Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS KESALAHAN DAN SOLUSINYA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 01 K
ODI NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memper
oleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: GETRUDIS RANGGA RODE NIM: 0904090022 PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS W
ISNUWARDHANA MALANG 2 0 1 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu dasar yang mendukung kemajuan dan perkembangan IPTEK adalah mate
matika. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soejadi (1993:1) bahwa matematika adal
ah salah satu ilmu dasar, yang tidak perlu disangsikan lagi merupakan tiang topa
ng perkembangan IPTEK. Matematika di samping dapat berkembang mandiri, juga ber
kembang atas tuntutan keperluan bidang-bidang lain. Oleh sebab itu, penguasaan m
ateri matematika bagi seluruh siswa perlu ditingkatkan demi kelangsungan hidup d
i masa mendatang dan dalam kebutuhan sehari-hari. Dalam penyelenggaraan pendidik
an, guru memegang peranan yang sangat penting, dimana guru bertanggung jawab men
yebarluaskan gagasan-gagasan baru kepada siswa melalui proses belajar mengajar d
alam kelas. Mengingat penggunaan matematika diperlukan di segala bidang, maka pe
ngajaran matematika pada siswa harus benar-benar dioptimalkan baik kualitas maup
un kuantitasnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru haruslah memiliki kemampuan dan wawasan yang
luas serta terampil menjelaskan materi dan juga harus dapat membangkitkan motiv
asi atau gairah belajar siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan belajar.
Dengan melihat hasil belajar siswa maka dapat diketahui sejauh mana materi yang
dikuasai, sehingga guru dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam upaya m
eningkatkan mutu pendidikan untuk pencapaian tujuan pengajaran yang efektif dan
efisien.
Matematika menekankan pada pemecahan suatu masalah, masalah dalam matematika bia
sanya disajikan dalam bentuk soal matematika. Sebagaimana yang dikemukakan Hudoj
o (1979:157) bahwa suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika sese
orang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat penting karena matematika adala
h ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui
pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir k
ritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam memecahkan masalah.
Pendidikan matematika merupakan bagian yang integral dari pendidikan nasional.
Hal ini disebabkan karena maematika merupakan salah satu komponen penting dalam
rangka peningkatan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kemen
trian Pendidikan Nasional menetapkan matematika sebagai salah satu pelajaran waj
ib pada jenis dan jenjang pendidikan formal.
Tujuan utama pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Atas sebagaimana dikemu
kakan Soedjadi (2000:43) adalah (1) melatih cara berfikir dan bernalar dalam men
arik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ing
in tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memeca
hkan masalah dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkom
unikasikan gagasan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Musser dan Burger (dal
am Lestari, 2010:7) bahwa tujuan mempelajari matematika adalah sebagai alat bant
u pemecahan masalah yang meliputi empat tahap, yaitu mengerti permasalahan, memi
kirkan permasalahan, menyelesaikan permasalahan dan memeriksa kembali cara yang
digunakan dalam memecahkan masalah.
Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika salah satun
ya dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami matematika dan memanfaat
kan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun ilmu
-ilmu yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar sisw
a. Matematika menekankan pada pemecahan suatu masalah, masalah dalam matematika
biasanya disajikan dalam bentuk soal matematika. Suatu pertanyaan akan merupakan
suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang s
egera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya di
sebut soal. Latihan soal dalam matematika dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Lati
han soal yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih a
gar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan, (2)
Latihan berupa masalah yang menghendaki siswa untuk menggunakan sintesis atau a
nalisis. Untuk menyelesaikan latihan bentuk ini siswa harus menguasai hal-hal pa
da materi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampi
lan dan pemahaman, yang nantinya akan digunakan dalam situasi baru.
Soal matematika diberikan kepada siswa sebagai alat evaluasi untuk mengukur kema
mpuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu materi. Dari hasil evaluasi ini
dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar dan letak kesa
lahan siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika maka sumber kesalahan y
ang dilakukan siswa harus dapat segera diatasi karena siswa akan selalu mengalam
i kesulitan jika kesalahan sebelumnya tidak diperbaiki terutama soal yang memili
ki karakteristik yang sama. Sehingga dengan menganalisis kesalahan siswa, guru d
apat mengetahui hasil belajar siswa yang nantinya dapat digunakan untuk memperba
iki proses belajar mengajar berikutnya.Dalam pembelajaran matematika memerlukan
tahap-tahap yang hirarkis, yakni bentuk belajar yang terstruktur dan terencana b
erdasarkan pada pengetahuan dan latihan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk mem
pelajari materi selanjutnya.
Namun umumnya siswa kurang memahami dan menguasai hal tersebut yang berakibat ti
mbulnya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika.Pada dasarnya k
esalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika antara lain disebabkan kurang
nya penguasaan konsep matematika. Kesalahan siswa yang lain dalam menyelesaikan
soal matematika yaitu kurangnya ketelitian dalam menghitung. Siswa seringkali sa
lah dalam menghitung suatu bentuk perkalian, pembagian, penjumlahan dan penguran
gan.
Guna mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, masalah itu perlu ditemukan dan di
pastikan sumbernya, menanganinya, dengan harapan memecahkan masalahnya. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh guru guna mengatasi masalah kesulitan belajar khusus
nya dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Usaha-usaha yang telah dilakukan g
uru tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal dalam meningkatkan kemampuan m
enyelesaikan soal-soal matematika.
Menurut Sizzilia (2009:3) kesalahan yang dilakukan siswa, pada umumnya disebabka
n karena kesulitan dalam menggunakan konsep, prinsip maupun kesulitan dalam mema
hami maksud dari soal. Oleh karena itu diperlukan informasi yang jelas sehubunga
n dengan kesulitan siswa terutama dalam memecahkan soal Persamaan Linear Dua Var
iabel untuk meningkatkan kemampuan dibidang matematika. Informasi tersebut digun
akan untuk memenuhi sebuah alternatif pembelajaran yang bertujuan untuk menggur
angi kesulitan yang dialami siswa.
Persamaan Linear Dua Variabel merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran m
atematika yang diajarkan pada siswa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pers
amaan Linear Dua Variabel adalah materi yang memerlukan penyelesaian dengan ting
kat ketelitian yang cukup tinggi karena terdapat beberapa cara dalam proses peny
elesaiannya terutama dalam menentukan nilai variabel. Oleh karena itu, banyak si
swa yang mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menentukan nilai vari
abel.
Sehingga pada setiap materi siswa diharapkan benar-benar mengusai konsep yang d
iberikan. Karena konsep yang telah dipelajari akan digunakan untuk mempelajari m
ateri berikutnya. Menurut Hudoyo (1988:95) Matematika bukanlah suatu bidang studi
yang sulit dipelajari asalkan strategi penyampaiannya cocok dengan kemampuan di
pelajarainya .
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk me
mpelajari matematika sangat dibutuhkan ketelitian dan pemahaman konsep supaya d
apat mengatasi masalah kesulitan belajar khususnya dalam menyelesaikan soal-soa
l matematika.Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa siswa banyak mengalami kesul
itan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Begitu juga dengan siswa SMA Negeri
01 Kodi bahwa menurut informasi dari tenaga pengajar mata pelajaran matematika
bahwa nilai mata pelajaran masih dibawah nilai rata-rata. Hal ini menunjukkan ba
hwa siswa masih banyak mengalami kesulitan, Sehingga menyebabkan banyaknya kesal
ahan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Salah satu langkah untuk mengetahui
hal tersebut adalah menganalisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matemat
ika. Untuk itu penulis dalam penelitian ini menangambil judul Analisis Kesalahan
dan solusinya dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Varibel pad
a Siswa Kelas X SMA Negeri 01 Kodi .
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti termotivasi untuk melak
ukan penelitian dengan materi persamaan linier dua variabelsebagai salah satu up
aya mengatasi dan mengurangi kesalahan siswa dalam proses pelajaran matematika k
hususnya dalam menyelesaikan soal-soal Persamaan Linear Dua Variabel siswa kela
s X SMA Negeri 01 Kodi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam menyele
saikan soal - soal tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas X
semester I SMA Negeri 01 Kodi, NTT?
2. Bagaimana Solusidari soal-soal SistemPersamaan Linear Dua Variabel siswa
Kelas X semester I SMA Negeri 01 Kodi, NTT?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyeles
aikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa Kelas X Semeste
r 1 SMA Negeri 01 Kodi, Nusa Tenggara Timur.
2. Memberikan bimbingan solusi dari soal-soal Persamaan Linear Dua Variab
el siswa kelas X semester I SMA Negeri 01 Kodi, Nusa Tenggara Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara Umum penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa dalam
upaya meminimalkan siswa melakukan kesalahan dalam menentukan nilai variabel.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi guru matematika supaya dapat lebih teliti dalam menanamkan konsep
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kepada siswa sehingga tidak mengalami kesul
itan dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan menentukan nilai variabel.
b. Bagi siswadapat mengerti dan lebih memahami konsep tentang Sistem Persam
aan Linear Dua Variabel sehingga dapat menyelesaiakan soal-soal matematika teru
tama yang berhubungan dengan menentukan nilai variabel tanpa mengalami kesulitan
dan kesalahan dalam penyelesaiannya.
c. Bagi peneliti dapat memberi masukan bagi peneliti lain yang ingin menga
nalisis materi matematika SMA yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran tentang judul penelitian ini m
aka akan dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Analisis kesalahan adalah pendeskripsian jenis-jenis kesalahan yang dil
akukan oleh siswa dan alasan-alasan tentang penyebab terjadinya kesalahan. Ana
lisis kesalahan ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data kesalahan
b. Mengidentifikasi kesalahan
c. Mengklarifikasi kesalahan
d. Memperkirakan daerah rawan kesalahan
2. Kesalahan siswa meliputi kesalahan Konseptual dan kesalahan Prosedural.
a. Kesalahan Konseptual adalah kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam m
enafsirkan istilah, konsep, dan prinsip dalam penyelesaian soal-soal matematika.
Termasuk juga kurang dalam menggunakan rumus atau teorema dan tidak menuliskan
atau kurang tepat dalam menuliskan rumus atau teorema.
b. Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yan
g bertahap, berurutan, dan teratur untuk menyelesaikan suatu masalah.
3. Kriteria jenis kesalahan siswa meliputi kriteria jenis kesalahan konsep
tual dan kriteria jenis kesalahan Prosedural yaitu:
a. Kriteria jenis kesalahan konseptual adalah kesalahan menafsirkan konsep
dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan dan pengurangan.
b. Kriteria dan jenis kesalahan prosedural adalah kesalahan karena tidak me
lanjutkan proses penyelesaian, kesalahan menuliskan soal kembali, kesalahan dala
m memahami dan mencermati perintah soal, kesalahan dalam melakukan operasi perka
lian dan pembagian, kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurang
an, dan kesalahan tidak menjawab soal.
4. Solusi yang dimaksud dari penelitian ini adalah proses pencarian jawaban
berdasar langkah-langkah yang benar.Solusi dari menyelesaiakan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel adalah usaha untuk memberikan suatu proses penyelesaian SPL
DV dengan langkah-langkah yang benar.
5. Persamaa Linear Dua Variabel adalah persamaan yang mengandung dua variab
el dimana pangkat/derajat tiap-tiap variabelnya sama dengan satu.
Bentuk umum:
SPLDV : disebut Variabel.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang yang ditandai dengan adanya per
ubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa di pe
rolehnya pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru. Kegiatan atau usaha untuk m
encapai perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Herman Hudoj
o 1988:1).
Menurut Dimyati dan Moedjono (2006:17) belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subj
ek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa belajar dialami sebagai proses yakni
proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru tampak sebagai per
iku belajar untuk sesuatu hal. Sebagai tindakan maka belajar sebagai hanya diala
mi oleh siswa sendiri. Proses belajar terjadi apabila siswa memperoleh sesuatu y
ang ada dilingkungan sekitar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2003:27) bahwa belajar merupakan s
uatu proses suatu kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat tetapi mencakup kegiatan yang lebih luas yaitu mengalami.
Dan hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan suat
u perubahan tingkah laku.
Pembelajaran dalam pengertian Kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan bela
jar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar memb
erikan pengetahuan terhadap siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktifitas
belajar yang efektif dan efisien.
Berdasarkan beberapa hasil pendapat diatas, maka peneliti dapat disimpulkan bahw
a belajar merupakan perilaku aktif yang dilakukan individu dalam membangun makna
atau pemahaman yang membawa suatu perubahan yang relatif tetap, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi sebagai aki
bat dari interaksi individu dan lingkungan sekitarnya. Dan juga sebagai upaya un
tuk memperoleh maupun menciptakan ilmu pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, dan
minat dalam kegiatan belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil bel
ajar yang optimal.
Upaya meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yan
g dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri. Pentingnya proses belaja
r ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian ter
hadap masalah belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Ada banya
k pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar yaitu sebagai brikut:
1. Menurut Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bar
u secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
2. Menurut Simanjuntak Sunarsi (2009:34) menjelaskan belajar adalah perub
ahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat
dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kem
atangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan syaraf atau dengan kata lain bahw
a mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseoran
g yang belajar.
3. Menurut Sudjana (2002:5) belajar adalah perubahan yang relatif permane
n dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan.
Hal ini seperti dikemukakan:
4. Djamarah (2002:11) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berk
at pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku.
5. Menurut Winkel (1996:53), belajar adalah salah satu aktivitas mental a
tau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang mengha
silkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap
-sikap perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolon
gkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang b
elajar. Faktor ini meliputi:
a. Faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh).
b. Faktor psikologis (minat, bakat, dan motif pribadi).
c. Faktor kelelaha (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang ada di luar individu yang sedang belaja
r. Faktor ini meliputi:
a. Faktor keluarga (keadaan ekonomi orang tua, keharmonisa
n keluarga, dan latar belakang budaya).
b. Faktor sosial (metode mengajar, kurikulum, alat belajar
, dan relasi antara siswa dengan siswa).
c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, med
ia massa, teman bergaul, dan bentuk kegiatan masyarakat).Tidak jauh berbeda deng
an Slameto, Suryasubrata (2004:233) juga membedakan faktor-faktor yang mempengar
uhi belajar menjadi dua faktor, yaitu:
Faktor Intern:
i. Faktor fisiologis (Misalnya: kesehatan dan c
acat tubuh).
ii. Faktor psikologis (Misalnya: minat, bakat, da
n motif pribadi).
Faktor Ekstern:
i. Faktor non sosial (Misalnya: cuaca, suhu, wa
ktu (pagi, siang, atau sore) lokasi, dan alat pelajaran).
ii. Faktor sosial atau manusia (Misalnya: keluarg
a, teman, dan masyarakat).
2.3 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, po
tensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi opt
imal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pembelajaran mate
matika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam me
ngajarkan matematika kepada para siswanya yang di dalamnya terkandung upaya guru
untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat
, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaks
i optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa dalam mempelajari ma
tematika tersebut.
Dalam pembelajaran guru akan senantiasa diobservasi, dilihat didengar, dan ditir
u semua perilakunya oleh peserta didik. Dari proses observasi mungkin juga menir
ukan perilaku guru, diharapkan terjadi proses internalisasi. Sehingga menumbuhka
n proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan (Sardiman,
2001:26-28).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:723), Matematika adalah ilmu tentang b
ilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang dipergun
akan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan .
Menurut Bruner Belajar matematikamerupakan suatu proses belajar tentang konsep-k
onsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi pelajaran d
an mencari hubungan-hubungan tentang konsep dan struktur-struktur matematika. Br
uner melukiskan anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental
:
1) Enaktif, yaitu anak-anak di dalam belajarnya menggunakan manipulasi
obyek-obyek secara langsung.
2) Ikonik, yaitu kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang meru
pakan gambaran dari obyek-obyek. Pada tahap ini anak tidak memanipulasi dengan
menggunakan gambaran dari obyek.
3) Simbolik, yaitu tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan t
idak ada lagi kaitannya dengan obyek-obyek (Dahar, 198:124).
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyana (2001:252), Matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantita
tif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Kline dalam Mulyana (2001:252) juga menyatakan, Matematika merupakan bahasa simbo
lis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tida
k melupakan cara bernalar induktif .
2.4 Menyelesaiakan Soal Matematika
Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang diharapkan kepada siswa biasanya di
sebut soal. Menurut Hudojo (2009:12) mengatakan bahwa soal matematika dibedaka
n menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Latihan (soal) yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifa
t berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja di
ajarkan. Soal seperti ini dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah bi
asa dilakukan oleh siswa.
2. Masalah tidak hanya seperti latihan tadi, menghedaki siswa untuk menggunak
an sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut ha
rus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahua
n, ketrampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini siswa menggunakan pada situas
i baru.
Lebih lanjut, Hudolo (2005:124) mengatakan bahwa syarat suatu pertanyaan yang me
rupakan masalah adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan bagi siswa merupakan tantang siswa tersebut untuk menjawab
nya.
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang tel
ah diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah jangan
dipandang sebagai faktor yang esensial.
Dalam menyelesaikan suatu masalah siswa tersebut harus mengusai hal-hal yang tel
ah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman t
etapi dalam hal ini ia menggunakannya didalam situasi baru.
Selain memperhatikan langkah-langkah penyelesaian tersebut diatas, siswa juga di
tuntut lancar membaca dan mampu memahami soal, serta mampu membuat model atau ka
limat matematika. Disamping itu siswa juga harus dapat memilih rumus yang sesu
ai jika dibutuhkan serta trampil melakukan perhitungan, dan yang terakhir mampu
menyimpulkan jawaban yang ditanyakan.
2.5 Kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika
Dalam pembelajaran matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan
berpengaruh terhadap pemahaman konsep berikutnya karena matematika merupakan pe
lajaran yang tersruktur. Herman Hudojo (2001:3) menyatakan bahwa matematika ber
kenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan
penalarannya deduktif. Oleh karenanya, dalam proses pembelajaran matematika tida
k semua siswa selalu berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Jika ada saja siswa
yang tidak dapat belajar, ini berarti ia mengalami kesulitan yang berakibat pada
terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Ada beberapa sebab terjadinya kesalahan siswa dalam pembelajaran matematika, yai
tu kesalahan dalam memahami soal, kesalahan dalam menggunakan rumus, kesalahan d
alam operasi penyelesaiannya, ataupun kesalahan dalam menyimpulkan. Kesalahan da
lam menyelesaikan soal-soal matematika dapat disebabkan oleh kesulitan siswa dal
am memahami ciri-ciri matematika. Ciri-ciri matematika menurut Hudojo (2009:14-1
5) adalah sebagai berikut:
1. Objek matematika adalah abstrak
Begle menyatakan bahwa obyek atau sasaran penelaahan matematika adalah abstrak,
yaitu fakta, operasi dan prinsip. Sedangkan Frederick H. Bell (2009:12) menyatak
an bahwa obyek langsung dalam pembelajaran matematika adalah fakta, skill, konse
p, dan prinsip.
2. Berfikir matematika dilandasi kesepakatan-kesepakatan yang di sebut aksiom
a-aksioma.
3. Cara bernalar deduktif
Belajar matematika harus mampu membawa siswa kearah memahami ciri-ciri matematik
a tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mustahil jika dalam mempelajari matematik
a siswa mengalami kesulitan.
Menurut W. Poespoprojo (2009:12), Ukuran untuk menentukan apakah suatu pemikiran
itu benar atau salah bukanlah rasa senang atau tidak senang, melainkan cocok at
au tidaknya dengan realita dan fakta. Kesalahan mempunyai kaitan erat dengan keb
enaran karena kesalahan adalah mengatakan hal realita dan fakta. Sehubungan deng
an penentuan kebenaran terhadap hasil kebenaran terhadap hasil pekerjaan siswa d
alam mengerjakan soal uraian, Sudjana (2009:12) memberikan aspek-aspek yang perl
u diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
2. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat
dari penyajian gagasan jawaban.
3. Bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan hasil pikirannya.
Penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal matem
atika dapat dilihat dari berbagai hal. Menurut Soedjadi (2011:1), dari kesalahan
-kesalahan yang dibuat oleh siswa pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dapa
t diklasifikasikan beberapa bentuk kesalahan, diantaranya :
1. Kesalahan prosedural dalam menggunakan Algoritma (prosedur pekerj
aan), misalnya kesalahan melakukan opersi hitung
2. Kesalahan dalam mengorganisasikan data, misalnya kesalahan menuli
skan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari suatu soal. Kesalahan mengurut
kan, mengelompokkan dan menyajikan data.
3. Kesalahan dalam pemanfaatkan simbol, tabel dan grafik yang memua
t suatu informasi.
4. Kesalahan dalam melakukan manipulasi secara matematis. Misalnya,
kesalahan dalam menggunakan/menerapkan aturan, sifat-sifat dalam menyelesaikan s
oal.
5. Kesalahan dalam menarik kesimpulan. Misalnya kesalahan dalam menu
liskan kesimpulan dari persoalan yang telah mereka kerjakan.
Bentuk-bentuk kesalahan siswa Menurut Kostolan adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan Konseptual
Menurut Kostolan (2009:73) kesalahan konseptual adalah kesalahan yang dilakukan
dalam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istil
ah, konsep dan prinsip. Kesalahan konseptual yang di lakukan oleh siswa adalah s
ebagai berikut:
a. Kesalahan dalam menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan
dan pengurangan bilangan.
b. Kesalahan Prosedural
Kesalahan proseduran yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarki
s sistematis untuk menjawab suatu masalah.
Adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat menjadi hal yang meng
untungkan bagi pengajar karena pengajar dapat mengambil dari setiap kesalahan ya
ng dilakukan oleh siswa demi perbaikan pengajaran yang sedang dan yang akan dila
kukan. Manfaat kesalahan bagi siswa, yaitu siswa yang telah menyadari tentang k
esalahan yang dilakukanya akan memberikan reaksi, baik secara internal maupun se
cara eksternal, siswa akan menerima kritik dari orang lain maupun memberi kritik
bagi orang lain.
Dalam penelitian ini siswa diberi soal-soal yang berkaitan dengan sistem persama
an linear dua variabel, kemudian akan dianalisis adalah kesalahan penyelesaianya
. Adapun kesalahan yang dianalisis adalah kesalahan siswa dalam menyelesaikan so
al-soal yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang diklasif
ikasikan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural.
2.6 Analisis Kesalahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:37) analisis adalah penyelidikan terh
adap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya. Analisi
s mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.Analisis kesalahan s
ebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut Tarigan (1988:
67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kesalahan
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah non
statistik. Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan merupakan rangkaian angk
a. Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil tes. Berdasarkan jawaban siswa
kemudian dianalisis tahap-tahap atau langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa.
Data hasil tes dan data hasil wawancara dibandingkan untuk mendapatkandata yang
valid. Kemudian, data yang telah valid disajikan untuk tiap jawaban dan faktor-f
aktor apa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan.
2. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan
Setelah semua materi diberikan, maka soal tes diberikan kepada siswa untuk mempe
roleh data tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Kesalahan-kesalahan
tersebut kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan menurut kesalahan yang sejen
is. Berdasarkan identifikasi terhadap jawaban tes siswa, maka diperoleh beberapa
siswa untuk diwawancarai. Wawancara ini bertujuan untuk mengkonfirmasikan jawab
an siswa pada tes serta untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesalahan yang d
ilakukan. Dari hasil tes dan hasil wawancara dilakukan triangulasi data yaitu m
embandingkan data yang diperoleh dari keduakegiatan tersebut untuk memperoleh da
ta yang valid.
3. Menjelaskan Kesalahan
Berikutnya adalah kegiatan menjelaskan kesalahan yang meliputi dua kegiatan yang
dilakukan secara bersamaan yaitu pemilihan data dan penyajian data. Pemilihan d
an penyederhanaan data yang melakukan agar tidak terjadi penumpukan data atau in
formasi yang sama.
4. Mengoreksi kesalahan
Setelah menjelaskan kesalahan dan mengelompokkan jenis kesalahan kemudian kegiat
an mengoreksi kesalahan. Mengoreksi kesalahan adalah penarikan kesimpulan dilaku
kan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga diperoleh suatu kesimpulan fin
al.
2.7. Bentuk-Bentuk Solusi Dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua V
ariabel.
Bentuk-bentuk solusi yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil tes pada beb
erapa siswa yang menjawab salah yaitu adalah: 1). Memberikan suatu proses penyel
esaian dengan langkah-langkah yang tepat dan benar. 2). Memberikan motivasi dal
am belajar agar siswa giat belajar. Penelitian selanjutnya adalah pemberian solu
si terhadap subjek penelitian yaitu pada saat wawancara, berguna untuk mengatas
i kesalahan berikutnya dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Vari
abel.
Pelaksanaan pemberian solusi oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Peneliti membagikan merencanakan: memberikan materi singkat, contoh soal
, soal-soal dan solusinya pada waktu penelitian kepada semua siswa. Materi yang
diberikan pada saat pemberian solusi adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
.
2. Melakukan kegiatan inti pada saat siswa diwawancarai dan diberikan solus
i penyesaian dari soal-soal yang diberikan oleh peneliti nantinya.
3. Setelah pelaksanaan pemberian solusi, memberikan tes tulis kepada setiap
indvidu siswa yang tujuannya untuk menilai hasil belajar mereka.
4. Melakukan refleksi setelah proses pembelajaran selesai.
2.8 Solusi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Dalam mencari solusi, aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti penerapan
aturan pada masalah, penemuan pola, pengeneralisasian, komunikasi matematik, dan
lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Temuan penelitian yang dilakuka
n Bitter (1987:86) dan Capper (1984:74) menunjukkan bahwa pengajaran matematika
harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam, memperluas kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah matematika. Menurut Polya (1957:34), solusi soal pemecahan mas
alah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
a). Memahami masalah
b). Merencanakan penyelesaiannya
c). Menyelesaiakan masalah sesuai rencana
d). Melakukan pengecekkan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan.
Solusi dari penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan langkah-lan
gkah yang benar, yang secara umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sebagai b
erikut:

Jika merupakan himpunan penyelesaian atau titik potong dari Sistem Persamaan Li
nier Dua Variabel yang memenuhi
Maka siswa dapat mencari bagaimana langkah yang benar dalam menentukan himpunan
penyelesaian yang memiliki satu solusi penyelesaian.
2.9 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
a. Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
Persamaan adalah kalimat terbuka yang mermuat tanda sama dengan (=). Sedangkan p
ersamaan yang hanya memuat satu variabel dengan pangkat satu disebut persamaan l
inear dengan satu variabel.
Contoh:
a.
b.
c. 6 + 2y = 3y 1
d. x - 8 = 3x 6
Kesimpulan:
Penyelesaian suatu persaamaan linear dengan satu variabel adalah bilangan pengga
nti dari variabel pada daerah definisi persamaan yang membuat persamaan menjadi
pernyataan yang benar.
b. Persamaan Linear Dua Variabel
1. Pengertian PLDV
Sebelum mempelajari PLDV, mengingatkan tentang persamaan linier satu variabel (P
LSV), yaitu persamaan yang memuat satu variabel. Dan pangkat dari variabelnya a
dalah satu. Persamaan memiliki dua variabel yaitu serta masing-masing variabel b
erpangkat dua. merupakan PLDV.
Kesimpulan:
Persamaan Linear Dua Variabel adalah suatu persamaan yang mempunyai dua variabel
. Bentuk umum dari PLDV adalah untuk dan ; x dan y disebut variabel.
c. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
1. Pengertian SPLDV
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri atas dua persamaan linear d
ua variabel, yang keduanya tidak berdiri sendiri, kedua persamaan hanya memiliki
satu varabel.
Berikut ini adalah contoh SPLDV:
1. dan
2. dan
Bentuk umum SPLDV:
Dengan disebut variabel (lambang bilangan pengganti yang belum diketahui nilain
ya).
disebut koefisien (bilangan yang selalu diikuti oleh satu atau lebih dari suatu
variabel).
disebut konstanta (lambang bilangan tetap atau suku yang tidak mengandung varia
bel).
d. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Cara penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:
1. Metode Subsitusi
Subsitusi artinya menggantikan.
Contoh:
dan
Penyelesaian:
...............................( pers.1)
..........(pers .2 )
Pers (2) lebih sederhana, maka disubsitusikan pada
Persamaan (1), sehingga:
( )
+
x = 28/12 = 2

2. Metode Eliminasi
Dengan cara menghilangkan salah satu variabel x atau y.
Contoh:
Tentukan Himpunan Penyelesai dari persamaan linier berikut dengan metod eliminas
i:
................( pers.1)
..................(pers .2 )
Penyelesaian:
Mengeliminasi variabel x :
6 = 3
= 10 -
Mengeliminasi variabel y :
2 = 1
= 15 -
Jadi, Himpunan Penyelesaian = 2, -1
3. Metode Grafik
Tentukan Himpunan Penyelesaian dari sistem persamaan :
Persamaaan
X
2
0
Y
0
1
Garis melalui titik (2, 0) dan (0, 1)
Persamaaan
x
2
0
Y
0
4
Garis melalui titik (2, 0) dan (0, 4)
Pada gambar dibawah ini dan garis saling berpotongan dititik (2, 0).
Jadi, Himpunan penyelesaian dari sistem diatas adalah: (2, 0)
(0,4)
2x +y 4 = 0

(0,1)
0 (2,0)
x + 2y 2 = 0
4. Metode Campuran
Metode campuran ini adalah campuran antara metode eliminasi dengan metode subsit
usi.

Contoh:
Tentukan Himpunan Penyelesain dari persamaan linear berikut dengan metode campur
an:
x 1
x 3
y = 2
Harga y = 2, kemudian subsitusikan ke persamaan (2)
Jadi, HP = 1, 2
e. Penggunaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh:
Sebuah bilangan terdiri dari dua angka, penjumlahan tiga kali angka puluhan dan
angka satuanya 27, sedangkan selisihnya adalah 5. Tentukanlah bilangan itu
Penyelesaian:
Misalkan : puluhan =
Satuan =
Model matematikanya adalah:
Eliminir s, maka didapat nilai p.
4p = 22
P = 6
Untuk p = 6, subsitusikan pada salah satu persamaan sehingga;
1
Jadi, bilangan itu adalah 61.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan siswa dalam men
yelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
. Dalam analisis datanya digunakan metode kualitatif. Penelitian ini bersifat d
eskriptif berupa hasil tertulis dan kata-kata lisan (wawancara) dari orang-orang
yang diamati. Penelitian ini bersifat eksploratif karena dalam tujuan disebutka
n untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dala
m menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Dua Variabel
.
Dalam hal ini Arikunto (1998:8) mendefinisikan Bahwa penelitian eksploratif adal
ah penelitian untuk menentukan sebab musebab terjadinya peristiwa itu . Gambaran t
ersebut diungkap dengan mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya tentang kesalah
an-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Sistem Pe
rsamaan Linear Dua Variabel. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk jenis pene
litian deskripsi.
3.2 Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti mutlat diperlukan. Kehadiran pene
liti dalam penelitian ini terjadi sebelum diadakan tes, waktu pelaksanaan tes da
n saat wawancara. Sehingga dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengu
mpul data, penafsir data dan pelapor hasil penelitian.
3.3 Lokasi Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 01 Kodi, Jln. Karoso Bondo Kodi, Kecamata
n Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada se
mester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan juli 2012. Subyek penel
itian adalah siswa kelas Xe yang berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 12 orang
laki-laki dan 15 orang perempuan.
Hasil jawaban siswa yang salah tersebut kemudian dikaji lebih mendalam bagaimana
terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes dan bagaimana solusinya.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dal
am mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih baik, dan lebih cermat, lengkap, da
n sistematis sehingga muda diolah( Arikunto, 2002:136). Pendapat lain menyebutka
n bahwa istrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data emp
iris yang berguna untuk menjawab masalah penelitian sudjana, (1989:172). Dengan
demikian adalah pemilihan instrumen menentukan hasil data yang akan diperoleh da
lam penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu inst
rumen utama dan instrumen pendukung.
1. Instrumen utama.
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah penelitian sendiri.
2. Instrumen pendukung.
Selain memusatkan manusia sebagai instrumen yang paling berpengaruh dalam proses
pengumpulan data, penelitian juga membutuhkan instrumen pendukung yang dapat me
mbantu kinerja peneliti dalam proses penelitiannya. Instrumen pendukung dalam pe
nelitian ini adalah:
a. Tes tertulis
Soal tes tulis dirancang oleh peneliti, dalam pembuatan soal ini disesuaikan den
gan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP. Soal ini disusun dalam bentuk ur
aian tentang Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hal ini dimaksud kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.
Soal tes dibuat dengan mengadopsi soal yang sudah ada, serta peneliti juga membu
at soal sendiri. Soal tes yang disusun berisi tentang menentukan himpunan penyel
esaian dalam menentuakan suatu variabel. Soal tes yang dibuat sebanyak 5 butir s
oal.
b. Pedoman Wawancara
Menurut Kartono (1980:171) interview atau wawancara adalah suatu per
cakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya j
awab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Jenis wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimaksudkan patton (2009:30) adalah pe
ndekatan denagan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengha
ruskan pewawancara membuat kerangkah dan garis besar pokok-pokok yang dinyatakan
dalam proses wawancara.
Petunjuk umum wawancara dalam penelitian ini hanya berisi tentang ga
ris prosesdan isi wawancara, karena dalam penelitian ini yang dianalisis hanya k
esalahan-kesalahan siswa dalam mnyelesaikan soal-soal tes tertulis. Sebelum mela
kukan wawancara, terlebih dahulu peneliti meminta kejujuran siswa dalam menjawab
setiap pertanyaan, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diungkapkan oleh siswa
dijamin kerahasiannya. Hal ini perlu dilakukan agar siswa tidak enggan untuk me
ngungkapkan apa yang ada dalam benaknya.
3.5 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil tertulis tentang po
kok bahasan persamaan linear dua variabel dan hasil wawancara. Dari hasil tertul
is data yang dikumpulkan adalah kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan so
al-soal yang berkaitan dengan persamaan linear dua variabel yang memuat tentang
kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural. Sedangkan hasil wawancara data ya
ng dikumpulkan adalah yang dilakukan dalam menyelesaikan soal yang dites tertuli
s dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tertentu dan pemberian solusi
oleh peneliti.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab siswa melakuk
an kesalahan dalam mengerjakan tes, dilakukan wawancara pada siswa yang melakuka
n kesalahan. Siswa yang melakukan kesalahan yang sama dikelompokkan kemudian dip
ilih beberapa siswa yang akan diwawancarai. Pemilihan siswa didasar pada jawaban
siswa dan siswa hanya ditanya soal yang tidak dapat dikerjakan.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (1982:34) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data. Mengorganisasikan data, memilih-mili
hnya menjadi satuan yang dikelola. Mensintesiskannya, mencari dan menentukan pol
a, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat dikerjakan, memutuskan apa yang
harus dikatakan kepada orang lain ( Moleong, 2008:208).
Menurut Nasution (Dalam sunardi, 1996:28) Analisis data adalah proses menyusun, m
engkategorikan data, mencari pola atau teori dengan maksud untuk memahami maknan
ya .
Dalam penelitian metode analisis yang digunakan adalah:
1). Analisis data Deskriptif.
Analisis data deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proposi
masing-masing siswa dalam mengerjakan soal siswa kelas XeSMA Negeri 01 Kodi Set
elah mendapat data dilakukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Merakapitulasi hasil tes
2. Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal y
ang diberikan.
3. Menghitung jumlah dan presentase indikator setiap bentuk kesalahan meng
erjakan tes.
4. Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase adalah:
Keterangan:
P : Presentase
n : Banyaknya kesalahan siswa untuk masing-masing bentuk kesalahan.
N : Banyaknya kesalahan siswa secara keseluruhan bentuk kesalahan.
2). Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah analisis yang digunakann untuk mengidentifikasi bentuk-be
ntuk kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal.
3). Analisis Data Wawancara
Analisis Data Wawancara adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor p
enyebab terjadinya kesalahan siswa kelas X e SMA Negeri 01 Kodi dalam mengerjaka
n soal-soal pada pokok bahasan SistemPersamaan Linear Dua Variabel.
3.8 Tahap-tahap penelitian
Mencari informasi tentang siswa
Menetapkan tempat penelitian
Tahap-tahap penelitian ini adalah:
Meminta ijin kepala sekolah tempat penelitian
Mengurus surat ijin penelitian
Menyiapkan instrumen pendukung
Membuat soal
Melaksanakan tes
Mengidentifikasi masalah
Mewawancarai subjek kesalahan
Melaporkan hasil penelitian

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
A. Paparan Data Pra Tindakan
Pada hari senin tanggal 5 Agustus 2012 bertemu dengan bapak kepala Sekolah di
SMA Negeri 01 Kodi.Nusa Tenggara Timur (NTT) Peneliti menyampaikan tujuan kedat
angannya yaitu melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti menyerahkan su
rat ijin penelitian dan memberikan gambaran secara umum tersebut.
Kepala sekolah menyambut baik keinginan peneliti dan memberi ijin untuk melaksan
akan penelitian. Peneliti juga menyampaikan bahwa penelitian akan dilaksanakan d
ikelas X dengan mencari dan menganalisis kesalahan jawaban siswa yang diberikan
tes kemudian memberikan solusi penyelesaiannya kepada siswa yang melakukan kesa
lahan. Karena kelas X terdiri dari 5 kelas maka atas saran dari bapak kepala se
kolah, maka dipilihlah kelas Xe lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai sisw
a dikelas yang lain. Kemudian peneliti dipertemukan dengan guru matematika kelas
Xe. Peneliti menyampaikan hal-hal yang akan dilaksanakan selama penelitian, pen
eliti juga memohon bantuan guru matematika kelas Xe untuk kesediannya membantu p
enelitian ini agar berjalan dengan baik.
Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, terungkap bahwa sis
wa SMA Negeri 01 Kodi banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaiakan soal matem
atika. Hal ini juga diungkapkan oleh guru matematika yang mengajar SMA Neger
i 01 Kodi. Informasi lain yang diperoleh oleh peneliti dalam studi pendahuluan
ini adalah siswa dikelas Xe SMA Negeri 01 Kodi masih kurang terampil dengan berb
agai model soal yang bervariasi. Hal ini didasarkan pada rekapan beberapa jawaba
n siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diajukan oleh peneliti.
B. Paparan Situasi Pelaksanaan Tes
Tes dilaksanakan pada hari Senin 14 Agustus 2012 dikelas Xe yang diikuti oleh 27
orang siswa yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Soal
yang diberikan pada waktu tes sebanyak 5 soal dilaksanakan mulai dari pukul 07
.00-08. 30 WIB dengan alokasi waktu 90 menit.
4.2 Analisis Data Jawaban Siswa
Setelah pelaksanaan tes, peneliti mendapatkan jawaban dari siswa, jawaban dari
siswa tersebut kemudian dikoreksi oleh peneliti. Setelah itu jawaban siswa yang
salah diklarifikasi kesalahannya. Beberapa siswa yang melakukan kesalahan-kesal
ahan yang sama dikelompokkan, kemudian dipilih salah satu siswa yang akan diwaw
ancarai dan diberikan solusi penyelesaian dari soal-soal yang diberikan oleh pen
eliti. Pemilihan siswa didasarkan pada jawaban siswa dan siswa yang mudah diaj
ak untuk berkomunikasi, sehingga dalam wawancara siswa hanya ditanya pada soal
yang salah kemudian diberikan bagaimana penyelessaiannya. Berikut ini paparan da
ta dari jawaban siswa untuk setiap butir soal.
Soal nomor 1:
Tentukan Sistem Persamaan Linear berikut dengan metode Eliminasi!
Soal nomor 1 adalah soal yang tingkat kesulitanya mudah. Pada soal nomor 1 seba
nyak 9 siswa (33,33 %) yang menjawab benar dan 18 siswa (66,70%) menjawab salah.
Dari kesalahan yang dilakukan 8 siswa ( 44,44%) melakukan kesalahan konseptual y
aitu salah menafsirkan konsep operasi perkalian dan pembagian, penjumlahan dan
pengurangan bilangan, 4 siswa ( 22,22%)melakukan kesalahan prosedural yaitu sal
ah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa ( 16,7%) salah karena ti
dak melanjutkan proses penyelesaian dan 3 siswa ( 16,7%) tidak mengerjakan soal
karena tidak mengerti proses penyelesaian soal.
Berikut adalah jawaban dari siswa:

Berdasarkan jawaban siswa diatas :


langkah 1
langkah 2
7 langkah 3
langkah 4
= 20 langkah 5
Jadi, = 20 dan langkah 6
Analisis Langkah Langkah Penyelesaian Siswa
Dari jawaban siswa langkah ke 3 sampai dengan 6 yaitu siswa menjawab
7
= 20
Jadi, = 20 dan
Seharusnya siswa menjawab 6
9
= 1
x = 1 dan y = 2
Dalam pengerjaanya siswa diatas, siswa melakukan kesalahan prosedural dalam oper
asi bilangan yaitu kesalahan dalam mengalikan sehingga salah dalam menentukan ni
lai Alasan siswa menjawab seperti diatas adalah karena siswa kurang teliti dalam
pengerjaannya.
Hal ini seperti Cuplikan wawancara dengan siswa sebagai berikut:
P : Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1 ?
S : (Menuliskan sesuatu pada kertas) seperti ini bu peneyelesaiannya .
6
9
= 1
P: kemarin kamu menjawab tidak begitu ?
S: saya jawab begitu kok bu benar ?( siswa tidak percaya)
P: ini jawaban kamu pada saat tes .
S: Oh...iy maaf bu, itu mungkin saya kurang teliti yang sebenarnya saya kali
6 tapi kali 7 .
Dari cuplikan wawancara diatas siswa sebenarnya sudah paham dalam mengerjakan so
al nomor 1. Hanya siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal, sehingga siswa mel
akukan kesalahan prosedural dalam proses penyelesaiannya. Kesalahan ini dilakuka
n oleh 1 siswa dengan nomor absen 5. Dapat disimpulkan bahwa siswa diatas sebena
rnya sudah faham dalam mengerjakan soal nomor 1. Hanya siswa kurang teliti menge
rjakan soal, sehingga siswa melakukan kesalahan prosedural dalam proses penyeles
aiannya.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
langkah 1
langkah 2
langkah 3
langkah 4
langkah 5
langkah 6
langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa pada langkah ke-3 sampai 7 yaitu siswa menjawab
= 2, Seharusnya siswa menjawab
6
9
= 1
Jadi, x = 1 dan y = 2
Dalam pengerjaannya siswa tidak menggunakan teorema sehingga kesalahan ini dapat
disebut kesalahan konseptual. Kesalahan ini disebabkan siswa kurang faham terha
dap konsep pengerjaan soal. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya siswa belum faham
dalam menentukan himpunan penyelesaian. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 siswa de
ngan nomor absen 1.

Berikut adalah jawaban siswa:


Berdasarkan jawaban siswa diatas:
langkah 1
langkah 2
langkah 3
Untuk mencari nilai x, kita eliminasi y
x 6 6x + 18 y = 42 langkah 4
3x 18 y = - 33 langkah 5
9x = 75 langkah 6
X = langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-6 dan ke-7 yaitu siswa menjawab 9x = 75
x = , seharusnya siswa menjawab; 9
= 1
Jadi, x
= 1 dan y = 2
Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang paham dan masih binggung terhadap kons
ep pengurangan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu . (dan menunjukkan jawaban yang dit
ulis dikertasseperti jawaban diatas).
P: Apakah kamu yakin dengan jawaban ini ?
S: Saya tidak tau bu, kayaknya benar .
P: (peneliti sambil menunjukkan jawaban tes siswa) kenapa kok 9x = 75 dari mana?
S: Oh iy bu, saya binggung, apakah dikurangi atau di jumlahkah, terus gimana bu c
aranya yang benar ? (siswa kembali bertanya kepada peneliti).
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) begini
x 6 6x + 18 y = 42
3x 18 y = - 33
9x =
75
x =
S: (Diam sambil berfikir) oh iy bu, sekarang saya sudah faham bu,trima kasih bu .
Dari cuplikan wawancara diatas siswa kurang faham dan masih binggung dalam memah
ami konsep pengurangan,perkalian dan pembagian. Hal ini menyebabkan siswa melaku
kan kesalahan konseptual. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 orang siswa dengan nomo
r absen 23.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
langkah 1
langkah 2
langkah 3
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa pada langkah ke-3, siswa tidak melanjutkan pengerjaannya. Hal ini
dilakukan oleh siswa karena kurang dapat membagi waktu dalam mengerjakan soal se
hingga ketika waktu akan habis, siswa baru menyelesaikan soal nomor 1. Dapat dis
impulkan bahwa siswa diatas sebenarnya dapat mengerjakan soal dengan benar tetap
i karena waktunya sudah habis sehingga siswa tidak dapat menyelesaikannya. Hal i
ni disebabkannya siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesalahan ini dilakukan 2
siswa dengan nomor absen 18 dan 21.
Seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 1 .
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu . (dan menunjukkan jawaban yang ditu
lis dikertas seperti jawaban diatas) .
, Bu jawaban saya sampai disini kemarin .
P: Kenapa kamu tidak melanjutkan pengerjaannya
S: Saya sudah kehabisan waktu bu, pada saat saya mengerkan soal nomor 1 waktunya
tinggal 2 menit bu
P: (peneliti menanyakan lagi,berarti kalau masih ada waktu pasti kamu bisa menyel
esaiakan ya ?
S: iy bu,
P: Kamu kurang membagi waktu dengan baik, kamu menghabiskan waktu di soal-soal ya
ng lain, nanti kalau ada ulangan atau ujian kamu harus pintar membagi waktu dan
usahakan mengerjakan soal-soal yang di anggap muda .
S: iy bu, trima kasih bu
Soal Nomor 2
Tentukan Himpunan Penyelesaian Sistem Persamaan Linier berikut dengan mengguna
kan grafik!
Soal nomor 2 adalah soal yang tingkat kesulitanya mudah. Pada soal nomor 2 seba
nyak 20 siswa (74,07%) yang menjawab benar dan 7 siswa (25,92%) menjawab salah.
Dari kesalahan yang dilakukan 4 siswa (57,14%) melakukan kesalahan konseptual y
aitu salah menafsirkan konsep operasi perkalian dan pembagian, penjumlahan dan
pengurangan bilangan, 3 siswa
(57,14%)melakukan kesalahan prosedural yaitu salah dalam memahami dan mencermat
i perintah soal, 3 siswa (42,85%) salah karena tidak melanjutkan proses penyeles
aian.
Berikut adalah jawaban dari siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
Penyelesaian:
x
5
0
Y
0
5
X
- 3
0
Y
0
-3

Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:


Langkah pertama siswa dalam menuliskan kembali soalnya sudah melakukan kesalahan
.yaitu siswa menulis yang seharusnya 2x + 2y = 6. Dari penyelesaian tersebut s
iswa mengalami kesalahan yaitu siswa kurang teliti dalam membaca soal dan perint
ah soal.
Berikut adalah wawancara peneliti dengan siswa:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2 ?
S: Seperti ini bu, (sambil menunjukan yang ditulis dikertas seperti jawaban diat
as).
P: apakah kamu yakin dengan jawaban ini?
S: Tidak tahu bu, seperti begitu
P: Menyuruh untuk melihat kembali soal. (sambil menunjukan kertas jawaban yang i
a kerjakan kemarin)
S: ya ampun keliru bu, pantasan beda bu, karena soal salah tulis yang
sebenarnya 6 tapi saya tuliskan menjadi -6.
P: andaikan tidak keliru dalam menuliskan soalnya, apakah kamu bisa mengerjakan?
S: iya bu, saya bisa mengerjakan
P: ingat, nanti lain kali sebelum mengerjakan cermati baik-baik dulu soal sehin
gga tidak mengalami kesalahan lagi.
S: iya bu, trima kasih bu, maaf bu ya.
Dari cuplikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam membaca soal. Hal ini
menyebab siswa melakukan kesalahan konseptual karena kurang ketelitian dalam men
cermati perintah soal. Kesalahan dilakukan oleh siswa dengan nomor absen 24.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
Penyelesaian:
X
3
0
y
0
3
Garis x + y = 5 melalui (5,0) dan (0,5) langkah 1
x
3
0
y
0
3
Garis 2x + 2y = 6, melalui ( 3,0) dan (0,3) langkah 2

(0,4) langkah 3
(0,5)

(2,0)
Pada gambar diatas x + 2y 0, 2x + y 3 : 0,
saling berpotongan dititik (2,0)HP : { (2,0)} langkah 4
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa diatas, pada langkah pertama salah karena . Siswa menjawab p
ersamaannya x + y =3, melalui (3,0) dan (0,3),
Seharusnya persamaannya adalah garis x + y = 5 melalui (5,0) dan (0,5). Dan lan
gkah ke-3 dan ke-4 salah dalam membuat grafiknya dan menentukan himpunan penyele
saiannya. Sehingga kesalahan ini disebut kesalahan konseptual. Kesalahan ini ter
jadi karena siswa kurang teliti dan kurang paham dalam proses penyelesaian soal
.
Hal ini seperti yang diungkapkan siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2 ?
S: seperti itu bu, (sambil menunjukjawaban diatas papan) .
P: Kamu yakin dengan jawabanmu ini ?
S: kurang tahu bu, sepertinya begitu.
P: Peneliti menunjukkan jawaban siswa yang dikerjakan kemarin, kemudian peneliti m
enyuruh kerja ulang soal tersebut di papan.
S: Saya tidak bisa mengerjakan bu .
P: Kenapa kamu tidak bisa mengerjakan? Tadi bilangnya bisa mengerjakan
S: saya sudah lupa bu.
P: peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan soal sampai siswa tersebut paham b
enar-benar cara penyelesaian soal. Peneliti memberika saran kepada siswa agar be
lajar yang rajin dan jangan sering bolos kesekolah.
S: Iya bu, trima kasih bu.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa:
langkah 1
langkah 2
langkah 3
langkah 4
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa mulai langkah ke-1 sampai langkah ke-4 salah karena perintah soa
l tidak sesuai dengan jawabnya. Dari penyelesaian tersebut tidak sesuai dengan
teorema sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual.
Berikut adalah wawancara peneliti dengan siswa:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 2 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) seperti ini bu . (kemudian menunjukkan yang dit
ulis dikertas dengan menggunakan metode eliminasi).
P: kenapa kamu mengerjakan soal ini dengan metode eliminisi,
S: saya tidak bu,
P: Kemudian peneliti menyuruh untuk mencermati kembali perintah soal. Dan menjelas
kan bahwa perintah soal itu bukan dengan metode eliminasi tapi menggunakan metod
e grafik .
S: (Diam sambil berfikir) Iya bu saya mengerti .
P: kalau lain kali, sebelum mengerjakan soal cermati baik-baik apa perintah soal
supayanya .
S: Iya bu trima kasih bu .
Dari cuplikan wawancara di atas siswa masih kurang faham terhadap penggunaan teo
rema dan kurang teliti dalam mencermati perintah soal. Hal ini menyebabkan siswa
melakukan kesalahan konseptual.Kesalahan ini dilakuakan oleh siswa dengan nomor
absen 4.
Soal nomor 3
Selesaikan Sistem Persamaan Linier dua Variabel berikut dengan Metode Subsitusi!
Soal nomor 3 adalah soal yang tingkat kesulitannya sedang. Pada soal nomor 3 seb
anyak 3 siswa (11,11%) menjawab benar dan 24 siswa (88,88%) menjawab salah. Dar
i kesalahan yang dilakukan 10 siswa (41,66%) melakukan kesalahan konseptual yait
u salah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan
bilangan dan 5 siswa (20,83%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 7 siswa (33,3
3%) salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa (14,29%) melakuka
n salah dalam operasi perkalian dan pembagian, dan 2 siswa (9,52%) salah karena
tidak melanjutkan proses penyelesaian.
Berikut adalah jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa diatas:


langkah 1
langkah 2
= 29 langkah 3
langkah 4
langkah 5
langkah 6
langkah 7
1/25 langkah 8
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa mulai langkah ke-6 yaitu siswa menjawab
1/25, seharusnya siswa menjawab dan y = -1
Dari penyelesaian siswa di atas tidak sesuai dengan teorema sehingga siswa salah
menafsirkan konsep penjumlahan dan pengurangan. Sehingga siswa melakukan kesala
han konseptual. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang faham terhadap konsep
pengurangan. Hal ini seperti yang diungkapkan siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) seperti ini bu . (kemudian menunjukkan yang dit
ulis dikertas seperti jawaban diatas).
P: Apakah kamu yakin dengan jawaban ini ?
S: Tidak tau bu, sepertinya benar
P: (peneliti mengambil jawaban tes siswa). kenapa 1/25 ini didapat dari mana? .
S: (Diam sambil berfikir) .
P: apa sudah benar cara pengurangannya?
S: Saya tidak tau bu .
P: (peneliti sambil menuliskan pada kertas). kalau yang ada variabel dikumpulkan
di,ruas kiri dan yang tidak ada variabel dibawah ke ruas kanan. Begini cara ke
rjanya .
Jadi, y = -1
S: Oh gitu ya bu?. Saya lupa bu .
P: iya nanti jangan lupa lagi ya tetap ingat dan rajin belajar lagi.
S: Iya bu, trima kasih bu.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa kurang faham dalam bentuk peng
urangan. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan. Kesalahan ini dilak
ukan siswa sebanyak 8 siswa dengan nomor absen 12, 2, 5, 8, 9, 14, 23, 27.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
langkah 1
langkah 2
langkah 3
langkah 4
(Kurangakan kedua ruas dengan 29) langkah 5
langkah 6
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-6 yaitu siswa menjawab seharusnya siswa menjawab
,
, Jadi, y = -1
Dari penyelesaian tersebut tidak sesuai dengan teorema sehingga siswa melakukan
kesalahan konseptual. Berikut adalah wawancara peneliti dengan siswa:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3 ?
S: (kemarin saya mengejakan bukan begini bu .saya tidak tahu bu, (kemudian menunj
ukkan yang ditulis dikertas seperti jawaban kemarin).
P: kenapa kamu mengerjakan seperti ini ?
S: Tidak tau bu
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) Yang benar seperti ini
,
y = -1.bukan dikurangi kedua ruas
S: (Diam sambil berfikir) Iya bu saya mengerti .
Dari cuplikan wawancara di atas siswa masih kurang faham terhadap konsep perkali
an dan pembagian. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual dalam
melakukan operasi pembagian dan perkalian. Kesalahan ini dilakuakan oleh siswa
dengan nomor absen 24.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
x 1 7x + 6y = 29 langkah 1
x7 7x + 14 y = 21 langkah 2
langkah 3
langkah 4
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa diatas siswa mulai langkah ke-1 sudah mengalami kesalahan yai
tu siswa mengerjakan dalam bentuk eliminasi dan siswa tidak mengerjakan sesuai
dengan konsep. Seharusnya siswa mengerjakan terlebih dahulu dalam bentuk sederha
na yaitu pers. 2 disederhanakan, setelah itu disubsitusikan kepers.1. untuk men
entukan hasil akhirnya yaitu HP = {( 5, -1)} Di bawah ini cuplikan wawancara pen
eliti dengan siswa:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3 ?
S: (Saya tidak tahu bu,) .
P: coba kamu ingat kembali apakah benar atau salah pengerjaanmu kemarin ?
S: saya binggung bu, saya tidak tahu apa benar atau salah. bagaimana bu caranya ?(s
iswa bertanya kembali kepada peneliti).
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) Begini, (peneliti menjelaskan proses pe
nyelesaian yang benar dikertas siswa) .
S: (Diam sambil berfikir) O iya bu, terima kasih ya bu .
Dari cuplikan wawancara di atas siswa belum memahami konsep dan kurang trampil d
alam pengerjaannya. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan Konseptua
l. Kesalahan ini dilakukan oleh 1 siswa dengan nomor absen 10
Soal nomor 4
Tentukan HP dari SPLDV berikut ini dengan menggunakan metode Campuran
Soal nomor 4 adalah soal yang tingkat kesulitannya sedang. Pada soal nomor 4 seb
anyak 6 siswa (22,22%) menjawab benar dan 21 siswa (77,77%) menjawab salah. Dar
i kesalahan yang dilakukan 9 siswa (42,85%) melakukan kesalahan konseptual yaitu
salah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan b
ilangan dan 12 siswa (57,14%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 6 siswa (28,5
7%) salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 3 siswa (14,24%) melakuka
n salah dalam operasiperkalian dan pembagian, dan 12 siswa (57,14%) salah karen
a tidak mengerjakan.

Berikut adalah jawaban dari siswa:


Berdasarkan jawaban siswa di atas:
Penyelesaian:
........( pers.1) langkah 1
..........(pers.2) langkah 2
langkah 3
langkah 4
langkah 5
- 50 langkah 6
-25
q = 2 langkah 7
2p 3q = 4 langkah 8
2p 3 + 2 = 4 + 2 langkah 9
p = 6 langkah 10
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa langkah ke-9 yaitu siswa menjawab 2p 3 + 2 = 4 + 2, seharusnya s
iswa menjawab
2p 6 = 4
2p = 4 + 6
2p = 10
P = 10/2 = 5 , HP: {5,2}
Dari penyelesaian tersebut siswa kurang faham konsep pengurangan dan perkalian.
sehingga siswa melakukan kesalahan konseptual.
Berikut adalah wawancara peneliti dengan siswa:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) seperti ini bu . (kemudian menunjukkan yang d
itulis dikertas seperti jawaban diatas).
P: Apakah kamu yakin dengan jawaban ini ?
S: Tidak tau bu
P: (peneliti sambil menulis pada kertas) Yang benar seprti ini
2p 6 = 4
2p = 4 + 6
2p = 10
P = 10/2 = 5 , HP: {5,2} bukan ditambahkan, tapi dikalikan 3 (2) = 6
S: (Diam sambil berfikir) Iya bu saya kurang teliti sebenarnya maksudku begitu di
kalikan .
P: kalau mengerjakan soal serupa harus lebih teliti lagi ya.
S: Iya bu, trima kasih bu ya.
Dari cuplikan wawancara di atas siswa bisa faham untuk mengerjakan soal tapi kar
ena siswa kurang teliti akhir salah dalam mengerjakan. Hal ini menyebabkan siswa
melakukan kesalahan konseptual dalam melakukan operasi pembagian dan perkalian.
Kesalahan ini dilakukan oleh siswa dengan nomor absen 6.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa diatas:
........( pers.1) langkah 1
..........(pers.2) langkah 2
langkah 3
langkah 4
langkah 5
langkah 6
-25
q = 1 langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawabansiswa di atas, siswa salah menuliskan soal kembali, akhi
r dalam proses penyelesaiannya juga salah yaitu kesalahan ini dikarenakan siswa
kurang memperhatikan soal secara baik-baik. Kesalahan ini di sebut kesalahan pro
sedural. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu . (kemudian menunjukkan yang ditulis
dikertas seperti jawaban diatas).
P: mengapa kemarin tidak mengerjakan seperti ini, kemudian peneliti menanyakan ke
mbali apakah tidak ada kekeliruan dalam menuliskan soalnya ya ? coba lihat kemabal
i soalnya
S: oh iy bu, keliru soal
P: (kamu sudah faham ya proses penyelesaiannya)
S: (Diam sambil berfikir) O iya bu, terima kasih ya bu .
Dari cuplikan wawancara diatas siswa bisa mengerjakan soal, tapi karena siswa ku
rang teliti dalam membaca soal dengan baik, sehingga siswa melakukan kesalahan p
rosedural dan kriteria jenis kesalahannya adalah siswa kurang mencermati dan mem
ahami perintah soal. Kesalahan ini dilakukan oleh 2 siswa dengan nomor absen 17
dan 19.
Berikut adalah jawaban dari siswa:
Berdasarkan jawaban siswa di atas:
........( pers.1) langkah 1
..........(pers.2) langkah 2
langkah 3
langkah 4
langkah 5
- 50 langkah 6
-25
q = 2 langkah 7
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-7 benar, tapi cuman siswa
tidak melanjutkan proses penyelesaiannya. Hal ini dilakukan oleh siswa karena ku
rang dapat membagi waktu dalam mengerjakan soal sehingga ketika waktu akan habis
, siswa baru mulai untuk mengerjakan soal nomor 4. Seperti yang diungkapkan oleh
siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 4 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu . (kemudian menunjukkan yangditulis d
ikertas seperti dipapan).
P: Mengapa saat tes kamu tidak menjawab seperti ini ?
S: waktunya kurang bu, akhirnya saya tidak sempat menyelesaikan semua.
P: Kalau andaikan waktu masih bisa, apakah kamu bisa mengerjakan soal tersebut .
S: Iya bisa bu.
P: Lain kali harus pintar membagi waktu ya, agar bisa mengerjakan semuanya .
S: Iya bu, trima kasih bu .
Dari cuplikan wawancara diatas siswa sebenarnya dapat mengerjakan so
al dengan benar tetapi karena waktunya sudah habis sehingga siswa tidak dapat me
nyelesaikannya. Hal ini menyebabkan siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesala
han ini dilakukan oleh 8 orang siswa dengan nomor absen 2, 8, 11, 13, 15, 21,24
dan 27.
Soal nomor 5
Sebuah bilangan terdiri dari dua angka, penjumlahan tiga kali angka puluhan dan
angka satuannya adalah 27, sedangkan selisihnya adalah 5.
Tentukan bilangan berapakan tersebut
Soal nomor 5 adalah soal yang tingkat kesulitannya sukar. Pada soal nomor 5 seba
nyak 9 siswa (33,33%) menjawab benar dan 18 siswa (66,66%) menjawab salah. Dari
kesalahan yang dilakukan 8 siswa (44,44%) melakukan kesalahan konseptual yaitu s
alah menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bil
angan dan 4 siswa (72%) melakukan kesalahan prosedural yaitu 1 siswa (5,5%) sala
h dalam memahami dan mencermati perintah soal, 7 siswa (38,88%) salah karena tid
ak mengerjakan.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa di atas:
Satuan = s
Model matematikanya adalah:
Eliminasi s, maka didapat nilai p
langkah 1
P = 6,25 langkah 2
Untuk p = 6, 25, subsitusikan pada salah satu pers. Sehingga:
langkah 3
langkah 4
langkah 5
Jadi, bilangan tersebut adalah 31, 25 langkah 6

Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:


Dari jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-6 yaitu siswa

P = 6,25 menjawabyang seharusnya siswa menjawab


-
P = 5,5 , untuk p = 5,5 subsitusikanlah pada salah satu pers sehingga:
5,5
Jadi, bilangan tersebut adalah 5,5 dan 0,5
Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang faham terhadap konsep pembagian dan pe
mbagian. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh siswa pada wawancara berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 5 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu . (kemudian menunjukkan yang ditulis
dikertas, jawaban siswa seperti pada saat tes).
P: Mengapa kamu mengerjakan seperti ini?
S: Saya menjawabnya asal-asalan bu, siapa tau benar, salah ya bu? .
P: iya, seharusnya menjawab begini, peneliti menjelaskan cara pengerjaannya di ke
rtasnya.
S: Begitu ya bu?, trima kasih ya bu
Dari cuplikan wawancara diatas siswa tidak memahami konsep perkalian
dan pembagian dalam model matematika, sehingga dalam mengerjakannya tidak sesua
i jawabnya. Hal ini yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan konseptual. Kesal
ahan ini dilakukan oleh 2 siswa dengan nomor absen 3 dan 6.
Berikut adalah jawaban siswa:
Berdasarkan jawaban siswa di atas:
+
langkah 1
P = 8 langkah 2
langkah 3
langkah 4
langkah 5
Jadi, bilangan tersebut adalah 83 langkah 6
Analisis langkah-langkah penyelesaian siswa:
Dari jawaban siswa pada langkah ke-1 sampai ke-6 salah karena siswa menjawab
+
= 8
, seharusnya siswa menjawab
-
P = 5,5 , untuk p = 5,5 subsitusikanlah pada salah satu pers sehingga:
5,5
Jadi, bilangan tersebut adalah 5,5 dan 0,5.
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa, disebabkan siswa kurang terampil dalam perk
alian dan pembagian dalam model matematika. Hal ini berdasarkan cuplikan wawanca
ra peneliti dengan siswa sebagai berikut:
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 5 ?
S: (menuliskan sesuatu pada kertas) begini bu
+
= 8

P: Begitu ya, apa benar


+
= 8?
S: (kemudian siswa mengeceknya dengan mengalikan ulang). Salah bu, ternyata hasil
nya begini bu .
-
= 5,5
P: nanti lain kali kalau ada soal seperti ini kamu teliti baik-baik ya?
S: Iya bu, trima kasih bu .
Dari cuplikan wawancara diatas siswa sudah memahami konsep perkalian dan pembagi
an, hanya saja siswa kurang teliti dan terampil dalam pengerjaannya. Sehingga da
lam pengerjaan soal nomor 5, siswa melakukan kesalahan prosedural. Kesalahan ini
dilakukan oleh 6 siswa dengan nomor absen 5, 7, 14, 15, 16, dan 17.

4.3 Temuan Penelitian


1. Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas Xe SMA Negeri 01 Kabupa
tan Barat Daya dapat. Meliputi dua jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa yai
tu sebagai berikut:
a. Kesalahan konseptual yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan dalam me
nafsirkan dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan, dan pengura
ngan.
b. Kesalahan prosedural yang dilakukan oleh siswa yaitu:
Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
Kesalahan dalam menuliskan soal dalam proses penyelesaiakan
Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengura
ngan.
Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaian
Kesalahan karena kurang bisa membagi waktu.
Tabel deskripsi jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa:
NO.
NAMA SISWA
L/P
NO SOAL
KET
1
2
3
4
5
1.
ADRIANA KAKA
P
a

2.
ANDREAS KAKA
L

e,f
3.
ANENSA SUSANTI A.KAKA
P
a
c,d

4.
ARDINATAW. RANGGA
L
e

5.
DANIEL BALI MEMA
L

e,f

6.
DANIEL NDARA KALI
L
e,f

h
7.
DANIEL RENDI KAKA
L
b

8.
DESTIANA DEBORA RATO
P

9.
DOMINGGUS KAKA
L
a,f

g
10.
HENDRIKUS TARI DENDO
L
e,f

c
11.
ELFIANA DITA HAGHU
P

12.
HERMANUS RA MONE
L

13.
KATRINA HAKOLA
P
a,g
D

14.
LUKAS KATODA
L

15.
LUKAS MONE
L

a,f
16.
MARGARETHA KAKA
P

h
a,g

j
17.
MARIA DAWA
P

18.
MARIA KAKA
P

f
19.
MARTA KAKA
P

20.
MARTA INNA DAWA
P
c
21.
MARTINUS RENDI TARI
L

22.
MINCE KAKA
P

h,i

23.
OKTAVIANUS KAKA
L

24.
RINCE KALLI GHOBA
P

25.
SISILIA SARANCE KAKA
P

a,g

26
WELEM WORA KAKA
L
h

27
YULIANA BORA KAKA
P
h,i
Keterangan:
a. Salah dalam menafsirkan konsep dalam melakukan operasi pembagian, perka
lian, penjumlahan dan pengurangan.
b. Kesalahan karena tidak melanjutkan proses pekerjaan
c. Kesalahan siswa menuliskan soal dalam proses penyelesaian
d. Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
e. Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
f. Kesalahan dalam melakukan perkalian dan pembagian
g. Kesalahan dalam operasi penjumlahan dan pengurangan
h. Kesalahan dalam siswa tidak mengerjakan soal
i. Kesalahan siswa dalam tidak bisa membagi waktu
2. faktor-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa
a. siswa kurang memahami konsep dari sistem persamaan linear dua variabel.
b. Kurang terampil dalam operasi perkalian dan pembagian
c. Kurang teliti
d. Kurang faham perintah soal
e. Binggung
f. Siswa kurang bisa membagi waktu dalam mengerjakan soal
4.4 Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas diperoleh hasil b
ahwa siswa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Persamaan Linear Du
a Variabel.
Bentuk-bentuk kesalahan siswa adalah sebagai berikut:
2. Kesalahan Konseptual
Menurut Kostolan (2009:73) kesalahan konseptual adalahkesalahan yang dilakukan d
alam menafsirkan istilah, konsep dan prinsip atau salah dalam menggunakan istila
h, konsep dan prinsip. Kesalahan konseptual yang di lakukan oleh siswa adalah se
bagai berikut:
c. Kesalahan dalam menafsirkan konsep perkalian dan pembagian, penjumlahan
dan pengurangan bilangan.
d. Kesalahan Prosedural
Kesalahan proseduran yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarki
s sistematis untuk menjawab suatu masalah. Kesalahan prosedural yang dilakukan s
iswa adalah:
1. Kesalahan konseptual tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soa
l nomor 1, 2, 3 ,4 dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang
memahami konsep terutama dalam menggunakan bentuk operasi aljabar yaitu operasi
perkalian dan pembagian, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
2. Kesalahan Prosedural
Kesalahan prosedural yaitu kesalahan dalam menyusun langkah-langkah yang hirarki
s sistematis untuk menjawab suatu masalah. Kesalahan prosedural yang dilakukan s
iswa adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaiannya
Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal no
mor 1, 2, 4, dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak melanjut
kan proses penyelesaiannya dikarenakan siswa belum faham dan masih bingung tenta
ng materi yang telah dipelajari, sehingga siswa ragu untuk melanjutkan proses pe
nyelesaiannya. Serta siswa kurang terampil dalam operasi perkalian dan pembagian
. Sebab-sebab siswa tidak melanjutkan proses penyelesaiannya
2. Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal no
mor 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kurang faham dan teliti dalam me
nyelesaikan soal-soal persamaan linear dua variabel dalam penggunaan kehidupan s
ehari-hari. Menurut Sutawijaya (dalam Hawa Siti, 2010:1) memahami konsep saja ti
dak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampi
lan matematika.
3. Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal no
mor 1 dan 2. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak cermat dalam me
mahami perintah soal. Hal ini dikarenakan siswa tidak membaca perintah soal deng
an jelas, dan masih bingung dalam menuliskan himpunan penyelesaian.
4. Kesalahan menuliskan soal dalam proses penyelesaian
Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal no
mor 3 dan 5. Temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang telitidalam proses p
enyelesaian seperti yang telah diungkapkan siswa dalam wawancara. Hal ini dikare
nakan siswa tidak meneliti kembali jawaban yang dikerjakan, sehingga siswa melak
ukan kesalahan dalam proses penyelesaian sesuai dengan penelitian yang telah dil
akukan Muslimah (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal persama
an linier satu variabel adalah siswa kurang teliti dalam mengerjakannya.
5. Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian
Kesalahan ini tampak pada saat siswa melakukan kesalahan pada soal no
mor 1, 2, 3, 4, dan 5. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa melakukan k
esalahan disebabkan siswa kurang teliti dalam perkalian dan pembagian yang melib
at pecahan. Hal ini dikarenakan siswa ingin cepat menyelesaikan jawabannya dan t
idak meneliti kembali jawaban tersebut. Sesuai dengan penelitian yang telah dila
kukan Conney (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaa
n linier dua variabel adalah siswa kurang teliti dalam pengerjaannya.
6. Kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
Kesalahan ini tampak pada siswa melakukan kesalahan pada soal nomor 3
. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa siswa kurang teliti dalam menjumlahkan
atau mengurangi bilangan. Hal ini dikarenakan siswa ingin cepat menyelesaikan
jawabannya dan tidak meneliti kembali jawaban tersebut. Sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan Conney (2009:69) yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan
sistem persamaan linear dua variabel adalah siswa kurang teliti dalam pengerjaa
nnya.
7. Siswa yang tidak mengerjakan soal
Siswa tidak mengerjakan soal pada nomor 4 dan 5. Hasil peneliti menu
njukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengerjakan soal dikarenakan siswa keha
bisan waktu, dalam artian siswa kurang bias membagi waktu dalam mengerjakan soal
yang telah diberikan. Hal ini menunjukkan siswa tidak dapat mengorganisir keter
angan yang telah dimiliki seperti yang telah di ungkapkan Conney yang dikutip Hu
doyo (2009:77) dalam menyelesaikan masalah harus dapat merumuskan dan mengorgani
sasikan keterangan yangtelah dimiliki.
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa masih banyak kesalahan prosedu
ral dalam mengerjakan soal-soal system persamaan linear dua variabel. Hal ini me
nunjukkan bahwa siswa masih banyak latihan soal agar siswa lebih faham dan teram
pil dalam mengerjakan soal. Sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan o
leh siswa.
4.5 Pemberian Solusi
Dari hasil tes beberapa siswa yang menjawab salah, kemudian kesalahan siswa dala
m mengerjakan soal sistem persamaan linear dua variabel yang menjadi subjek pene
litian selanjutnya. Penelitin selanjutnya adalah pemberian solusi terhadap subje
k penelitian pada saat wawancara, berguna untuk mengatasi kesalahan berikutnya d
alam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel.
Pelaksanaan pemberian solusi oleh peneliti adalah sebagai berikut:
5. Peneliti membagikan: materi singkat, contoh soal, soal-soal dan solusiny
a pada waktu penelitian kepada masing-masing siswa. Materi ppada saat pemberian
solusi adalah sistem persamaan linear dua variabel.
6. Melakukan kegiatan inti pada saat siswa diwawancarai dan diberikan solus
i penyeesaian dari soal-soal yang diberikan oleh peneliti.
7. Setelah pelaksanaan pemberian solusi, memberikan tes tulis kepada setiap
induvidu siswa untuk menilai hasil belajar mereka.
8. Melakukan refleksi setelah proses pembelajaran selesai.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dalam kesimpulan ini, peneliti memperoleh simpulan seb
agai berikut:
1. Jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas Xe SMA Negeri 01 Kabupa
tan Barat Daya dapat. Meliputi dua jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa yai
tu sebagai berikut:
a. Kesalahan konseptual yang dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan dalam me
nafsirkan dalam melakukan operasi pembagian, perkalian, penjumlahan, dan pengura
ngan.
b. Kesalahan prosedural yang dilakukan oleh siswa yaitu:
Kesalahan dalam memahami dan mencermati perintah soal
Kesalahan dalam menuliskan soal kembali
Kesalahan dalam menuliskan soal dalam proses penyelesaiakan
Kesalahan dalam melakukan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengura
ngan.
Kesalahan karena tidak melanjutkan proses penyelesaian
Kesalahan karena kurang bisa membagi waktu.
2. Solusi dari menyelesaikan SPLDV adalah usaha untuk memberikan suatu pros
es penyelesaian SPLDV dengan langkah-langkah yang benar. Proses pemberian solusi
setelah siswa mengerjakan soal tes, ditemukan siswa yang melakukan kesalahan da
lam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Setelah itu jawaban
siswa yang salah diklarifikasikan kesalahannya. Beberapa siswa yang melakukan k
esalahan yang sama, kemudian dipilih salah satu yang akan diwawancarai. Kemudian
peneliti memberikan solusi satu persatu siswa.
3. Proporti kesalahan dari 27 siswa yang mengikuti tespada materi persamaan
linear dua variabel adalah 64,29% dari 27 siswa 35, 14 % yang melakukan kesalah
an konsep yaitu salah menafsirkan konsep dalam melakukan operasi perkalian dan p
embagian bilangan, dan kesalahan siswa dalam melakukan operasi penjumlahan dan p
engurangan. Dan 13,51% salah dalam memahami dan mencermati perintah soal, 31,08%
salah dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian, 5,41% salah karena tidak
melanjutkan proses penyelesaian, 10,81% salah menuliskan soal dalam proese peny
elesaian, 2,70% salah dalam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan.
5.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah disimpulkan diata
s, peneliti menyarankan:
1. Melihat kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi p
elajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel disarankan guru bidang studi matem
atika memberikan banyak latihan dan bimbingan dalam menyelesaikan soal-soal.
2. Kepada para siswa, hendaknya selalu giat belajar. Berlatih terus mengerj
akan soal-soal dan tidak malu untuk bertanya tentang materi yang belum dikuasai.
3. Bagi pembaca yang ingin mengadakan penelitian disarankan agar meneliti a
spek-aspek kesalahan lain yang mungkin dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah.
4. Siswa harus benar-benar membagi waktu dalam menyelesaikan setiap soal,
sehingga tidak ada waktu yang tersia-siakan

Anda mungkin juga menyukai