Anda di halaman 1dari 39

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi Kasus : Sabtu / 24 Januari 2014
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT BAKHTI YUDHA

Nama Mahasiswa : Henderina W. Doko Rehi Tanda Tangan :


NIM : 11-2013-013
Dokter Pembimbing : dr. Hardhi Pranata, SpS, MARS Tanda Tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. PU
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pengacara
Alamat : Jl. Pradana 7/2 RT/09/16 Citayam
No. CM : 13.16.xx
Status Pasien : Pasien rawat jalan (Pasien Poli Neurology)
PASIEN DATANG KE RUMAH SAKIT
Sendiri / Bisa jalan / Tidak bisa jalan / Dengan alat bantu : tongkat
Dibawa oleh keluarga : Ya / Tidak

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 1


Dibawa oleh orang lain : Ya / Tidak

SUBJEKTIF
Anamnesis (Auto-Anamnesis dan Allo-Anamnesis OS dan Istri OS)
1. Keluhan Utama : kaku pada tangan dan tungkai sejak 1 bulan SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


OS datang ke Poliklinik Neurology RSBY dengan riwayat kaku pada tangan kanan
dan kedua tungkai sejak 1 bulan SMRS. Kaku pada tangan disadari saat pasien hendak
makan. Menurut pasien saat ia memengang sendok, dan mengarahkan ke mulut, ia
merasakan bahwa tangannya seperti disentak-sentak. Hal ini membuat makanan yang ada
di sendok menjadi berantakan dan membuat pasien menjadi tidak nyaman. OS
mengatakan bahwa saat terjadi kekakuan pada tangan kanan, ia menyadari bahwa
tangannya bergetar. Bergetar getar ini hanya terjadi saat OS istirahat. Selain itu, pasien
mengatakan kaku pada kedua tungkai. Hal ini di rasakan saat sedang berjalan juga pada
saat pasien hendak duduk atau bangun dari kursi. Sebelumnya OS berpikir kalau
kekakuan pada tangan dan kaki ini, disebabkan karena OS sering mencuci pada malam
hari , tetapi setelah OS berhenti mencuci OS tidak merasakan adanya perubahan.
Sebelum terjadi kekakuan pada tangan kanan dan kedua tungkai, OS mengeluh
merasa tubuhnya lemas. Karena badan OS lemas, OS sering mengalami
ketidakseimbangan saat jalan sehingga OS hampir jatuh. Tetapi keluhan ini diabaikan
oleh OS dan OS masih bisa berjalan seperti biasanya. Menurut OS, mulut OS tampak
mencong ke kanan. Hal ini menyebabkan OS tidak lancar berbicara, namun daya ingatan
os masih kuat. Os masih ingat tanggal lahirnya sendiri dan nama kedua anaknya dengan
baik. Keluhan sakit kepala, mual, muntah dan riwayat jatuh sebelumnya disangkal.
Keluhan pusing berputar, pandangan ganda, gelap sesaat juga tidak ada. Pasien
mengaku masih mengerti kata-kata dari keluarganya.
Istri OS mengatakan bahwa sebelumnya tahun 2008, OS pernah menderita stroke dan
di rawat di RSBY. Saat itu OS juga mengalami kejadian serupa yang hampir mirip , yaitu
pasien bicara pelo, wajah tampak mencong ke kanan, tangan kanan masih bisa digerakan
tetapi kaki kanan tidak bisa di gerakan sama sekali. Menurut OS, saat itu OS di rawat

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 2


selama 1 minggu dan setelah OS keluar dari RS, OS di terapi dengan fisioterapi sampai
OS dapat berjalan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


OS mengaku mempunyai riwayat penyakit Darah Tinggi dan baru diketahui tahun
2008 saat OS terkena Stroke. Sejak saat itu OS rutin mengkonsumsi Captopril 2x12,5 dan
Amlodipine 1x10mg sampai saat ini.
Riwayat Asma, Alergi, Diabetes Melitus, TB, Trauma kepala, disangkal OS.
Riwayat operasi : Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Hipertensi (+) dimana Kakek dan Ayah OS menderita hipertensi.

5. Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi :


Kesan : Keadaan ekonomi social pasien cukup baik.

OBJEKTIF
1. Status Presens
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : E4M6V5 15 (Compos Mentis)
Tekanan Darah : 140/70
Nadi : 75x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36.2oC
Kepala : Normocephali, simetris, tidak terlihat dan teraba benjolan
Leher : Simetris, tidak teraba pembesaran KGB, JVP meningkat
Dada : Pergerakan simetris keadaan statis dan dinamis, deformitas (-)
Jantung : BJ. I-II regular, murmur (-), gallop (+)
Paru : Sn. Vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Perut : Datar, supel, benjolan (-), nyeri tekan (-), normotimpani,

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 3


BU (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan


Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema tungkai (-/-) pitting (-)
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm

2. Status Psikikus
Cara berpikir : Wajar, Realistik, sesuai umur
Perasaan Hati : Baik
Tingkah Laku : Wajar, Pasien sadar
Ingatan : Baik, amnesia (-)
Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan.

3. Status Neurologikus
Kesadaran : E4M6V5 15 Compos Mentis
Cara Berjalan : Pasien dapat berjalan tetapi menggunakan tongkat
Tonus : Rigiditas sendi siku dextra dan sinistra, Cogwheel phenomen (+)
Refleks Khusus : Glabella Meyersons Sign (+)
Wajah : Masking face (+)

A. Kepala
- Bentuk : Normocephali
- Nyeri Takan : (-)
- Simetris : Simetris
- Pulsasi : Teraba pulsasi

B. Leher
- Sikap : Simetris

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 4


- Pergerakan : Bebas
- Kaku Kuduk : (-)

C. Pemeriksaan Saraf Kranialis


- N. I Kanan Kiri
Subjektif Baik Baik

- N. II Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Tidak dilakukan
Lapangan Penglihatan Baik Baik
Melihat Warna Baik Baik
Fundus Okuli Tidak dilakukan

- N. III Kanan Kiri


Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan Bulbus Baik ke semua arah Baik ke semua arah
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Exopthalmus (-) (-)
Enopthalmus (-) (-)
Pupil Besar 3 mm 3mm
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Terhadap Sinar (+) (+)
Refleks Konversi (+) normal (+) normal
Melihat Kembar (-) (-)

- N. IV Kanan Kiri
Pergerakan Mata
(ke bawah ke medial) Normal Normal

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 5


Sikap Bulbus Normal Normal
Melihat Kembar (-) (-)

- N. V Kanan Kiri
Membuka Mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Refleks Kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan

- N. VI Kanan Kiri
Pergerakan Mata ke Lateral Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Melihat Kembar (-) (-)

- N. VII Kanan Kiri


Mengerutkan Dahi Baik Baik
Menutup Mata Baik Baik
Memperlihatkan Gigi (+) (+)
Menggembungkan Pipi Baik Baik
Bersiul Tidak dilakukan
Perasaan Permukaan Lidah Baik Baik

- N. VIII Kanan Kiri


Detik Arloji Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan

- N. IX Kanan Kiri
Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 6
Perasaan Lidah Belakang Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan
Pharynx Tidak dilakukan

- N. X
Arcus Pharynx Sulit untuk dinilai
Bicara Baik, disfonia (-), pelo (+)
Menelan Makan dan minum baik

- N. XI Kanan Kiri
Mengangkat Bahu Baik Baik
Memalingkan Kepala Baik Baik
Tropi Otot Bahu Normotrophi Normotrophi

- N. XII
Pergerakan Lidah Baik
Menjulurkan Lidah Deviasi (-)
Tremor Lidah (+)
Artikulasi Baik
Atrofi (-)

D. Badan dan Anggota Gerak


a. Badan
Motorik
Respirasi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Duduk : Normal
Bentuk Collumna Vertebralis : Tidak dapat dinilai
Pergerakan Collumna Vertebralis : Tidak dapat dinilai

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 7


Sensibilitas Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri (-) (-)
Thermi Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Baik Baik
Reflex
Refleks Kulit Perut Atas : Tidak dilakukan
Refleks Kulit Perut Bawah : Tidak dilakukan
Refleks Kulit Perut Tengah : Tidak dilakukan
Refleks Kremaster : Tidak dilakukan

b. Anggota Gerak Atas


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan (+) (+)
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus Rigid Rigid
Atrofi (-) (-)

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil Normal Normal
Nyeri (-) (-)
Thermi Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Baik Baik

Refleks Kanan Kiri


Biceps (+) (+)
Triseps (+) (+)

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 8


Radius (+) (+)
Ulna (+) (+)

c. Anggota Gerak Bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan (+) (+)
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus Rigid Rigid
Atrofi (-) (-)

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil Normal Normal
Nyeri (-) (-)
Thermi Normal Normal
Diskriminasi Normal Normal
Lokalisasi Baik Baik

Refleks Kanan Kiri


Patella (+) (+)
Achilles (+) (+)
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Tes Laseque (-) (-)
Tes Kernig (-) (-)
Brudzinski I (-) (-)
Bruszinski II (-) (-)

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 9


E. Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
- Cara Berjalan : Tidak dilakukan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan
- Tes Romberg dipertajam : Tidak dilakukan
- Tandem Walking : Tidak dilakukan
- Fukuda : Tidak dilakukan
- Disdiadokokinesia : Tidak dilakukan
- Ataksia : Tidak dilakukan
- Rebound Fenomen : (-)
- Telunjuk-Telunjuk: Tidak dilakukan
- Telunjuk-Hidung : Tidak dilakukan
- Heel to Knee Test : Tidak dilakukan
- Pronasi-Supinasi : Tidak dilakukan

F. Gerakan-Gerakan Abnormal
- Tremor : (+)
- Miokloni : (-)
- Khorea : (-)

G. Alat Vegetative
- Miksi : Dalam batas normal
- Defekasi : Dalam batas normal
- Ereksi : Tidak dapat dinilai

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai
11/12/2014 Normal
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 16.2 g/dl 12 18
Leukosit 10.4 ribu/mm3 5 10

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 10


Hematokrit 46 % 38 47
Trombosit 341 ribu/mm3 150 450

Diabetes Melitus
Gula darah (S)
Glucose Sewaktu 132 mg/dL <180

Fungsi Jantung
Elektrolit (Na/K/Cl)
Natrium 142 MEQ/L 135-146
Kalium 3.7 MEQ/L 3.5-5
Chlorida 107 MEQ/L 98-107

Ureum, Kreatinin, Asam Urat


Ureum 16 mg/dL 10-50
Creatinin 0.9 mg/dL 0.5-1.5
Asam Urat 2.7 mg/dL 2.7-7

Kimia Darah
Cholesterol 189 mg/dL <200
Trigliseride 100 mg/dL <150
HDL-Cholesterol 47 mg/dL 35-55
LDL-Cholesterol 121 mg/dL <155

CT Scan tanggal 10 Desember 2014 :


Kesan : Infark di Ganglia basalis kiri

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 11


RINGKASAN
Subjektif
Seorang laki-laki berumur 55 tahun datang ke Poliklinik Neurology RSBY diantar oleh
keluarganya. Pasien dapat berjalan tetapi menggunakan tongkat dengan keluhan riwayat
kaku pada tangan kanan dan kedua tungkai. Keluhan tersebut dirasakan sejak 1 bulan
SMRS. Menurut pasien saat ia memengang sendok, dan mengarahkan ke mulut, ia
merasakan bahwa tangannya seperti disentak-sentak. OS mengatakan bahwa saat terjadi
kekakuan pada tangan kanan, ia menyadari bahwa tangannya bergetar. Bergetar getar ini
hanya terjadi saat OS istirahat. Selain itu, pasien mengatakan kaku pada kedua tungkai. Hal
ini di rasakan saat sedang berjalan juga pada saat pasien hendak duduk atau bangun dari
kursi.
Sebelum terjadi kekakuan pada tangan kanan dan kedua tungkai, OS mengeluh merasa
tubuhnya lemas. Karena badan OS lemas, OS sering mengalami ketidakseimbangan saat
jalan sehingga OS hampir jatuh. Menurut OS, mulut OS tampak mencong ke kanan. Hal ini
menyebabkan OS tidak lancar berbicara, namun daya ingatan os masih kuat.
Tahun 2008, OS pernah menderita stroke dan di rawat di RSBY. Saat itu OS juga
mengalami kejadian serupa yang hampir mirip , yaitu pasien bicara pelo, wajah tampak
mencong ke kanan, tangan kanan masih bisa digerakan tetapi kaki kanan tidak bisa di
gerakan sama sekali. Menurut OS, saat itu OS di rawat selama 1 minggu dan setela OS
keluar dari RS, OS di terapi dengan fisioterapi sampai OS dapat berjalan.
OS mempunyai riwayat Hipertensi sejak tahun 2008 saat OS terkenan Stroke. Sejak
saat itu OS rutin mengkonsumsi Captopril 2x12,5 dan Amlodipine 1x10mg sampai saat
ini.
Objektif
1. Status Presens
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : E4M6V5 15 (Compos Mentis)

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 12


Tekanan Darah : 140/70
Nadi : 75x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36.2oC
Kepala : Normocephali, simetris, tidak terlihat dan teraba benjolan
Leher : Simetris, tidak teraba pembesaran KGB, JVP meningkat
Dada : Pergerakan simetris keadaan statis dan dinamis, deformitas (-)
Jantung : BJ. I-II regular, murmur (-), gallop (+)
Paru : Sn. Vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Perut : Datar, supel, benjolan (-), nyeri tekan (-), normotimpani,
BU (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema tungkai (-/-) pitting (-)
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm

2. Status Neurologikus
Kesadaran : E4M6V5 15 Compos Mentis
Cara Berjalan : Pasien tidak dapat berjalan
Tonus : Rigiditas sendi siku dextra dan sinistra, Cogwheel phenomen (+)
Refleks Khusus : Glabella Meyersons Sign (+)
Wajah : Masking face (+)

3. Tanda Rangsang Meningeal : Negatif

4. Gerakan Abnormal : Meyersons sign (+), Tremor (+)


Motorik 5555 5555 Refleks Fisiologis + + Refleks Patologis - -
5555 5555 + + - -

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 13


DIAGNOSIS
Diagnosa Klinik
- Parkison disease grade II
- Hipertensi terkontrol
Diagnosa Topik
- Ganglia basalis di substansia nigra pars kompakta
Diagnosa Patologik
- Gangguan Dopaminergik
Diagnosa Etiologik
- Sekunder (Vaskular)

Terapi
Non-Medika Mentosa :
- Rawat
- Diet Biasa
- Konsul ke spesialis penyakit saraf
Medika Mentosa :
- IVFD RL / 24 jam - Sifrol 3 x 0,25mg
- Citicolin 3x250 - Amlodipine 1x10mg
- Levazide 2x1 -
- Tromboaspilet 1x80mg
- -
- Prognosis -
- Ad Vitam : Dubia ad bonam -
- Ad Fungsionam : Dubia ad bonam -
- Ad Sanationam : Dubia

Status Pasien Parkinson | Henderina W.D. Rehi 102013013 Page 14


-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
- Mini Referat
- PARKINSON
-
- PENDAHULUAN
- Penyakit Parkinson adalah penyakit Neurodegenetif pada system Ekstrapiramidal
yang sering dijumpai, yang ditandai dengan tremor waktu istirahat, Rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya reflek postural. Penyakit ini di diskirpsikan pertama kali
secara jelas pada tahun 1817 oleh dr. James Parkinson sebagai PARALISIS
AGITANS. Kemudian pada tahun 1886 oleh CHARCOT dikoreksi dan diusulkan
menjadi Penyakit Parkinson.
- Sejak tahun 1894 sudah diduga adanya kelainan di Substantia Nigra oleh Bloog
dan Marinesco. Sedang Tretiokoff pada tahun 1919 menyimpulkan dari hasil
penelitian post mortem penderita penyakit Parkinson secara konisten adanya lesi di
substantia nigra.
- Kemudian pada penelitian-penelitian berikutnya secara teratur dan terpisah
ditunjukkan oleh Bien (1956), Carlsson (1957-59) dan Homykiewicz (1960) ditmukan adanya
kelainan kadar Dopamin pada penyakit Parkinson.
- Penyakit Parkinson biasanya dijumpai pada usia diatas 50 tahun, dimana laki-laki
lebih banyak daripada wanita (3:2). Akan tetapi 5% dari penderita Penyakit Parkinson
dapat berkembang menjadi demensia sama dengan penyakit Alzheimer.
-
Dengan adanya faktor genetik memang tidak dapat disangkal, tetapi hanya kecil
saja. Perhatian peneliti sekarang ini banyak ter tuju pada factor lingkungan dan bahan toksis,
terutama setelah ditemukannya cara kerja MPTP (I-Methyl-4 Phenyl 1-2-3 Tetrahydroxy
Pyridine) dimana bahan tersebut dapat merusak fungsi Mitochondria dalam proses pembentukan
energi.1
-
1. DEFINISI
Penyakit parkinson

- Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang


berkaitan erat dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh
degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta
substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau
disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.3
-
Parkinsonisme

- Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu


istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan
kadar dopamine dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai
Sindrom Parkinson.
-
2. ETIOLOGI

- Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa


dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui),
reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang
belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
- Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya.Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar, akan tetapi ada
beberapa faktor resiko ( multifaktorial ) yang telah diidentifikasikan, yaitu :3,4
i. Usia
- Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra
pada penyakit parkinson.
-
ii. Genetik
- Sebagian besar kasus Parkinson tidak langsung diwariskan. Sekitar 15
sampai 25 persen dari orang dengan laporan Parkinson memiliki kerabat dengan
penyakit. Dalam studi populasi yang besar, para peneliti telah menemukan bahwa
orang yang terkena dampak dengan tingkat pertama relatif, seperti orang tua atau
saudara, memiliki kesempatan sekitar empat hingga sembilan persen lebih tinggi
mengalami PD, dibandingkan dengan populasi umum. Ini berarti bahwa jika orang
tua seseorang memiliki PD, nya kemungkinan terkena penyakit yang sedikit lebih
tinggi daripada risiko pada populasi umum.
-
- Para peneliti telah menemukan beberapa mutasi gen yang dapat
menyebabkan penyakit secara langsung, tapi ini hanya mempengaruhi sejumlah
kecil keluarga. Beberapa mutasi ini melibatkan gen yang berperan dalam fungsi sel
dopamin. Parkinson telah dikembangkan pada usia dini pada individu dengan
mutasi pada gen untuk Parkin, PINK1, LRRK2, DJ-1, dan glucocerebrosidase,
antara lain.4
-
iii. Faktor Lingkungan
a) Toksin
- Hal ini telah terlihat pada orang yang mengambil obat ilegal terkontaminasi
dengan bahan kimia yang disebut, MPTP. Individu-individu mengembangkan
gejala seperti Parkinson yang parah. Hal ini juga terjadi di awal 1900-an pada
individu yang pernah menderita bentuk parah dari influenza.
-
b) Pekerjaan
- Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan lama untuk bahan
kimia tertentu dikaitkan dengan peningkatan risiko PD. Ini termasuk insektisida
permetrin dan beta-hexachlorocyclohexane (beta-HCH), herbisida paraquat dan
2,4-dichlorophenoxyacetic asam dan fungisida maneb. Pada tahun 2009, US
Department of Veterans Affairs menambahkan Parkinson ke daftar penyakit
yang mungkin berhubungan dengan paparan Agen Oranye.
- Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.4
-
c) Infeksi
- Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia
astroides.
-
iv. Ras
- Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan
kulit berwarna.
-
v. Trauma kepala
- Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
-
vi. Stress dan depresi
- Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan
depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
-
3. PATOFISIOLOGI

- Penyakit Parkinson merupakan penyakit degeneratif yang mengakibatkan kematian


sel terutama pada daerah pars kompakta substantia nigra yang disertai adanya inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) akibat multifaktorial.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Gambar 2. Degenerasi substansi nigra Gambar 3. Inokulasi Lewy
Bodies
-
- Gejala penyakit Parkinson baru akan muncul bila kerusakan sel neuron
dopaminergik telah mencapai 80% dari substantia nigra.Walaupun keadaan inilah yang sangat
mempengaruhi keadaan penyakit Parkinson, tetapi ditemukan juga kerusakan sel neuron di
tempat lain seperti noradrenergik di locus cureleus, dopaminergik di ventral tegmentum,
thalamus, hipothalamus, serotonergik di raphe nukleus. Kerusakan sel neuron ini akan
mengakibatkan gejala yang sesuai dengan kekurangan neurotransmiter yang seharusnya
diproduksi.
-
- Pada penyakit Parkinson selain kekurangan neurotransmiter dopamin ditemukan
pula penurunan neurotansmiter noradrenalin dan serotonin. Kekurangan neurotransmiter
dopamin akan mengakibatkan gangguan terutama pada jaras dopaminergik. Terdapat tiga jaras
dopaminergik yang utama yaitu jalur nigrostriatal, mesolimbik dan mesokortikal.1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Gambar 4. Jaras dopaminergik utama (nigrostriatal, mesolimbik, dan mesokortikal)
-
-
- Pada jalur nigrostriatal merupakan jalur yang berfungsi sistem motorik,
sedangkan jalur mesolimbik dan mesokortikal merupakan jalur yang berfungsi
penghargaan(reward), penguatan (reinforcement), motivasi, perhatian dan kendali perilaku
(behavior). Pada jalur nigrostriatal akibat kekurangan neurotransmiter dopamin telah Hal
tersebut akan mempengaruhi fungsi motorik dan akan menimbulkan gejala disabilitas dan pada
efek samping obat anti parkinson akan terjadi diskinesia. Sedangkan jalur mesolimbik dan
mesokortikal kekurangan dopamin akan mengakibatkan gangguan kognitif dan psikologis.
-
- Kekurangan neurotransmiter noradrenalin akan berpengaruh pada jaras noradrenergik
yaitu pontine locus coeruleus dan lateral tegmental nuclei. Kedua jaras ini secara bersama-sama
mengatur fungsi kognisi, motivasi, memori, emosi dan respon endokrin. Walaupun belum dapat
dibuktikan secara pasti, beberapa peneliti menduga hilangnya neuron noradrenergik berakibat
timbulnya gejala depresi dan gangguan kognitif pada penderita Parkinson.Sedangkan penurunan
jumlah serotonin akan mengakibatkan keadaan depresi. Hal ini didukung pada pemberian obat
yang menghambat pengambilan kembali serotonin (SSRIs), didapat respon perbaikan depresi
yang relatif cepat. Dari penjelasan diatas dapat dirangkumkan bahwa penyakit Parkinson yang
ditandai dengan hilangnya neuron dopaminergik pada substansia nigra, disertai neuron
serotonergik dan noradrenergik, akan mengakibatkan deplesi neurotransmiter dopamin, serotonin
dan noradrenalin, yang selanjutnya mendasaritimbulnya gejala klinik disabilitas, depresi,
gangguan kognisi.
-
4. EPIDEMIOLOGI

-
- Insiden penyakit ini meningkat tajam dengan usia, dari 17,4 di 100 000 orang-tahun
antara 50 dan 59 tahun menjadi 93,1 di 100 000 orang-tahun antara Insiden penyakit meningkat
tajam dengan usia, dari 17,4 di 100 000 orang-tahun antara 50 dan 59 tahun menjadi 93,1 di 100
000 orang-tahun antara 70 dan 79 tahun, dengan risiko seumur hidup mengembangkan penyakit
1,5%. Usia rata-rata onset adalah 60 tahun dan durasi rata-rata penyakit dari diagnosis untuk
kematian adalah 15 tahun, dengan angka kematian dari 2-1,5 karena penuaan populasi Barat,
meningkatnya frekuensi 1 dari 800 dapat diantisipasi.5
-
- Menurut konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson, Penyakit Parkinson yang
mulai sebelum umur 20 tahun disebut sebagai Juvenile Parkinsonism. Penyakit Parkinson lebih
banyak pada pria dengan ratio pria dibanding wanita 3:2. Penyakit parkinson meliputi lebih dari
80% Parkinsonism. Di Amerika Utara meliputi 1 juta penderita atau 1% dari populasi berusia
lebih dari 65 tahun. Penyakit Parkinson mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi dan
angka kejadiannya berkisar 20 per 100.000 populasi. Keduanya seiring dengan bertambanya
umur. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per
100.000 populasi per tahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh Penyakit Parkinson sendiri
tetapi oleh karena terjadinya infeksi sekunder.3
-
5. KLASIFIKASI3

-
i. Idiopatik (Primer)
Penyakit Parkinson
Juvenile Parkinsonism

-
ii. Simtomatik (Sekunder)
Infeksi dan pasca infeksi
Pasca- ensefalitis (ensefalitis letargika), slow virus
Toksin : 1-methyl-4-phennyl-1,2,3,6-trihydroxypyridine (MPTP), CO, Mn,
Mg, CS2, metanol, etanol, sianid
Obat : Neuroleptik (antipsikotik), antiemetik, reserpin, tetrabenazine, alfa-
metil-dopa, lithium, flunarisin, sinarisin.
Vaskular : Multiinfark serebral
Trauma kranioserebral (pugilistic encephalophaty)
Lain : hipotiroida, hipoparatiroida, degenarasi hepatoserebral, tumor otak,
siringomiela.

-
iii. Parkinsonism Plus (multiple system degeneration)
Progresif supranuklear palsi
Atrofi multisistem: degenerasi striatonigral, sindroma Shy-Grager, degenerasi
olivo-potoserebelar, sindroma Parkinsonism, amiotrofi
Degenerasi ganglionik kortikobasal
Sindroma demensia : kompleks Parkinsonism-dementia-ALS (Guam),
penyakit Lewy bodies difus, penyakit Jacob, Creutzfeldt, penyakit Alzheimer
Hidrosefalus tekanan normal
Kelainan herediter

-
iv. Penyakit heredodegeneratif
Seroid-lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-Strausler-Scheinker
Penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit Huntington
Lubag
Penyakit Machado-Joseph
Nekrosis striatal dan sitopati mitokondria
Neuroakantosis
Atrofi familial olivopotoserebelar
Sindroma talamik demensia
Penyakit Wilson

-
6. GEJALA KLINIS
- Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang didapat
dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia
fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik
(ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita parkinson : 1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Gambar 5. Gejala Parkinson
-
- Gejala motorik
-
i. Tremor
- Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari
penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika
orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut
resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor
kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang
logam atau memulung-mulung (pill rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau
pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut
membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan
menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
- Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi
pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung
uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa
bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika
disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi,
namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
-
ii. Rigiditas
- Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada
pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga
gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki,
kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak
halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan
dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak
jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek.
-
- Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh
gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena
roda bergigi (cogwheel phenomenon).
-
iii. Akinesia / bradikinesia
- Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga
tanda akinesia / bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil,
sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang, sehingga sering keluar air liur.
-
- Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu
obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan
berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya
wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah
sehingga ludah suka keluar dari mulut.
-
iv. Tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu untuk melangkah
- Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu
untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi
lambat berpikir dan depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi
dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus
dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini
mengakibatkan penderita mudah jatuh.
-
v. Mikrografia
- Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa
kasus hal ini merupakan gejala dini.
-
vi. Langkah dan gaya jalan (sikap parkinson)
- Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat
(marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke
depan, punggung melengkung bila berjalan.
-
vii. Bicara monoton
- Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus (suara bisikan) yang lambat.
-
viii. Dimensia
- Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan defisit
kognitif.
-
-
-
ix. Gangguan behavioral
- Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat
(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu
yang cukup.
-
x. Gejala Lain
- Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif). Kesukaran dalam usaha pengosongan
kandung kencing dan juga sering mengalami obstipasi kronik. Rasa nyeri pada otot
terutama otot betis pada malam hari. Juga terdapat kesukaran bila hendak berlari dari
kursi atau tempat tidur yang rendah. Gejala-gejala pelengkap yang lain disesuaikan
dengan kausa parkinsonisme atau sindrom Parkinson. Misalnya hipotensi orthostatic,
takikardi, hiperhidrosis, sekresi kelenjar lemak kulit yang tinggi, emosi yang labil,
impotensia, intelegensia tetap utuh, atau mengalami kemunduran sampai kelumpuhan
neuron motorik sentral, oftalmoplegi, krisis okulogirik, gangguan serebellum dan lain-
lain.
-
- Gejala Non Motorik
i. Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik
Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat
seksual, perilaku, orgasme.
ii. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
iii. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
iv. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
v. Gangguan sensasi
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau
anosmia).
-
7. PERJALANAN PENYAKIT

- Perjalanan penyakit dapat diukur sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr
(Hoehn dan Yahr Staging of Parkinsons Disease) 3
i. Stadium satu
Gejala dan tanda pada satu sisi
Terdapat gejala yang ringan
Terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan
Biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak
Gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
-
ii. Stadium dua
Terdapat gejala bilateral
Terdapat kecacatan minimal
Sikap/cara berjalan terganggu

-
iii. Stadium tiga
Gerak tubuh nyata melambat
Keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri
Disfungsi umum yang sedang

-
iv. Stadium empat
Terdapat gejala yang lebih berat
Masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu
Rigiditas dan bradikinesia
Tidak mampu berdiri sendiri
Tremor dapat berkurang dibanding stadium sebelumnya

-
v. Stadium lima
Stadium kakhetik
Kecacatan total
Tidak mampu berdiri dan berjalan
Memerlukan perwatakan tetap

-
8. DIAGNOSA

- Kriteria diagnostik (Kriteria Hughes) 3


i. Possible

- Terdapat salah satu dari gejala utama :


Tremor istirehat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan refleks postural
-
ii. Probable

- Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan refleks postural)
atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik).
-
iii. Definite

- Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala
lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal). Bila semua tanda-tanda tidak jelas
sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian.
- Tanda khusus :
i. Meyersons sign
Tidak dapat mencegah mata berkedip-kedip bila daerah glabela diketuk
berulang.
Ketukan berulang (2x/detik) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip-
kedip (terus menerus)

-
9. DIAGNOSA BANDING
Tremor essensial
Penyakit Bingswanger
Hidrosefalus bertekanan normal
Progresif supranuklear palsi
Degenarasi striatonigra
Depresi hipokinetik (anergik)
Parkinsonism akibat pengaruh obat-obatan.

-
10. PENATALAKSANAAN

- Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang progresif


dan penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi penatalaksanaannya adalah 1)
terapi simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3)
neurorestorasi, keduanya untuk menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini
ditujukan untuk mempertahankan kualitas hidup penderitanya. 3
A) Terapi farmakologik
i. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)

- Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit


parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan
diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam
amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-
5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di
sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu
mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan
efektivitasnya dan mengurangi efek sampingnya.
-
- Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan
levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan
tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal
ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu
pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki
susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin.
Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.
-
Nausea, muntah, distress abdominal
Hipotensi postural
Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita
yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik
dopamine pada system konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan obat
beta blocker seperti propanolol.
Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota
gerak, leher atau muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang
berespon baik terhadap terapi levodopa. Beberapa penderita
menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena
penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti,
membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal
dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang
terjadi pada terapi levodopa.

- Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun


adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak
maupun tubuh. Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga
semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping
levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan
memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda
seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.
-
ii. Agonis Dopamine

- Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid


(Permax), Pramipexol (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan
lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini
bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga
menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya
akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.
-
- Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah
mengalami serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari
levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah
yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
-
- Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis,
eritromelalgia, edema kaki, mual dan muntah.
-
iii. Antikolinergik

- Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan


menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini
mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan
asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.
- Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan
untuk penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin
(congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk golongan ini adalah
biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine (kamadrin).
- Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur.
Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson
usia diatas 70 tahun, karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat.
-
iv. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)
- Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO
diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine
dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan
pergerakan.
-
- Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan
menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat
perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik.
Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin.
-
- Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-
carbidopa. Selain itu obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan.
Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.
-
v. Amantadin

- Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di


bagian lain otak. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya
diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan
gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan
dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia
pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai
kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat
mengakibatkan mengantuk.
vi. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT
- Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih
relatif baru, berfungsi menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT
dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai sebagai
kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.
-
- Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini
memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
-
- Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga
perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial. Obat ini juga menyebabkan
perubahan warna urin berwarna merah-oranye.
-
vii. Neuroproteksi

- Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian


sel yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan
sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and
CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine
receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine
oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I
mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
-
B) Terapi pembedahan

- Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses


patologis yang mendasari (neurorestorasi).
i. Terapi ablasi lesi di otak
- Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy
- Indikasi :
-
fluktuasi motorik berat yang terus menerus
diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik
-
- Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan
kauterisasi. Efek operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak
aman untuk melakukan ablasi dikedua tempat tersebut.
ii. Deep Brain Stimulation (DBS)

- Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang


dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti
alat pemacu jantung.
- Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman.
Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari levodopa dan mengendalikan
diskinesia.
iii. Transplantasi
- Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982
oleh Lindvall dan kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal)
yang menghasilkan dopamin.
- Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari
jaringan embrio ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial
steam atau progenitor cells, non neural cells (biasanya fibroblast atau
astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid body epithelial glomus cells.
Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat immunosupressant
cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa hidup graft
jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala
penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 6 tahun
sesudah transplantasi.
- Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan
donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun perijinan.
-
-
-
-
-
-
C) Terapi non farmakologik

-
i. Terapi rehabilitasi

- Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup


penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi
masalah-masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur
tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan perawatan diri (Activity of Daily
Living ADL), dan Perubahan psikologik.
- Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi,
okupasi, dan psikoterapi.
- Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan
ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada
tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot
ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari kursi.
- Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai
bermacam strategi, yaitu :
Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara
jelas dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal
maupun visual dan hanya melakukan satu tugas kognitif maupun
motorik.
Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan
tikungan yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila
ingin memungut sesuatu dilantai.
Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri
dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan
pada dinding. Hindari eskalator atau pintu berputar. Saat bejalan di
tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan
bicara atau melihat sekitar.
-
- Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian,
status mental pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi
rehabilitasi kognitif dan melakukan intervensi psikoterapi.
-
11. PROGNOSIS

-
- Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan,
gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai
dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian.
- Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan
pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Penyakit Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang
sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien Parkinson pada umumnya lebih
rendah dibandingkan yang tidak menderita Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson
dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.
-
Progresifitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih.
Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment
yang tepat, kebanyakan pasien Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah
diagnosis.1,6
-
-
-
-
-
-
- PEMBAHASAN KASUS
- Seorang laki-laki berumur 55 tahun datang ke rumah sakit diantar oleh
keluarganya. OS masih bisa berjalan tetapi OS mengunakan tongkat. OS datang ke poli
Neurology dengan keluhan riwayat kaku pada tangan kanan dan kedua tungkai. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Menurut pasien saat ia memengang sendok, dan
mengarahkan ke mulut, ia merasakan bahwa tangannya seperti disentak-sentak. OS mengatakan
bahwa saat terjadi kekakuan pada tangan kanan, ia menyadari bahwa tangannya bergetar.
Bergetar getar ini hanya terjadi saat OS istirahat. Selain itu, pasien mengatakan kaku pada kedua
tungkai. Hal ini di rasakan saat sedang berjalan juga pada saat pasien hendak duduk atau bangun
dari kursi.
- Sebelum terjadi kekakuan pada tangan kanan dan kedua tungkai, OS mengeluh
merasa tubuhnya lemas. Karena badan OS lemas, OS sering mengalami ketidakseimbangan saat
jalan sehingga OS hampir jatuh. Menurut OS, mulut OS tampak mencong ke kanan. Hal ini
menyebabkan OS tidak lancar berbicara, namun daya ingatan os masih kuat.
- Pada pemeriksaan didapatkan kekakuan pada otot tangan dan kaki pasien. Tetapi
kekakuannya sudah sangat minimal Jadi, pada kasus ini, pasien memiliki trias gejala
Parkinson yaitu tremor, rigiditas, dan bradikinesia yang sudah berlangsung sejak awal
bulan desember tahun 2014. Hal ini bisa dilihat berdasarkan kriteria diagnosis
Parkinson yaitu tiga gejala utama (trias) penyakit Parkinson : Kekakuan anggota
gerak & hilangnya reflek-reflek postural, Mobilitas berkurang secara abnormal,
Gemetar (tremor). Sedangkan etiologi Parkinson adalah Parkinsonisme dapat berupa
idiopatik maupun sekunder. Pasien ini memiliki riwayat strok iskemik dimana hasil
CT Scannya menunjukan kesan adanya infark pada basal ganglia. Hal ini
memungkinkan bahwa penyebab parkinson pada penyakit ini adalah karena kelainan
vaskular yaitu infark pada basal ganglia.
- Meyersons sign merupakan tanda khusus pada penyakit Parkinson. Pada pasien
ini Meyersons sign (+). Didapatkan pula Coghwheel fenomen yang merupakan tanda
khusus penyakit Parkinson.

- Sedangkan perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihat berdasar tahapan menurut Hoehn
pada kasus ini pasien berada pada stadium kedua pada pasien gejala bilateral pada kedua tungkai,
terjadi kecacatan minimal yaitu mulut pasien mencong ke kanan dan bicara menjadi kurang
jelas, sikap / cara berjalan terganggu dimana pasien mengatakan sulit saat hendak duduk atau
bangun dari kursi. Namun setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, pasien mengalami
perbaikan. Dimana kaku pada kaki berkurang, begitu juga dengan nyerinya, tremor berkurang
dan pasien dapat duduk dan berjalan walaupun dengan perlahan-lahan.

- Pada kasus ini pasien mendapatkan dopaminergik yang diberikan sesuai dengan
gejala yang dikeluhkan oleh penderita.Hal dapat dilihat dari penatalaksanaan
Parkinson yang dibagi menjadi dua yaitu medikamentosa dan non medikamentosa
(Dewanto, 2009). Medikamentosa adalah Dopaminergik (levodopa). Sedangkan
terapi non medika mentosa pada pasien ini adalah stimulasi otak, rehabilitasi medis,
dan Psikoterapi. Operasi tidak dianjurkan karena pasien berespon baik dengan
pengobatan.
- Prognosis pada pasien ini keseluruhannya adalah dubia ad bonam. Vitam dubia ad
bonam karena penyakit Parkinsonnya tidak mengancam nyawa, tekanan darah tinggi
yang diderita oleh pasien sangat terkontrol baik. Fungsionam dubia ad bonam karena
peranan keluarga yang aktif sangat penting untuk keadaan pasien terutama untuk
pengobatan pasien dengan maupun tanpa obat yang berupa fisioterapi. Sedangan
sanationam dubia karena pasien mempunyai infark di basal ganglia dimana pada
pasien ini masih ada kemungkinan terjadinya kembali pasrkinsonism. Namun, dengan
pengobatan yang tepat, pengidap penyakit Parkinson dapat mencapai kualitas hidup
yang baik.

-
- Daftar Pustaka
1 Supadmadi, Sp.S. Penyakit Parkinson. Dalam Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus
Neurologi. Buku ke-II. Diterbitkan oleh Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad,
Jakarta; 2007. h. 73-9.
2 Anatomi sistem saraf pusat. Diunduh dari
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab4_anatomi_sistem_saraf_pusat
.pdf
3 Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson. Editor : Joesoef A., Agoes A., Purnomo H.,
Dalhar, Samino. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
4 Penyakit Parkinson. Diunduh dari http://medicalstudentdate.blogspot.com/2012/03/penyakit-
parkinson.html?zx=c2c2eb8f0693f46d.
5 Patofisiologi Penyakit Parkinson. Diunduh dari http://www.news-
medical.net/health/Parkinsons-Disease-Pathophysiology-(Indonesian).aspx.
6 Pengobatan Penyakit Parkinson. Diunduh dari http://www.news-
medical.net/health/Parkinsons-Disease-Treatment-(Indonesian).aspx.
7 Movement Disorders. Diunduh dari
xa.yimg.com/kq/groups/20899393/.../TENTIR+IV+Saraf+Jiwa.docx.
-
-

Anda mungkin juga menyukai