Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan kekuatan, berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan paper ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di SMF Paru RSUD dr.Pirngadi Medan.
Penyusunan paper ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis menyampaikan
terima kasih kepada para dokter dan staf yang telah membantu dan membimbing
selama proses pendidikan di SMF Paru ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.6. Diagnosis...............................................................................................7
2.7. Penatalaksanaan...................................................................................10
2.8. Pencegahan..........................................................................................17
Kesimpulan.................................................................................................18
RUJUKAN 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
BAB II
ISI
TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium Tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan
adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya
adalah penderita Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).
2.2 Epidemiologi
2
Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberculosis pada tahun
2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu
625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.
Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk,
dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat
kasus TB yang muncul.
2.3 Klasifikasi
3
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M.tuberculosis positif.
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
4
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau penderita dengan hasil BTA negatif gambaran
radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2
pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif
dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung
2.4 Patogenesis
A. Tubekulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumonia, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini
mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek
primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
sebagai berikut :
5
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
Penyebaran akan berhenti jika jumlah kuman yang masuk sedikit dan
telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik. Cara penularan TB paru
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa dan su,mber penularan TB adalah
seesorang dengan BTA positif.4
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko penularan penyakit TB paru
antara lain:4
a umur dan jenis kelamin.
b Individu yang kontak dengan klien TB aktif.
c Individu imunosupresif (lansia, pasien dengan kanker, individu dengan terapi
kortikosteroid, individu yang terinfeksi HIV, individu dengan diabetes
militus).
d Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan
lain-lain.
e Individu yang tinggal di institusi (misal: fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara).
f Individu yang tinggal di perumahan yang padat, kumuh dan sanitasi yang
buruk.
2.6 Diagnosis
a) Gejala sistemik/umum
1. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b) Gejala khusus
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
7
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
8
Tabel 2.1 Intepretasi hasil pemeriksaan Tb paru dengan skala IUATLD
(International Union Against Tuberculosis and lung Tuberculosis)(7)
9
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain
atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus
dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak
diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu
dilakukan foto toraks bila9:
a. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
b. Hemoptisis berulang atau berat
c. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +
c. Penebalan pleura.
2.7 Penatalaksanaan
10
2. Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Dosis 10mg/kg BB diberikan sama
untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek
samping anoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin
berwarna merah.5
3. Pirazinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan
dosis 35 mg/kg BB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia,
nausea, gastritis. 5
4. Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis
yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari
sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari. 5
5. Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermiten s3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan
visus. 5
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua
OAT terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular
11
dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif
menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif. 5
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namum dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kategori 1:
- 2HRZE / 4 H3R3
- 2HRZE / 4 HR
- 2HrZE / 6 HE
Kategori 2:
- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3
- 2HRZES / HRZE / 5HRE
Kategori 3:
- 2HRZ / 4H3R3
- 2 HRZ / 4 HR
- 2HRZ / 6 HE
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
12
Di samping kedua kategori ini, disediakan panduan OAT sisipan:
HRZE dan OAT anak: 2HRZ/4HR. 5
Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirasinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan
pasien yang mengalami efek samping OAT KDT. 5
1. Kategori-1
c. TB ekstra paru
13
Tabel 2.2 Dosis paduan OAT KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Tablet Isoniasid @
300mg 1 2
14
Kaplet Rifampisin @
450mg 1 1
Tablet Pirazinamid @
500mg 3
Tablet Etambutol @
250mg 3
2. Kategori-2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
2 tab 4 KDT +
2 tab 2 KDT + 2 tab
500mg Streptomisin 2 tab 4 KDT
Etambutol
30-37 inj.
15
3 tab 4 KDT +
3 tab 2 KDT + 3 tab
750mg Streptomisin 3 tab 4 KDT
Etambutol
38-54 inj.
4 tab 4 KDT +
4 tab 2 KDT + 4 tab
1000mg 4 tab 4 KDT
Etambutol
55-70 Streptomisin inj.
5 tab 4 KDT +
5 tab 2 KDT + 5 tab
1000mg Streptomisn 5 tab 4 KDT
Etambutol
71 inj
tablet Isoniazid
1 1 2
@300mg
kaplet Rifampisin
1 1 1
@450mg
tablet
Pirazinamid 3 3
@500mg
tablet Etambutol 3 3 1
16
@250mg
tablet Etambutol
2
@400mg
Catatan:
2.8 Pencegahan
2. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan- makanan yang
bergizi
17
3. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
5. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara bersih dan
cahaya matahari yang cukup sehingga kuman tuberkulosis paru dapat mati.
8. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau
tissu.
10. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
RUJUKAN
19
Pencegahan Penularan Oleh Klien Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Patrang Kabupaten Jember. Tesis tidak diterbitkan. Malang.
20