PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak
dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura).
Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap
serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/
renjatan.
DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak
pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi
pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan
tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun pada
wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda
meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun,
proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.
1
BAB 2
LAPORAN KASUS
Sdr. T, laki-laki usia 17 tahun, bertempat tinggal di Padang RT2 RW2 Sumberagung
Sukodadi Lamongan, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan (RSML) pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2017 pukul 17.03 WIB (rujukan dari
Puskesmas Sukoaji Lamongan). Pasien datang ke IGD RSML dengan keluhan muntah darah
pada hari ini sebanyak 2x, berwarna hitam menggumpal. Riwayat BAB darah - . Saat ini pasien
merasa lemas dan nyeri tekan pada ulu hati + . Pasien mengeluh nyeri kepala, nyeri persendian
tangan dan kaki, dan terdapat ptekie pada leher, tangan dan perut. Riwayat mimisan + 2x SMRS,
riwayat gusi berdarah + 2 hari SMRS. Pasien sempat dirawat di Puskesmas Sukoaji Lamongan
selama 3 hari dengan keluhan panas. Pasien sudah pernah diberikan terapi infus RL sebanyak 6
Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak memiliki hipertensi, tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus, tidak memiliki riwayat gagal ginjal, tidak memiliki riwayat gastritis, tidak
pernah sakit demam berdarah, tidak pernah sakit typhoid, dan tidak ada alergi obat. Pasien tidak
pernah opname sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat sosial, pasien siswa kelas 2 SMA. Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu,
dan adik pasien. Pasien anak pertama, adik pasien berusia 7 tahun. Lingkungan SD banyak
nyamuk.
composmentis, GCS 456, tekanan darah 118/78 mmHg, frekuensi nadi 111x/menit, suhu badan
36.9C, frekuensi nafas 22x/menit. Pada pemeriksaan kepala dan leher didapatkan ptechie.
2
Pemeriksaan dada tidak didapatkan kelainan, pergerakan dindang dada saat bernafas simetris dan
tidak ditemukan retraksi. Perkusi paru kanan dan kiri sonor. Tidak terdengar ronchi dan
wheezing di seluruh lapang paru. Bunyi jantung S1S2 tunggal, murmur-, gallop-. Pada
pemeriksaan abdomen tampak flat, ptekie, pada auskultasi terdengar bising usus normal, pada
palpasi hepar dan lien tidak teraba besar, pada perkusi abdomen terdengar timpani, terdapat nyeri
tekan di epigastrium. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat, kering, dan merah.
Terdapat anemis, tidak edem, dan tidak ikterus. Pada pemeriksaan kulit tampak ptekie pada
hematokrit 43.4%, eritrosit 4.96 juta sel/mm3, lekosit 3.4 sel/mm3 dengan komposisi neutropil
58.3 %, limposit 16.2%, monosit 22.0%, eosinopil 2.1%, basofil 1.4%. MCV 87.50fl, MCH
28.00pg, MCHC 32,00 g/dL, MPV 7fl, RDW 14%, Trombosit 10.000 keping/mm3, LED 1 4,
LED 2 11, SGOT 211 u/l, SGPT 55 u/l, Anti Dengue Ig G hasil : positif, Anti Dengue Ig M
hasil : negatif.
3
Pemeriksaan foto thorax AP tidur tidak ditemukan kelainan.
pemeriksaan radiologis, maka dapat ditegakkan diagnosis hematemesis dan dengue hemorrhagic
fever. Pasien ini mendapatkan terapi O2 nasal 3 lpm, infus Asering loading 1000cc asering
2000cc/24 jam, injeksi Na metamizole 3x1 gr, injeksi pantoprazole 2x40 mg, injeksi asam
traneksamat 3x500 mg, injeksi ondansetron 8 mg prn muntah, drip cernevit 1 amp/hari, pro trf
Prognosis pasien ini secara quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam dubia ad
bonam, quo ad sanationam dubia. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga tentang
penyakit dan perjalanannya, etiologi, tujuan pengobatan yang dilakukam, komplikasi, serta
prognosis.
Tanggal 15 Januari 2017, mengeluh lemah dan muntah darah sebanyak 2x, pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien 114/87 mmHg, suhu 36,7, RR 18x/menit, nadi
4
89x/mnt, didapatkan pemeriksaan laboratorium DL pukul 12:59 : leukosit 3.4, neutropil 58.3,
limposit 16.2, monosit 22.0, eosinopil 2.1, basofil 1.4, eritrosit 4.96, hb13.9, hct 43.4, MCV 87.5,
MCH 28.0, MCHC 32.0, RDW 14, trombosit 10, MPV 7, LED 1 4 , LED 2 11 , anti Dengue IgG
positif, anti Dengue IgM negatif, SGOT 211, SGPT 55, dilanjutkan transfusi trombosit 10 kolf,
dan terapi dilanjutkan. Pada pukul 23:33 didapatkan pemeriksaan laboratorium DL: leukosit 7.3,
neutropil 60.2, limposit 16.3, monosit 19.3, eosinopil 2.6, basofil 1.6, eritrosit 3.81, hb10.8, hct
33.6, MCV 88.2, MCH 28.3, MCHC 32.1, RDW 14, trombosit 149, MPV 6, LED 1 3 , LED 2 7,
Tanggal 16 Januari 2017 pasien mengeluh BAB lembek hitam, nyeri perut, dan tidak
mual, tekanan darah pasien 108/69 mmHg, suhu 36,3, RR 18x/menit, nadi 96 x/menit, dan
melanjutkan terapi sebelumnya, didapatkan pemeriksaan laboratorium DL: leukosit 4.8, neutropil
64.5, limposit 14.2, monosit 18.6, eosinopil 1.8, basofil 0.9, eritrosit 3.75, hb10.6, hct 32.5, MCV
86.7, MCH 28.3, MCHC 32.6, RDW 13, trombosit 16, MPV 7, LED 1 - , LED 2 - , PT 11.3,
aPTT 36.4, anti IgM Salmonella -2, Serum Elektrolit: K serum 3.8, Na serum 135, Cl serum 104,
Serum Kreatinin 1, dilanjutkan transfusi trombosit 10 kolf, dan terapi dilanjutkan. Pada 18:14
didapatkan pemeriksaan laboratorium DL: leukosit 5.3, neutropil 52.4, limposit 18.6, monosit
26.3, eosinopil 1.3, basofil 1.4, eritrosit 3.87, hb10.7, hct 33.6, MCV 86.8, MCH 27.6, MCHC
31.8, RDW 14, trombosit 30, MPV 6, LED 1 4, LED 2 11, dan terapi dilanjutkan.
Tanggal 17 Januari 2017, mengeluh muntah darah berkurang, nyeri pada ulu hati + , pada
pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien 94/62 mmHg, suhu 36,2, RR 18x/menit, nadi
97x/mnt, didapatkan pemeriksaan laboratorium DL: leukosit 6.2, neutropil 39.9, limposit 20.1,
monosit 35.8, eosinopil 2.5, basofil 1.7, eritrosit 3.86, hb10.7, hct 33.2, MCV 86.0, MCH 27.7,
5
MCHC 32.2, RDW 14, trombosit 16, MPV 8, LED 1 6 , LED 2 12, dilanjutkan transfusi
Tanggal 18 Januari 2017, mengatakan bahwa sudah tidak ada keluhan. tekanan darah
pasien 101/63 mmHg, suhu 35.8, RR 18x/menit, nadi 74x/menit, dilakukan pemeriksaan leukosit
7.1, neutropil 48.2, limposit 21.1, monosit 25.4, eosinopil 4.0, basofil 1.3, eritrosit 3.68, hb10.4,
hct 31.9, MCV 86.7, MCH 28.3, MCHC 32.6, RDW 14, trombosit 96, MPV 6, LED 1 6, LED 2
12, SGOT 303, SGPT 180, HbsAg - , anti HCV -, dan terapi dilanjutkan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak
dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura).
Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap
serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/
renjatan.
Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan sakit
kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya. Demam
berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis
utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang
belakang, sakit perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali
dan pada kasus berat disertai tanda tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok
yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue (DSS) dan
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod
Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya
dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai
7
daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya
KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang
paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang terdapat dalam tubuh nyamuk Aedes
aegepty (betina). Virus ini termasuk famili Flaviviridae yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45
mm. Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia,
virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber
penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam
(masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah
akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu
minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah
yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke
orang lain. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
8
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang. Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00.
Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu
individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia
yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga
nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan
inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
Bionomik vektor adalah tata cara atau perilaku vektor. Vektor penyakit DBD adalah
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki kemampuan jarak terbang sejauh 40-100 meter dan
tidak dapat hidup diatas ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut dan kurang dapat
berkembang biak dengan baik didaerah bersuhu rendah. Pada dasarnya dalam kehidupan nyamuk
terdapat 3 macam tempat yang dibutuhkannya, yaitu tempat untuk beristirahat (resting places),
tempat untuk mendapatkan makanan (feeding places), dan tempat untuk berkembang biak
(breeding places). Tempat berkembang biak nyamuk aedes berupa genangan air yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah, jernih dan gelap baik yang berada di dalam ruangan
ataupun di luar ruangan. Dalam kehidupan di air, perkembangan nyamuk aedes dari telur sampai
mencapai nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-14 hari, yaitu 2-3 hari untuk perkembangan
dari telur menjadi jentik, 4-9 hari dari jemtik menjadi pupa, 1-2 hari dari pupa menjadi nyamuk
dewasa. Berdasarkan kesenangan untuk mendapatkan darah, nyamuk aedes biasanya menggigit
manusia pada pukul 09.00-10.00 pagi dan antara pukul 16.00-17.00 petang.
3.4 Patofisiologi
9
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural)
kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti
berkembangbiak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam
genangan air lainnya. Virus memasuki tubuh ke manusia melalui gigitan nyamuk menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan
replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan
memasuki sirkulasi (viremia), yang pada saat itu manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala
panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia maka tubuh akan memberi reaksi.
Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berbeda,
dimana perbedaan reaksi akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan
perjalanan penyakitnya. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh terhadap keberadaan virus dengue
Mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil, kulit berupa gejala ruang
(rash).
Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah darah dan
10
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma atau
cairan darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala asites dan rongga
selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1
dan 2 saja maka orang tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk
reaksi terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan masa inkubasi
antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut atau suhu meningkat tiba-tiba,
sering disertai menggigil, saat demam pasien compos mentis. Gejala klinis lain yang sangat
menonjol adalah terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat
penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa:
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis lain yang tidak
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
11
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot tulang dan sendi, nyeri
otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh
dan pergerakan bola mata terasa pegal.Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara
terus-menerus dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik-
bintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu
hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh,
panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau
keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak
mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi
pengukur yang dipasang pada lengan di atas siku; tekanan ini diusahakan
pada sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi
12
c. Pembesaran hati (hepatomegali).
d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
2. Kriteria Laboratorium
lebih.
spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau
perdarahan lainnya.
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi
dengue, meliputi :
13
-Uji Serologis
Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaaan serologi untuk penderita
DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada pemeriksaan serologi penderita DBD
dibandingkan pemeriksaan serologi lainnya seperti ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi,
dan sebagainya. Apapun jenis uji yang dilakukan, konfirmasi serologis sudah pasti bergantung
pada kenaikan yang signifikan (4 kali lipat atau lebih) pada antibodi spesifik dalam sampel
serum diantara fase akut dan fase pemulihan. Kumpulan antigen untuk sebagian besar uji
Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian
b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit).
Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena
14
a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Anak-anak : 33 38 vol %
c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi
darah.
Pencegahan penyakit DBD nyamuk penularnya harus diberantas (Aedes aegypti) sebab
vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara cepat memberantas nyamuk Aedes aegypti
pemberantasan nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat berkembang biaknya dirumah-
rumah dan di tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai saat ini. Cara penggunaan
15
malation adalah dengan pengasapan (thermal fogging), atau pengabutan (cold fogging). Ada juga
insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk yakni abate. Cara penggunaan bubuk
abate adalah dengan menaburkan bubuk abate pada tempat yang menjadi sarang nyamuk.
Sedangkan PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, menguras bak mandi,
tempayan minimal seminggu sekali, karena perkembangan nyamuk memerlukan waktu 7-10
hari. Selanjutnya menutup tempat penampungan air rapat-rapat dan langkah terakhir dari 3M
16
BAB IV
RINGKASAN
Sdr. T, laki-laki usia 17 tahun, bertempat tinggal di Padang RT2 RW2 Sumberagung
Sukodadi Lamongan, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan (RSML) pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2017 pukul 17.03 WIB (rujukan dari
Puskesmas Sukoaji Lamongan). Pasien datang ke IGD RSML dengan keluhan muntah darah
pada hari ini sebanyak 2x, berwarna hitam menggumpal. Riwayat BAB darah - . Saat ini pasien
merasa lemas dan nyeri tekan pada ulu hati + . Pasien mengeluh nyeri kepala, nyeri persendian
tangan dan kaki, dan terdapat ptekie pada leher, tangan dan perut. Riwayat mimisan + 2x SMRS,
riwayat gusi berdarah + 2 hari SMRS. Pasien sempat dirawat di Puskesmas Sukoaji Lamongan
selama 3 hari dengan keluhan panas. Pasien sudah pernah diberikan terapi infus RL sebanyak 6
Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak memiliki hipertensi, tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus, tidak memiliki riwayat gagal ginjal, tidak memiliki riwayat gastritis, tidak
pernah sakit demam berdarah, tidak pernah sakit typhoid, dan tidak ada alergi obat. Pasien tidak
pernah opname sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat sosial, pasien siswa kelas 2 SMA. Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu,
dan adik pasien. Pasien anak pertama, adik pasien berusia 7 tahun. Lingkungan SD banyak
nyamuk.
composmentis, GCS 456, tekanan darah 118/78 mmHg, frekuensi nadi 111x/menit, suhu badan
17
36.9C, frekuensi nafas 22x/menit. Pada pemeriksaan kepala dan leher didapatkan ptechie.
Pemeriksaan dada tidak didapatkan kelainan, pergerakan dindang dada saat bernafas simetris dan
tidak ditemukan retraksi. Perkusi paru kanan dan kiri sonor. Tidak terdengar ronchi dan
wheezing di seluruh lapang paru. Bunyi jantung S1S2 tunggal, murmur-, gallop-. Pada
pemeriksaan abdomen tampak flat, ptekie, pada auskultasi terdengar bising usus normal, pada
palpasi hepar dan lien tidak teraba besar, pada perkusi abdomen terdengar timpani, terdapat nyeri
tekan di epigastrium. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat, kering, dan merah.
Terdapat anemis, tidak edem, dan tidak ikterus. Pada pemeriksaan kulit tampak ptekie pada
hematokrit 43.4%, eritrosit 4.96 juta sel/mm3, lekosit 3.4 sel/mm3 dengan komposisi neutropil
58.3 %, limposit 16.2%, monosit 22.0%, eosinopil 2.1%, basofil 1.4%. MCV 87.50fl, MCH
28.00pg, MCHC 32,00 g/dL, MPV 7fl, RDW 14%, Trombosit 10.000 keping/mm3, LED 1 4,
LED 2 11, SGOT 211 u/l, SGPT 55 u/l, Anti Dengue Ig G hasil : positif, Anti Dengue Ig M
pemeriksaan radiologis, maka dapat ditegakkan diagnosis hematemesis dan dengue hemorrhagic
fever. Pasien ini mendapatkan terapi O2 nasal 3 lpm, infus Asering loading 1000cc asering
2000cc/24 jam, injeksi Na metamizole 3x1 gr, injeksi pantoprazole 2x40 mg, injeksi asam
traneksamat 3x500 mg, injeksi ondansetron 8 mg prn muntah, drip cernevit 1 amp/hari, pro trf
Prognosis pasien ini secara quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam dubia ad
bonam, quo ad sanationam dubia. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga tentang
18
penyakit dan perjalanannya, etiologi, tujuan pengobatan yang dilakukam, komplikasi, serta
prognosis.
Demam Berdarah Dengue memiliki prognosis yang buruk apabila tidak ditatalaksana
dengan cepat dan tepat, akan tetapi prognosis akan baik apabila penatalaksanaan dilakukan
secara tepat. Pada pasien ini prognosis baik, karena selama perawatan menunjukkan perbaikan
kondisi. Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan perjalanannya,
DAFTAR PUSTAKA
2. WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
19