Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2
2.1. Definisi......................................................................................................2
2.2. Epidemiologi.............................................................................................2
2.3. Etiologi......................................................................................................3
2.4. Patofisiologi...............................................................................................5
2.5. Diagnosis...................................................................................................6
2.5.1. Anamnesis..........................................................................................6
2.5.2. Pemeriksaan Fisis...............................................................................7
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang...................................................................10
2.6. Tatalaksana Diare....................................................................................11
2.7. Prognosis.................................................................................................17
2.8. Komplikasi..............................................................................................17
2.9. Pencegahan..............................................................................................17
RESPONSI KASUS...............................................................................................18
3.1. Identitas Pasien........................................................................................18
3.2. Heteroanamnesis (Ibu kandung Pasien)..................................................18
3.3. Pemeriksaan Fisis....................................................................................19
3.4. Diagnosis Sementara...............................................................................23
3.5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................23
3.6. Diagnosis Kerja.......................................................................................24
3.7. Penatalaksanaan.......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali
per hari) disertai perubahan konsistensi feses (menjadi cair) dengan/atau tanpa
darah dan/atau lendir. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak di negara berkembang.1
Di Amerika Serikat, insiden kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta
kasus pertahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan dirumah sakit.
Diseluruh dunia sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare pertahun. Satu studi
data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam
waktu 9 tahun. 1,2
Di negara berkembang seperti di Indonesia, kejadian Diare juga
menpunyai trend yang semakin naik pada periode tahun 1996-2006. Sedangkan
dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan angka kesakitan,
yaitu dari 423 menjadi 411 per 1000 penduduk. Survei morbiditas yang dilakukan
departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 terlihat
kecenderungan insiden naik. Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di
semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-
4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.1,2,3
Penularan diare pada umumnya rute fekal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak langsung tangan dengan
penderita, barang-barang yang telah tercemar feses penderita atau tidak langsung
melalui lalat. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari dan hanya 10%
kejadian yang berlanjut sampai 14 hari. Diare yang berlangsung <14 hari disebut
dengan diare akut. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi intestinal akut
karena virus, bakteri, atau parasit. Penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindrom malabsorbsi. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
rentan terkena diare dapat berasal dari faktor host, kuman, dan lingkungan sekitar
host.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
Diare akut merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih dari
biasanya (lebih dari tiga kali sehari) yang disertai dengan perubahan konsistensi
feses (konsistensi menjadi lebih cair) dengan atau tanpa darah atau/dan lendir.
Kandungan air pada feses kira-kira lebih dari 10 ml/kg berat badan/hari pada bayi
atau 200 g/hari pada remaja dan dewasa. Kandungan air yang berlebih ini
disebabkan karena adanya gangguan keseimbangan fisiologi dari proses yang
terjadi di usus halus dan usus besar, meliputi: absorbsi ion, bahan-bahan organik,
dan air. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh
sendiri (self limiting disease). Hanya 10% kasus yang berlanjut sampai 14 hari.
Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari disebut dengan diare akut.1,3,4

2.2.Epidemiologi
Di negara berkembang, pada anak-anak berusia kurang dari lima tahun
rata-rata terjadi tiga episode diare per anak per tahunnya. Dilaporkan terjadi 6 8
episode diare per anak per tahunnya pada beberapa negara berkembang
melaoprkan dilaporkan.1
Di Indonesia, diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak dan
saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di
daerah pedesaan. Dalam 30 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun.Separuh
dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walaupun
jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka
insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka
kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare
masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil
survei masih tinggi, pada semua golongan umur hingga 411 per 1000 penduduk
pada tahun 2010. Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi,
yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita.1

2
2.3.Etiologi
Etiologi dari diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yakni:
bakteri, virus, dan parasit. Beberapa agen infeksi masuk ke tubuh penderita
melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi penderita (food borne disease).
E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera yang merupakan
beberapa jenis bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak.
Vibrio cholera yang adalah penyebab kolera yang merupakan salah satu kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan kematian pada anak, terutama pada anak
dengan usia yang lebih besar. Tiga penyebab utama diare cair pada anak adalah
infeksi Rotavirus, V. cholera dan E.coli. Penyebab tersering diare pada anak di
bawah usia lima tahun adalah Rotavirus. Penyebab utama diare yang disertai
dengan perdarahan adalah Shigella.2, 4,5,6

Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut4,5


Infeksi Infeksi usus (termasuk keracunan
makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut,
infeksi saluran kemih, pneumonia)
Obat-obatan Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multiple
Kelainan proses cerna/absorpsi Defisiensi enzim sukrase/iso
maltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe
dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam berat Co, Zn, cat

Diare dapat terjadi karena infeksi yang terjadi di luar usus. Infeksi di luar
usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih, dan

3
penyakit paru. Penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5
tahun di seluruh dunia adalah Rotavirus.
Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan
dengan infeksi Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA)
merupakan salah satu diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain
sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam 10-14 hari. Diare juga dapat
terkait dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat mengganggu
keseimbangan flora normal usus sehingga bisa mempermudah infeksi bakteri
pathogen dan menyebabkan diare.6

Tabel 2.2 Patogen Penyebab Diare Akut


Patogen Frekuensi kasus sporadik di Negara
berkembang (%)
Virus
Rotavirus 25 40
Calcivirus 1 20
Astrovirus 49
Enteric type adenovirus -
Bakteri
Campylobacter jejuni 68
Salmonella 37
Escherichia coli 35
Shigella 03
Yersinia enterocolitica 12
Clostridium difficile 02
Vibrio para haemolyticus 01
Vibrio cholera 01 -
Vibrio cholera non 01 -
Aeromonas hydrophilia 02
Parasit
Cryptosporidium 13
Giardia lamblia 13

4
2.4.Patofisiologi
Diare dapat disebabkan karena satu atau lebih mekanisme: 1) osmolaritas
lumen yang meningkat (diare osmotik), 2) sekresi cairan dan elektrolit yang
meningkat (diare skretorik), 3) malabsorbsi asam empedu dan asam lemak, 4)
defisiensi pertukaran anion/transpor elektrolit aktif, 5) motilitas dan waktu transit
usus abnormal, 6) gangguan permeabilitas usus, 7) inflamasi dinding usus (diare
inflamatorik), dan 8) infeksi dinding usus (diare infeksi).7
Pada anak, patogen infeksi merupakan penyebab tersering diare akut yang
sporadis. Diare akut umumnya disebabkan oleh virus (40-60%) dan mayoritas
disebabkan oleh golongan rotavirus sedangkan hanya 10% diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Infeksi virus dapat secara langsung merusak vili usus yang
mengurangi luas permukaan usus dan memengaruhi mekanisme enzimatik. Pada
golongan rotavirus terdapat komponen yang mirip enterotoksin (NSP4) yang
mampu menginduksi sekresi dan menyebabkan diare cair.5
Diare dapat terjadi melalui dua mekanisme berikut:
1. Diare osmotik
Disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen usus halus yang
disebabkan antara lain oleh obat-obatan/zat kimia (MgSO4, Mg(OH)2),
malabsorpsi umum, dan defek abosrbsi mukosa usus (pada defisiensi disakaridase,
malabsorpsi glukosa/galaktosa). Nutrien yang tidak terserap akan mengalami
porses fermentasi yang menghasilkan asam organik dan gas dalam usus besar.
Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus akan menghambat reabsorbsi air
dan elektrolit sehingga terjadi diare.5,7
Feses yang dikeluarkan pada diare ini biasanya tidak banyak dan jumlahnya
sama dengan masukan bahan nutrisi yang tidak bisa diserap. Kondisi diare
membaik dengan menghentikan nutrien atau bahan yang menyebabkan diare.
Perbedaan anion yang tinggi (> 100 mOsm/kg) mengindikasikan fungsi
penyerapan yang terganggu. 8

2. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus
serta menurunnya absorpsi. Diare ini akan menghasilkan volume feses yang
banyak dan tetap akan berlangsung meski telah berpuasa makan/minum.

5
Penyebab diare tipe ini salah satunya adalah efek enterotoksin (Vibrio cholerae
atau Escherichia coli).(IPD) Enterotoksin ini akan merangsang c-AMP dan c-
GMP yang mengakibatkan peningkatan sekresi sel kripte yang berujung pada
sekresi air dan elektrolit yang berlebih.5,7
Berbeda dengan diare osmotik, perbedaan anion yang normal pada diare
sekretorik ( 100 mOsm/kg) menandakan fungsi penyerapan air dan elektrolit
usus yang masih baik. Pada diare ini juga didapatkan muntah yang frekuen.8

2.5.Diagnosis
2.5.1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien dengan tujuan untuk menggali informasi utuk
kepentingan penegakan diagnosis. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada
pasien yaitu: 5,9,10
1. Diare sudah berlangsung berapa lama, frekuensi diare dalam sehari,
warna, konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja, dan bau tinja.
2. Penyerta diare: muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran
menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare.
4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengkonsumsi makanan yang tak biasa.
5. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
6. Apakah terdapat penyakit lain yang menyertai
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan apakah diare tersebut primer atau
sekunder. Diare dapat terjadi secara sekunder sebagai bagian atau akibat dari
penyakit dasar lain. Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas atau takipneu
mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit telinga
mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih, urgensi, dan
nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis. Anamnesis yang baik dapat
menjadi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus melakukan
pemeriksaan penunjang.5
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan
resiko komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi,

6
volume serta lama diare dan muntah, serta ada tidaknya demam, jumlah dan jenis
cairan yang telah diminum, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan
cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi. Dehidrasi yang bermakna dapat
bermanifestasi sebagai berkurangnya aktifitas, volume urin dan berat badan.
Berbagai cara penilaian derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel 1,2, dan 3.5

2.5.2. Pemeriksaan Fisis


Pemeriksaan fisis bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan
mencari tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu
ditemukan dan harus ditentukan derajat dehidrasinya (tabel 1,2 dan 3). Berat
badan sebelum sakit perlu ditanyakan. Berat badan saat datang diukur sebagai
parameter kehilangan cairan dan dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan
terapi. Bila ditemukan napas cepat dan dalam menandakan adanya komplikasi
asidosis metabolik. Bila nyeri bertambah pada palpasi atau ditemukan nyeri tekan,
nyeri lepas atau anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan komplikasi atau
kemungkinan penyebab non infeksi. Pada keaadaan kembung, auskultasi harus
lebiih cermat untuk mendeteksi adanya ileus paralitik. Amati adanya eritema
perianal akibat adanya malabsorpsi karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi
karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu sekunder yang
disertai dengan dermatitis popok.5
Faktor penting penyebab morbiditas dan mortalitas pada diare akut dan
muntah adalah ketidak akuratan penilaian terhadap defisit cairan dan kehilangan
cairan. Pada pemeriksaan fisik, perlu dievaluasi:9,12
1. Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
2. Tanda utama: keadaan umum geliah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
terlihat haus, turgor kulit abdomen menurun.
3. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut, dan lidah.
4. Berat badan
Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan untuk menententukan
derajat dehidrasi pada anak. (Tabel 2.4)

Tabel 2.3 Penilaian Derajat Dehidrasi Akut Menurut WHO.5

7
Tanda dan Derajat Dehidrasi
Tanpa Ringan/Sedang Berat
Gejala
Anamnesis
Diare 1-3x 3x atau lebih Terus menerus
banyak
Muntah Tidak ada atau Kadang-kadang Biasanya sering
sedikit
Rasa Haus Tidak ada atau Haus Haus sekali atau
sedikit tidak mau
minum
Kencing Normal Sedikit, pekat Tidak kencing
(6 jam)
Nafsu Normal Nafsu makan Nafsu makan
makan/aktifitas berkurang, aktifitas tidak ada, anak
menurun sangat lemas.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Keadaan Umum Baik Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Napas Normal Lebih cepat Cepat dan dalam
Palpasi
Turgor Kembali cepat Kembali pelan Kembali sangat
pelan (>2 detik)
Nadi Normal Lebih cepat Sangat
cepat/tidak
teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Kehilangan berat Sedikit 5-9% >10%
badan
Kesimpulan 2/lebih gejala: 2/lebih gejala: 2/lebih gejala:
Dehidrasi (-) Dehidrasi ringan dehidrasi berat
sedang.

Tabel 2.4 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan MTBS


Dehidrasi Berat Letargi atau tidak sadar
Mata cekung

8
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Dehidrasi Ringan/ Sedang Gelisah, rewel/ mudah marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang

Tabel 2.5. Penilaian derajat dehidrasi yang dimodifikasi


Derajat Keadaan Rasa Kelopak/Air Mulut Kulit Urin
Dehidrasi Umum Haus Mata
(Kehilangan
% BB)
Tanpa Baik, Minum Normal Basah Normal Normal
Dehidrasi kompos normal
(<5%BB) mentis
Ringan- Rewel, Minum Cekung, Kering Pucat Berkurang
Sedang gelisah seperti produksi capillary
kehausa kurang refill <
n 3 detik
Berat Letargi, Malas Sangat Sangat Pucat Tidak ada
lemah, minum/ cekung, kering capillary
kesadara tidak prodeksi refill 3
n dapat tidak ada detik
mnurun, minum

9
nadi &
napas
cepat

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang


Pada pasien dengan yang mengalami dehidrasi, toksisitas atau diare yang
berlangsung lebih dari beberapa hari diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan feses (mikroskopis dan
makroskospis) darah lengkap, kadar elektrolit serum, ureum, dan kreatinin.
Pemeriksaan feses bertujuan untuk melihat ada tidaknya leukosit
(menunjukkan proses infeksi), telur cacing atau adanya parasit dewasa. Infeksi
bakteri enteroinfasif pada usus besar dapat menyebabkan leukositosis dengan
dominansi neutrofil pada feses. Absennya leukosit pada feses tidak menyingkirkan
kemungkinan infeksi organisme enteroinvasif, sedangkan didapatkannya leukosit
pada feses dapat mengeliminasi kemungkinan organisme enterotoksigenik (E coli,
spsies Vibrio, dan virus).7,8 Jika ada riwayat diare dengan kolitis dan/atau darah,
pikirkan pemeriksaan untuk mencari C difficile pada feses.
Pada pasien diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri dapat
menunjukkan kondisi leukositosis serta dapat terjadi neutropenia pada
salmonellosis. Kadar gula darah dapat diperiksa pada pasien malnutrisi dan
dehidrasi berat dan atau dengan ensefalopati. Pemeriksaan ureum dan kreatinin
bertujuan untuk mengetahui adanya kekurangan cairan dan mineral.7,8

2.6.Tatalaksana Diare
1. Pemberian Cairan/Elektrolit
a. Tanpa dehidrasi : Beri oralit osmolaritas rendah sejumlah 10 mL/kgBB
setiap kali buang air besar.
b. Dehidrasi ringan-sedang : Lakukan Upaya Rehidrasi Oral (URO) dengan
larutan osmolaritas rendah sesuai dengan:
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA
ORALIT yang diberikan dihitung dengan: 75 x Berat Badan
- Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di
lapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai dengan:

10
Umur < 1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah 300 mL 600 mL 1200 mL 2400 mL
oralit
- Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB setiap
buang air besar
- Berikan dorongan ibu untuk meneruskan ASI
- Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga
100-200 mL air masak/susu formula selama masa ini.
c. Rehidrasi berat
- Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit,
sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 mg/kgBB cairan Ringer Laktat (atau
NaCl 0,9%) dibagi menjadi:

Umur Pemberian I : Kemudian


30 mL/kgBB dalam 70 mL/kgBB dalam
Bayi <12 bulan 1 jam* 5 jam
Anak > 1 tahun - 1 jam* 2 - 3 jam
*Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
- Nilai kembali penderita setiap 1 2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan IV
- Segera berikan oralit (5mL/kgBB/jam) bila penderita bisa minum.
Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1 2 jam (anak)
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan
bagan penilaian. Kemudian pilihlah rencana yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan.5

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida


(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan utnuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan pemberian oralit. Campuran glukosa dan garam ang terkandung

11
dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Oralit perlu
segera diberikan bila anak diare, sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit
yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
Anak kurang dari 1 tahun diberikan 50-100cc cairan oralit setiap kali buang air
besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
Oralit dapat diperoleh di apotek, toko obat, posyandu, puskesmas, rumah
sakit atau ditempat layanan kesehatan lainnya. WHO/UNICEF pada tahun
2004 merekomendasikan oralit formula baru karena oralit formula lama
biasanya menyebabkan mual dan muntah sehingga ibu enggan memberikan
kepada anaknya. Perbedaan oralit lama dan oralit baru dapat dilihat pada Tabel
2.6. Oralit formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%,
mengurangi mual muntah hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna
pemberian cairan melalui intravena.

Tabel 2.6 Perbedaan oralit formula lama dan baru13


Oralit lama Oralit formula baru
(WHO/UNICEF 1978) (WHO/UNICEF 2004)
Na+ : 90 mEq/l NaCl: 3,5 g Na+ : 75 mEq/l NaCl: 2,6 g
K+ : 20 mEq/l NaHCO3: 2,5 g K+ : 20 mEq/l Na Citrate: 2,9 g
HCO3 : 30mEq/l KCl: 1,5 g Citrate: 10 mmol/l KCl: 1,5 g
Cl- : 80 mEq/l Cl- : 65 mEq/l
Glucose: 111 mmol/l Glucose: 20 g Glucose: 75 mmol/l Glucose: 13,5 g
Osm : 331 mmol/l Osm: 245 mmol/l

2. Pemberian Zinc
Suplementasi zinc berfungsi untuk mengurangi durasi, mengurangi
keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare terutama di negara-negara
berkembang.13 Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh INCLAN Child Net
Zinc Effectiveness for Diarrhea Group, ditemukan bahwa suplementasi zinc
tidak mengganggu rehidrasi oral dan mengurangi penggunaan medikasi lain
dalam penatalaksanaan diare akut.6 Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien
dalam pengobatan diare akut didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun
atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan
epitel seluran cerna selama diare. Zinc telah dikenali berperan di dalam

12
metallo-enzymes, polyribosomes, selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan
penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan. 6,13 Zinc terbukti secara
ilmiah dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga
dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada anak. Zinc diberikan
selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis:
umur < 6 bulan: 10 mg per hari sedangkan umur > 6 bulan: 20 mg per hari.5
Efek zinc sehingga zinc dapat digunakan untuk mengurangi durasi,
mengurangi keparahan, dan mengurangi episode terjadinya diare antara lain:
- Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD)
- Zinc berperan sebagai antioksidan
- Zinc mampu menghambat sintesis Nitric Oxide (NO), yang pada akhirnya
menyebabkan sekresi air dan elektrolit
- Zinc berperan dalam penguatan sistem imun
- Zinc juga berperan dalam aktivasi limfosit T
- Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus.9

3.Nutrisi
ASI dan makanan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti
nutrisi yang hilang. Pemberian makanan dengan frekuensi lebih sering hingga
2 minggu setelah anak berhenti diare. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi yang lebih banyak (lebih kurang
6 kali sehari). Hal ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi
perbaikan usus, dan mengurangi derajat serta lamanya penyakit.11,13
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan
sebaiknya diberikan makanan yang seimbang, cukup energi, dan mudah
dicerna. Karbohidrat kompleks seperti: nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan
pisang sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian ditambahkan sayuran dan
daging matang.5,13 Berikan makanan yang mudah dicerna dan tidak
merangsang.

4. Pemberian antibiotika secara selektif


Terapi antimikroba diberikan pada kondisi-kondisi:

13
- Agen penginfeksi adalah Vibrio cholerae, Shigella species, dan Giardia
Lamblia.
- Jika diare bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan agen penyebab
diare yang dicurigai adalah Enteropathogenic E coli.
- Jika agen penginfeksi Enteroinvasive E coli yang secara serologi, genetik,
dan patogenisitasnya sama dengan infeksi Shigella.
- Agen penyebab diare adalah Yersinia pada penderita dengan sickle cell
disease.
- Infeksi Salmonella pada bayi dengan usia yang sangat muda, terjadi
peningkatan temperatur tubuh di atas normal atau ditemukannya kultur
darah positif.
Jika ada indikasi diatas digunakan antibiotika yang selektif. Antibiotika
yang diberikan bila ada indikasi:
1. Kolera
Umur > 7 tahun: Tetrasiklin 50 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis,
selama 2 3 hari.
Semua umur: Trimetoprim (TMP) 8 mg/KgBB/hari Sulfamethoxazole
(SMX) 40 mg/KgBB/hari, dibagi dua dosis, selama tiga hari.
2. Disentri
Anak-anak: Trimetoprim (TMP) 10 mg/KgBB/hari Sulfamethoxazole
(SMX) 50 mg/KgBB/hari, dibagi dua dosis, selama lima hari, atau
Ampisilin 50 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis selama lima hari.
Bayi: Eritromisin 25 mg/KgBB/hari, dibagi empat dosis, selama tiga hari.
3. Giardiasis
Antibiotika yang dipilih adalah Metronidazole dengan dosis 30 50
mg/KgBB/hari dibagi tiga dosis sehari.
4. Amebiasis
Antibiotika pilihan adalah Metronidazole dengan dosis 30 50
mg/KgBB/hari dibagi tiga dosis sehari.
Pemberian antiemetik, antimotilitas, dan antidiare sebagai pengobatan diare
kurang bermanfaat bahkan dapat menyebabkan komplikasi.10,11

5. Edukasi kepada orang tua


Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan
atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik

14
dalam tiga hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit
secara benar. Edukasi mengenai pencegahan diare:
Pemberian ASI eksklusif tetap diberikan sampai usia enam bulan
Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat ASI
Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih
Gunakan air bersih dan matang untuk minum
Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makanan
Membuang tinja di jamban
Imunisasi campak
Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
ASI, susu formula, dan makanan harus dilanjutkan selama diare dan
ditingkatkan setelah diare sembuh
Penanganan diare akut lainnya adalah dengan pemberian probiotik dan
prebiotik. Probiotik merupakan organisme hidup yang dalam dosis tertentu
efektif dalam mengatasi diare akut pada anak-anak. Berdasarkan studi yang
telah dilakukan probiotik memberikan hasil yang baik dalam mengatasi diare
akut.1 Probiotik yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan diare yang
disebabkan oleh Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus GG,
Sacharomyces boulardii, serta Lactobacillus reuteri. Probiotik memiliki
manfaat dalam mengurangi durasi dari watery diarrhea. Berdasarkan studi,
probiotik efektif untuk mengurangi durasi diare yang disebabkan oleh virus
tetapi tidak efektif untuk mengurangi durasi diare yang disebabkan oleh bakteri
(Guandalini). Selain berfungsi dalam hal mengurangi durasi diare, probiotik
juga mengurangi penyebaran infeksi Rotavirus.
Mekanisme probiotik sebagai tata laksana diare melalui produksi substansi
antimicrobial, modifikasi dari toksin, mencegah penempelan agen penginfeksi
saluran cerna, dan stimulasi sistem imun. Prebiotik adalah bahan makanan
yang tahan dari enzim-enzim pencernaan sehingga tidak dapat dicerna oleh
tubuh serta secara selektif mempengaruhi perkembangan flora saluran cerna
yang bermanfaat untuk tubuh sehingga dapat meningkatkan kesehatan tubuh.
Selain mempengaruhi perkembangab flora yang bermanfaat, prebiotik berguna

15
dalam mencegah infeksi karena hasil fermentasinya menghasilkan asam
organik sehingga dapat menurunkan pH saluran cerna.13

2.7.Prognosis
Dengan penatalaksanaan diare yang baik, prognosisnya baik. Kematian
pada penderita diare disebabkan oleh dehidrasi berat dan malnutrisi sekunder.
Prognosis menjadi buruk setelah terjadinya malnutrisi dan malabsorbsi sekunder,
kecuali penderita mendapat perawatan di rumah sakit dan mendapatkan nutrisi
parenteral. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko
terjadinya dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka kematian
rendah di negara berkembang, anak-anak dapat meninggal karena komplikasi
yang ada.10,14

2.8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat diare diantaranya hypernatremia,
hiponatremia, asidosis metabolik, hipokalemia, ileus paralitik, kejang, dan acute
kidney injury.5

2.9. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar.
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Penggunaan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi dengan benar.
2. Memperbaiki daya tahan tubuh penderita

16
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI eksklusif.
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak.5,14

BAB III
RESPONSI KASUS

3.1.Identitas Pasien
Nama : Ni Gusti Ayu Intan Anggraeni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 15 September 2016
Umur : 5 bulan 23 hari
Alamat : Br. Tengkulak Kemenuh Sukawati
Agama : Hindu
Nomor RM : 16054644
Tanggal MRS : 8 Maret 2017

3.2.Heteroanamnesis (Ibu kandung Pasien)


Keluhan Utama:
Buang air besar cair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RSUP Sanglah pada 8 maret 2017 dengan keluhan
buang air besar cair sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. BAB cair 5-7 kali/ hari.
Volume 1-2 sendok makan, konsistensi cair, ampas (+), lender (-), darah (-),
menyemprot (-), warna kuning. Mual (-), muntah (-). Demam (+) pada tanggal 5
maret 2017 1 kali, turun demam dengan penurun panas. Batuk (+) kurang lebih 4
hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pada tanggal 8 Februari 2017 sampai 20 Februari 2017 dirawat di RS
Sanjiwani dengan diare + dehidrasi. Sejak usia 1,5 bulan ada benjolan di perut
oleh dokter anak dilakukan CT Scan perut. Curiga Wilms tumor dirujuk ke
sanglah dan dilakukan cek darah dan ct scan.

17
Riwayat Pengobatan:
Pasien sempat dibawa ke dokter dengan keluhan diare dan demam,
diberikan L Bio, Zink, penurun panas, puyer. Di Rs Sanjiwani diberikan obat
pengencer dahak, obat pilek.

Riwayat Keluarga/ Sosial


Pasien merupakan anak tunggal. Adanya riwayat penyakit sistemik seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, ginjal serta riwayat atopi dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan normal dibantu oleh dokter. Berat badan lahir 330
gram, panjang 49 cm. Keadaan saat lahir segera menangis.

Riwayat Nutrisi
ASI : 0 -5 bulan durasi 5 bulan frekuensi on demand kali/ hari
Susu formula :-
Bubur susu :-
Nasi Tim :-
Makanan dewasa :-

Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi dikatakan BCG 1 kali, Polio 3 kali, Hepatitis B 3 kali,
DPT 2 kali, Campak belum.

Riwayat Tumbuh Kembang


Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalikkan badan : 4 bulan
Duduk : belum
Berdiri : belum
Berjalan : belum
Bicara : belum

18
3.3.Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis pada saat di Triase Anak tanggal 8 Maret 2017
Status present
Kesan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : GCS E3V3M3
Nadi : 110 kali/menit, reguler, isi cukup.
Respiration Rate : 30 kali/menit (reguler).
tax : 39,1C
Berat Badan : 5,6 kg
Berat Badan Ideal : 7 kg
Panjang Badan : 65 cm
Lingkar Kepala : 40,5 cm

Status gizi:
BB/Umur : z score -2
TB/Umur : z score antara 0 - (-2) SD
BB/TB : z score antara (-2) (-3) SD
Berat badan ideal menurut Waterlow : 7 kg
Interpretasi status gizi : 81% (Gizi kurang)

Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan Energi : 840 kkal/hari
Kebutuhan Protein : 17,5 gram/hari
Kebutuhan Cairan : 570 ml/hari

Status general
Kepala
Inspeksi : Normocephali, mongoloid face (-), dismorfik (-)
Palpasi : Ubun-ubun cekung
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
Konjungtiva pucat (-), Sekret (-), Refleks pupil (+/+),
edema Palpebra(-/-), mata cekung (+/+).
THT
Telinga (Inspeksi) : dalam batas normal

19
Hidung (Inspeksi) : napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Tenggorokan (Inspeksi) : Faring hyperemis (-), Tonsil T1/T1 hyperemia (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Kaku Kuduk : (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, veusour cardiac (-)
Palpasi : thrill (-), RV heave (-), LV impuls (-),
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Perkusi : perkusi paru sonor, batas jantung paru dalam batas normal
Auskultasi : bronkovesikuler -/-, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Palpasi : hepar tidak teraba, lien sulit dievaluasi, turgor kembali lambat,
peristaltik meningkat, teraba massa regio kuadran kiri atas diameter
10x10 cm, kenyal, tidak nyeri.

Genitalia eksterna : Perempuan

Extremitas
Inspeksi : Tidak tampak kelainan
Palpasi : Akral hangat (+)
Capillary refill time : < 2 detik

Pemeriksaan fisik pada saat MRS tanggal 9 maret 2016


Status present
Kesan Umum : Sakit sedang

20
Kesadaran : GCS E3V3M3
Nadi : 118 kali/menit, reguler, isi cukup.
Respiration Rate : 33 kali/menit (reguler).
tax : 36,6C
Berat Badan : 5,7 kg
Berat Badan Ideal : 7 kg
Panjang Badan : 65 cm
Lingkar Kepala : 40,5 cm

Status gizi
BB/Umur : z score -2
TB/Umur : z score antara 0 - (-2) SD
BB/TB : z score antara (-2) (-3) SD
Berat badan ideal menurut Waterlow : 7 kg
Interpretasi status gizi : 81% (Gizi kurang)

Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan Energi : 840 kkal/hari
Kebutuhan Protein : 17,5 gram/hari
Kebutuhan Cairan : 570 ml/hari

Status general
Kepala
Inspeksi : Normocephali, mongoloid face (-), dismorfik (-)
Palpasi : Ubun-ubun cekung
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
Konjungtiva pucat (-), Sekret (-), Refleks pupil (+/+),
edema Palpebra(-/-), mata cekung (+/+).
THT
Telinga (Inspeksi) : dalam batas normal
Hidung (Inspeksi) : napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Tenggorokan (Inspeksi) : Faring hyperemis (-), Tonsil T1/T1 hyperemia (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)

21
Palpasi : pembesaran kelenjar (-)
Kaku Kuduk : (-)
Thoraks
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, veusour cardiac (-)
Palpasi : thrill (-), RV heave (-), LV impuls (-),
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Perkusi : perkusi paru sonor, batas jantung paru dalam batas normal
Auskultasi : bronkovesikuler -/-, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar tidak teraba, lien sulit dievaluasi, turgor kembali lambat,
peristaltik meningkat, teraba massa regio kuadran kiri atas diameter
10x10 cm, kenyal, tidak nyeri.

Genitalia eksterna : Perempuan

Extremitas
Inspeksi : Tidak tampak kelainan
Palpasi : Akral hangat (+)
Capillary refill time : < 2 detik

3.4.Diagnosis Sementara
Diare akut Dehidrasi Ringan/Sedang et causa virus dd/ bakteri + Tumor abdomen
ec. Kista abdomn dd/ wilms tumor dd/ neuroblastoma + gizi kurang

3.5.Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen Atas (5/12/2016)

22
Massa suspek kista keruh pada region lumbal sinistra, bentuk ren sinistra tak
tampak
CT Scan Abdomen (23/12/2016)
Massa suprarenal kiri yang menddorong ren kiri inferior menyebabkan
hodronefrosis grade 2 ren kiri, serta mendorog sisterna usus ke anterior dan
inferior. Massa tak tampak encasement ke area vascular. Dilatasi usus halus.

MRI abdomen (3/2/2017)


Mengesankan gambaran duplex collecting system ginjal kiri dengan hidroneprosis
dan hidroureter berat collecting system di bagian superior. Tidak tampak jelas
gambaran massa di cavum abdomen.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksan fisis dan penunjang, kecurigaan terhadap
keganasan belum dapat disingkirkan.
Cek Feses Lengkap
Oxyaris Negatif
Tricocephalus Negatif
Ascaris Negatif
Ancylostoma Negatif
Leukosit Negatif
Lendir Negatif
darah Negatif
Eritrosit Negatif

3.6.Diagnosis Kerja
Diare akut Dehidrasi Ringan/Sedang et causa virus dd/ bakteri + Tumor abdomen
ec. Kista abdomn dd/ wilms tumor ddd/ neuroblastoma + gizi kurang
3.7.Penatalaksanaan
1. Upaya rehidrasi oral pasien malas minum
2. Rehidrasi 70 ml/5 jam
3. 395 ml/ 5 jam IVFD KAEN 3B (26 tetes makro/ menit)
4. Jika telah terhidrssi kembali ke tetsan maintenance IVFD KAEN 3B
560 ml/ hari 8 tpm (makro)
5. Zinc zinc 10 mg tiap 24 jam (oral) sampai dengan 14 hari.
6. Oralit 60 ml tiap diare/ muntah
Plan of care:
Monitoring vital sign dan keluhan

23
KIE:
1. Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai diare akut dan
penanganan yang sudah dilakukan
2. Mengajarkan pasien menyiapkan oralit secara benar
3. Meneruskan nutrisi melalui menu makanan biasa
4. Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan makan kepada pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Agtini MD, Soenarto S. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data


dan Informasi Kesehatan Volume 2, Triwulan 2. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2011 Volume 2, Triwulan 2.
2. World Health Organization. 2009. Diare dalam Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan
Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO Indonesia.
3. Subagyo B dan Santoso NB. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi
Jilid 1: Diare akut. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. Hlm 87-111.
4. Craven L, Editor. Pediatric Gastrointestinal Disease. Edisi Ke-Dua Jilid 1.
Missouri: Mosby; 2009. h. 251-260.
5. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak 2011. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar.
6. Walker A, Durie PR, Hamilton JR, Walker-Smith JA, Watkins JB.
Pediatric Gastrointestinal Disease. Edisi Ke-Tiga. Canada:BC
Decker;2008. h. 28-36.
7. Aru, S. et al., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Interna Publishing.

8. Guandalini, S., 2016. Diarrhea. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/928598-workup#c7 [Accessed March 11,
2017].

9. Juffrie Mohammad, Mulyani Sri Nenny, Modul Diare UKK Gastro-Hepatologi


IDAI, 2009: h.143
10. Anonymous. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Nasional DR. Cipto Mangunkusumo. 2007.
11. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta Depkes RI
2009.
12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis
Jilid 1. 2010; h. 58-62.

25
13. Juffrie M, Soenarto SY, Oswari H, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010 h. 87-120
14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Petugas Kesehatan
Lintas Diare: Lima Langkah Tuntaskan Diare. Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2011.

26

Anda mungkin juga menyukai