Anda di halaman 1dari 16

A.

Latar Belakang
B. Dasar Hukum
1.Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2.Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
2005.
3.Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan
pendidikan

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Pembiyaan Pendidikan ?
2. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Pembiyaan Pendidikan ?
3. Apa saja yang menjadi sumber-sumber dana pembiayaan pendidikan ?
4. Bagaimana kegiatan manajemen pembiayaan sekolah?

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa maksud dari standar pembiyaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah dalam pembiyaan Pendidikan.
3. Untuk dapat menjelaskan sumber sumber dana pembiyaan pendidikan
4. Untuk dapat menjelaskan cara kegiatan dari memanajemen pembiyaan sekolah.

Pembahasan

A. Standar Pembiyaan Pendidikan


Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan
terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
B. Kebijakan Pemerintah dalam Pembiayaan Pendidikan
Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 Bab 1 pasal 1 point 4:
Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
Pasal 3:
1) Biaya pendidikan meliputi:
a. biaya satuan pendidikan;
b. biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan
c. biaya pribadi peserta didik.
2) Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. biaya investasi, yang terdiri atas:
- biaya investasi lahan pendidikan; dan
- biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. biaya operasi, yang terdiri atas:
biaya personalia; dan
biaya nonpersonalia.
bantuan biaya pendidikan; dan
beasiswa.
3) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. biaya investasi, yang terdiri atas:
1. biaya investasi lahan pendidikan; dan
2. biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. biaya operasi, yang terdiri atas:
1. biaya personalia; dan
2. biaya nonpersonalia.
4) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka 1 dan ayat
(3) huruf b angka 1 meliputi:
a. biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas:
1. gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan;
2. tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan;
3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan;
4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen;
5. tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan
dosen;
6. tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
7. tunjangan khusus bagi guru dan dosen;
8. maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan
9. tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau
guru besar.
b. biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yang
terdiri atas:
1. gaji pokok;
2. tunjangan yang melekat pada gaji;
3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural; dan
4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional

DANA BOS, BOP, DAN BKM


1. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pengertian Dana BOS
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya
operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari
keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan
pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional
Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar
Biaya Satuan pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan
rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehingga mampu menunjang proses belajar
mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetap.kan. Dari cara
penggunaaannya, BPS dibedakan menjadi BSP investasi dan BSP Operasional.
BSP investasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam satu
tahun untuk pembiayaan sumber daya yang tidak habais pakai dalam waktu
lebih dari satu tahun , seperti pengadaan tanah, bangunan, buku,alat peraga,
media, perabot dan alat kantor.
Sedangkan BSP operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam
1 tahun untuk pembiayaan sumber daya pendidikan yang habis pakai dalam 1
tahun atau kurang. BSP operasional mencakup biaya personil dan biaya non
personail. Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan
jam mengajar (KJM), Guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak tetap (PTT),
uang lembur dan pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Latihan Guru,
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja
Guru (KKG) dan lain-lain. Biaya non personil adalah biaya untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar, evaluasi atau penilaian, perawatan/pemeliharaan,
daya dan jasa, pemberian kesiswaan, rumah tangga sekolah dan supervisi.
Selain dari biaya-biaya tersebut, masih terdapat jenis biaya personil yang
ditanggung oleh peserta didik, misalnya biaya transoprtasi, konsumsi, seragam,
alat tulis, kesehatan, dan sebagainya.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup komponen
untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian dan
pengembangan, Departemen pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas).
Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka
penggunaan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegatan lain yang
tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi.
Oleh karena keterbatasan dana BOS dari Pemerintah Pusat, maka biaya
untuk investasi sekolah/madrasah/ponpes dan kesejahteraan guru harus
dibiayai dari sumber lain dengan prioritas utama dari sumber pemerintah,
pemerintah daerah dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.

Tujuan Diberikannya Dana BOS


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 -15 tahun 12 wajib
mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut,
maka Pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta
didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta seluruh satuan
pendidikan sederajat.
Salah satu indikator penuntasan Wajib belajar 9 tahun diukur dengan
Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP sebesar
85,22% dan pada akhir tahun 2006 telah menapai 88,68%. Target penuntasan
wajib belajar 9 tahun harus diapai pada tahun 2008/1009 dengan APK
minimum 95%. Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta anak
usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan dasar
(Depdiknas, Departemen Agama, 2007). Dengan adanya pengurangan subsidi
bahan bakar minyak, amanat undang-undang dan upaya percepatan penuntasan
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, sejak tahun 2005
Pemerintah memprogramkan pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah ini bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang
lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Secara umum Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan
untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan
meringankan bagi siswa lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan
dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib belajar
9 Tahun
Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri
terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);
Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

2. Biaya Operasional Sekolah (BOP)


Pengertian dan Tujuan Biaya Operasional Pendidikan (BOP)
Biaya Operasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BOP adalah Alokasi
dana yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
yang digunakan untuk tambahan biaya operasional non personalia dan
honorarium pendidik non PNS bagi satuan pendidik sebagai pelaksana program
wajib belajar 12 tahun.
Tujuan Pemberian BOP
Tujuan umum pemberian BOP adalah untuk meringankan beban masyarakat
terhadap penyediaan biaya pendidikan selain biaya pribadi peserta didik dalam
rangka wajib belajar 12 tahun yang bermutu.
Biaya Pribadi Peserta Didik sebagaimana dimaksud diatas meliputi:
Peralatan dan perlengkapan sekolah, antara lain pakaian sekolah, sepatu, tas,
alat-alat tulis;
Transportasi peserta didik; dan
Uang saku peserta didik.

Tujuan Khusus Program BOP adalah untuk:


a. membebaskan seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah dan
segala bentuk pungutan, termasuk untuk biaya kegiatan ekstrakurikuler;
b. meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan;
c. melengkapi kebutuhan untuk kegiatan belajar mengajar;
d. memelihara sarana dan prasarana pendidikan; dan
e. meningkatkan pengelolaan administrasi satuan pendidikan.
3. Bantuan Khusus Murid (BKM)
Pengertian Bantuan Khusus Murid (BKM)
Program BKM adalah pemberian bantuan bagi murid / siswadari
keluarga kaurang atau tidak mampu untuk memenuhikebutuhan masyarakat
akan layanan pendidikan jenjangsekolah menengah atas dan sederajat, yaitu
SMA, SMK, MA,dan SMLB.
Program BKM dilatarbelakangi denganadanya peningkatanharga bahan
bakar minyak (BBM) diakibatkan oleh ditariknyasebagian subsidi pemerintah
untuk BBM. Sebagai akibat dari naiknyaharga BBM tersebut, diperkirakan
akan menambah beban masyarakat,terutama masyarakat miskin. Dalam bidang
pendidikan, para orang tuaakan mengalami kesulitan dalam membiayai
pendidikan anaknya. Atasdasar pertimbangan tersebut, pemerintah sejak tahun
2001mengalihkan sebagiand ari subsidi BBM tersebut untuk membantumurid
dari keluarga kurang mampu melalui Program KompensasiPengurangan
Subsidi (PKPS) BBM bidang pendidikan, dalam bentukBantuan Khusus Murid
(BKM). Bantuan untuk murid di bawahdepartemen pendidikan nasional
diintegrasikan melalui progranjaringan pengaman sosial (JPS) beasiswa dan
DBO.
Tujuan BKM
Mengingat bahwa sasaran program BKM adalah siswa kurang / tidak
mampu pada jenjang pendidikan SLA dan sederajat, maka tujuan program
BKM diberikan adalah sebabagi berikut ;
1) Secara umum, program BKM bertujuan mengurangi dampak buruk dalam
bidang pendidikan akibat ditariknya subsidi BBM
2) Secara khusus, program BKM ini bertujuan agar murid madrasah ditingkat
dasar dan menengah, yang berasal dari keluarga kurang /tidak mampu dapat
membiayai keperluan sekolahnya, sehingga :
a. Murid tidak putus sekolah akibat kesulitan ekonomi sebagaidampak
kenaikan BBM
b. Murid mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk terussekolah dan
melanjutkan pendidikan kenjenjang berikutnya
c. Murid, khususnya perempuan, dapat menyelesaikan pendidikansekurang-
kurangnya sampai dengan jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama.
Dalam buku petunjuk pelaksanaan BKM untuk SMA / SMK, MA, SMLB,
dijelaskan bahwa tujuan dari program BKM antara lain :
Membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan sekolah selama duduk di
bangku sekolah
Mencegah siswa dari kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan ekonomi
Memberi peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk
terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan SMA / SMK/MA /
SMLB
Membantu kelancaran program sekolah.
Persyaratan Penerimaan BKM
Persyaratan dari penerima BKM ada dua yaitu persyaratan murid penerima
BKM dan persyaratan sekolah peserta program BKM.
1) Persyaratan murid penerima BKM
Penerima BKM adalah murid SMA/SMK/MA/SMLB negeri dan swasta
kelas 1 sampai kelas 3 dari lembaga kurang mampu atau tidak mampu
secara ekonomi yang :
Terancam putus sekolah atau baru putus sekolah pada tahun sebelumnya
karena kesulitan ekonomi;
Tidak sedang menerima beasiswa dari sumber lain

2) Persyaratan sekolah peserta program BKM


Persyaratan bagi sekolah yang menerima BKM diantaranya adalah :
Bukan sekolah mahal
Sekolah mahal yaitu sekolah yang tidak mempunyai murid yang berasal dari
keluarga kurang/tidak mampu. Klasifikasi sekolah mahal ditentukan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai standar daerah masing-masing
Memiliki izin operasional
Setelah yang memiliki surat izin operasional/kelembagaan yang dikeluarkan
oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah umum atau piagam penyelenggaraan
pendidikan dari Departemen Agama untuk madrasah. Sedangkan khusus untuk
sekolah swasta diharuskan memiliki izin operasional, yaitu sekolah swasta
dengan status minimal terdaftar (memiliki SK dari instansi yang berwenang).

4. BADAN HUKUM PENDIDIKAN (BHP)


Badan hukum pendidikan (disingkat BHP) merupakan suatu bentuk badan
hukum lembaga pendidikan formal di Indonesia yang berbasis pada otonomi
dan nirlaba. BHP dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009
tentang Badan Hukum Pendidikan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) pada tanggal 17 Desember 2008. Bagi pendidikan tinggi, BHP
merupakan perluasan dari status badan hukum milik negara (BHMN) yang
dianggap cenderung sangat komersil dalam penyelenggaraannya. Pada tahun
2010, bentuk BHP telah dihapuskan sesuai dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010
yang membatalkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009.
BHP sejak awal mendapat tantangan keras dari kalangan terutama dari
kalangan ahli pendidikan dengan isu neo liberasasi yang bisa menghilangkan
kewajiban pemerintah sebagai penanggungjawab untuk mencerdaskan bangsa
dengan menyediakan fasilitas pendidikan berkualitas. Dari kalangan
pendidikan swasta, BHP ditentang karena alasan kepemilikan, dimana pemilik
yayasan tidak lagi dapat berfungsi sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam lembaga pendidikan mereka, melainkan organ representasi pemangku
kepentingan yang lazim disebut Majelis Wali Amanah.Besarnya kekuatiran
akan dampak negatif dari BHP bagi pendidikan nasional menyebabkan proses
pembahasan di DPR berjalan lambat sekitar empat tahun.
UU BHP kini tepatnya tanggal 31 Maret 2010, telah dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam perkara yang diajukan oleh
Aep, Cs dalam perkara Nomor 11/VII-PUU/2009 dengan Gatot Goei, SH
sebagai salah satu kuasa di antara kuasa hukum dalam perkara lainnya. Alasan
Mahkamah Konstitusi membatalkan UU BHP adalah karena secara yuridis UU
BHP tidak sejalan dengan UU lainnya dan subtansi yang saling bertabrakan.
Oleh karena itu UU BHP bertentangan dengan UUD 1945 dan batal demi
hukum.

5. BADAN LAYANAN UMUM PENDIDIKAN


Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) menurut Peraturan Pemerintah
nomor 23 tahun 2005 Pasal 1 adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Berikut beberapa hal terkait dengan fleksibilitas yang diberikan kepada satker
BLU yaitu :
Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu disetorkan ke
Kas Negara.
Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang batas
tertentu.
Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU yang
hasilnya menjadi pendapatan BLU.
Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang sampai batas
tertentu.
Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab pelunasan
berada pada BLU.
Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri Keuangan.
Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan dapat
mengalihkan barang inventaris.
Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan
profesionalisme.
Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat
dimintakan dari APBN untuk Public Service Obligation (PSO).
Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.
Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada
Kementerian/Lembaga dan BLU yang bersangkutan dengan seijin Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Salah satu dari instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberi pelayanan kepada masyarakat adalah instansi pendidikan tinggi /
perguruan tinggi negeri. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang telah
mapan, sedikit demi sedikit berusaha melepaskan diri dari ketergantungannya
kepada pemerintah. Oleh karena itu, keluarlah peraturan pemerintah seperti
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Hukum Pendidikan Milik
Negara (BHPMN), dan Badan Layanan Umum (BLU). Keluarnya peraturan-
peraturan ini disambut baik oleh beberapa Perguruan Tinggi Negeri yang
mapan tersebut, sebagai langkah awal untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri
yang mandiri, pemerintah memberlakukan beberapa organisasi Perguruan
Tinggi Negeri sebagai Badan Layanan Umum hingga mendorong Perguruan
Tinggi Negeri untuk melakukan pembangunan sistem informasi akuntansi baru.
Pengelolaan kekayaan negara oleh perguruan tinggi negeri sebagai badan
layanan umum dalam pengembangan pendidikan dan perekonomian indonesia
pada prinsipnya dapat terlaksana apabila Perguruan tinggi negeri yang
bersangkutan mampu menerapkan pengelolaan keuangan dengan
profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi.

C. Sumber Sumber Dana Pembiayaan Pendidikan


Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 19 Tahun 2007, sekolah dewasai ni
diharuskan untuk menyusun pedoman pengelolaan dana (investasi dan operasional)
yang mengacu pada standar pembiayaan. Pedoman ini mengatur:
Sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah yang dikelolah
Penyusunan dan pencairan anggaran serta penggalangan dana di luar dana investasi
dan operasional.
Sumber dana sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama:
pemerintah (Pemerintah pusat dan daerah), orang tua peserta didik, dan kelompok-
kelompok masyarakat.
1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat membantu keuangan sekolah melalui beberapa cara, antara lain
mencakup yang berikut :
a. Hibah (grant) dan dana bantuan biaya operasional kepada sekolah.
b. Membayar gaji guru.
c. Membantu sekolah untuk mengadakan proyek penggalangan dana dengan
menyediakan bantuan teknis termasuk bahan dan perlengkapan, serta
d. Ikut mendanai pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah.
Pemerintah juga melakukan kontribusi tidak langsung kepada sekolah. Misalnya,
melalui pelatihan kepala sekolah dan guru, menyiapkan silabus dan bahan, serta
melakukan pengawasan.
2. Pemerintah Daerah
Di negara kita, urusan pendidikan dasar dan menengah dilimpahkan kepada
pemerintah daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk membangun
sekolah, membayar gaji guru, menyediakan sarana fisik, fasilitas ruang kelas,
dan peralatan kantor sekolah dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN.
Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi, akan memiliki
peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana
penyelenggaraan sekolah.
3. Orang Tua Peserta didik
Kontribusi orang tua kemungkinan merupakan keharusan karena pemerintah
belum mampu mendanai seluruh kebutuhan dasar dana sekolah. Hal ini
umumnya terjadi di negara-negara berkembang seperti negara kita.
Cara orang tua berkontribusi terhadap pembiayaan pendidikan kemungkinan
mencakup yang berikut.
a. Membayar biaya pendidikan yang ditentukan secara resmi.
b. Memberi kontribusi kepada komite sekolah.
c. Membayar sumbangan untuk membangun fasilitas tertentu, seperti
perumahan bagi guru.
d. Orang tua kemungkinan menyumbangkan tenaga dan keterampilan tertentu
dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan bangunan atau membantu dalam
pelatihan olah raga, atau bahkan mungkin dapat menggantikan guru yang
tidak hadir.
e. Membayar guru atas tambahan pelajaran di luar jam sekolah.
f. Membayar pembelian buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan seragam
sekolah, meja dan kursi, perpustakaan, dan dana kegiatan olah raga.
g. Mendanai kesejahteraan anak-anak mereka, seperti uang transpor, uang
makan, dan sebagainya.
Kita perlu berasumsi bahwa semua orang tua dapat memberikan kontribusi
yang sama, apakah itu sifatnya finansial atau dalam bentuk-bentuk kontribusi
lainnya. Tingkat penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah
pedesaan tampaknya cukup berbeda, seperti halnya juga ukuran keluarga.
Diperlukan pendekatan yang sensitif oleh kepala sekolah. Kepala sekolah harus
mampu mengetahui perbedaan keadaan orang tua peserta didik dan kemudian
memberi kelonggaran bagi peserta didik yang orang tuanya kurang beruntung
secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala sekolah harus menetapkan target
yang cukup ambisius untuk menggalang dana bagi sekolah, di lain pihak kepala
sekolah juga perlu menerima keadaan bahwa tidak semua orang dapat
berkontribusi dalam kadar yang sama.
4. Kelompok Masyarakat
Kelompok-kelompok masyarakat seringkali termasuk sebagai sumber
penting pendanaan sekolah. Kelompok-kelompok ini dimobilisasi untuk
melaksanakan tugas dari para tokohnya (utamanya informal) di masyarakat,
seperti kaum ulama.Di Indonesia, banyak sekolah (swasta) yang dibangun dan
diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat.
Cara yang Anda identifikasi dalam memobilisasi dana kemungkinan
mencakup yang berikut.
a. Memobilisasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proyek
pengembangan sekolah.
b. Melibatkan tokoh masyarakat dalam memobilisasi massa untuk
berpartisipasi secara efektif dalam proyek-proyek sekolah.
c. Mengumpulkan dana untuk sekolah-sekolah di suatu wilayah.
d. Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dan mantan peserta didik
dalam proyek swakarsa penggalangan dana.
e. Memungut pajak khusus pendidikan dari warga masyarakat.
Di dalam masyarakat kemungkinan ada orang-orang yang juga memutuskan
untuk membantu satu atau beberapa sekolah dengan dana dalam jumlah cukup
besar. Adakalanya ada saja pengusaha yang ingin mendermakan sesuatu bagi
satu atau lebih sekolah. Kontribusi seperti ini hendaknya disambut dengan baik
dan bahkan sebaiknya didorong. Namun, pemerintah seyogianya perlu bersikap
tegas terhadap yayasan yang menyelenggarakan sekolah semata-mata untuk
memperoleh keuntungan finansial. Dewasa ini kecenderungan seperti itu telah
semakin menggejala. Fungsi sosial pendidikan telah mulai memudar berganti
dengan penekanan pada fungsi keuntungan ekonominya, khusus bagi para
pengelolanya.
5. Peserta didik
Para peserta didik kemungkinan merupakan sumber penggalangan dana
sekolah yang baik, jika mereka tahu manfaatnya bagi diri mereka sendiri dan
bagi sekolah. Berikut adalah cara-cara pelibatan peserta didik Anda yang dapat
dipertimbangkan:
a. Pengumpulan dana melalui kegiatan seperti pertanian, memelihara ayam
petelur, membuat kerajinan tangan, dan lain-lain.
b. Kegiatan pengumpulan dana; misalnya melalui konser musik, tari, olahraga,
pameran, bazar, atau turnamen.
6. Yayasan
Ada sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau lembaga lain
yang bukan berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan organisasi non
pemerintah. Masing-masing memiliki tujuan spesifik dalam mendirikan dan
mengoperasikan sekolahnya yang juga bertujuan untuk menghasilkan
lulusan yang cerdas dan beradab. Yayasan ini memberikan dukungan
finansial kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti bangunan,
peralatan, dan sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini menyimpan
dana di bank, yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk saham, dan lain-
lain. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyediakan dana
pengoperasian sekolah.

D. Kegiatan Manajemen Pembiayaan Pendidikan


1. Perencanaan Pembiyaan Pendidikan
Kepmendiknas Nomor 056/U/2001 menyebutkan penyelenggaraan pendidikan
di sekolah meliputi (1) pelayanan yang bersifat teknis edukatif untuk proses
belajar mengajar baik teori maupun praktek untuk seluruh mata pelajaran dan
penilaian hasil belajar; (2) pelayanan yang bersifat penunjang untuk
operasionalisasi ruang belajar dan kegiatan ekstra kurikuler; (3) pengadaan dan
perawatan buku pelajaran, peralatan pendidikan, alat pelajaran, peralatan
laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik keterampilan serta bahan praktik
laboratorium dan keterampilan; (4) pengadaan dan perawatan sarana kegiatan
penunjang seperti sarana administrasi, gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas
sekolah dan lingkungan; (5) penyediaan daya dan jasa seperti listrik, telepon, gas
dan air; (6) perjalanan dinas kepala sekolah dan guru; (7) pelayanan
kemasyarakatan, pemberdayaan Komite Sekolah, kegiatan sosial; (8)
penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru; (9) pelayanan habis
pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar; (10) penyediaan gaji guru dan
non-guru, tunjangan, honorarium, lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang
menunjang pendidikan.
Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu
pelaksaannya ini seringkali menghasilkan apa yang dinamakan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun
RAPBS sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan
hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan
untuk masa kerja satu tahun.
RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai
sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari
sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana
pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi
tentang ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun
pembangunan, ragam pembelanjaan dan jumlah nominalnya dalam satu tahun
anggaran.
Penyusunan RAPBS perlu memperhatikan asas anggaran antara lain:
a. Asas kecermatan
Anggaran harus diperkirakan secara cermat, baik dalam hal penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian sehingga dapat efektif dan terhindar
dari kekeliruan dalam penghitungan.
b. Asas Terinci
Penyusunan anggaran dirinci secara baik sehingga dapat dilihat rencana
kerja yang jelas serta dapat membantu unsur pengawasan.
c. Asas Keseluruhan
Anggaran yang disusun mencakup semua aktivitas keuangan dari suatu
organisasi secara menyeluruh dari awal tahun sampai akhir tahun anggaran.
d. Asas Keterbukaan
Semua pihak yang telah ditentukan oleh peraturan atau pihak yang terkait
dengan sumber pembiayaan sekolah dapat memonitor aktivitas yang
tertuang dalam penyusunan anggaran maupun dalam pelaksanaannya.
e. Asas Periodik
Pelaksanaan anggaran mempunyai batas waktu yang jelas.
f. Asas Pembebanan
Dasar pembukuan terhadap pengeluaran dan penerimaan anggaran perlu
diperhatikan. Kapan suatu anggaran pengeluaran dibebankan kepada
anggaran ataupun suatu penerimaan menguntungkan anggaran perlu
diperhitungkan secara baik.
Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya membentuk tim yang
terdiri dari dewan guru dan pengurus komite sekolah. Setelah tim dan Kepala
Sekolah menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja
sekolah, Kepala Sekolah menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite
sekolah ini akan diperoleh rencana yang mantap, dan secara moral semua guru,
kepala sekolah dan pengurus komite sekolah merasa bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan rencana tersebut.
Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
unit cost (satuan biaya) dan volume kegiatan. Setiap program dan
penganggarannya perlu memperhatikan kedua hal tersebut. Misalnya untuk
anggaran rutin, SBP (Sumbangan Biaya Pendidikan), BKM(Bantuan Khusus
Murid), jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala Sekolah
bersama guru dan pihak lain yang terlibat langsung misalnya komite sekolah
diharapkan menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara
cermat.
Secara rinci langkah penyusunan RAPBS, yaitu:
1. Inventarisasi kegiatan untuk tahun yang akan datang, baik kegiatan rutin
maupun kegiatan pembangunan/ pengembangan berdasarkan evaluasi
pelaksanaan kegiatan pada tahun sebelumnya, analisis kebutuhan tahun
berikutnya, dan masukan dari seluruh warga sekolah maupun Komite Sekolah.
2. Inventarisasi sumber pembiayaan baik dari rutin maupun pengembangan.
3. Penyusunan Rencana Kegiatan Sekolah(RKS) yang lengkap berdasarkan
Langkah poin (1) dan (2). Kepala Sekolah membuat tabel RKS yang terdiri
dari kolom-kolom nomor urut, uraian kegiatan, sasaran, kolom-kolom
perincian dana dari berbagai sumber, dan kolom jumlah. Tabel tersebut diisi
sesuai kolom yang ada.
4. Penyusunan RAPBS. Kepala Sekolah membuat tabel RAPBS yang terdiri dari
kolom-kolom, yaitu kolom rencana penerimaan dan jumlahnya, kolom rencana
pengeluaran dan jumlahnya. Tabel tersebut diisi kemudian ditandatangani oleh
Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah dan diketahui oleh Kepala Dinas
Pendidikan setempat.

2. Pelaksanaan (Penggunaan) Pembiayaan Pendidikan


Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah
kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu :
pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang, serta tindak lanjutnya, yakni menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang. Jenis pengurusan ke dua disebut juga dengan pengurusan
bendaharawan.
Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan uang dari
dana belajar. Komponen-komponen tersebut meliputi :
a. Honorium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif.
b. Honorium untuk sumber belajar.
c. Honorium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas.
d. Honorium untuk pinata usaha dan pembantu-pembantunya.
e. Biaya perlengkapan dan peralatan.
f. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana.
g. Biaya sewa/kontrak.
h. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas.
i. Biaya-biaya lain untuk pengembanagn dan biaya tak teduga.
Selain itu terdapat usaha-usaha yang bersifat pengabdian terhadap masyarakat
yang menbutuhkan dana, kegiatan itu antara lain :
a. Pemberian keringanan uang kursus bagi warga belajar yang kurang mampu.
b. Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenaga sumber belajar
c. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan masyarakat
sekitar
d. Kesediaan mengelola kejar usaha atau magang diklusemas.

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah


Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan
pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat
dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan
dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri sekolah
dilakukan secara rinci dan transparan kepada dewan guru dan staf sekolah.
Pertanggungjawaban anggaran rutin dan pembangunan dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan Bendaharawan mengirimkan Surat
Pertanggungjawaban(SPJ) kepada Walikota/ Bupati melalui Bagian Keuangan
Sekretariat Daerah.
b. Apabila tanggal 10 bulan berikutnya SPJ belum diterima oleh Bagian
KeuanganSekretariat Daerah maka tanggal 11 dikirimkan Surat Peringatan I.
c. Apabila sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya SPJ juga belum
dikirimkan pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, maka dibuatkan Surat
Peringatan II.
d. Kelengkapan Lampiran SPJ:
1) Surat pengantar
2) Sobekan BKU lembar 2 dan 3
3) Daftar Penerimaan dan Pengeluaran per pasal/komponen
4) Daftar Penerimaan dan Pengeluaran UUDP
5) Laporan Keadaan Kas Rutin/ Pembangunan (LKKR/LKKP) Tabel I dan II
6) Register penutupan Kas setiap 3 bulan sekali.
7) Fotokopi SPMU Beban Tetap dan Beban Sementara
8) Fotokopi Rekening Koran dari bank yang ditunjuk.
9) Daftar Perincian Penerimaan dan Pengeluaran Pajak(Bend.15)
10) Bukti Setor PPN/PPh 21,22,23 (fotokopi SSP)
11) Daftar Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pajak
12) Bukti Pengeluaran /kuitansi asli dan lembar II beserta dengan bukti
pendukunlainnya, disusun per digit/ komponen.
e. Bukti Pendukung/ Lampiran SPJ
1) Biaya perjalanan dinas dilampiri
Kuitansi/ bukti pengeluaran uang
Surat Perintah Tugas(SPT)
Surat Perintah Perjalanan Dinas(SPPD) lembar I dan II
2) Penunjukan langsung barang dan jasa
Sampai dengan Rp 1.000.000,- dilampiri kuitansi dan faktur pajak
Pembelian diatas Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,-
dilampiri: Surat penawaran, Surat Pesanan, Kuitansi, faktur pajak, berita
acara serah terima/ penyelesaian pekerjaan.
Diatas Rp 5.000.000,- sampai dengan Rp 15.000.000,- dilampiri: Surat
penawaran, Surat Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah
Kerja(SPK), Berita acara Pemeriksaan Barang, kuitansi, faktur/nota,
berita acara serah terima/ penyelesaian pekerjaan. Pemimpin proyek/
Atasan Langsung Bendaharawan diwajibkan menyusun/ melampirkan
OE/ HPS sebagai acuan melakukan negosiasi baik harga maupun kualitas
barang/ jasa yang dibutuhkan.
4. Pengawasan Pembiayaan Sekolah
Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan instansi
vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa keuangan pemerintah. Terkait dengan
pengawasan dari luar sekolah, kepala sekolah bertugas menggerakkan semua
unsur yang terkait dengan materi pengawasan agar menyediakan data yang
dibutuhkan oleh pengawas. Dalam hal ini kepala sekolah mengkoordinasikan
semua kegiatan pengawasan sehingga kegiatan pengawasan berjalan lancar.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai
baik di bidang teknis administratif maupun teknis operasional dengan peraturan
yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan
dan organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem yang lain atau perubahan
sistem guna mencapai hasil yang lebih sempurna.
Tujuan pengawasan keuangan ialah untuk menjaga dan mendorong agar: (a)
pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan,
(b) pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan instruksi serta asas-asas yang
telah ditentukan, (c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat dicegah dan
ditanggulangi atau setidak-tidaknya dapat dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas
berjalan efesien, efektif dan tepat pada waktunya.
a. Perangkat Aparat Pengawasan Negara terdiri dari :
1) Aparat pengawasan fungsional konstitusional
2) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga tinggi negara yang
bertugas memeriksa pertanggungjawaban keuangan negara. BPK memeriksa
tanggung jawab pemerintah tentang keuangan yang terlepas dari pengaruh
dan kedudukan pemerintah sebagai penguasa dalam pengurusan keuangan
negara.
b. Aparat pengawasan fungsional pemerintah
1) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2) Inspektorat Jenderal Departemen/ Lembaga Pemerintahan Non-departemen
(ITJEN). Instansi ini bertugas:
Melakukan pemeriksaan terhadap semua unsur/instansi di lingkungan
departemen.
Melakukan pengujian serta penilaian atas laporan berkala atau sewaktu-
waktu dari setiap unsur/ instansi di lingkungan departemen.
Melakukan pengusutan mengenai kebenaran laporan atau tentang
hambatan, penyimpangan, penyalahgunaan wewenang di bidang
administrasi atau keuangan yang dilakukan oleh unsur/ instansi di
lingkungan departemen.
Melakukan pemeriksaan dalam rangka opstib.
c. Aparat Pengawasan Lainnya
1. Aparat Pengawasan Meleka
Pengawasan melekat dilakukan oleh pimpinan/ atasan langsung dari unit/
satuan organisasi kerja terhadap bawahan .
2. Aparat Pengawasan Proyek Sektoral Tugas aparat ini antara lain:
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan proyek-proyek
pembangunan yang meliputi proyek-proyek dalam rangka program
sektoral
melakukan penelitian dan peninjauan pada proyek-proyek tersebut diatas
dan menyampaikan laporan atas hasil tugasnya.
Untuk melakukan pengawasan yang tepat, kepala sekolah dituntut untuk
memahami pekerjaan yang dilakukan oleh pelaksana administrasi keuangan,
memahami peraturan pemerintah yang mengatur penggunaan dan
pertanggungjawaban serta pengadministrasian uang negara, yang antara
lain:(1) kelengkapan administrasi keuangan (DIK/DIP/DIPA, buku kas
umum, buku register SPM, buku pembantu, (2) cara menghitung pajak,
batas pembelian kena pajak, PPh, PPN.

Anda mungkin juga menyukai