Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PROFIL KELUARGA SEHAT

I. IDENTITAS
Nama : Ny. MR
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Panaikang nomor 25

II. ANGGOTA KELUARGA


1) Identitas
Nama : Ny. TR
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan keluarga : Orang tua (ibu)

2) Identitas
Nama : Ny.JD
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan keluarga : Saudara perempuan

3) Identitas
Nama : SK
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Hubungan keluarga : Anak

III. PROFIL KELUARGA


Ny. MR tinggal di sebuah rumah yang didiaminya bersama ibu,
saudara prempuan, dan anak perempuannya. Suami Ny. MR tinggal di luar
kota karena bekerja di sana. Suami saudara perempuan Ny. MR juga bekerja

1
dan tinggal di luar kota. Bapak Ny. MR sudah meninggal, sehingga ibu Ny.
MR tinggal bersama mereka.

IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


Ny. MR adalah seorang wiraswasta dengan usaha d bidang Multi
Level Marketing sedangkan suaminya merupakan PNS di BAPEDA Kendari.
Kondisi rumah yang ditempati oleh Ny.MR terbilang cukup baik,
dengan kondisi rumah batu berlantai keramik, 2 lantai, dengan 4 kamar tidur,
sekitar rumah yaitu bagian samping kanannya berbatasan dengan rumah batu
dan samping kirinya berbatasan dengan jalan. Meskipun berada di lingkungan
perumahan yang cukup padat, tetapi rumah Ny. MR cukup memiliki
pekarangan yang luas dan rimbun karena ditanami pohon mangga, pohon
pepaya, dan beberapa tanaman-tanaman hias. Ny. MR menempati sebuah
kamar dengan luas sekitar 2,5 x 2 m 2. Perabot tertata rapi dan kebersihan
kamar cukup memuaskan. Rumah itu memiliki 3 kamar mandi yang terletak
di dekat dapur, di lantai 2, dan di dalam kamar Ny. MR. Kondisi kamar mandi
dan dapur cukup bersih. Ventilasi dan pencahayaan cukup memadai serta
memenuhi syarat. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak
diperoleh dari air PAM, dan air galon untuk minum. Septic tank terletak di
belakang rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Ny. MR juga dilengkapi
saluran pembuangan air di depan rumah, hanya saja saluran pembuangannya
belum terlalu baik sehingga airnya tergenang

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Menurut Ny.MR, dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang bermakna, hanya dirinya yang sering sakit kepala namun dari
hasil pemeriksaan tidak menunjukkan kondisi yang serius. Dokter hanya
menyarankan Ny. MR untuk banyak istirahat dan tidak boleh terlalu lelah.

VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA


Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi dengan menu
makanan sederhana seperti nasi, tempe, tahu, ikan, telur, sayur, dan
sebagainya yang diolahnya sendiri atau di pesan pada katering rumahan.

VII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA

2
Hubungan Ny. MR dengan keluarganya sangat dekat dan
komunikasi berjalan dengan lancar dan selalu melakukan aktivitas bersama
misalnya rekreasi keluarga jika ada hari libur.

VIII. LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat. Kebersihan
lingkungan rumah terjaga, lingkungan rumah tetangga sekitar rumah Ny. MR
juga cukup terjaga, meskipun masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu
memperhatikan kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah
dalam keadaan baik.

Gambar 1. Tampak Depan rumah

Gambar 2. Ruang tamu Gambar 3. Halaman


Rumah

Gambar 4. Kamar Tidur Gambar 5. Kamar Mandi

3
Gambar 6. Dapur Gambar 7. Halaman belakang

Gambar 10. Halaman


dan
tanaman depan
rumah

Gambar 8. Ventilasi Gambar 9. Saluran Air

BAB II
SYARAT RUMAH SEHAT

4
I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan
WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit
mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.1

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya
tetap berkisar antara 18-20oC. suhu ruangan ini tergantung pada:
Suhu udara luar
Pergerakan udara
Kelembaban udara
Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-
conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam


hari. Yang ideal adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-
ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap


segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup
mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai.
Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir
bebas bila jendela dibuka.

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

5
Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara
yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari
sumber-sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah,
lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus
mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak
terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana
semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang
untuk menerima tamu.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang
baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti:
nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

6
II. BAHAN BANGUNAN
a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin
atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang
mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di
sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.2,3
b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi
tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan,
lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,
maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.2,3
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang
baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut
ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada
ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.2

7
III.VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang
berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap dalam kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara
penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai
berikut: 2

8
Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan.
Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower
atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan
kerja.

IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah,
terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan
akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di
samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).

9
Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding
(tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan
melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian
menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.
V. LUAS BANGUNAN RUMAH
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur,
makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut: 2
kebutuhan luas per jiwa
kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang
lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3
m2 untuk setiap orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya
penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya
TBC akan mudah terjadi di antara penghuni rumah. Dari penelitian
berjudul Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan

10
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang, yang dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban
rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah dengan
kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable suhu tidak memiliki
hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis pada anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus
dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun kwalitasnya
baik, tapi karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi
kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari
tidak mandi. Hal ini akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih
mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-
penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga
mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu.
Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak
muda tida suka tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya
kejahatan dan kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga
yang tidak harmonis. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di
samping menyebabkan perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak
baik juga menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai
berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga

11
Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah
sehat yang digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul
Gambaran Rumah Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data
SUSENAS 2001 dan 2004.5

VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH


SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam
perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan
berkelanjutan di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua
seminar dan lokakarya internasional tentang arsitektur ekologis dan
lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas

12
tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesnder Wohnen durch
biologisches Bauen. Neubeuren 1982).6

Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam


lestari, maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan
rumah yang dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan
berkelanjutan belum pernah sepenting seperti sekarang. Pengaruh
perabadan manusia cenderung merusak lingkungan sebagai dasar
kehidupannya.6

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan


lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai
standar rumah ekologis yang sehat.6

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan


sebagai paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari
wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m,
serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota
kontemporer. Alun-alun sebagai taman/hutan kota merupakan ruang
beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi kualitaskehidupan dalam kota.
Letak dan pengaturan penghijauan dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota
tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi kekurangan lahan hijau seperti
jaringan penghubung (biotop interconnection) dengan penghijauan berbentuk
bahu jalan yang ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar.
Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam
kota dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi
manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim
mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian menguap
kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan dan melindungi
lereng gunung terhadap tanah longsor.6

2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis

13
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga
yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti
yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam
kesadaran. Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia
menjadi satu-satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian.
Dengan demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-
benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.

Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut,


maka di dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:

sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi


semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral,
pembumian)
menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan
medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya
mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan
standby
memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand
phone), juga
orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan
patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada
jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.6

3. Menggunakan bahan bangunan alamiah


Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan
macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru.
Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan

14
bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan
bangunan baru juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan
dan fisika bangunan.Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi
dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli
supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang
teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu
bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu
diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh. rantai
bahan bangunan.6

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam


bangunan
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup
di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan
ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Sebagai kompromi letak
gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap
arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga
menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar
matahari yang Letak gedung terhadap arah angin yang paling paling
menguntungkan bila memilih arah dari menguntungkan bila memilihi arah
tegak lurus timur ke barat terhadap arah angin itu Ruang di sekitar bangunan
sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.6

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang


mampu mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan
kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung
terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut).
Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air
(higroskopis) dan yang menolak air. Bahan bangunan yang berpori dapat
mengisap air dengan berbagai cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan
makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah

15
dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan
bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan
angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang),
oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang
melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan kelembapan apapun dalam
iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang
mempengaruhi kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis
dan asma.6

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi


bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan
merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya,
karena lapisan yang kedap air tidak ada.6

7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai


bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan
akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan
bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan
minimal 60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang
tahan hanya sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya
(life span).6

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan


harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam
perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika. Proporsi dan
keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur.
Oleh karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi.
Pengertian proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun

16
bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan
penganutnya.6

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari


lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber
alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus
dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang
eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah,
serta rantai bahan secara holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya
penduduk dan ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan
kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah.
Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh
rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah dasar etika
lingkungan.6

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara


luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan
patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan
perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang
merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat dihindarkan.6

BAB III
PEMBAHASAN
Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk
tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk
melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara
anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang

17
berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah yang dapat digunakan
sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan
keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.

Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki


oleh Ny. RM untuk dikategorikan sebagai rumah sehat :

No Cek
Variabel yang dinilai Skor
.
1. Lokasi
a. tidak rawan banjir 3
b. rawan banjir
2. Kepadatan hunian
a. tidak padat (>8m2/orang) 3
b. padat (<8m2/orang)
3. Lantai
a. Semen ubin, keramik, kayu 3
b. Tanah
4. Pencahayaan
a. cukup 3
b. tidak cukup
5. Ventilasi
a. ada ventilasi 3
b. tidak ada
6. Air bersih
a. air dalam kemasan
b. ledeng/PAM 3
c. mata air pelindung
d. sumum pompa tangan
e. sumur terlindung
f. sumur tidak terlindung
g. mata air tidak terlindung
h. lain-lain

18
7. Pembuangan kotoran (kakus)
a. leher angsa 3
b. plengsengan
c. cemplung/cubluk
d. kolam ikan/sungai/kebun
e. tidak ada
8. Septic tank
a. septic tank dengan jarak >10 meter dari sumber 3
air minum
b. lainnya
9. Kepemilikan WC
a. sendiri 3
b. bersama
c. tidak ada
10. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. saluran tertutup 3
b. saluran terbuka
c. tanpa saluran
11. Saluran got
a. mengalir lancar
b. mengalir lambat
c. tergenang 1
d. tidak ada got
12. Pengelolaan sampah
a. diangkut petugas 3
b. ditimbun
c. dibuat kompos
13. Polusi udara
a. tidak ada gangguan polusi 3
b. ada gangguan

19
14. Bahan bakar masak
a. listrik, gas 3
b. minyak tanah
c. kayu bakar
d. arang/batu bara
Total 40

Berdasarkan 14 parameter yang dipakai sebagai parameter rumah


sehat didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Ny. RM memenuhi
syarat kesehatan baik yakni : ventilasi, pencahayaan alami, lokasi,
kepadatan hunian, lantai, dan polusi udara. Hanya saja, saluran got dari
rumah Ny. RM perlu diperbaiki sehingga airnya bisa mengalir dan tidak
tergenang.

Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga


dalam kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kondisi rumah dengan
kesehatan seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya


Bakti; 2000. Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from :
URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat.
[online]. 2009. Available from URL :
http://www.panda.org/downloads/general/lpr2004.pdf
5. Supraptini. Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis
Data Susenas 2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan
Badan Litbangkes; 2004.hal 1-12

20
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah
dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu
Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005.
Available from : URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan
Tengah. 2005. hal 1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan
Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas
Kesehatan Subdin Promosi Dan Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia.
[online]. 2009. Available from URL : http://www.redaksi@persit-
kckjaya.org

21

Anda mungkin juga menyukai