BAB I
PENDAHULUAN
merupakan jenis trauma yang banyak dan sering ditemukan pada golongan usia
operasi pada fraktur femur yang sering adalah reduksi terbuka dan fiksasi dalam
(open reduction and internal fixation = ORIF). Jaringan di sekitar paha tergolong
tebal dan kaya akan suplai darah yang signifikan, apalagi lokasi pembedahan tidak
Berdasarkan data di Unit Bedah Sentral RSMH dalam kurun waktu 2014
telah dilakukan operasi ORIF pada femur sebanyak 48 kasus, tanpa fraktur di
tempat lain.4
yang dapat dicegah (preventable), sehingga perlu adanya upaya yang maksimal
intraoperatif antara lain : (1) hemostasis lokal yang tidak efektif, (2) komplikasi
atau total knee, masih merupakan masalah yang meningkatkan penyulit pasca
koagulopati, cedera paru akut, reaksi hemolitik, reaksi alergi, sepsis bakterialis,
diantaranya adalah penggunaan asam traneksamat yang telah mengalami uji coba
walau dengan jumlah sampel yang belum cukup besar. Asam traneksamat bekerja
trauma sederhana dan multiple trauma dilakukan resusitasi dan tranfusi darah
tubuh)
- Grade 3 : Nadi 120-140 kali per menit, hipotensi, pulse
panjang penderita fraktur tulang femur dengan atau tanpa gangguan sirkulasi
2000 cc, dan faktor cedera penyerta pada organ lain yang disertai terkadang
disertai dengan syok hemoragik yang di tandai dengan perubahan tanda vital6, 38
Penderita dengan bedah tulang mayor seperti total hip dan total knee
gangguan sirkulasi dan mendapatkan cairan serta darah untuk stabilisasi sebelum
sirkulasi pasca trauma yang kemudian mendapatkan cairan dan darah dapat terjadi
terhadap jumlah perdarahan pada penderita patah tulang femur yang menjalani
hemoragik).
traneksamat pada penderita patah tulang femur yang disertai gangguan sirkulasi
dan tanpa gangguan sirkulasi dalam menurunkan perdarahan perioperatif dan post
operasi ORIF.
operasi ORIF pada patah tulang femur baik yang disertai gangguan sirkulasi,
maupun tidak.
Aspek Praktis
Dengan diketahuinya pengaruh asam traneksamat dalam mengontrol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis operasi pada fraktur femur yang sering adalah dikerjakan reduksi
terbuka dan fiksasi dalam (open reduction and internal fixation = ORIF) dengan
implant plate and screw atau K-Nail. Teknik ini memiliki kelemahan, yaitu
hilangnya darah yang banyak, resiko infeksi dan kerusakan jaringan, jaringan di
sekitar paha tergolong tebal dan kaya akan suplai darah, sehingga prosedur
torniket.9,22
meminimalisir perdarahan. Selain itu, juga diketahui bahwa approach ini dapat
digunakan untuk indikasi yang luas.9 Pembuluh darah yang rentan mengalami
cedera pada approach ini adalah A. perforantes, yang merupakan cabang dari A.
kemudian plat dipasang pada sisi posterolateral yang rata, K-Nail dimasukkan ke
proximal dari segmen fraktur. Luka operasi kemudian dicuci dengan larutan
garam fisiologis. Setelah itu, ditutup lapis demi lapis tanpa menjahit otot vastus
pada suction apparatus dikurangi dengan jumlah larutan garam fisiologis yang
digunakan untuk pencucian area luka. Ditambahkan pula jumlah perdarahan yang
6
dengan rumus bahwa kasa berukuran 2 x 3 inchi yang penuh darah akan
menampung sebanyak 10 cc, kasa berukuran 6 x 12 inchi yang penuh darah akan
100 cc.12
sesuatu hal yang sering menjadi masalah. Perdarahan ini terjadi setelah fraktur
terjadi, selama operasi, dan pasca operasi. Mekanisme terjadinya perdarahan dapat
disebabkan oleh : hemostasis lokal yang tidak efektif, komplikasi dari transfusi
dan kerusakan jaringan, karena jaringan di sekitar paha tergolong tebal dan kaya
antara lain integritas dari endotel vaskular yang intak, vasokonstriksi, platelet, dan
pemula yang jumlahnya relatif sedikit, secara sekuensial akan mengalami reaksi
sehingga pada akhirnya akan membentuk hasil yang jumlahnya berlipat ganda
secara dramatis, yaitu 1 mol faktor XI dapat menghasilkan 2 x 108 mol fibrin.
Fibrin itu sendiri berasal dari konversi fibrinogen plasma oleh thrombin.
Selanjutnya fibrin menjaring agregat trombosit pada tempat luka vaskular dan
7
bermuatan negatif lain dari jaringan ikat subendotel menyebabkan aktivasi faktor
Selama fase kontak aktivasi pembekuan ini, kalikrein memecah peptide vasoaktif
kecil, bradikinin dari HMWK. Disamping itu, kalikrein memiliki efek oto-
XII. Reaksi berikutnya adalah reaksi enzim intrinsik melibatkan aktifasi faktor IX
oleh faktor XI yang telah diaktifkan. Bersama dengan kalsium dan kofaktor faktor
permukaan membran.23
Pada jalur ekstrinsik, factor jaringan (lipoprotein dari sel yang rusak)
mengaktifkan factor X.
membentuk polimer fibrin yang longgar dan tidak larut. Faktor XIII yang
mebentuk hubungan silang ikatan kovalen. Sistem ekstrinsik dan intrinsic saling
melengkapi satu sama lain. Mungkin bahwa setelah luka jaringan terjadi, aktifator
fibrin juga akan mempercepat jalur intrinsik dengan aktifasi faktor VIII dan
faktor V.23
fraksi globulin plasma diaktivasi menjadi plasmin oleh substansi yang timbul
tripsin, urokinase, streptokinase dan stafilokinase. Proses ini juga dapat dipicu
9
asetilkolin. Selain itu, beberapa keadaan juga dapat berperan dalam terjadinya
fibrinolysis, yaitu hipoksia, syok, keganasan prostat, leukemia, stroke, dan pasca
bahwa fibrinolisis meningkat oleh karena adanya stasis vena yang menyebabkan
dirangsang oleh anoksia atau distensi vena. Dikatakan bahwa aktifitas fibrinolisis
meningkatkan perdarahan, yaitu mulai sejak 1 jam setelah insisi dan berhenti
kapiler dan meningkatkan permeabilitasnya. Ada pula sediaan obat yang berupa
penderita Hemofilia B, yang isinya mencakup faktor II, VII, IX dan X, serta
sejumlah kecil protein plasma lain. Pemberian vitamin K juga bermanfaat untuk
intraoperatif.24,25,27,30
dan penghambat plasmin, potensinya sampai sepuluh kali lipat dari asam
aminokaproat, dan banyak tersedia secara luas dan jauh lebih murah. Asam
lambat (1 ml/menit) dan dapat juga diberikan melalui rute oral dengan dosis 500-
1500 mg terbagi dalam 2-3 dosis per hari. Kontraindikasi pemberian asam
11
hipersensitifitas.31
jantung.25,29,32,33
Tabel 1. Meta-analisis efek asam tranexamat pada resiko tranfusi darah pada
beberapa operasi
prosedur operasi menurunkan resiko tranfusi 8/50 (16%) pada kelompok asam
jumlah perdarahan pasca operasi pada penderita yang menjalani operasi atroplasty
sendi lutut, namun pada penelitian tersebut disebutkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna dalam jumlah perdaranan intra operatif diantara pasien yang diberikan
operasi fraktur pada pinggul dan koreksi skoliosis.25 Dikatakan pula bahwa bila
obat ini diberikan ditengah-tengah atau akhir pembedahan, maka tidak ada efek
mekanisme protektif terhadap cidera saraf. Selain itu juga diketahui bahwa
penggunaan yang berulang akan dapat menyebabkan antara lain deep vein
fraktur, Sel-sel ini menjadi precussor osteoblast, sel-sel ini aktif tumbuh kearah
fragmen tulang, Proliferasi juga terjadi di jaringan sum-sum tulang, terjadi setelah
fraktur, jika terlihat massa kallus pada X-Ray, berarti fraktur telah menyatu
secara bertahap menjadi tulang mature (Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah
kecelakaan)
14
fraktur, tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas, pada anak-anak proses
remodelling bisa terjadi sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan
tulang.
bagian ortopedi RSMH adalah ORIF dengan implant plate and screw atau K-
Nail.. Operasi ini diketahui dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Adanya
darah. Sementara diketahui bahwa tranfusi darah memiliki efek samping serius
lokal yang efektif pada saat pelaksanaan operasi. Selain itu juga bisa dilakukan
artroplasti sendi lutut, namun belum ada penelitian yang menguji pemberian asam
traneksamat ini pada operasi ORIF tulang panjang dalam menurunkan jumlah
perdarahan.
Fraktur Femur
Komplikasi tranfusi
Tertutup
Mekanik Elektrokoagulasi
Hemostasis
Fisiologis
perdarahan selama dan sesudah operasi ORIF dengan implant plate and screw
sirkulasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
perdarahan selama dan sesudah pembedahan ORIF dengan implant plate and
screw atau K-Nail pada penderita fraktur tulang femur yang mengalami gangguan
sirkulasi (syok hemoragik) dan penderita fraktur tulang femur yang tidak
penderita fraktur batang femur yang menjalani ORIF dengan implant plate and
operasi dilakukan oleh dokter spesialis dan Peserta Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) yang telah mencapai kompetensi untuk melakukan operasi ORIF plate
and screw untuk fraktur tulang femur, yaitu minimal Orthopedi 2, sesuai acuan
kompetensi dari Kolegium Ilmu Bedah Umum Ikatan Ahli Bedah Indonesia.
3.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah penderita fraktur tertutup batang
femur, yang akan menjalani operasi ORIF dengan implant plate and screw atau K-
18
Nail. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua penderita fraktur
tulang femur, baik dengan atau tanpa gangguan sirkulasi pasca trauma, yang
ORIF dengan implant plate and screw atau K-Nail selama periode Oktober 2016 -
Maret 2017.
3.3.2 Sampel
akan menjalani operasi ORIF dengan implant plate and screw atau K-Nail, yang
disertai gangguan sirkulasi (syok hemoragik) pasca trauma dan mendapat asam
randomisasi.
Kriteria Inklusi :
yaitu;38
- Grade 2 : Nadi 100-120 kali per menit, tekanan darah normal,
pressure menurun
19
menurun
Kriteria Ekslusi :
n1 = n2 =
dimana ;
n1 = jumlah sampel kelompok standar, yaitu penderita fraktur tanpa disertai syok
n2 = jumlah sampel kelompok penderita fraktur dengan disertai syok
p1 = proporsi kelompok penderita fraktur tanpa disertai syok
p2 = proporsi kelompok penderita fraktur dengan disertai syok
= error type 1
= error type 2.
disertai syok adalah 0,54 (P1 = 0,54)33, proporsi kelompok yang diteliti, penderita
20
fraktur dengan disertai syok adalah 0.16 (P2 = 0,16)33, error type I () adalah 95%
(Z = 1,96), error type II () adalah 80% (Z = 0.84). Maka dapat dihitung besar
sampel:
n1 = n2 = = 20
Identifikasi Variable
Variabel Bebas :
Varabel Tergantung :
Variabel Perancu :
Lamanya operasi
Tingkat kompetensi operator
Jenis/pola fraktur
IKABI. Adapun dalam hal besar insisi, untuk menghindari bias, maka
sampel yang dimasukkan ialah hanya pasien yang panjang insisi nya tidak
bagian
teratas dari isthmus femur dan bagian metadiaphyseal junction di distal,
oksigenasi
dan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Syok hemoragik (syok
komunisi ringan dan fragmen butterfly simpel kontak segmen diafisis > 25
%
5. Klasifikasi Winquist-Hansen type 2 adalah fraktur femur dengan adanya
% - 50 %
6. ORIF adalah prosedur operasi reduksi Terbuka dan fiksasi dalam, dengan
100 mg/ml.
9. Perdarahan intraoperative diukur dengan menghitung jumlah kassa
jumlah NaCl 0,9 % yang digunakan dalam pencucian area operasi, yang
diukur sejak insisi dilakukan sampai dengan selesai jahitan kulit (skin to
skin ).
10. Perdarahan pasca operasi diukur setelah selesai operasi sampai dengan
tidak ada lagi perdarahan, yang diukur dari darah yang terkumpul pada
container drain.
11. Kontraindikasi pemberian asam traneksamat ialah bila ditemukan tanda-
disertai syok hemoragik dan penderita patah tulang femur tanpa disertai
syok hemoragik.
3. Diberikan asam traneksamat secara intravena lambat (1ml/menit) sebelum
posterolateral.
23
inchi yang penuh darah akan menampung sebanyak 50 cc, sedangkan yang
pada waktu 1 jam dan 24 jam pasca insisi, karena menurut kluft, dkk,
Memenuhi Kriteria
Inklusi
Perbedaan dalam proporsi dan data kualitatif diuji dengan multiple analisis of
varians. Data dinyatakan dalam rata-rata standar deviasi, dengan nilai <0.05
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan dirawat dibagian Bedah
Subjek penelitian ini adalah penderita dewasa berusia antara 15-80 tahun,
penderita fraktur batang femur yang menjalani ORIF dengan implant plate and
operasi dilakukan oleh dokter spesialis dan Peserta Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) yang telah mencapai kompetensi untuk melakukan operasi ORIF plate
subjek (64.5%) yang mengalami syok pre operasi operasi sebanyak 14 subjek dan
wanita sebanyak 17 subjek (35.5%) yang mengalami syok pre operasi sebanyak 9
Tabel 1. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin terhadap syok pre operasi
Syok Total
Tidak Ya
Jenis Pria 16 15 31 (64.5%)
Kelamin Wanita 8 9 22 (35.5%)
Total 24 24 48
tahun dengan rata rata 38 tahun. Kelompok umur terbanyak yaitu kelompok umur
26-35 tahun sebanyak 14 subjek (29.2%). Kelompok umur yang paling banyak
mengalami syok pre operasi yaitu kelompok umur 16-25 tahun 7 subjek
plate and screw atau K-Nail pada penderita fraktur tulang femur yang mengalami
gangguan sirkulasi (syok hemoragik) dan penderita fraktur tulang femur yang
tidak mengalami gangguan sirkulasi pasca trauman pada intra operaasi ORIF.
intra operasi diperoleh jumlah drain terendah 350 cc dan tertinggi 1000 cc.
Berdasarkan sebaran jumlah drain tampak terdistribusi normal, terlihat pada grafik
1.
Variabel yang yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah perdarahan
intra operasi diukur setelah dilakukan operasi sampai luka operasi ditutup. Hasil
Penderita
Rata-rata SD
Jumlah Drain n Tanpa Syok Pre p value
(Hari) Syok Pre Operasi
Operasi
Perdarahan Intra
48 731,25 105,10 637,50 129,59 0,008
operasi
dari kelompok subjek yang diberikan asam traneksamat yang mengalami syok pre
28
operasi dan tanpa syok pre operasi terlihat perbedaan jumlah darah yang didapat
saat operasi.
terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik jumlah perdarahan intra operasi
terhadap penderita yang mengalami syok pre operasi dan tanpa syok pre operasi
paska operasi diperoleh jumlah drain terendah 75 cc dan tertinggi 325 cc.
Berdasarkan sebaran jumlah drain tampak terdistribusi normal, terlihat pada grafik
2.
Variabel yang yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah drainase
diukur setelah dilakukan operasi sampai produksi tidak ada lagi dengan selang
waktu pengukuran satu hari. Hasil pengukuran jumlah drain pada kedua
Kelompok Penderita
Rata-rata SD
Jumlah Drain n Tanpa Syok Pre p value
(Hari) Syok Pre Operasi
Operasi
Hari ke 1 48 88,54 16,17 102,08 52,25 0,231
Hari ke 2 48 25,83 8,80 24,58 13,18 0,701
Hari ke 3 48 10,83 5,25 9,38 3,99 0,284
Total Drain 48 124,38 17,96 136,04 54,13 0,322
operasi dari kelompok subjek yang diberikan yang mengalami syok pre operasi
dan tanpa syok pre operasi terlihat perbedaan jumlah darah yang didapat pada
drain.
operasi terhadap penderita yang mengalami syok pre operasi dan tanpa syok pre
operasi setelah mendapat injeksi asam traneksamat intravena baik pada hari ke 1,
BAB V
PEMBAHASAN
pada perdarahan intra operasi pada dua kelompok perlakuan, diperoleh jumlah
perdaranan intra operasi terendah 350 cc dan tertinggi 1000 cc. Pada pengamatan
semama selang drain terpasang terdapat jumlah yang bervariasi terhadap jumlah
31
drain pada kedua kelompok perlakuan, dengan total drain terendah 75 cc dan
dimana penderita dengan riwayat syok pre operasi ORIF mempunyai jumlah
perdarahan yang lebih banyak dibandingkan dengan tidak ada riwayat syok pre
asam traneksamat pre operasi dalam mengurangi jumlah perdarahan intra operasi
jumlah perdarahan pada drain hampir sama banyak pada kedua kelompok
perlakuan, setelah diamati selama drain masih terpasang sampai drain dicabut.
Rata rata total perdarahan paska operasi 124,38 17,96 cc pada penderita dengan
riwayat syok, dan 136,04 54,13 cc pada penderita tanpa riwayat syok
didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna pada kedua kalompok perlakuan.
pasca operasi pada penderita yang menjalani operasi atroplasty sendi lutut,
namun pada penelitian tersebut disebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
dalam jumlah perdaranan intra operatif diantara pasien yang diberikan asam
operasi fraktur pada pinggul dan koreksi skoliosis.25 Dikatakan pula bahwa bila
obat ini diberikan ditengah-tengah atau akhir pembedahan, maka tidak ada efek
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nieves JW, Bielezikian JP, Lane JM, Einhorn TA, Wang Y, Steinbuch TM, et
al. Fragility fractures of the hip and femur: incidence and patient
characteristics. Osteoporosis Int. [update 2009]. Tersedia dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19844169
2. Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S, editor. Apleys system of
orthopaedics and fractures, 9th ed. London: Arnold;2001
3. Nork SE. Fractures of the shaft of the femur. Dalam: Bulcholz RW,
Heckman JD, CVourt-Brown C, editor. Rockwood and greens fracture in
adults. Philadelphia: Lippincott; 2006. P. 1845-60
34
4. Anonim. Jadwal operasi bedah sentral 2016. Instalasi Bedah Sentral RSMH.
2016
5. Keating M. Current options and approaches for blood management in
orthopaedic surgery. J Bone Joint Surg. Am. May 1998;80:750-62
6. Schwartz D, Kaplan KL, Schwartz SI. Hemostasis, surgical bleeding, and
transfusion. Dalam: Brucinardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editor. Schwartzs principles of surgery. New York:
McGraw-Hill; 2005.p.80
7. Rajiv Gandhi, Heather MK Evans, Safiyyah R Mahomed, and Nizar N
Mahomed. Tranexamic acid and the reduction of blood loss in total knee and
hip arthroplasty: a meta-analysis. BMC Research Notes. 2013, 6:184.
Tersedia dari : http://www.biomedcentral.com/1756-0500/6/184
8. Keerati Charoencholvanich, Pichet Siriwattanasakul. Tranexamic acid
reduces blood loss and blood transfusion after TKA. Clin Orthop Relat Res
(2011) 469:2874-2880.
9. LieuranceR, Benjamin JB, Rappaport WD. Blood loss and transfusion in
patient with isolated femur fractures. J Orthop Trauma. 1992;6
10. Teller DC. Coagulation cascade. Structure 5(1):125-138. 1997. Tersedia dari
: http://www.bmsc.washington.edu/people.teller
11. Madden R. Perioperative assasment and care. Dalam: McCredie J, Burns G,
Donner C, editor. Basic surgery. Toronto: Macmilan. 1990.
12. Steward DJ. Assasment of blood loss. Dalam: Manual of pediatric
anesthesia edisi ke-3. New York: Churchill livingstone. 1990
13. Arasch Wafaisade, et al. Prehospital administration of tranexamic acid in
trauma patients. Critical Care (2016) 20:143
14. Jennings, et al. Application of tranexamic acid in trauma and orthopedic
surgery. Orthop Clin N Am 47 (2016)137-143
15. Jeff Simmons, et al. Tranexamic acid: from trauma to routine perioperative
use. Curr opin anaesthesiol. 2015 April; 28 (2):191-200
16. Mark J. Midwinter, Tom Woolley. Resuscitation and coagulation in the
severely injured trauma patient. Phil. Trans. R. Soc. B (2011) 366, 192-203.
17. Mitchell Jay Cohen. Towards hemostatic resuscitation; the changing
understanding of acute traumatic biology, massive bleeding, and damage-
control resuscitation. Surg. Clin. N. Am (2012) 877-891
35
39. http://erabaru.net/2015/08/19/who-mengeluarkan-kriteria-baru-kelompok-
usia/