Anda di halaman 1dari 20

PENUNTUN

PRAKTIKUM BIOKIMIA PERTANIAN

DISUSUN OLEH:

TIM PENGAMPU M.K. BIOKIMIA PERTANIAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
SEKAPUR SIRIH

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
Karunia-Nya, Proposal Praktikum Biokimia Pertanian untuk mahasiswa Program Sarjana
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman berhasil diselesaikan.
Proposal praktikum ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai praktikum
biokimia pertanian.
Praktikum merupakan salah satu bagian dari kegiatan akademik yang
diselenggarakan guna membantu dan melengkapi pemahaman mahasiswa terhadap suatu
mata kuliah. Sesuai dengan kurikulum, Mata Kuliah Biokimia Pertanian membutuhkan
praktikum yang terdiri atas beberapa mata acara sebagai kegiatan penunjangnya.
Akhir kata, tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan proposal praktikum ini.

Purwokerto, Maret 2016

Tim Penyusun
ACARA I
KARBOHIDRAT

A. Uji Molisch

1. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa, yang merupakan sifat karbohidrat jika direaksikan dengan asam kuat pekat.

2. Sasaran Belajar
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi karbohidrat melalui uji Molisch.

3. Landasan Teori
Monosakarida apabila dipanaskan dengan asam kuat pekat akan menghasilkan
furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural adalah reaksi dehidrasi atau
pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Furfural atau derivatnya dapat membentuk
senyawa yang berwarna apabila direaksikan dengan -naftol dalam alkohol, sehingga
reaksi ini dapat dijadikan reaksi identifikasi untuk senyawa karbohidrat.
Larutan -naftol dalam alkohol dikenal sebagai pereaksi Molisch. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan monosakarida, kemudian secara hati-hati ditambahkan
asam sulfat pekat, maka akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara lapisan
itu akan terjadi warna ungu (violet) karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dan
-naftol.

4. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas : larutan glukosa 0,02 M, larutan sukrosa
0,02 M, larutan pati 0,7%, pereaksi Molisch, dan larutan asam sulfat pekat. Alat-alat
yang digunakan meliputi : tabung reaksi, pipet tetes, dan batang pengaduk.
5. Cara Kerja
a. Ke dalam 3 tabung reaksi bersih diisi 1 mL larutan glukosa 0,02 M, 1 mL larutan
sukrosa 0,02 M, dan 1 mL larutan pati 0,7%.
b. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 2 tetes pereaksi
Molisch, kemudian dikocok sampai homogen.
c. Ditambahkan dengan hati-hati 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung
reaksi (tidak boleh langsung ke larutan), sehingga terjadi 2 lapisan.
d. Amati timbulnya warna pada batas kedua lapisan tersebut, catat dari ketiga macam
karbohidrat yang diuji manakah yang paling peka terhadap uji Molisch.

B. Uji Iodin

1. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui adanya ikatan antara molekul amilum (pati) dan Iod.

2. Sasaran Belajar
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi karbohidrat, khususnya kelompok
polisakarida dengan uji Iodin.

3. Landasan Teori
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (antara 20 sampai 28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa
bereaksi dengan Iod menghasilkan kompleks berwarna biru kehitaman yang tajam,
sedangkan amilopektin bereaksi dengan Iod membentuk kompleks berwarna merah
keunguan. Warna tersebut ditimbulkan oleh ikatan lemah antara molekul pati dan Iod.
Diperlukan molekul pati yang besar untuk membentuk kompleks ini.
4. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas : larutan glukosa 0,02 M, larutan sukrosa
0,02 M, larutan pati 0,7%, dan pereaksi Iod. Alat-alat yang digunakan meliputi: tabung
reaksi, pipet tetes, dan batang pengaduk.

5. Cara Kerja
a. Ke dalam 3 tabung reaksi bersih diisi 1 mL larutan glukosa 0,02 M, 1 mL larutan
sukrosa 0,02 M, dan 1 mL larutan pati 0,7%.
b. Ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 mL larutan Iodin,
dicampur dengan baik.
c. Amati timbulnya warna, catat dari ketiga macam karbohidrat yang diuji manakah
yang positif terhadap uji Iodin.
ACARA II
LIPID

Bilangan Penyabunan

1. Tujuan
Mahasiswa dapat menetapkan bilangan penyabunan suatu asam lemak netral.

2. Sasaran Belajar
a. Mahasiswa dapat menghidrolisis suatu lemak netral dengan KOH alkoholis menjadi
asam lemak dan gliserol.
b. Mahasiswa dapat menetapkan larutan KOH yang dipakai untuk hidrolisis lemak
netral dengan cara titrasi.
c. Mahasiswa dapat menghitung bilangan penyabunan.

3. Landasan Teori
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan
gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik dari tumbuh-
tumbuhan misalnya kelapa, kelapa sawit, kacang-kacangan maupun dari hewan. Oleh
karena itu setiap jenis lemak berbeda sifatnya. Dengan menganalisis sifat-sifat fisika-
kimia dapat ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap lemak dan minyak
tersebut sebelum digunakan untuk keperluan manusia, misalnya untuk pembuatan
sabun, margarin, dan sebagainya.
Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan
dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh
karena itu proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan.
Jumlah mol basa yang digunakan dalam reaksi penyabunan bergantung pada jumlah
mol asam lemak. Untuk lemak dengan bobot tertentu, jumlah mol asam lemak
bergantung dari panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai
karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sebaliknya apabila rantai
karbon itu panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 gram asam lemak disebut Bilangan Penyabunan.
Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang atau pendeknya rantai
karbon asam lemak atau bobot molekul lemak. Makin kecil bobot molekul lemak,
bilangan penyabunan makin besar.

4. Bahan dan Alat


a. Minyak kelapa
b. KOH alkoholis
c. Larutan HCl standar 0,5 N
d. Indikator Phenolphthalein (PP)
e. Labu erlenmeyer 250 mL

5. Cara Kerja
a. Sebanyak 2,5 gram minyak kelapa dalam 25 mL KOH alkoholis direfluks selama
kurang lebih 30 menit.
b. Bila campuran ini sudah kering berarti penyabunan sudah sempurna.
c. Sebagai blanko digunakan 25 mL KOH alkoholis.
d. Setelah 30 menit, kedua isi erlenmeyer dibiarkan dingin, kemudian ditambah
dengan 0,25 mL larutan indikator PP.
e. Dicatat volume HCl yang dipakai untuk titrasi masing-masing labu erlenmeyer.
f. Perhitungan angka penyabunan :

( ) 0,02805 100

a = volume HCl yang digunakan untuk titrasi minyak kelapa (mL)


b = volume HCl yang digunakan untuk titrasi blanko (mL)
g = bobot minyak kelapa (gram)
ACARA III
PROTEIN

A. Uji Biuret

1. Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi protein dengan reaksi biuret.

2. Sasaran Belajar
Mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya protein dengan warna yang ditimbulkan
oleh pereaksi biuret.

3. Landasan Teori
Protein mempunyai bobot molekul yang tinggi, misalnya albumin telur mempunyai
bobot molekul antara 40.000 sampai 45.000. Komposisi unsur dalam protein terdiri atas
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang-kadang mengandung belerang serta
fosfor. Molekul protein tersusun oleh unit-unit asam amino yang satu sama lain terikat
dalam bentuk ikatan peptida. Apabila protein dihidrolisis, misalnya dengan
menggunakan asam amineral, maka asam-asam amino yang menyusunnya akan
dibebaskan dari molekul-molekul protein tersebut.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya protein, yaitu dengan uji Biuret.
Prinsip uji Biuret adalah reaksi antara gugus amida asam (--CONH2) dalam protein dan
ion Cu2+ dalam suasana alkalis menghasilkan senyawa kompleks berwarna violet.
Makin pekat warna larutan, makin banyak jumlah ikatan peptida dalam protein yang
diuji.

4. Bahan dan Alat


a. Larutan protein
b. Larutan NaOH 2,5 N
c. Larutan CuSO4 0,01 N
d. Tabung reaksi
5. Cara Kerja
a. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL larutan protein dan 1 mL larutan NaOH
2,5 N, kemudian diaduk.
b. Ditambahkan setetes larutan CuSO4 0,01 N dan diaduk lagi sehingga timbul warna
violet.
c. Jika tidak timbul warna, ditambahkan lagi satu atau dua tetes larutan CuSO4 0,01 N
sehingga akan timbul warna violet.

B. Penetapan Kadar Protein secara Spektrofotometri

1. Tujuan
Mahasiswa dapat menetapkan kadar protein secara spektrofotometri berdasarkan
reaksi biuret.

2. Sasaran Belajar
a. Mahasiswa dapat mengukur absorbansi larutan protein yang berwarna violet setelah
direaksikan dengan pereaksi biuret pada panjang gelombang sekitar 600 nm.
b. Mahasiswa dapat membuat kurva standar.
c. Mahasiswa dapat menetapkan kadar protein dalam larutan sampel.

3. Landasan Teori
Uji biuret juga dapat digunakan secara kuantitatif untuk menentukan kadar protein
dalam suatu sampel. Reaksi antara gugus amida (--CONH2) dalam protein dan ion Cu2+
dalam suasana alkalis menghasilkan senyawa kompleks berwarna violet. Intensitas
warna yang diperoleh bergantung pada konsentrasi protein. Makin pekat warna larutan,
makin tinggi konsentrasi protein.
Penetapan kadar protein secara kuantitatif menggunakan alat spektrofotometer sinar
tampak pada panjang gelombang sekitar 540 nm. Sebelum sampel diukur, terlebih
dahulu dibuat kurva baku (standar) hubungan antara konsentrasi protein dan absorbansi.
4. Bahan dan Alat
a. Larutan protein sampel
b. Larutan protein standar
c. Pereaksi Biuret
d. Tabung reaksi
e. Spektrofotometer

5. Cara Kerja
a. Ke dalam 4 buah tabung reaksi berturut-turut dimasukkan 1 mL larutan protein
standar yang mengandung 30, 60, 120 dan 240 g protein per mL.
b. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan 1 mL larutan protein sampel.
c. Ke dalam semua tabung reaksi ditambahkan 4 mL pereaksi Biuret, dikocok dan
didiamkan selama 30 menit.
d. Absorbansi masing-masing tabung diukur dengan spektrofotometer sinar tampak
pada panjang gelombang 600 nm.
e. Dibuat persamaan garis regresi linier hubungan antara kadar protein dan absorbansi.
f. Berdasarkan persamaan regresi tersebut, kadar protein sampel dapat dihitung.

C. Penetapan Kadar Protein dengan Metode Lowry

1. Tujuan
Mahasiswa dapat menetapkan kadar protein dengan metode Lowry

2. Sasaran Belajar
a. Mahasiswa dapat mengukur absorbansi larutan protein yang berwarna biru setelah
direaksikan dengan pereaksi Follin Ciocateu dengan cara spektrofotometri pada
panjang gelombang 600 nm.
b. Mahasiswa dapat membuat kurva standar.
c. Mahasiswa dapat menetapkan kadar protein dalam larutan sampel.
3. Landasan Teori
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu telah
digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951). Reagen folin
ciocalteu dapat mendeteksi residu tirosin dalam protein karena kandungan fenolik
dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan fosfomolibdat, yang
merupakan komponen utama reagen folin ciocalteu, menjadi tungsten dan molibdenum
yang berwarna biru. Sensitifitas dari metode folin ciocalteu mengalami perbaikan
apabila digabung dengan ion-ion Cu.
Warna biru yang muncul pada metode Lowry dapat dibaca pada panjang gelombang
750 nm melalui alat spektrofotometer. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada
kandungan residu tryptophan dan tyrosine dalam protein sample. Keuntungan metode
Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret.

4. Bahan dan Alat


a. Larutan protein sampel
b. Larutan protein standar 5-25 g.mL-1
c. Pereaksi A = 2% Na2CO3 dalam 0,1M NaOH
d. Pereaksi B = 0,5% CuSO4.5H2O dalam 1% Na-K tartrat
e. Pereaksi C = Campuran 50 ml pereaksi A dan 1 ml pereaksi B
f. Pereaksi E = Larutan 1N pereaksi Follin Ciocalteu
g. Tabung reaksi
h. Spektrofotometer
5. Cara Kerja
a. Ke dalam 4 buah tabung reaksi berturut-turut dimasukkan 1 mL larutan protein
standar yang mengandung 30, 60, 120 dan 240 g protein per mL.
b. Ke dalam 1 buah tabung reaksi lain dimasukkan 1 mL larutan protein sampel.
c. Ke dalam semua tabung reaksi ditambahkan 5 mL pereaksi C, dikocok dan
didiamkan pada suhu kamar minimal 10 menit.
d. Ke dalam semua tabung ditambahkan 0,5 ml pereaksi E dan dikocok segera.
e. Sesudah 30 menit atau lebih, Absorbansi masing-masing tabung diukur dengan
spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 600 nm.
f. Dibuat persamaan garis regresi linier hubungan antara kadar protein dan absorbansi.
g. Berdasarkan persamaan regresi tersebut, kadar protein sampel dapat dihitung.
ACARA IV
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM

1. Tujuan
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mengetahui prosedur isolasi enzim papain dari getah buah pepaya dan bromelin
dari buah nenas.
b. Mengetahui aktivitas enzim papain dan bromelin.

2. Sasaran Belajar
a. Mahasiswa dapat melakukan isolasi enzim papain dari getah buah pepaya dan
enzim bromelin dari buah nenas.
b. Mahasiswa dapat membandingkan aktivitas enzim papain dan bromelin pada
berbagai suhu dan waktu.

3. Landasan Teori
Enzim tersusun atas protein. Peran enzim sangat penting bagi kehidupan suatu
organisme. Peran tersebut terkait dengan fungsi enzim yang menjadi biokatalisator bagi
reaksi-reaksi metabolisme di dalam tubuh suatu organisme. Sebagai biokatalisator,
enzim mempercepat berlangsungnya reaksi kimia di dalam sel.
Molekul enzim dapat diisolasi dari berbagai sumber, misalnya getah buah pepaya
(Carica papaya L.) dan buah nenas (Ananas comosus L.). Salah satu enzim yang
terdapat pada getah buah pepaya adalah enzim papain, sedangkan enzim yang terdapat
pada buah nenas adalah bromelin.
Enzim papain dapat diperoleh dengan menyadap getah buah pepaya yang masih
melekat di pohon dengan digores memanjang dari pangkal sampai ujung buah dengan
kedalaman goresan kurang lebih 2 mm. Sementara itu enzim bromelin dapat diperoleh
dengan cara mengekstrak dari daging buah nenas yang masak (kadar tertinggi). Selain
dari daging buah nenas, enzim bromelin terdapat juga diekstrak dari tangkai, kulit,
daun, batang dan bonggol nenas.
4. Bahan dan Alat
A. Bahan
1) Getah buah pepaya muda
2) Alkohol 70%
3) Asam asetat
4) Buah nenas masak
5) Akuades
6) Daging sapi

B. Alat
1) Pisau steril
2) Gelas piala 100 mL
3) Pengaduk gelas
4) Wadah plastik/stainless steel untuk alas pengeringan getah pepaya

5. Cara Kerja
A. Isolasi Enzim Papain
1) Getah buah pepaya muda diambil dengan cara penggoresan buah pepaya muda
menggunakan alat yang sebelumnya sudah dilakukan sterilisasi dengan alkohol
70%.
2) Getah yang keluar dari buah pepaya ditampung dalam wadah (gelas piala).
3) Getah dikeringkan menggunakan oven bersuhu 40oC atau cahaya matahari.
4) Untuk digunakan dalam praktikum, 5 gram enzim papain dilarutkan terlebih
dahulu ke dalam larutan asam asetat 20 ml dan akuades 5 ml.
5) Campuran diaduk hingga papain terlarut secara merata. Campuran siap
digunakan.
B. Ekstraksi Enzim Bromelin
1) Buah nenas yang sudah masak, dikupas.
2) Daging buahnya dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam blender
(penghancur)
3) Buah nenas yang sudah hancur (berbentuk jus) dapat digunakan langsung dalam
praktikum

C. Aktivitas Enzim Papain


1) Aktivitas enzim dilihat melalui pengamatan terhadap kemampuannya
menghidrolisis protein pada daging.
2) Disiapkan dua buah gelas piala. Masing-masing diisi potongan daging berukuran
2x2 cm, lalu ditambahkan larutan enzim papain sebanyak 5 ml.
3) Gelas piala pertama disimpan dalam kulkas (lemari pendingin), sementara itu
gelas piala kedua disimpan pada suhu ruang.
4) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat setiap jam selama 3 jam.

D. Aktivitas Enzim Bromelin


1) Aktivitas enzim dilihat melalui pengamatan terhadap kemampuannya
menghidrolisis protein pada daging.
2) Disiapkan dua buah gelas piala. Masing-masing diisi potongan daging berukuran
2x2 cm, lalu ditambahkan jus nenas sebanyak 2 sendok makan (sampai daging
terendam).
3) Gelas piala pertama disimpan dalam kulkas (lemari pendingin), sementara itu
gelas piala kedua disimpan pada suhu ruang.
4) Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat setiap jam selama 3 jam.
6. Tabel Pengamatan
A. Enzim Papain

No Hasil Pengamatan
Beaker Campuran
Warna Tekstur Aroma
Glass
1 Potongan daging + enzim papain
disimpan dalam kulkas (4-10oC)
Jam ke-0
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3

2 Potongan daging + enzim papain


disimpan dalam suhu ruang (~25oC)
Jam ke-0
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3

B. Enzim Bromelin

No Hasil Pengamatan
Beaker Campuran
Warna Tekstur Aroma
Glass
1 Potongan daging + enzim bromelin
disimpan dalam kulkas (4-10oC)
Jam ke-0
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3

2 Potongan daging + enzim bromelin


disimpan dalam suhu ruang (~25oC)
Jam ke-0
Jam ke-1
Jam ke-2
Jam ke-3
ACARA V
PENGARUH SUHU DAN pH TERHADAP KERJA ENZIM

1. Tujuan
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui pengaruh suhu dan
pH terhadap kerja enzim

2. Sasaran Belajar
a. Mahasiswa dapat melakukan pengujian kecepatan katalasis hidrogen peroksida.
b. Mahasiswa dapat melakukan pengujian pengaruh suhu terhadap kerja enzim.
c. Mahasiswa dapat melakukan pengujian pengaruh pH terhadap kerja enzim.

3. Landasan Teori
Sebagai biokatalisator yang disusun atas protein, kerja enzim dipengaruhi suhu dan
derajat keasaman (pH). Suhu dapat menyebabkan kinerja enzim menjadi melambat atau
terhenti. Hal ini terkait dengan pengaruh suhu pada struktur tiga dimensi atau
konformasi protein enzim terutama pada sisi katalitik enzim. Suhu yang tidak sesuai
dengan kondisi optimum menyebabkan terdenaturasinya struktur tiga dimensi protein
enzim.
pH lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan muatan gugus-gugus asam amino
sehingga dapat mempengaruhi muatan pada sisi katalitik enzim. Oleh karena itu untuk
dapat melakukan aktivitas secara maksimal, enzim harus bekerja pada pH optimum. pH
optimum bekerjanya enzim bergantung enzim yang bersangkutan.

4. Bahan dan Alat


A. Bahan
1) Potongan kentang berbentuk silinder (tebal 1 mm)
2) Hidrogen peroksida (H2O2)
3) Akuades
4) Buffer pH 7
5) Larutan NaOH
6) Larutan HCl
B. Alat
1) Tabung reaksi
2) Cawan petri
3) Waterbath
4) Termometer
5) Pipet tetes
6) Penggaris

5. Cara Kerja
A. Uji kecepatan katalasis hidrogen peroksida
1) Disiapkan cawan petri berisi akuades.
2) Ke dalam cawan petri diletakkan potongan kentang
3) Disiapan 3 buah tabung reaksi. Tabung 1 dan 2 diisi larutan hidrogen peroksida
20%, sedangkan tabung 3 diisi dengan akuades.
4) Setiap tabung reaksi diatur sehingga memiliki pH 7 dan suhu 25oC.
5) Pada tabung 1 dan 3 diletakkan potongan kentang yang diambil dari cawan petri.
6) Pada tabung 2 dimasukkan potongan kertas.
7) Gelembung udara yang terbentuk sebagai hasil katalisis hidrogen peroksida oleh
enzim katalase dalam kentang.

B. Uji pengaruh suhu terhadap kerja enzim


1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi.
2) Setiap tabung diisi larutan hydrogen peroksida 20%.
3) Setiap tabung diatur sehingga memiliki pH 7
4) Tabung 1 diletakkan pada suhu 0oC, tabung 2 pada suhu 20oC, tabung 3 pada
suhu 40oC, tabung 4 pada suhu 60oC.
5) Tinggi dan jumlah gelembung udara yang terbentuk diamati. Semakin tinggi dan
banyak gelembung udara yang terbentuk, semakin cepat laju kerja enzim.
6) Dibuat grafik, hasil uji dengan variasi suhu sebagai sumbu x dan tinggi
gelembung udara sebagai sumbu y.

C. Uji pengaruh pH terhadap kerja enzim


1) Disiapkan 4 buah tabung reaksi.
2) Setiap tabung diisi larutan hidrogen peroksida 20%.
3) Setiap tabung diatur sehingga memiliki pH yang berbeda. Tabung 1 memiliki pH
2, tabung 2 memiliki pH 4, tabung 3 memiliki pH 7, dan tabung 4 memiliki pH 8.
4) Tinggi dan jumlah gelembung udara yang terbentuk diamati. Semakin tinggi dan
banyak gelembung udara yang terbentuk, semakin cepat laju kerja enzim.
5) Dibuat grafik, hasil uji dengan variasi pH sebagai sumbu x dan tinggi gelembung
udara sebagai sumbu y.
ACARA VI
ASAM NUKLEAT

1. Tujuan
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penampakan asam
nukleat dari bagian tanaman

2. Sasaran Belajar
Mahasiswa dapat melakukan isolasi molekul DNA dari sel tanaman.

3. Landasan Teori
Asam nukleat merupakan polimer yang disusun atas molekul-molekul nukleotida
yang satu sama lain terhubung dengan ikatan fosfodiester. Asam nukleat (DNA)
memiliki peran vital dalam kehidupan karena di dalamnya terdapat kode atau informasi
genetik yang diturunan dari satu generasi ke generasi berikutnya. DNA merupakan
cetak biru dibentuknya molekul penting lain sel, yaitu protein, baik berupa protein
struktural (penyusun sel) maupun protein enzim.
Setiap molekul nukleotida penyusun DNA terdiri atas tiga molekul berbeda, yaitu
gula deoksiribosa, senyawa fosfat, dan basa nitrogen. Basa nitrogen pada DNA terdiri
atas adenine,guanine, sitosin, dan timin.
Pada sel tanaman, DNA terdapat pada bagian inti sel. Untuk dapat mengisolasi
molekul DNA dari sel, terlebih dahulu harus menghancurkan dinding sel dan membran
sel. Cara penghancuran dinding sel dapat dilakukan dengan bahan kimia ataupun secara
fisik dengan mortar dan pestle pada kondisi beku dengan bantuan nitrogen cair. Tepung
sel yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan pada beberapa bahan kimia lalu
disentrifugasi untuk memisahkan supernatan yang mengandung DNA dari pengotor lain
sel.
4. Bahan dan Alat
A. Bahan
1) Bunga kol/brokoli
2) Garam
3) Detergen
4) Alkohol 96%
B. Alat
1) Mortar dan pestle
2) Gelas ukur
3) Gelas piala
4) Pipet
5) Saringan
6) Tabung reaksi

5. Prosedur Kerja
a. Ditimbang bunga kol/brokoli sebanyak 5 g
b. Ditumbuk sampai halus dengan mortar dan pestle
c. Ditambahkan 50 ml akuades
d. Ditambahkan garam : detergen dengan perbandingan : 1, 1 : 1, 1 :
e. Didiamkan selama 15 menit
f. Campuran disaring, diambil 2,5 ml untuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
g. Ke dalam tabung reaksi ditambahkan 5 ml alkohol 96%
h. Perubahan yang terbentuk diamati

Anda mungkin juga menyukai