1. Drilling Train
Drilling Train
2. Cement Retainer
Cement Retainer
3. Tubing
Tubing
4. Drill Stem
Drill Stem
5. Drilling Bit
Drilling bit
Semua bagian di atas akan dibahas lebih detil pada kesempatan lain. Sekarang kita bisa mulai
prosesnya. Pengeboran darat atau lepas pantai menerapkan teknik dan metode yang sebagian
besar mirip. Perbedaan yang mungkin sangat kentara adalah konstruksi platform dan metode
mendirikan derrick. Bila di darat, derrick didirikan dengan sangat mudah. Namun lain halnya
dengan pengeboran lepas pantai. Setidaknya ada 4 jenis platform untuk pengeboran lepas pantai
yaitu fixed platform, self-elevating platform, semi-submersible platform, dan dynamic
positioning vessel.
Pengeboran, baik darat maupun lepas pantai, akan dilakukan setelah para ahli geologi dan
geofisika melakukan survey dan yakin bahwa di wilayah tersebut diduga ada cadangan minyak
atau reservoir. Meskipun di atas dijelaskan mengenai persiapan pengeboran darat, namun yang
akan dibahas berikutnya adalah proses pengeboran lepas pantai. :D
Sama dengan langkah awal pengeboran darat, pengeboran lepas pantai dapat dilakukan
setelah para ahli geologi melakukan survey dan menduga ada cadangan minyak di bawah lantai
laut. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasang pipa penghubung (conductor pipe) dan
drilling pipe dan menurunkannya ke dasar laut.
Setelah pipa konduktor sampai di dasar laut dan menembus lapisan permukaan lantai laut,
drilling pipe kembali ditarik ke permukaan. Di dalam conductor pipe terpasang jet bit yang
membantu melubangi dasar laut sehingga conductor pipe dapat terangkat.
Posisi pipa konduktor dan pelepasan drill pipe
Kemudian drill bit atau dalam bahasa sehari-hari kita adalah mata bor, diturunkan dan
masuk hingga ke dasar pipa konduktor.
Kita lanjutkan proses pengeborannya. Setelah melakukan pengeboran sedalam beberapa ratus
meter, drill bit akan diangkat ke permukaan. Dan casing pipe dengan ukuran diameter kira-kira
50 cm (sedikit lebih kecil daripada lubang sumur) diturunkan ke dalam lubang sumur
menggunakan drill pipe. Pipa casing ini berfungsi untuk melapisi dan menjaga dinding lubang
sumur agar tidak runtuh.
Proses cementing
Proses penyemenan ini diteruskan hingga ke ujung atas pipa casing. Jangan disangka bahwa
semen yang digunakan adalah semen yang umum di toko bangunan. Semen ini khusus dirancang
untuk tahan dengan kondisi air laut dan tekanannya. Ulasan lebih jelas mengenai proses
cementing dapat dibaca disini.
Setelah proses tersebut selesai, drill pipe dilepas dan ditarik kembali ke atas. Selanjutnya
adalah menyambung riser pipe. Riser pipe ini akan berfungsi ganda, salah satunya adalah untuk
sirkulasi mud yang disemburkan melalui ujung drill bit (akan dibahas lebih jelas nanti). Untuk
proses selanjutnya, ujung dari riser pipe dihubungkan dengan perangkat khusus yang bernama
Blow Out Preventer (BOP). BOP ini akan didudukkan di atas pipa casing yang sudah lebih
dahulu terpasang di lantai laut.
BOP duduk di atas pipa casing
Sekarang, platform atau rig yang berada di permukaan laut sudah dihubungkan oleh riser pipe
dengan pipa casing di lapisan dalam dasar laut seperti gambar di bawah ini.
1. Mud memiliki viskositas yang lebih besar daripada air. Artinya, mud jauh lebih mudah dan
mampu lebih banyak mengangkat serpihan sedimen keluar dari lubang pengeboran.
Mud lebih banyak mengangkat serpihan dari dalam lubang bor karena viskositasnya
2. Mud memiliki densitas lebih besar dari air. Ketika pengeboran semakin jauh ke dalam lapisan
batuan, tekanan dari dinding-dinding lubang bor akan semakin besar. Bila air (densitas rendah)
yang disemprotkan ke dalam lubang bor, maka lama kelamaan air tidak akan sanggup menahan
tekanan dari dinding-dinding sumur. Dinding sumur bisa runtuh dan drill bit akan tertahan.
Dinding sumur colapse akibat tekanan di dalam lubang sumur tidak mengimbangi
Bila menggunakan mud (densitas lebih besar daripada air), maka tekanan dari luar sumur bisa
diimbangi oleh tekanan dari dalam sumur yang diisi dengan mud. Dan mud ini cukup ekonomis
karena mampu dibersihkan, didaur ulang dan digunakan kembali. Baca lebih lengkap tentang
mud di artikel ini.
Formation Sampling
Sampel tersebut akan dianalisa untuk memastikan lapisan batuan yang ditembus adalah
formasi reservoir. Setelah itu, geophisical logging tool diturunkan ke dalam lubang sumur untuk
menganalisa dan memberikan informasi kepada geologist mengenai data-data fisik formasi
batuan sepanjang tool tersebut diturunkan di formasi reservoir. Semua data yang dikumpulkan
akan dievaluasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan apakah sumur bisa langsung
berproduksi, atau geologist memutuskan untuk mengambil data lebih banyak atau malah sumur
yang sudah digali tidak dapat diproduksi.
Geophisical Tool introduced to collect data
Bila ternyata sumur tersebut memang berpotensi untuk langsung diproduksi, maka casing
terakhir akan diturunkan ke dalam lubang sumur dan dilakukan proses cementing. Setelah itu,
casing tersebut di-pervorating atau dalam bahasa yang lebih mudah dilubangi sehingga
memungkinkan minyak bumi dialirkan ke permukaan.