Refarat Plasenta Previa
Refarat Plasenta Previa
PENDAHULUAN
atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka
hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan pada plasenta
letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa. Perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya varices vagina, perdarahan polip serviks,
plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan
antepartum plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahirpada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya
adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya selagi
peradarahan belum sampai ketahap yang membahayakanibu dan janinnya. Antisipasi dalam
perawatan prenatal adalah sangat mungkin oleh karena pada umumnya penyakit ini berlangsung
perlahan diawali gejala ini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai
rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan
letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi
masih mengambang di atas pintu atas panggul, perempuan hamil yang ditengarai menderita
plasenta previa harus segera dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal
lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan
kearah korion.4
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada
implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali.
Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias =
jalan). Jadi yang di maksud adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium
Uteri Internium).3,4
pada segmen bawah rahim, menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri internum,
sedangkan kehamilan itu sudah viable ataupun hidup di luar rahim (usia kehamilan >20
internum.
2. Plasenta previa parsialis atau lateralis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rumah sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium
D. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di
atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.
Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah dilaporkan insiden berkisar 1,7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas
E. ETIOLOGI
yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi
Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompesasi dengan hipertrofi
plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis
F. FAKTOR R ESIKO
1. Umur penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
G. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga
lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenya yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasentas. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat plasenta laserasi itu akan
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari
plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu
relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimiliki sangat minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidakakan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan
berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka
laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri (painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada istium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung kebih banyak pada
pertimbangkan. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu
tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat
perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah
mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak
jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan
Hal lain yang perlu di perhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis
mudah diinvasi pertumbuhan vili dari tropoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat dari
dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta
perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa smpai menembus ke buli-buli dan ke rektum
bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang
sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek
oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam
kala ketiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retention placentae), atau
setelah uri terlepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.
H. GAMBARAN KLINIK
Gejala plasenta previa yang paling khas adalah perdarahan yang tidak disertai nyeri
dan tanpa kontraksi rahim. Hal ini biasanya tidak terjadi sebelum mendekati akhir trimester
kedua dan belakangan ketiga leher rahim menipis, meregang dan menyebabkan plasenta
Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.2
Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral
dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi plasenta.2
Juga harus dikemukakan bahwa plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
pascapersalinan karena :
1. Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta).
2. Daerah perlekatan luas.
3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh darah
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium, dan
merupakan porte d' entree yang mudah tercapai. Lagi pula biasanya pasien anemis karena
I. DIAGNOSIS
kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan
memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis
ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat
PENANGANAN
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester kedua atau
trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh. Jika Rh
negatif RhoGram perlu diberikan pada pasien yang belum pernah mengalami sensitisasi.
Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serata janin dalam keadaan
sehat dan masih premature dibolehkan pulang dan dilanjutkan rawat rumah atau rawat jalan
dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan
segera kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak
mencemaskan. Dalam keadaan yang stabil tidak ada keberatan pasien dirawat di rumah atau
rawat jalan. Sikap ini dapat dibenarkan sesuai dengan hasil penelitian yang mendapatkan
tidak ada perbedaan pada morbiditas ibu dan janin bila ada masing-masing kelompok
diberlakukan rawat inap atau rawat jalan. Pada kehamilan anatara 24 minggu sampai 34
minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk penangan paru janin. Dengan
rawat jalan pasien lebih bebas dan kurang stress serta biaya dapat ditekan. Rawat inap
memperlihatkan seolah keadaan klinis dengan tanda-tanda vital dan hali pemeriksaan
laboratorium yang masih normal padahal bisa tidak mencerminkan keadaannya yang sejati.
Jika perdarahan terjadi dalam trimester kedua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan
biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovolemik seperti hipotensi dan takikardi, pasien
tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada
penampakan secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
Pada keadaan yang kelihatan stabil dalam rawatan di luar rumah sakit hubungan
suami istri kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan ultrasonografi
ulangan, diajukan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjahui
ostium uteri internum. Bila hasil USG tidak demikian, pasien tetap dinasehati untuk
mengurangi kegiatan fisiknya dan melawat ke tempat jauh tidak dibenarkan sebagai
Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfuse darah dan terhadap pasien
dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal yang ketat
berhubungan tidak bisa diramalkan pada pasien mana dan bilamana perdarahan ulang akan
terjadi. Perdarahan pada plasenta previa berasal dari ibu karenanya keadaan janin tidak
sampai membahayakan. Pasien dengan plasenta previa dilaporkan berisiko tinggi untuk
mengalami selusio plasenta (rate ratio 13,8), seksio sesarea (rate ratio 3,9), kelainan letak
janin (rate ratio 2,8, dan perdarahan pascasalin (rate ratio 1,7). Sebuah laporan
menganjurkan pemeriksaan maternal serum alfa feto protein (MSAFP) dalam trimester
kedua sebagai upaya mendeteksi pasien yang perlu diawasi dengan ketat. Bila kadar MSAFP
naik tinggi lebih dari 2 kali median (2.0 multiples of the mdian) pasien tersebut mempunyai
peluang 50% memerlukan rawatan dalam rumah sakit karena perdarahan sebelum kehamilan
30 minggu, harus dilahirkan premature sebelum 34 minggu hamil, dan harus dilahirkan atas
indikasi hipertensi dalam kehamilan sebelum kehamilan 34 minggu. Pada lebih kurang 20%
pasien solusio plasenta datang dengan tanda his. Dalam keadaan janin masih premature
dipertimbangkan memberikan sulfas magnesikus untuk menekan his buatt sementara waktu
kembali memberi steroid untuk mempercepat pematangan paru janin. Tokolitik lain seperti
beta-mimetics, calcium channel blocker tidak dipilih berhubung paru sampingan bradikardi
dan hipotensi pada ibu. Demikian juga dengan indometasin tidak diberikan berhubung
Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat
baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keaddan yg serius cukup alas an untuk
merawatnya sampai melahirkan. Serngan perdarahan ulang yang banyak bisa saja terjadi
sekalipun pasien diistirahatbaringkan. Jika pada wkatu masuk terjadi perdarahan yang
banyak perlu segera dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah variabel. Bila perdarahan
tidak sampai demikian banyak pasien diistirahatkan sampai kehamilan 36 minggu dan bila
pada amniosentesis menunjukkan paru janin telah matang, terminasi dapat dilakukan dan jika
Pada pasien yang perna seksio sesarea perlu diteliti dengan ultrasonografi, Color
Doppler, atau MRI untuk melihat kemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta, atau
perkreta. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan baik oleh mereka yang ahli dan
berpengalam. Dengan USG dapat dilihar demarkasi antara lapisan Nitabuch dengan desidau
basalis yang terputus. Dengan Color Doppler terlihat adanya turbulensi aliran darah dalam
plasenta yang meluas ke jaraingan sekitarnya. Dengan MRI dapat diperlihatkan peluasan
transvaginal atau terduga plasenya previa marginalis atau plasenta previa parsialis dilakukan
double set-up examination bila inpartu ataupun sebelumnya bila perlu. Pasien dengan semua
klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan ultrasonografi
transvaginal belum ada pembukaan pada serviks persalinan dilakukan melalui seksio sesarea.
Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
Kebanyakan seksio sesarea poada plasenta previa dapat dilaksanakan melalui insisi
melintang pada segmen rahim bagian anterior terutama bila plasentanya terletak di belakang
dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik. Insisi yang demikian dapat juga
dikerjakan oleh dokter ahli yang cekatan pada plasenta yang terletak anterior dengan
melakukan insisi pada dinding rahim dan plasenta dengan cepat dan dengan cepat pula
mengeluarkan janin dan menjepit tali pusatnya sebelum janin sempat mengalami perdarahan
(ftal exsanguinations) akibat plasentanya terpotong. Seksio sesarea klasik dengan insisi
vertical pada rahim hanya dilakukan bila janin dalam letak lintang atau terdapat varises yang
luas pada segmen bawah rahim. Anesthesia regional dapat diberikan dan pengendalian
tekanan darah dapat dikendalikan dengan baik ditangan spesialis anesthesia. Pertimbangan
ini dilakukan mengingat perdarahan intraoperasi dengan anesthesia regional tidak banyak
perdarahan pada pemakaian anesthesia umum. Namun, pada pasien dengan perdarahan berat
sebelumnya anesthesia umum lebih baik mengingat anesthesia regional bisa menambah berat
hipotensi yang biasanya telah ada dan memblokir respon normal simpatetik terhadap
hipovolemia.
J. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan
fatal.
1. Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik , maka pelepasan plasenta
dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan
yang terjadi itu tidak dapat di cegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
dalam miometrium bahkan sampai perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta
inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk kedalam miometrium.
Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal mengalami akreta atau inkreta
akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang
sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang pernah seksio sesarea. Dilaporkan plasenta akreta terjadi 10% sampai
35% pada pasien yang pernah seksio sesarea satu kali, naik menjadi 60% sampai 65%
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu harus sangat berhati-
hati pada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan
banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang tidask terkendali dengan cara-cara
yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen di bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasngan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada
keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomitotal. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
rawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk solusi plasenta (resiko relatif 3,8),
seksio sesarea (RR 3,9), kelainan letak janin (RR 2,8), pendarahan pasca persalinan (RR
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG di
samping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berpesan terutama bagi kasus yang oernah
melahirkan dengan seksio sesesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang
diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan pasritas tinggi dan usia tinggi berkat
Dengan demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih
belum terlepas dari kompliksai kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio sesarea. Karena kelahiran prematur belum sepenuhx bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada suatu penelitian yang melibatkan 93.000
persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelahiran prematur 47%.
Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum
terbukti.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN