Anda di halaman 1dari 5

KESALAHAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGAGALAN BELAJA

R (Edisi mendasari konsep kurikulum 2013)


Print
Email
Category: Edukasi
Last Updated on Wednesday, 19 February 2014 Published Date Written by suryanto,
M.Pd
KESALAHAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEGAGALAN BELAJAR
(Edisi mendasari konsep kurikulum 2013)
Oleh : Suryanto

ABSTRAK
Pikiran seseorang adalah sumber dari segala sumber kehidupan, dalam bekerja but
uh suatu pikiran, dalam menulis perlu penalaran, dalam mengajar juga butuh pemik
iran yang dituangkan dalam RPP, dalam berbisnispun butuh pemikiran. Di tulisan i
ni telah diinformasikan berbagai cara membentuk suatu pikiran yang digunakan seb
agai dasar dalam bekerja. Adapun isi tulisan tersebut diantaranya mengupas, (1)
menguasai konsep lebih penting dari pada substansi, (2) informan adalah orang ya
ng memberi informasi yang harus sesuai dengan bidangnya, dan (3) keseimbangan an
tara otak kanan dan kiri. Dari ketiga poin tersebutlah yang mendasari seseorang
untuk melakukan aktifitas dan berkarya dalam meraih kesuksesan.
Kata-kata kunci : Konsep lebih condong pada pemahaman filosofi. Informasi mengu
ngkap kebenaran dan fakta disampaikan oleh orang yang tepat. Otak Kanan dan Kiri
sebagai kemampuan menangkap informasi dan aplikasi.

I. PENDAHULUAN
Prestasi siswa dalam belajar matematika di Indonesia masih dalam katagori renda
h yaitu berdasarkan Program for International Student Assessment (PISA) di bawah
Organization Economic Cooperation and Development (OECD) mengadakan survei tent
ang kemampuan siswa dan sistem pendidikan, Indonesia memperoleh peringkat 64 dar
i 65 negara. Beberapa laporan menyebutkan faktor penyebab antara lain kurangnya
kualitas materi pelajaran, metode pembelajaran yang makanistik, model pembelajar
an yang monoton maupun sulitnya pelajaran matematika.
Salah satu penyebab kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa tidak
memahami konsep-konsep matematika. Siswa yang menguasai secara konsep matematika
, akan memperoleh jalan untuk memecahkan persoalan matematika. Sering kita temui
dalam kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal matema
tika, terutama ketika menerapkan hitungan, perkalian, pengurangan maupun pembagi
an. Hal ini disebabkan karena konsep urutan hitungan yang beruntun yang mendahul
ukan perkalian dan pembagian setelah itu penjumlahan atau pengurangan tidak dipa
hami.
Kesalahan konsep suatu pengetahuan saat disampaikan guru kepada siswanya bisa
berakibat kesalahan pengertian dasar yang berkesinambungan sehingga terbawa ke t
ingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini karena matematika adalah materi pembela
jaran yang saling berkaitan dan berkesinambungan dengan materi lain, sehingga un
tuk mempelajari salah satu topik di tingkat lanjutan harus memiliki pengetahuan
dasar atau pengetahuan prasyarat terlebih dahulu yaitu penalaran yang dituangkan
dalam pelajaran matematika.
Tulisan ini mencoba menguraikan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kesala
han konsep dalam pembelajaran matematika. Selain itu juga memberikan alternatif
pemecahan agar kesalahan memahami konsep tidak terjadi, hal ini tidak terjadi pa
da pelajaran matematika saja melainkan pelajaran lain seperti fisika juga demiki
an.

II. PEMBAHASAN
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yakni kebenaran suatu konsep a
tau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingg
a kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namu
n demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif mela
lui pengalaman peristiwa nyata. Dengan demikian, cara belajar deduktif dan induk
tif dapat digunakan secara bersama-sama dan sama pentingnya.
Secara garis besar, matematika memiliki beberapa cabang ilmu di antaranya adala
h aljabar, geometri, aritmatika dan statistika. Setiap cabang memiliki beberapa
disiplin ilmu tersendiri, jika seorang siswa mempelajari aljabar, maka ia harus
menguasai terlebih dahulu pokok bahasan bilangan beserta operasi hitungannya. Ji
ka seorang siswa SMA ingin mempelajari program linier, ia harus menguasai fungsi
linier beserta pertidaksamaannya, mengusai sistem persamaan linier, baik dengan
satu variabel maupun dua variabel dan seterusnya.
Setelah mengetahui hubungan pokok-pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika
, siswa dengan mudah mempelajari pokok bahasan lain yang lebih tinggi. Akhirnya
siswa tidak akan kesulitan memahami atau menerima pokok bahasan baru. Yang tragi
s adalah bila kesalahan penanaman konsep dari suatu pokok bahasan terjadi pada j
enjang pendidikan yang lebih rendah. Jika itu terjadi, bisa dipastikan seorang s
iswa akan memperoleh pengertian-pengertian yang salah dan salah yang berkelanjut
an.
Sebagai ilustrasi, kesalahan konsep dapat dilihat dari beberapa contoh kasus be
rikut dalam operasi hitungan sederhana :
8 + 4 x 5 = 60 ini salah,
8 + 4 x 5 = 28 Yang benar
8 + (4 x 5) = 28 konsepnya, sehingga lanjutannya
8 + 20 = 28

Dalam penyelesaian operasi aljabar


2 + 3x= 20
5x = 20
X= 4 ini salah
2 + 3x= 20
3x = 20 - 2
X = 18 : 3 = 6 yang benar

Contoh konsep dari yang mudah ke yang sulit


1. Isikan angka genap pada sudut segitiga di bawah yang berlingkaran, gunaka
n kertas lain

2. Isikan angka 1 s.d 6 pada lingkaran di segitiga di bawah, dimana jumlah


antara sisi-sisinya sama 9, perhatikan dalam lingkaran tidak boleh ada angka yan
g sama.

3.Isikan angka 1 s.d 9 pada lingkaran di segitiga di bawah, dimana jumlah antar
a sisi-sisinya sama, perhatikan dalam lingkaran tidak boleh ada angka yang sama.

Dua ilustrasi di atas merupakan konsep matematika yang sering kita jumpai dalam
aplikasi terutama pada saat proses belajar, latihan maupun bekerja yang masih s
ering salah. Sederhana tetapi akan berakibat berkesinambungan. Kesalahan konsep
dalam pembelajaran matematika dapat terjadi dari dua pihak yaitu guru maupun sis
wa. Sebagai gambaran pada gambar di bawah menunjukkan fakta siswa didalam kelas
bisa diajak untuk berpikir keras. Mudah dan sulit bisa kerja atau belajar tidak
jadi persoalan yang penting adalah proses berpikir dalam pembelajaran pada diri
siswa ada.
Dilihat dari kompetensi dan kewenangan guru, banyak guru yang bukan dari guru
mata pelajaran melainkan guru kelas, tidak berlatar belakang pendidikan matemati
ka, kurang menguasai inti materi yang diajarkan disamping itu ketika mengajar ke
cenderungan dalam proses mengajar tidak fokus pada metode untuk memahamkan konse
p matematika tetapi condong memberi materi atau mengcopy materi, realisasi dalam
proses pembelajaran banyak mencatat dan menghafal sebagai salah satu cara yang
tepat sesuai dengan kemampuan guru. Padahal menghafal adalah suatu kemampuan ya
ng paling rendah dalam taksonomi bloom, setidaknya siswa harus mulai diajak dala
m bernalar dan berpikir dan aplikasi pada taraf pertama kali menjumpai suatu mat
eri baru.
Jadi intinya guru mutlak harus menguasai substansi materi dan hal ini tertuang
dalam bentuk RPP tidak lupa juga metode dan strategi sudah harus dipikirkan dala
m rangka menamamkan nilai sesuai materi yang diajarkan, seperti matematika adala
h nilai nalar dan pikir yang harus dominan dibanding pengetahuan yang banyak sif
at menghafal.
Dalam kurikulum 2013 lebih jauh lagi nilai kesadaran ditanamkan terlebih dahulu
dengan sikap-sikap kemandirian dan keberanian dan berbuat, dengan harapan siswa
bisa tergugah untuk mau mendalami dan mengaplikasikan materi tersebut. Sehingga
tidak lagi kompetensi baik bersifat pengetahuan dan sikap berjalan sendiri-send
iri melainkan terintegrasi dalam satu proses. Lihat konsep gambar dibawah sebuah
ilustrasi dengan membandingkan otak kiri dan kanan.

Ilustrasi gambar di samping, gambaran otak kanan adalah otak yang mampu memuat
ingatan secara image (gambar). Maksudnya, otak kanan lebih lama daya ingatnya di
bandingkan otak kiri yang mempunyai sifat verbal atau kata yang berdaya ingat se
saat atau singkat. Namun tidak bisa otak kiri dikesampingkan begitu saja, hal in
i berkaitan dengan kecenderungan masing-masing orang.
Yang lebih penting adalah bagaimana sifat verbal ini dilatihkan pada seseorang
setelah melakukan aktivitas yang mengandalkan otak kanan, sehingga kebutuhan aka
n otak kiri dan kanan seimbang. Otak kanan yang berorientasi kerja organ tubuh u
ntuk menangkap informasi yang sifatnya visual dan kuat, diwujudkan dengan kemamp
uan otak kiri dengan kemampuan asosiatif yang dituangkan dalam kata yang sifatny
a deskriptif. Hal inilah yang mendasari seseorang mempunyai kemampuan dalam menu
lis, dalam menulis dibutuhkan daya nalar yang telah dikembangkan dalam materi il
mu matematika.
Jadi intinya untuk mengembangkan kempuan seorang siswa dipengaruhi oleh pemaham
an terhadap sebuah informasi bentuk materi yang tidak terlepas dari filosofi mat
eri, kemudian kemampuan seorang guru sebagai informan yang memang menguasai sub
stansi materi, dan lebih penting pengembangan pengetahuan tidak hanya didasari k
uatnya daya ingat tetapi aplikasi dalam kehidupan itu yang lebih penting. Sehing
ga membentuk kesiapan seorang siswa untuk menghadapi kehidupan pasca pendidikan
secara mental di masyarakat.
Makna dari hasil pembelajaran seperti terbiasanya menggunakan pemikiran atau ak
al dalam setiap langkah, filosofinya seperti berikut: anda akan selalu menerima
apa yang ada di hati anda meskipun anda tidak menginginkannya. Hal ini sesuai d
engan hukum tarik menarik yang terjadi di alam semesta, yang menyebutkan bahwa s
esuatu akan menarik sesuatu yang sesuai dengan sifatnya. Yang ada di hati anda a
dalah sama dengan apa yang selalu anda pikirkan. Jadi ketika anda memikirkan ses
uatu yang positif atau negatif terus menerus, artinya anda sedang mengarahkan en
ergi anda ke sana. Oleh karena sifat pikiran anda yang luar biasa, energi terseb
ut mulai berkumpul untuk akhirnya mewujudkan atau menarik sesuatu yang sesuai de
ngan fokus pikiran anda

III. PENUTUP
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dituangkan di atas, berikut ini bebe
rapa alternatif pemecahan secara bersama :
Pertama kemampuan guru sebagai pusat informasi adalah guru mata pelajaran yang
menguasai bidang yang diajarkan bukan guru kelas untuk memberikan semua materi p
elajaran. Ini banyak dijumpai pada sekolah-sekolah tingkat SD / MI yang mengguna
kan pola guru kelas.
Kedua penguasaan inti materi dari tiap-tiap pokok bahasan matematika perlu dimi
liki oleh guru matematika. Hal ini dimaksudkan agar dalam menyajikan materi, gur
u dapat membedakan antara materi pokok dengan materi tambahan atau penunjang, de
ngan demikian tidak terjadi pengulangan materi yang bisa membuat siswa bingung.
Ketiga, perlu memotivasi siswa dalam belajar matematika untuk menghindari siswa
dari kesalahan konsep. Jika siswa belajar giat dan gairah, ia akan berusaha mem
ahami dengan sungguh-sungguh dan mengembangkannya melalui latihan menyelesaikan
soal-soal yang bervariasi.
Keempat, aplikasi materi matematika perlu direalisasikan di dalam kehidupan mas
yarakat terutama pada saat penggunaan nalar dan pikiran dalam memecahkan persoal
an kehidupan di masyarakat sehingga nampak ada perbedaan orang yang berpendidika
n dan tidak.
Secara menyeluruh bahwa manusia itu diciptakan untuk selalu berpikir dan memiki
rkan apa yang mereka hadapi, anda akan mendapatkan apa yang anda pikirkan meskip
un anda tidak menginginkannya. Untuk meraih sukses sejati anda perlu pindah dari
permainan mengeluh dan menyalahkan menuju permainan menerima dan bertanggung jawab
serta tidak lupa selalu berpikir dengan memanfaatkan modal pikiran kita yang tel
ah kita asah dalam dunia pendidikan kesuksesan ada di depan kita. Hiduplah denga
n lebih sadar dan lebih terhormat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

REFERENSI
Ballback, Jane, (1999), Membuka Potensi Karier, PT. Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta.
Sentanu. E, (2002), Quantum Iklas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati, PT Elex Me
dia Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta.
Semiawan. C, (1990), Pendekatan Keterampilan Proses, PT. Gramedia, Jakarta.
.............., (2013), Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai