Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

SKENARIO

1.1 Laporan Kasus


a. Anamnesis
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan mengumumkan satu kasus baru H5N1 yang telah dikonfirmasi oleh
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Balitbangkes.
Kasus atas nama KK (perempuan, 8 tahun) warga Kota Cimahi, Jawa Barat. Pada
tanggal 18 Juni 2016 kasus mulai mengalami demam, tanggal 19 Juni kasus pergi berlibur ke
Singapura dan keesokan harinya berobat didokter praktek swasta, didiagnosa radang
tenggorokan. Pada tanggal 24 Juni kembali ke Jakarta. Tanggal 25 Juni kasus berobat ke RS.
D Kota Cimahi dengan keluhan panas lebih dari satu minggu, muntah, batuk, tidak nafsu
makan dan didiagnosa febris dan penurunan kesadaran dan hasil foto toraks ada
Bronchopneumonia Duplex. Tanggal 26 Juni pulang paksa, lalu berobat ke RS. S Jakarta
Barat, keadaan kasus semakin memburuk kemudian dipasang ventilator dan masuk ICU, pada
tanggal 28 Juni dirujuk ke RSP dengan diagnosa suspek Flu Burung, pada tanggal 29 Juni
hasil pemeriksaan sampel oleh Litbangkes(BTDK) Positif H5N1.Kondisi kasus semakin
memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada tanggal 3 Juli 2016 pukul 22.45 WIB.
Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah kasus, lingkungan sekitar, pasar
dan RS tempat kasus dirawat sebelum dirujuk ke RS rujukan FB (RSP). Didapatkan
kemungkinan faktor risiko yaitu kontak dengan unggas karena sebelumnya (tgl 12 Juni)
kasus pergi ke pasar bersama ayah dan kakaknya, membeli 5 ekor ayam hidup dimana kasus
ikut memilih ayamnya dan dipotong di tempat pemotongan unggas (TPU), kasus juga turut
memegang ayam yang sudah dipotong tersebut. Setiap hari kasus ke sekolah melewati pasar
baru Karawang yang ada penjual unggasnya.
Pada tanggal 9 Agustus 2016 Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengumumkan satu kasus baru H5N1
yang telah dikonfirmasi oleh Pusat Biomedis dan Teknologi dasar Kesehatan, Balitbangkes.
Kasus atas nama AW (Laki-laki, 37 tahun) warga Prambanan, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan seorang wiraswasta. Tanggal 24 Juli 2016
timbul gejala demam tinggi, keesokan harinya kasus berobat rawat jalan ke RS PR. Karena
demam tingginya menetap dan kasus mulai batuk-batuk, tanggal 27 Juli 2016 kasus kembali
berobat ke RS PR dan akhirnya dirawat. Dalam perawatan RS PR, demam makin meninggi
disertai batuk-batuk dan sesak, sehingga pada tanggal 29 Juli 2016 kasus kemudian dirujuk
ke RS B dan dipasang ventilator. Keadaan kasus semakin memburuk dan akhirnya meninggal
dunia pada tanggal 30 Juli 2016 jam 12.05 WIB.
Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah penderita dan lingkungan
sekitar oleh Tim Terpadu Kemenkes, Dinas Kesehatan setempat, Dinas Peternakan
Kab. Sleman dan Petugas PDSR provinsi DIY, Dinas Pertanian provinsi DIY, didapat
kemungkinan faktor risiko yaitu kontak lingkungan dengan adanya burung hias ditempat
kerja dan sekitar 50 meter dari rumah kasus terdapat tempat pemotongan ayam, puyuh dan
bebek serta terdapat pula peternakan masyarakat di lingkungan rumah kasus.
Dengan bertambahnya satu kasus ini, jumlah kumulatif flu burung di Indonesia sejak
tahun 2005 sampai berita ini disiarkan adalah 191 kasus dengan 159 kematian.

Anda mungkin juga menyukai