Anda di halaman 1dari 3

Tiazid

1. Mekanisme kerja
Diuretik tiazida menginhibisi transport NaCl di DCT, tubulus proksimal
kemungkinan merupakan tempat kerja sekunder obat-obat ini. Transpor diberi energi oleh
pompa Na+ dalam membran basolateral. Energi bebas dalam gradient elektrokimia untuk
Na+ dimanfaatkan oleh simporter Na-Cl pada membran lumen sehingga mengeluarkan Cl -
ke sel epitelium melawan gradient elektrokimianya. Cl - kemudian keluar dari membrane
basolateral secara pasif melalui saluran Cl.
Diuretik tiazida menginhibisi simporter Na-Cl. Pengikatan Na+ atau Cl- pada
simporter Na-Cl memodifikasi inhibisi simpofter yang disebabkan oleh tiazida, yang
menunjukkan bahwa tempat pengikatan tiazida digunakan bersama atau diubah oleh
kedua ion ini, baik Na+ maupun Cl-. Simporter Na-Cl (disebut ENCCI) diekspresikan
terutama di ginjal dan berada di membrane apeks sel-sel epitelium DCT. Ekspresi
simpofter ini diatur oleh aldosteron. Mutasi pada simpofter Na-Cl menyebabkan alkalosis
hipokalemik turunan yang disebut sindrom Gitelman (Goodman, 2012).
2. Farmakokinetik obat tiazid
Tiazid diabsorpsi melalui saluran cerna. Umunya efek obat setelah 1 jam.
Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses
aktif tiazid diekskresikan oleh sel tubuli proksimal, biasanya dalam waktu 3-6 jam
(Nafrialdi, 2007).
Semua tiazid dapat diberikan per oral, tetapi terdapat perbedaan dalam metabolismenya.
Klorotiazid, yakni senyawa induk kelompok ini, bersifat kurang larut dalam lemak dan harus diberikan
dalam dosis yang relatif besar. Klortalidon diabsorpsi secara perlahan dan durasi kerjanya lebih panjang.
Meskipun indapamid diekskresi melalui sistem empedu, bentuk aktif obat ini yang di ekskresi oleh ginjal
cukup untuk menimbulkan efek diuretiknya di tubulus kontortus distal. Semua tiazid diekskresikan
oleh urin dan kebanyakan melalui sistem sekresi tubular. Hal ini menyebabkan terjadi persaingan dengan
sekresi asam urat oleh sistem sekresi tersebut. Akibatnya, penggunaan tiazid dapat menurunkan ekskresi
asam urat dan meningkatkan kadar asam urat serum (Rang, 2011).
3. Indikasi tiazid
a. Gagal jantung
b. Hipertensi
c. Edema
d. Diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogenik
e. Nefrolitiasis akibat hiperkalsiuria idiopatik (Katzung, 2010).
4. Kontraindikasi
Gangguan hati berat, gangguan ginjal berat (kreatinin klirens <30 mL/menit),
hipokalemia refraktori, hiperkalsemia, hamil dan menyusui (Ilyas, 2010).
5. Efek samping
a) Reaksi alergi berupa purpura, dermatitis, kelainan kulit, dan kelainan darah
b) Hipergilkemia (penggunaan lama pada DM).
c) Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.
d) Serangan gout akut dan hambat sekresi asam urat.
e) Hipokaleia, hipomagnesia, hiperkalsemia, dan hiponatremia (Katzung, 2010).
Contohnya adalah Hidroklorotiazid (HCT), bendroflumetiazid (naturetin), xipamid
(diurexan), indapamid (natrilix), klopamid, klortalidon (Katzung, 2010).

Carbonic anhydrase inhibitor


1. Mekanisme kerja
Inhibitor karbonik anhidrase secara poten menghambat karbonik anhidrase, baik
yang berada dalam bentuk terikat pada membran maupun yang terdapat dalam
sitoplasma, sehingga hampir benar-benar menghilangkan reabsorpsi NaHCO di tubulus
proksimal (Gambar 5-1). Karena terjadi kelebihan karbonik anhidrase dalam jumlah
besar di tubulus proksimal, sebagian besar aktivitas enzim harus dihambat sebelum efek
pada ekskresi eiektrolit teramati. Walaupun tubulus proksimal merupakan tempat kerja
utama inhibitor karbonik anhidrase, karbonik anhidrase juga terlibat dalam sekresi asam
yang dapat dititrasi (titratable acid) dalam system saluran pengumpul, yang merupakan
tempat kerja sekunder obat-obat ini (Goodman, 2012)
2. Farmakokinetik
Penghambat karbonik anhidrase diabsorpsi secara baik setelah pemberian oral. Peningkatan pH urin
akibat diuresis HCO3- tampak dalam waktu 30 menit, maksimal setelah 2 jam, dan bertahan selama 12
jam setelah pemberian dosis tunggal. Obat diekskresi melalui sekresi di segmen S2 tubulus proksimal
sehingga dosis obat harus diturunkan pada pasien insufisiensi ginjal (Hardman, 2006).
3. Indikasi
a. Glaukoma
b. Alkalinisasi urine
c. Alkalosis metabolik
d. Penyakit gunung akut (acute mountain sickness)
e. Ajuvan dalam terapi epilepsi, paralisis periodik akibat hipokalemia, dan hiperfosfatemia (Katzung,
2010).
4. Kontraindikasi
Kehamilan trimester pertama (Kee, 2007).
5. Efek samping
a. Asidosis metabolik hiperkloremik
b. Batu ginjal
c. Pembuangan kalium ginjal
d. Rasa mengantuk, paresthesia, dan toksisitas sistem saraf
e. Reaksi hipersensitivitas
f. Depresi sumsum tulang
g. Toksisitas pada kulit (Rang, 2011)
Contoh obat carbonic anhydrase inhibitor adalah acetazolamide, methazolamide, dorzolamide,
brizolamide (Neal, 2006).

DAPUS
Hardman JG, Limbird LE, Gilman AG. Goodman & Gilmans. 2005. The Pharmacological Basic of
Therapeutics: Drugs Affecting Renal and Cardiovascular Function. 11th Edition. California: McGraw-Hill.

Katzung BG. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik: Obat-Obat Kardiovaskular-Ginjal. Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ, Henderson G. Rang and Dales. 2011. Pharmacology: Drugs
Affecting Major Organ Systems. 7th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Goodman, Gilman. 2012. Farmakologi Dasar Terapi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Kee, Joyce L., Hayes, Evelyn R. 2007. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

Ilyas, E.I. 2010. Olah Raga Diabetesi. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai