1.ANAMNESIS
Identitas : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, status
Keluhan utama (penurunan kesadaran disertai kejang)
Sudah berapa lama mengalami penurunan kesadaran?
Apakah pasien tidur terus, berbicara kacau?
Bagaimana tipe kejang yang dialami pasien? Kapan terjadi
kejang? Sudah berapa kali?
Riwayat penyakit sekarang
Apakah ada demam? Bagaimana pola demam? Sudah
demam berapa lama?
Apakah ada nyeri kepala? Jika ada, nyeri seperti apa? Apakah
sifatnya mendadak atau bertahap?
Pada saat apa nyeri di kepala berkurang atau bertambah?
Apakah pasien mengalami muntah? Jika ada apakah
muntahya menyembur atau tidak?
Apakah pasien pernah mengeluh kaku dileher atau
kelemahan di anggota gerak?
Pemeriksaan neurologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes fungsi ginjal, tes fungsi liver, elektrolit serum, dan glukosa darah
sewaktu normal
Diagnosis banding
1. Meningitis kronik
Perlangsungannya lebih dari 4 minggu. Penyakit ini dimulai akut, subakut,
kronik dengan gejala demam, nyeri kepala, nyeri punggung, suhu tubuh
biasanya tidak begitu meningkat, photopobia, malaise, gelisah, tidak enak
badan, nausea, muntah. Tanda-tanda rangsangan meningeal positif. Nadi
stabil, sering dijumpai nadi yang lambat. Abdomen tampak cekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-
saraf ini. Yang sering terkena adalah N III dan VII. Tanda khas penyakit ini
adalah apatis, reflek pupil yang lambat, dan reflek-reflek tendon yang
lemah. Terjadinya atrofi otak dapat menimbulkan gejala sisa berupa
demensia dan perubahan perilaku. Secara khusus dibagi menjadi 3
stadium
a. Stadium I : adanya tanda penyakit umum seperti demam, anoreksia,
sefalgia, gelisah, malaise, mual,muntah, dan iritable. Kesadarannya
baik
b. Stadium II : tanda-tanda pada stadium I di sertai dengan tanda adanya
rangsang meningen dan kelainan neurologi seperti gangguan saraf
otak, hemiplegi, kejang disertai penurunan kesadaran.
c. Stadium III : penurunan kesadaran ditandai dengan suhu tubuh yang
tidak teratur dan semakin tinggi serta gangguan pernafasan dalam
bentuk cheynes stokes atau kusmual. Didapati juga ganguan miksi.
Analisa CSS dari lumbal fungsi : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya
Hasil laboratorium umumnya :
Tekanan lumbal pungsi : bervariasi
Kadar glukosa rendah < 50 mg/dL
Warna CSS : Jernih/Xantocrom/Ground glass apperance/sarang laba-
laba
Jumlah sel MN > PMN 10-300/mm3
Limfosit predominan
Protein > 40 mg/dL
2. Meningitis virus
Tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa
normal, protein menurun, kultur biasanya negatif.
Hasil laboratorium umumnya
Tekanan lumbal pungsi : umumnya normal
Kadar glukosa umumnya normal
Warna CSS : Jernih
Jumlah sel < 100/mL Predominan MN
Limfosit predominan
Protein : normal atau meningkat
3. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subaraknoid disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau
malformasi arteri vena yang perdarhannya masuk ke rongga subaraknoid,
sehingga menyebabkan caira serebrospinal (CSS) terisi oleh darah. Darah
di dalam CSS akan menyebabkan vasospasme sehingga menimbulkan
gejala sakit kepala hebat yang mendadak.
Gejala gejalanya : Sakit kepala yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya
dan berat. Nyeri muka atau mata. Penglihatan ganda. Tanda-tanda
vital,sekitar setengah dari pasien perdarahan subaraknoid memiliki
peningkatan tekanan darah ringan sampai sedang.
Sering terjadi pada dekade 3-5 dan 7. Didapati juga tanda rangsang
meningeal yang positif.
Tingkatan PSA
a. Grade I-nyeri kepala ringan dan atau tanpa rangsang meningeal
b. Grade II-nyeri kepala hebat dan pemeriksaan non fokal, dengan atau
tanpa dilatasi pupil
c. Grade III-perubahan ringan pada pemeriksaan neurologis, termasuk
status mental
d. Grade IV-penekanan tingkat kesadarann atau defisit fokal
E. Grade V-posturisasi atau koma
4. Abses otak
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-
gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia
homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang
kurng baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum
ventrikel.
Abses pada lobus temporalis selain menyebabkan gangguan
pendengaran dan pengecapan di dapatkan disfasi, defek penglihatan
kuadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. Gangguan motorik
terutama wajah dan anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses
ke dalam lobus frontalis relatif aimptomatiks, berlokasi terutama di daerah
anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik. Abses
serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan
gangguan kordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri, dan nistagmus.
Abses batang otak jarang sekali terjadi biasanya berasal hematogen dan
berakibat fatal.
Pad pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan mengevaluasi
status mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis,
refleks patologis, dan juga tanda rangsang meningeal.
Pemeriksan motorik sendiri melibatkan penilaian dari integritas
sistem musculoskeletal dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal
dari anggota gerak, ataupun kelumpuhan yag sifatnya bilateral atau
tunggal.
Pada pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan darah
perifer yaitu pemeriksaan leukosit dan laju endap darah, di dapatkan
peningkatan leukosit dan laju endap darah. Pada pemeriksaan CSS pada
umumnya memperlihatkan gambaran yang normal. Bisa juga di dapatkan
kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam
batas normal atau sedikit berkurang, kecuali bila terjadi perforasi dalam
ruangan ventrikel.
Pemeriksaan EEG penting untuk mengetahui lokasi abses dalam
hemisfer.
5. Neoplasma intrakranial
Massa tumor primer atau sekunder dalam rongga intracranial yang
menimbulkan efek desak ruang akut atau kronis dan atau gejala fokal
neurologis tergantung dari letak massa tumor tersebut.
Neoplasma intrakranial menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial melalui dua mekanisme dasar yaitu :
a. Penambahan volume otak oleh jaringan neoplasma sehingga
akan terjadi :
o Tekanan oleh massa neoplasma
o Tekanan oleh edema serebri
b. Mekanisme obstruksi pada
o Obstruksi aliran CSS
o Obstruksi sistem vena
o Obstruksi absorbsi CSS
4. EPIDEMIOLOGI
Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang
setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi memperlihatkan
bahwa meningitis virus lebih sering sering terjadi sekitar 10,9 per 100.000
orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi yaitu 45,8% per 100.000 orang setiap
tahun . Afrika-Sub Sahara sudah mengalami epidemic meningitis
meningokokus yang luas selama lebih dari satu abad, epidemic biasanya
terjadi pada musim kering (desember juni). Angka serangan dari 100-
800 kasus per 100.000 orang terjadi di daerah ini, yang kurang terlayani
oleh fasilitas pelayanan medis.
Virus Mumps
Jamur :
Pada grup usia ini meningitis dapat disebabkan oleh semua agen
termasuk bakteri, virus,jamur, Mycoplasma, dan Ureaplasma.
Bakteri penyebab yang tersering sepertiStreptococcus grup B,
E.Coli, Listeria, bakteri usus selain E.Coli ( Klebsiella,
Serratiaspesies, Enterobacter), streptococcus lain, jamur,
nontypeable H.influenza, dan bakterianaerob. Virus yang sering
seperti Herpes simplekx virus (HSV), enterovirus
danCytomegalovirus.
b. 3 bulan 5 tahun
c. 5 tahun dewasa
6. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik kasus
7. PATOFISIOLOGI
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan
telinga tengah yang normal dilewati, sehingga memungkingkan infeksi
menjalar ke struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa
kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran napas, mampu
melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua yaitu
dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh ,
maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium
akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang
relative tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah kedalam, ke tulang
temporal, maka akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila
kearah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus
lateralis, meningitis dan abses otak.
8. PENATALAKSANAAN
Meningitis Kompetensi dokter layanan primer 3B
Primary Survey
o Bebaskan jalan nafas
o O2 via nasal canule
o IV ine NS 0.9% 20gtts/menit
Antibiotik
o Terapi Empirik Sefalosporin (Generasi 3) dan Vancomycin
Ceftriaxone 1-2 gr / qD IV minimal 7 hari, untuk
pemberian 14-21 hari
Vancomycin 750-1000 gr/ qD IV
o Antibiotik kemudian disesuaikan dengan hasil kultur, tes
sensitivitas, dan Skin Test
Kortikosteroid untuk menurunkan respon inflamasi pada
meningen
o Dexamethasone 10 mg/q6h IV selama 4 hari
Antikejang
o Diazepam 2-10 mg/q6-12h PO/IV
Proton Pump Inhibitor untuk mencegah Stress-Induced Gastritis
o Lansoprazol 30 mg/qD PO
o Pantoprazol 40 mg/qD IV
Antipiretik dan Analgesik
o Parasetamol 500 mg/q8h PO atau 650 mg/q8h IV max.4000
mg/hari
Konsul ke bagian Penyakit Dalam, THT, Rehabilitasi Medik, Saraf.
Pada beberapa kasus dengan meningitis bakteri yang parah atau onset
dari penyakit cukup cepat, kematian dapat diperkirakan sekitar 90%. Jika
pasien tersebut dapat bertahan, walaupun dengan pengobatan yang baik,
efek gangguan jangka panjang dapat terjadi, yaitu penurunan
pendengaran, kejang, kelumpuhan maupun kebutaan
Namun, apabila penyebab dari penyakit pasien itu berasal dari virus,
kesembuhan dapat diperkirakan 7-10 hari.
KOMPLIKASI
Pencegahan
- Untuk anak di bawah usia 5 tahun, vaksin ini bisa bertahan 1-3
tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi selama 3-5 tahun
- Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 11-55
tahun, biasanya diberikan pada jamaah haji dan tidak dianjurkan
dijadikan sebagai imunisasi rutin.
Cara terbaik untuk mencegah meningitis adalah dengan menerima
vaksinasi yang tersedia. Tetapi karena penyakit ini bisa dibilang jarang,
vaksinasi meningitis belum termasuk dalam jadwal vaksin wajib di
Indonesia.
3 dosis, interval 6 - 8
2 - 6 bulan 1 dosis, 12 - 15 bulan
minggu
2 dosis, interval 6 - 8
7 - 11 bulan 1 dosis, 12 - 15 bulan
minggu
2 dosis, interval 6 - 8
12 - 23 bulan
minggu
KESIMPULAN :
Laki-laki, 27 tahun, masuk RS karena penurunan kesadaran
disertai kejang 2 hari sebelum MRS didiagnosis dengan meningitis
akut. Dengan prognosis apabila ditangani dengan pengobatan
yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko kematian.