Jakarta Selatan
OHSAS dan OSHA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya
merupakan hal yang perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya
yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja
disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun
non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya, yang
masuk kedalam program patient safety.
The United States Occupational Safety and Health Administration (OSHA) adalah bagian
dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang dibentuk di bawah Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan, yang ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada 29
Desember 1970. Misinya adalah untuk mencegah cedera yang berhubungan dengan pekerjaan,
penyakit, dan kematian dengan menerbitkan dan menegakkan peraturan (standar) untuk
kesehatan dan keselamatan kerja.
OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS
18001) adalah suatu standar internasional untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di tempat kerja seperti di rumah sakit. Banyak organisasi di berbagai
Negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk mendorong penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten
mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.
OHSAS 18001 diterbitkan pada tahun 1999 dan diperbaharui pada tahun 2007 yaitu
tanggal 1 Juli 2007 sebagai tanggapan atas permintaan organisasi yang memiliki spesifikasi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
OHSAS (Occupational Health and Safety Assesment Series) 18001 adalah suatu standar
internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Tujuan dan
sasaran yang termuat dalam SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dari OHSAS sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan SMK3, yaitu meningkatkan
kondisi kesehatan kerja dan mencegah terjadinya potensi kecelakaan kerja dan mencegah
terjadinya potensi kecelakaan kerja karena kondisi K3 tidak saja menimbulkan kerugian secara
ekonomis tetapi juga kerugian non ekonomis seperti menjadi buruknya citra perusahaan. OHSAS
18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian dengan
peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktivitas-aktivitas rumah sakit dan
mengenali adanya bahaya-bahaya yang timbul.
Standar tersebut dapat diterapkan pada setiap organisasi yang ingin menghapuskan atau
meminimalkan resiko bagi para karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan
langsung dengan resiko K3 menyertai aktivitas-aktivitas yang ada.
Kepuasan pasien
1. Melakukan identifikasi risiko seperti faktor fisik, kimiawi serta biologis, bekerja di
rumah sakit serta fasilitas medis lainnya.
PSM adalah merupakan suatu regulasi yang di keluarkan oleh U.S. Occupational Safety and
Health Administration (OSHA),tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau
kejadian seperti kejadian yang sangat mengerikan di India pada tahun 1984,yaitu kasus Bhopal.
OSHA mengusulkan suatu standar yang mengatur cara penanganan bahan-bahan kimia
berbahaya dan membuat suatu program secara komprehensif dan terintegrasi kedalam proses
teknologi,prosedur dan manajemen praktis. Kemudian OSHA mengeluarkan suatu regulasi
tentang penanganan,penggunaan dan proses bahan-bahan Kimia yang sangat berbahaya (Title 29
of CFR Section 1910.119).
PSM ini awalnya dibuat untuk melindungi sejumlah industri yang ditandai dengan kode
SIC,dimana prosesnya melibatkan lebih dari 5 ton bahan mudah terbakar dan 140 bahan beracun
dan reaktif,secara garis besar persyaratan yang dibuat oleh OSHA PSM adalah sebagai berikut:
1 Melakukan analisa bahaya proses ditempat kerja untuk mengidentifikasi dan mengontrol
bahaya dan meminimalkan konsekuensi dari kecelakan yang sangat parah atau fatal.
Membuat prosedur informasi keselamatan mengenai identifikasi bahaya kimia dan proses
ditempat kerja,peralatan yang digunakan dan teknologi proses yang digunakan.
Melakukan kajian bahaya ditempat kerja,termasuk identifikasi potensi sumber kecelakaan dan
kejadian kecelakaan yang pernah terjadi serta memperkirakan dampak terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerja.
3. Operating Procedures
4. Employee Participation
Melakukan konsultasi atau diskusi dengan pekerja atau perwakilan pekerja dalam
mengembangkan dan melakukan kajian bahaya di tempat kerja dan perencanaan pencegahan
kecelakaan dan memberikan kepada mereka akses terhadap standar yang dibutuhkan.
5. Training
Semua pekerja baik lama atau baru harus di training mengenai prosedur operasi,prosedur
keselamatan,prosedur emergensi dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan ditempat kerja.
6. Contractors
Memastikan kontraktor dan karyawan kontrak diberikan informasi dan training yang sesuai.
Melakukan pre-startup review pada semua peralatan yang baru di install atau dimodifikasi.
8. Mechanical Integrity
Hot work permit harus dikeluarkan atau digunakan untuk bekerja diarea panas.
Memberikan training atau pelatihan kepada pekerja dan kontraktor dalam mengahdapi keadaan
darurat.
Melakukan review secara berkala terhadap kajian bahaya ditempat kerja dan sistem tanggap
darurat.
Menyediakan informasi kepada petugas yang bertanggung jawab atau diberi wewenang yang
berkaitan dengan bahaya proses,kimia,procedur operasi dan lain-lain yang dibutuhkan termasuk
informasi rahasia dagang jika diperlukan.
PSM standar adalah merupakan suatu regulasi yang didasarkan pada kinerja,dan pelaksanaannya
sangatlah fleksibel dan dapat disesuaikan atau dikembangkan sesuai dengan situasi masing-
masing perusahaan. Hal ini telah menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi dari regulasi
tersebut antara perusahaan-perusahaan dengan OSHAs Compliance Safety and Health Officers
(CSHOs) sehingga menimbulkan kesalah pahaman dalam pelaksanaanya. Untuk menanggulangi
hal tersebut OSHA mengeluarkan pedoman pelaksanaan dari PSM standar tersebut. Pedoman
yang pertama dikeluarkan tahun 1992 yaitu CPL 2-2.45A. Pedoman ini memasukan informasi
mengenai: