a. Anamnesis Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengumumkan satu kasus baru H5N1 yang telah dikonfirmasi oleh Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes. Kasus atas nama KK (perempuan, 8 tahun) warga Kota Cimahi, Jawa Barat. Pada tanggal 18 Juni 2016 kasus mulai mengalami demam, tanggal 19 Juni kasus pergi berlibur ke Singapura dan keesokan harinya berobat didokter praktek swasta, didiagnosa radang tenggorokan. Pada tanggal 24 Juni kembali ke Jakarta. Tanggal 25 Juni kasus berobat ke RS. D Kota Cimahi dengan keluhan panas lebih dari satu minggu, muntah, batuk, tidak nafsu makan dan didiagnosa febris dan penurunan kesadaran dan hasil foto toraks ada Bronchopneumonia Duplex. Tanggal 26 Juni pulang paksa, lalu berobat ke RS. S Jakarta Barat, keadaan kasus semakin memburuk kemudian dipasang ventilator dan masuk ICU, pada tanggal 28 Juni dirujuk ke RSP dengan diagnosa suspek Flu Burung, pada tanggal 29 Juni hasil pemeriksaan sampel oleh Litbangkes(BTDK) Positif H5N1.Kondisi kasus semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 3 Juli 2016 pukul 22.45 WIB. Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah kasus, lingkungan sekitar, pasar dan RS tempat kasus dirawat sebelum dirujuk ke RS rujukan FB (RSP). Didapatkan kemungkinan faktor risiko yaitu kontak dengan unggas karena sebelumnya (tgl 12 Juni) kasus pergi ke pasar bersama ayah dan kakaknya, membeli 5 ekor ayam hidup dimana kasus ikut memilih ayamnya dan dipotong di tempat pemotongan unggas (TPU), kasus juga turut memegang ayam yang sudah dipotong tersebut. Setiap hari kasus ke sekolah melewati pasar baru Karawang yang ada penjual unggasnya. Pada tanggal 9 Agustus 2016 Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengumumkan satu kasus baru H5N1 yang telah dikonfirmasi oleh Pusat Biomedis dan Teknologi dasar Kesehatan, Balitbangkes. Kasus atas nama AW (Laki-laki, 37 tahun) warga Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan seorang wiraswasta. Tanggal 24 Juli 2016 timbul gejala demam tinggi, keesokan harinya kasus berobat rawat jalan ke RS PR. Karena demam tingginya menetap dan kasus mulai batuk-batuk, tanggal 27 Juli 2016 kasus kembali berobat ke RS PR dan akhirnya dirawat. Dalam perawatan RS PR, demam makin meninggi disertai batuk-batuk dan sesak, sehingga pada tanggal 29 Juli 2016 kasus kemudian dirujuk ke RS B dan dipasang ventilator. Keadaan kasus semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 2016 jam 12.05 WIB. Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan sekitar oleh Tim Terpadu Kemenkes, Dinas Kesehatan setempat, Dinas Peternakan Kab. Sleman dan Petugas PDSR provinsi DIY, Dinas Pertanian provinsi DIY, didapat kemungkinan faktor risiko yaitu kontak lingkungan dengan adanya burung hias ditempat kerja dan sekitar 50 meter dari rumah kasus terdapat tempat pemotongan ayam, puyuh dan bebek serta terdapat pula peternakan masyarakat di lingkungan rumah kasus. Dengan bertambahnya satu kasus ini, jumlah kumulatif flu burung di Indonesia sejak tahun 2005 sampai berita ini disiarkan adalah 191 kasus dengan 159 kematian.