atas. Daya guna norplant cukup
tinggi. Efek samping norplant antara lain gangguan pola haid, seperti
spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah
(metrorrhagia), amenorea; mual-mual, anoreksia, sakit kepala, kadang-
kadang terjadi perubahan pada libido, berat badan, dan timbulnya
akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah
sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada
penggunaan pil KB.1
LXXXIII.
Kontraindikasi :1
a. Kehamilan atau disangka hamil
b. Penderita penyakit hati
c. Kanker payudara
d. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)
e. Varikosis
f. Riwayat kehamilan ektopik
g. Diabetes mellitus
h. Kelainan kardiovaskular
LXXXIV.
Kelebihan norplant antara lain cocok untuk wanita yang
tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen,
perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah,
risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Selain itu
cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan
bersifat reversibel.1
4. AKDR Hormonal
LXXXV. Mirena melepaskan levonorgestrel ke dalam uterus dengan
laju relatif konstan 20 g/hari, yang menurunkan efek sistemik
progestin. Ini adalah struktur polietilen berbentuk T yang memiliki
batang yang dibungkus dengan silinder campuran
polydimethylsiloxane/levonorgestrel. Sebuah membran permeabel
mengelilingi campuran untuk mengatur laju pelepasan hormon. 8
LXXXVI.
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui
dengan pasti. Kini pendapat terbanyak ialah bahwa AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang
disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada
pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang
mengandung spermatozoa. Menurut penyelidikan, ion logam yang
paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu); pengaruh AKDR bioaktif
dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin
berkurang.1
LXXXVII.

LXXXVIII.

LXXXIX.

XC.

XCI.

XCII.

XCIII.

XCIV.

XCV.
XCVI.
Efek samping :1
a. Perdarahan
b. Rasa nyeri dan kejang di perut
c. Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
XCVII. Kontraindikasi untuk pemasangan AKDR dapat dibagi atas
2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi yang
mutlak.
XCVIII.
Kontraindikasi relatif :1
a. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
b. Insufisiensi serviks uteri
c. Kelainan yang jinak pada serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri,
XCIX.
Kontraindikasi mutlak :1
a. Kehamilan
b. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
c. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
d. Adanya metroragia yang belum disembuhkan.
C.
CI.
CII.
Keuntungan :5
a. Hilangnya darah menstruasi secara dramatis menurun pada 70% kasus
pada tahun pertama
b. Dismenorea menurun
c. Mengurangi pertumbuhan fibroid pada uterus
d. Infeksi pelvik jarang terjadi
e. Mencegah hiperplasia endometrial
5. Vaginal Estrogen-Progestin Contraception (Vaginal Ring)
CIII. Kebanyakan hormon steroid diserap secara efisien melalui
epitelium vagina dan dapat dilepaskan dari vaginal ring yang dibuat
dari polimer seperti silastic atau ethylvinyl acetate. Ini dapat dengan
mudah diinsersi, dicek, dibuang dan diganti oleh pengguna.
Keuntungan lain termasuk : 10
a. Penggunaan tidak berkaitan dengan koitus
b. Menyediakan laju konstan pelepasan obat, menghasilkan level plasma
yang stabil pada dosis minimum untuk kontrasepsi
c. Efek samping metabolik menurun karena menghindari efek first-pass
yang melewati hati
d. Pada kasus kehamilan kecelakaan atau jika pelindung tidak digunakan,
level plasma turun dengan cepat hingga nol.
CIV. Fertilitas segera kembali setelah cincin diambil. Cincin
yang melepaskan 15 g ethinyl estradiol dan 120 g etonogestrel
setiap hari, dibiarkan selama 3 minggu dan dipindahkan selama 1
minggu untuk terjadi perdarahan withdrawal. Seperti pil kombinasi,
kerja utamanya menghambat ovulasi dan efektifitas meningkat jika
digunakan dengan benar.10
6. Kontrasepsi Transdermal
CV. Hanya satu kontrasepsi patch yang saat ini tersedia,
ukurannya 20 cm2, mengandung 20 g ethinyl estradiol dan 150
g/hari norelgestromin (17-Deacetyl norgestimate) setiap hari. Setiap
patch untuk tujuh hari, tiga patch yang digunakan secara berurutan
dengan placebo patch atau patch-free interval di minggu keempat saat
terjadi perdarahan withdrawal. Perlindungan kontrasepsi berlangsung
sampai sepuluh hari, memungkinkan untuk terjadi kesalahan dalam
mengubah patch.7 Kontrasepsi ini dapat digunakan pada perut,
bokong, badan bagian atas, atau lengan atas bagian luar. Patch yang
baru dipasang tiap 3 minggu, diikuti oleh minggu patch-free untuk
perdarahan withdrawal.8
CVI.
Kebanyakan efek sampingnya sama seperti kontrasepsi
oral; walaupun begitu, patch mempunyai efek samping yang unik
termasuk pelepasan lengkap atau parsial.14
CVII. Meskipun patch ditoleransi dengan baik dan aman secara
keseluruhan, dismenore, dan nyeri payudara dalam dua siklus pertama
lebih sering terjadi pada wanita yang menerima patch. Pada sekitar 3%
wanita, patch menyebabkan reaksi pada area aplikasi yang cukup
berat untuk membatasi penggunaan. Patch menyediakan metode
alternatif kontrasepsi hormonal yang efektif bagi wanita yang lebih
memilih aplikasi mingguan daripada dosis harian. Efek metabolik dan
fisiologis sama dengan dosis rendah kontrasepsi oral.8
CVIII.
CIX. DAFTAR PUSTAKA
CX.
15. Albar E. Kontrasepsi. In: Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. lmu
Kandungan. Ed 2. 2009. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. p. 534-63.
16.Pernoll Martin. Contraception. in: Benson and Pernolls Handbook of Obstetrics
and Gynecology. 10th edition. 2001. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
Division. p. 727-41.
17. Hillegas, KB. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Price, SA.,
Wilson, LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. Vol 2.
2006. Jakarta: EGC. p.1276-83.
18. Jacoeb TZ. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. In: Winkjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T. lmu Kandungan. Ed 2. 2009. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.75-8.
19. Pitkin Joan, Alison B Peattie, Brian A Magowan. Gynaecology. in:
Obstetrics and Gynaecology: An Illustrated Colour Text. 2003. USA:
Churchill Livingstone. p. 106-9.
20. Rosevear SK. Hormonal Contraception and Sterilisation. In: Handbook
of Gynaecology Management. 2002. Oxford: Blackwell Science.p.25.
21. Edmonds Keith. Contraception. editor: Anna Glasier. in: Dewhurst's
Textbook of Obstetrics & Gynaecology. 7th edition. 2007. Australia:
Blackweel Publishing. p. 299-309.
22. Cunningham Gary, John CH, Kenneth JL, Larry Gilstrap, et al.
Contraception. in: Williams Obstetrics. 22nd. 2005. USA: McGraw-Hill
Medical Publishing Division.
23. Fairley DH. Pregnancy Prevention. In: Lecture Notes Obstetrics and
Gynaecology. 2nd ed. 2004. USA: Blackwell Publishing.p.46-50.
24. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Contraception. In:
Danforths Obstetrics and Gynecology. 10th ed. 2008. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
25. Affandi B, Adriaansz G, et al. Kontrasepsi Implan In : Buku Pedoman Pelayanan
Kontrasepsi, 3rd Ed. 2012. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.
26. Sperof L. and D Darney. A Clinical Guide for Contraception. Lippincot Williams &
Wilkins, Philadelphia USA. 2011. page 134 -182
27. Sperof L. and D Darney. A Clinical Guide for Contraception. Lippincot Williams &
Wilkins, Philadelphia USA. 2011. page 134 -182
28. Murthy, AS. Harwood, B. Contraception Update. In: Sanfilippo, JS. Smith
RP. Primary Care in Obstetrics and Gynaecology A handbook for Clinicians.
2nd ed. 2007. USA: Springer.p. 241-5.

Anda mungkin juga menyukai