Anda di halaman 1dari 3

Rambu-Rambu Dalam Manhaj Tarbiyah Nabawiyah (bag.

2)
Selasa, 25 September 2012 oleh Redaksi | Edit artikel
Oleh : Al Ustadz Abu Abdirrahman M.P.I
Keempat, al-Tarbiyah bi al-Ahdats (Tarbiyah dengan Peristiwa dan Kejadian)
Merupakan sesuatu yang mudah menyampaikan materi yang bermacam-macam kepada oran
g lain dengan analisa dari beberapa sisi. Namun pengaruh materi yang disampaikan
nya seandainya memiliki pengaruh maka hal itu hanya temporal dan terbatas.
Adapun Nabi shallallahu alaihi wa sallam selain memberikan taujih pada setiap kes
empatan, ia pun menyempurnakan tarbiyahnya melalui peristiwa dan kejadian, sehin
gga ia menempatkan para sahabatnya pada kondisi tertentu kemudian memberikan tau
jih kepadanya.
Ketika Abu Bakr mengadu kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat berada dala
m gua kemudian Nabi mengatakan kepadanya: Janganlah kamu menyangka bahwa kita ber
dua, bahkah Allahlah yang ketiganya.
Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berad
a di medan perang, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh? kemudian Nabi menjawab
dengan jawaban yang menghujam relung hatinya sampai ia mati syahid. Dari Jabir b
in Abdullah semoga Allah meridhainya- ia bercerita: sesorang bertanya kepad Nabi
shallallahu alaihi wa sallam ketika perang Uhud, Bagaimana pendapatmu jika aku ter
bunuh, dimanakah aku berada? Nabi bersabda, Di surga. Keudian ia membuang beberapa
kurma yang ada pada tanggannya lalu berperang sampai akhirnya terbunuh. (HR.Buk
hari 4046).
Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat kepada Ali bin Abi Thalib semo
ga Allah meridhainya- tentang dakwah dan mengingatkan keutamaannya, kapan? ketik
a mengutusnya untuk berdakwah.
Dari Sahl bin Sa ad semoga Allah meridhainya- ia berkata: berkata Nabi shallallahu a
laihi wa sallam bersabda pada perang Khaibar: Aku akan berikan panji besok kepada
seseorang dimana kemenangan melalui kedua tanganya, Allah dan Rasul-Nya mencint
anya dan ia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Kemudian orang-orang tidur sambil ber
tanya-tanya siapa yang akan diberikan. Ketia esok hari setiap orang berharap dib
erikan panji tersebut, lalu Nabi bersabda: Dimana Ali? . Ia sedang sakit matanya, ja
wab seseorang. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan ludah pada k
edua matanya dan mendoakannya kemudia ia sembuh seakan-akan tidak pernah mengala
mi sakit. Setelah itu Nabi menyerahlan panji tersebut kepadanya. Ali bin Abi Tha
lib berkata: aku perangi mereka sampai mereka seperti kita? kemudian Nabi shallalla
hu alaihi wa sallam bersabda: Tenanglah sampai engkau tiba di tempat mereka, kemudi
an ajaklah mereka kepada Islam dan ajarkan mereka dengan apa yang Allah wajibkan
kepada mereka. Demi Allah sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada seseoran
g dengan perantaraanmu maka itu lebih baik dari unta merah . (HR. Bukhari no. 3009
dan Muslim).
Bagaimanakah pendapat anda bahwa jika taujihat tersebut disampaikan kepada para
sahabatnya sedangkan mereka duduk-duduk di rumah-rumah mereka apakah ada pengaur
uh yang membekas? Sesungguhnya tarbiyah seperti inilah yang akan melahirkan gene
rasi yang sungguh-sungguh beramal, tidaklah generasi itu ditarbiyah dengan hany
a sekedar taujih yang kering, karena ilmu dan amal hidup bersama-sama.
Kelima, al-Ikhtiyar wa al-Ishthafa (Memilah dan Memilih)
Tarbiyah disampaikan kepada setiap individu umat seluruhnya bagaimanapun keduduk
an mereka, agama disampaikan untuk seluruhnya muda, tua, laki-laki dan wanita.
Namun, dakwah membutuhkan kepada orang yang mengembannya dan orang yang siap den
gan segala bentuk resiko-resiko. Dakwah membutuhkan orang-orang tertentu yang di
pilih dan ditarbiyah dengan perhatian yang khusus.
Oleh karena hal ini sangat nampak dalam sirah Nabi shallallahu alaihi wa sallam d
an tarbiyah yang dilakukannya terhadap para shahabatnya, maka dapat ditemukan pe
ristiwa-peristiwa dalam sirah yang berulang-ulang menyebutkan kibar shahabat Nab
i shallallahu alaihi wa sallam seperti Abu Bakar dan Umar diantara apa-apa yang d
iwahyukan bahwa mereka adalah orang-orang yang secara khusus dipersiapkan dan di
tarbiyah.
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhainya keduanya- ia bercerita: Aku berdiri pada k
erumunan orang-orang kemudian mereka mendo akan Umar bin Khathab ketika ia dibarin
gkan di atas tempat tidurnya. Ketika itu ada seseorang dibelakangku yang meletak
anya sikunya pada pundakku seraya berkata: Semoga Allah merahmatimu, aku berharap
Allah menjadikan engkau bersama kedua shahabatmu karena aku sering mendengar Ras
ulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda: Aku, Abu Bakar dan Umar, aku melakukan
itu bersama Abu Bakar dan Umar, Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar. Saya berh
arap Allah menjadikan engkau bersama kedua shahabatmu. Lalu akua menoleh ke bela
kang maka orang itu adalah Ali bin Abi Thalib. (HR.Bukhari no. 3677 dan Muslim no
.2389).
Diantaranya kisah Abu Hurairah ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam menugaska
n menjaga pintu kemudia Abu Bakar meminta ijin untuk masuk Nabi berkata: Ijinkanla
h dan berilah kabar gembira dengan surga, kemudia Umar meminta ijin, kemudian Uts
man .. (HR. Bukhari no.3674 dan Muslim no.2403)
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam naik ke atas bukit uhus bersama Abu Bakar, Umar dam
Utsman. Tiba-tiba bukit uhud menggoncangkan mereka kemudian Nabi berkata: Tenang
lah wahai Uhud karena di atasmu ada seorang Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid. (
HR. Bukhari no 3675).
Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah semoga Allah meridhainya- bah
w aNabi shallallahu alaihi wa sallam di atas gua Hira bersama Abu Bakar, Umar, Uts
man, Ali, Thalhah dan Zubair kemudian batu bergoncang lalu Nabi shallallhu alaihi
wa sallam bersabda: TEnanglah Karen diatasmu ada seorang Nabi, shiddiq dan syahid
. (HR Muslim 2417).
Salah seorang shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghikyatkan kepada ki
ta tentang taujih khusus bagi mereka ketika Nabi membai at mereka pada satu urusan
dimana kebanyakan orang tidak memberikan bai at kepadanya.
Dari Auf bin Malik al-AsyjaiI semoga Allah meridhainya- ia bercerita: Kami bersama R
asulullah shallallhu alihi wa salllam sekitar Sembilan atau delapan atau tujuh or
ang, kemudian Nabi bersabda: Apakah kalian tidak berbai at kepada Rasulullah? Dan kam
i baru saja berbai at kepadanya. Lalu kami menjawab: Kami sudab berba iat kepadamu wah
ai Rasulullah. Nabi bertanya lagi: Apakah kalian tidak berbai at kepada Rasulullah? K
ami pun menjawab: Kami sudah berba iat kepadamu wahai Rasulullah. Kemudian ia berta
nya lagi: Apakah kalian tidak berbai at kepada Rasulullah?. Auf bin Malik berkata: Kami
mengulurkan tangan kami dan berkata: Kami sudah berbai at kepadamu wahai Rasulullah
, atas apa lagi kami harus berbai at kepadamu? . Nabi menjawab: Beribadahlah kalian ha
nya kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apap pun, shalat lima
waktu dan taat ia membisikkan suat ucapan- dan janganlah kalian meminta bantuan
apa pun kepada orang lain. Maka aku melihat sebagian mereka (yang berbai at) jika p
ecut salah diantara mereka jatuh maka ia tidak meminta untuk mengambilkannya. (H
R Muslim no. 1402).
Hal ini tidak berlaku umum bagi para shahabat Nabi semoga Allah meridhai mereka s
emua- akan tetapi khusus untuk sebagian mereka. Maka sebagian shahabat Nabi shal
lallahu alaihi wa sallam meminta bantuan dan memberikan bantuan kepada mereka nam
un tidaklah terlarang bagi mereka untu meminta bantuan.
Berdasarkan hal ini Nabi tidak membolehkan meminta bantuan bagi shahabat-shahaba
t tertentu sebagaimana ia membolehkan bagi shahabat-shahabat yang lainnya, sebag
aimana Nawwas bin Sam an semoga Allah meridhainya- meriwayatkan, ia bercerita, Aku t
inggal bersama Rasulullah shalllallahu alaihi wa sallam di Madinah selam satu tah
un tidak ada yang menghalangiku untuk berhijrah kecuali bertanya. Salah seorang
diantara kami jika berhijrah tidak bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu. I
a berkata: kemudian aku bertanya kepadanya tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah
menjawab: Kebaikan itu akhlak yang baik dan dosa itu apa-apa yang mmbuat dirimu t
idak tenang dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya. (HR.Muslim no.2553).
Keenam, al-Tadarruj (Bertahap)
Sesungguhnya sisi-sisi yang menjadi tuntutan tarbiyah dan perbaikan jiwa manusia
baik kualitas dan kuantitas yang tidak dapat diwujudkan dalam waktu dan usaha
tertentu merupakan perkara yang sulit dan dapat ditolerir.
Berdasarkan hal ini, maka bertahap merupakan rambu penting dalam ramabu-rambu ta
rbiyah Nabi. Nabi menyeru manusia pertama kali dengan keyakinan dan tauhid kemud
ian memerinthkan mereka dengan kewajiban-kjewajiban kemudian seluruh perintah.
Dalam masalah jihad, mereka diperintahkan untuk menahan diri, kemudian memerangi
orang-orang yang memerangi mereka kemudian memerangi orang-orang kafir dan meme
rangi manusia seluruhnya. Demikian pula dengan tahapan dalam pengharaman khamr,
pembolehan nikah mut ah kemudian diharamkan dan seterusnya.
Namun, ada satu sisi yang sangat penting selain kita menyakini prinsip pentahapa
n, yaitu apa yang secara nash syar i diharamkam maka tidak boleh kita menghalalkan
nya dan apa yang secara nash syar i wajib maka kita tidak boleh menggugurkannya ba
gi orang lain. (bersambung)

Anda mungkin juga menyukai