Assalamualaikum Sahabat Tabrani! Pada bulan ini terdapat salah satu hari penting dalam dunia
kesehatan, yaitu pada tanggal 25 April yang merupakan Hari Malaria Sedunia (HMS). Peringatan
HMS ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kebijakan program pencegahan dan pengendalian Malaria,
sekaligus menjadi momentum guna menggalang kekuatan dan sumber daya guna mewujudkan
Indonesia Bebas Malaria pada 2030. Oleh karena itu kali ini kami akan membahas mengenai Penyakit
malaria.
Menilai daerah endemis malaria dapat diketahui melalui angka Annual Paracites
Incidence (API). API adalah jumlah kasus positif malaria per 1.000 oenduduk
dalam satu tahun. Tren API secara nasional mengalami penurunann dari tahun
2011 ( 1,75) sampai tahun 2015 (0,85) . Hal ini membuktikan keberhasilan
pemerintah dan masyarakat mengendalikan penyakit malaria.
Pada gambar, dapat kita ketahui bahwa parasit Plasmodium fase merozoit yang
keluar dari skizon hati yang pecah, menginfeksi sel darah merah dan
berkembang menjadi fase tropozoit. Sel darah merah yang terinfeksi (skizon)
tersebut akan pecah dan mengeluarkan banyak merozoit sehingga menimbulkan
demam. Siklus ini berulang selama 2-3 hari sampai merozoit tersebut
menginfeksi sel darah merah lainnya atau berkembang menjadi gametosit
jantan dan betina yang akan terhisap oleh nyamuk.
1. Demam dengan selang hari setiap 2-3 hari tergantung jenis malarianya.
Demam diiringi dengan menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot.
2. Anemia diakibatkan Plasmodium yang menginfeksi sel darah merah.
3. Pembesaran organ limpa.
4. Pembesaran organ hati.
5. Riwayat bepergian ke wilayah endemis malaria 1-4 minggu sebelumnya.
6. Tinggal di daerah endemis malaria.
Pada kasus malaria berat, dapat ditemukan :
1. Gangguan kesadaran
2. Keadaan lemah ( tidak sanggup duduk atau berdiri)
3. Kejang
4. Demam sangat tinggi (>400 C)
5. Perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna.
6. Sesak nafas
7. Muntah terus menerus
8. Buang air kecil (BAK) warna teh pekat
9. BAK sedikit hingga tidak ada BAK
10.Telapak tangan sangat pucat.
3. Menggunakan pakaian atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh dari
gigitan nyamuk.
Sumber :
1. AA. NGR. GD. Jaya. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kaus Malaria di
Indonesia. Direktorat Jenderal pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI.
2. Anonim. 2016. Malaria. Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Diunduh dari file:///C:/Users/bpjs/Downloads/InfoDatin-Malaria-
2016.pdf