Anda di halaman 1dari 21

Kerangka acuan kerja

Penyusunan rencana teknis


(Drainase)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan transmigrasi merupakan baian tak terpisahkan dari pembangunan


Nasional, yaitu menuju pembentukan suatu masyarakat indonesia yang bersatu,
sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. dalam rangka
mewujudkan pembangunan transmigrasi yang berkualitas harus memperhatikan aspek
peningkatan taraf hidup transmigran.

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup transmigran perlu disiapkan lokasi


permukiman transmigrasi yang layak huni, layak usaha dan layak berkembang.
Diantaranya diperlukan penyiapan perencanaan teknis prasarana dan sarana
pemukiman transmigrasi yang tepat guna secara terpadu dan menyeluruh serta
berwawasan lingkungan.

Sebagaimana diketahui bahwa kebanyakan lokasi permukiman transmigrasi


mempunyai kesamaan karekteristik hidrologis yaitu persebaran air hujan yang tidak
merata untuk setiap tahunnya serta berada didalam wilayah daerah pengairan sungai
(dps). Sehingga dengan dibukanya lokasi tersebut menjadi areal permukiman
tranmigrasi akan menimbulkan permasalahan genangan atau banjir akibat perubahan
areal dan fungsi daerah pengaliran air.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu disiapkan rencana teknis


drainase/pengendalian air dengan merencanakan sistem saluran, bangunan-bangunan
pengatur seperti, bangunan terjun, bangunan pintu air/skat dan bangunan pelengkap
lainnya.

Agar pelaksanaan perencanaan teknis drainase/pengendalian air tersebut dapat


mencapai sasarannya dengan baik , maka perlu Pedoman sebagai petunjuk bagi
pelaksanaan perencanaan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Perencanaan teknis Drainasi/Pengendali Air ini dimaksudkan untuk menyiapkan


lokasi permukiman transmigrasi yang bebas dari permasalahan genangan dan banjir
dalam rangka mendukung usaha transmigran untuk mengelola lahan pekarangan dan
lahan usaha yang diberikan sehingga peningkatan taraf hidup dapat terwujud.

Tujuan dari penyusunan rencana teknis drainase/pengendalian air dilokasi


permukiman transmigrasi, penyiapan dokumen lelang untuk pengendalian
pelaksanaan pekerjaan pembangunan fisiknya serta rekomendasi pengoprasiannya
pemeliharaannya secara lengkap dan terpadu, sehingga optimalisasi investasi dan
tahapan pelaksanaan fisik secara teknis dan ekonimis dapat diwujudkan.
1.3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup dan volume pekerjaan ini mencakup sate lokasi atau beberapa lokasi
transmigrasi, apabila diantara lokasi-lokasi tersebut ada keterkaittan pola pengairan
air atau kesamaan pola genangan air.

a Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi : pengumpulan data dan peta penyusunan kerja,
metodelogi pelaksanaan dan pembuatan peta rencana kerja, penyiapan personil
pelaksana, bahan-bahan dan peralatan, penyiapan surat-surat ijin survey dan
formulir isian data/survey.

b Pekerjaaan Lapangan
Pekerjaan lapangan meliputi : survey pendahuluan/orientasi lapangan,
pengukran topografi, penyelidikan hidrologi dan hidrometri serta penyelidikan
mekanika tanah, penyelidikan sumber material, serta pengamatan sosial
ekonomi dan lingkungan.

c Pekerjaan Studio/Kantor
Pekerjaan studio/kantor meliputi : analisis data hidrologi dan hidrometri,
perencanaan tata letak/lay out trase dan tata letak bangunan pengatur,
perhitungan hidrolika dan struktur penggambaran dan penyajian gambar,
perhitungan volume pekerjaan dan biaya kontruksi, pembuatan laporan serta
pembuatan dokumen pelelalangan fisik.

BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan persiapan merupakan tahapan kegiatan awal yang bertujuan
untuk menunjang tahapan pekerjaan berikutnya, yaitu pekerjaan lapangan sehinga
seluruh pekerjaan perencanaan teknis drainase/pengendalian air ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan pedoman dalam terget waktu yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan pekerjaan persiapan, rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
2.1.1. Persiapan Administrasi dan Koordinasi
a Penyiapan Surat Ijin Survey.
Sebelum tim survey berangkat kelapangan, team leader harus sudah
memperoleh surat ijin survey dari pihak pemberi tugas. Untuk itu,
konsultan haru mengajukan permohonan ijin survey segera sesudah sudr
perintah kerja (SPK).

b Penyiapan Surat Keterangan Demobilisasi


Surat keterangan demobilisasi ini dibuat oleh konsultan sebagai bukti
bahwa konsultan telah melaksanakan rangkaian kegiatan lapangan sesuai
yang telah digariskan dalam kerangka acuan kerja.
Disamping konsultan menyiapkan Surat Keterangan Demobilasasi sesuai
dengan lokasi proyek yang ditandatangani didalam kontrak, konsultan
juga harus menyiapkan surat keterangan demobilisasi dengan lokasi yang
dikosongkan, hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perpindahan proyek.
c Koordinasi
Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya agar pekerjaan lapangan pekerjaan
berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk itu perlu disiapkan
kelengkapan administrasi koordinasi dengan instansi terkait baik dengan
baik intern mapupun eksteren ditingkat pusat.

2.1.2. Pengumpulan Data dan Peta


Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi teknis mengenai
lokasi pekerjaan sebanyak mungkin yaitu berupa peta-peta, data skunder
maupun data premer guna menunjang tahapan kegiatan selanjudnya yang
meliputi
1) Pengumpulan data dan semua laporan studi yang berkaitan dengan lokasi
kajian serta literatur-literatur yang berkaitan dengan ruang lingkup
pekerjaan baik dari instansi intern maupun instansi kesetern yang terkait
ditingkat pusat dan tingkat daerah.
2) Pengumpulan data-data
Peta-peta yang harus dikumpulkan oleh konsultan pada pekerjaan ini
adalah :
o Peta orientasi, dengan skala 1 : 250 000
o Peta RSKP, dengan skala 1 : 10 000
o Peta Topografi dengan skala 1 : 250 000 atau skala 1 : 100 000 atau
skala 1 : 50 000 dari bokosurtanal (Badan Koordinasi Survey Dan
Pemetaan Nasional)
o Peta guna lahan (land use) dengan skala 1 : 50 000
o Peta Tata Ruang dengan skala 1 10 000
o Peta Topografi hasil RTSP dengan skala 1 : 10 000
o Peta Penggunaan lahan hasil RTSP dengan skala 1 : 10 000
o Peta hidrologi hasil RTSP dengan skala 1 : 10.000
o Peta lainnya yang berkaitan dengan lokasi kajian

2.1.3. penyusunan rencana kerja, metodelogi pelaksanaan dan pembuatan peta


rencana kerja.
Berdasarkan evaluasi dan analii t erhadap data-data skunder yang diperoleh,
maka konsultan diharapkan dapat membauat lay out definitif (pendahuluan)
diatas peta tata ruang yang diperoleh, lay out yang telah diperoleh ini harus
diasistensikan terlebih dahulu sebelum didiskusikan pada waktu
dipersentasikan laporan pendahuluan dengan pihak pemberi tugas.
Konsultan juga harus menyiapkan rencana kerja berikut dengan metodelogi
pelaksanaanya, rencana kerja yang telah dibuat ini akan diplot diatas peta lay
out definitif yang telah disetujui, sehingga seluruh ruang lingkup pekerjaan ini
dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

2.1.4. Penyiapan Personil, Bahan Dan Peralatan


Konsultan harus menyiapkan peralatan survey dan bahan yang memadai baik
dari segi kualitas maupun kuantitas serta telah mendapat persetujuan dari
pihak pemberi tugas. Konsultan juga harus menyiapkan tenaga personil sesuai
dengan bidang tugas dan keahliannya.
2.1.5. Penyiapkan Formulir Isian Data
Sebelum berangkat kelapangan,konsultan harus menyiapkan formulir-formulir
isian data/survey selengkap mungkin sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan
kebutuhan untuk analisis data toporafi, hidrolofi/ hiddrometri, mekanika tanah
serta data sosial ekonomi.

2.2. PEKERJAAN LAPANGAN

2.2.1. koordinasi pekerjaan lapangan harus selalu dilapangan dengan dinas


kependudukan dan transmigrasi Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten yang bersangkutan. Hal yang perlu
dikoordinasikan adalah :
1) Pemanfaatan lokasi proyek, pemindahan lokasi proyek harus dilengkapi
berita acara dari kepala dinas yang menangani ketransmigrasian di
Kabupaten Kotawaringin Timur.
2) Pencapaian lokasi
3) Program Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Provinsi Kalimantan
Tengah) terhadap pembangunan fisik yang direncanakan dan UPT-UPT
disekitar lokasi proyek.
4) Program Pemda Kabupaten Kotawaringin Timur dan Lintas Sektor terkait
(Dinas PU, Pengairan, bappeda dll)
5) Informasi kemampuan kontraktor didaerah tersebut
6) Personil Dinas Provinsi yang akan mengantar kelokasi proyek.

2.2.2. Survey Pendahuluan


Survey pendahuluan atau orientasi lapangan dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai situasi lokasi dan permasalahan dilapangan
sehingga pelaksanaan pekerjaan dilapangan dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana.
Kegiatan Survey pendahuluan meliputi :
a. Melakukan inventarisasi dan pengamatan secara umum mengenai :
1) Kondisi daerah pengairan sungai (catcment area) dan geomorfologis
sungai yang terdapat dilokasi survey.
2) Lokasi dan sumber tenaga kerja pendukung untuk pelaksanaan
pekerjaan lapangan.
3) Tempat sementara dilapangan, sumber logistik dan bahan-bahan
perlengkapan kerja selama dilapangan.
4) Sarana dan prasarana transportasi lokal guna menunjang kelancaran
pekerjaan lapangan.
5) Permasalahan genangan banjir yang ada, meliputi :
a Sumber asal
b Lama dan frequensi
c Lokasi, tinggi dan lugs.
d Riwayat
e Tingkat rasio

b. Inventarisasi terhadap patok-patok tetap yang akan dijadikan referensi


pada pengikatan titik awal dan titk akhir pengukuran (BM, RTSP, BM
lokasl dan lain-lain.)sesuai dengan pengarahan dan pengawas/asisten
pengawas lapangan dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari lokasi.
c. Inventarisasi terhadap sistem jaringan drainase yang ada (existing) dilokasi
kajian dan sekitarnya serta inventarisasi terhadap sistem jaringan tata air
lainnya seperti :

1) Sistem jaringan irigasi/pengairan


2) Sistem jaringan transportasi air
3) Sistem jaringan air limbah
4) Sistem air bersih
5) Dan lain-lain.
d. Menentukan spot-spot penyelidikan hidrologi dan hidrometri, penyelidikan
mekanika tanah dan titik-titik pemasangan benchmark (BM)
e. Evaluasi terhadap data-data yang diperoleh dari hasil orientasi lapangan
guna menyusun alternatif layout jaringan drainase devinitif (pendahuluan)
yang dibuat sebelumnya pada tahap pekerjaan persiapan, serta penyesuaian
peta rencana kerja dengan kondisi lapangan hasil orientasi lapangan.

2.2.3. Pengularan Topografi


Pengukuran topografi dimaksudkan untuk membuat peta situasi detail selta
memperoleh data dan gambar-gambar pengukuran topografi yang lebih akurat untuk
dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan detail jaringan drainase/pengendalian
banjir. Pada tahap ini juga, konsultan akan melakukan pemasangan patok-patok stake
out pada jalur trase yang direncanakan.
Dalam pekerjaan pengukuran topografi, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Pemasangan Benchmark dan Patok-Patok sementara
1) Benchmark (BM)
Patok Benchmark (BM) adalah patok yang dibuat sebagai tanda tetap dan
berfungsi sebagai titik kontrol baik kontrol horizontal maupun kontrol vertical.
Patok ini dipasang pada jalur kerangka utama (jalur poligon) dan bempat-tempat
yang diperlukan dengan ketentuan sebagai berikut
o Dipasang dengan jarak satu sama lain kurang lebih 5 Km;
o Diletakan ditempat yang tidak mudah terganggu, mudah dicari dan pada
tanah yang cukup stabil. Apabila tidak terdapat tanah keras maka dibagian
bawah dipasang cerucuk. Untuk daerah rawa, konsultan harus membuat
tanda pembantu sebagai penunjuk lokasi BM diietakan;
o Patok terbuat dari beton bertulang dengan campuran beton adalah 1 pc : 2 psr
: 3 kr, dengan diameter tulangan 0 8 mm - 15 mm serta dibuat dilapangan;
o Ukuran patok adalah 20 x 20 x 75 cm dicat wama kuning serta ditanam
sedalam 55 cm atau muncul 20 cm dari permukaan tanah;
o Dibagian atas patok BM dipasang baut dengan ukuran diameter 3/8 " atau 4
mm;
o Patok BM diberi nomor urut pada sisi depan dan sisi samping diberi label
DRN TRANS dan pada sisi atas diberi label BM TRANS.
2) Patok Sementara
Patok sementara dipakai sebagai patok pengukuran atau tempat berdirinya
Slatdengan ketentuan sebagai berikut :
Patok dibuat dari kayu dengan ukuran diameter 5 cm - 7 cm dengan
panjang 60 cm
Patok dipasang pada setiap jarak maksimum 100 m;
Patok diberi rromor urut dan dicat wama kuning serta ditanam sedalam
40 cm (atau muncul 20 cm di atas permukaan tanah);
Di bagian atas Patok diPasang Paku seng

b. Pengukuran Kerangka Dasar dan Situasi


Daerah survey yang mencakup daerah banjir/genangan yang akan dipetakan
terlebih dahulu dibuat kerangka dasamya, baik kerangka dasar horizontal
(koordinat X,Y) maupun kerangka dasar verrtikal (koordinat Z), yang berfungsi
sebagai batas pengukuran. Kerangka dasar ini harus diikatkan pada titik
trianggullas yang ada atau pada SBM yang ada dilapangan. Jika tidak ada
maka diikatkan dengan detail alam yang tampak Pada peta
topografl, misalnya perpotongan sungai. Dalam pengukuran
kerangka dasar dan situasi ini yang akan dilakukan oleh konsultan
adalah sebagai berikut :
1) Pengamatan Matahari
Pengamatan Matahari yang dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut :
Dilakukan pada titik awal dan titik akhir pekerjaan serta
pada jarak maksimum 50 titik atau ekivalen dengan selang
jarak 5 Km;
Ketelitian pengamatan gyro compass adalah 15;
Dilakukan sekuang-kurangnya untuk satu serf ganda pagi
dan sore.
2). Pengukuran Poligon
Pengukuran poligon dimaksudkan untuk mengetahui besaran
sudut arah dari patok ke patok yang telah dipasang sepanjang
jalur pengukran sehingga diketahui Pengukuran poligon ini
dilakukan dengan menggunakan alat To/Wild (Theodolith)
atau alat ukur lainnya yang sederajat dan rambu ukur, serta
perhitungannya menggunakan metode Bowdith, dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
Dilakukan dengan menggunakan system tertutup/kring
(loop);
Dilakukan dengan kerapatan jarak antara titik-titik poligon
bagian yang lurus adalah 100 m dan pada bagian tikungan
dirapatkan disesuaikan dengan kondisi tikungan;
Ketelitian pengukuan sudut maksimum adalah 10' untuk
setiap titik poligon; kesalahan penutup sudut adalah 4,5"n
(dimana n adalah jumlah titik poligon):
Kesalahan tinir adalah < 1: 2000;
Jarak diukur dengan pita baja (midband) dalam satu arah dan
dikontrol dengan jarak opsit ke arah muka dan belakang.
3) Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat dasar dimaksudkan untuk memperoleh ketinggian
permukaan suatu titik, guna memudahkan pengontrolan, maka dalam
pengukuran memanjangnya pelaksanaannya akan dibagi dalam beberapa
seksi. Pengukuran sipat dasar ini dilakukan dengan menggunakan alat
Waterpass NAK-2 atau alat ukur yang sederajat dan rambu ukur dengan
ketentuan sebagai berikut :
o Dilaksanakan dengan menggunakan system tertutup (loop);
o Panjang setiap seksi maksimum adalah 1 Km;
o Pembacaan slat dilakukan dengan cara double stand (2kali berdiri
alat), dengan pembacaan Benang Tengah (BT), Benang Atas (BA)
dan Benang Bawah (BB) dibaca secara lengkap;
Pembacaan dikontrol dari selisih (BA+BB) dengan ketentuan 2 ST
lebih kecil dari 2 mm;
Kesalahan penutup adalah s 25 : 'ID mm (dimana D adalah jarak antara
seksi km).

4) Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih detail
mengenai medan yang akan menjadi tapak jaringan rencana drainase.
Pengukuran situasi ini dilakukan dengan menggunakan alat theodolith
To/wild atau alat ukur yang sederajat, alat ukur waterpass Nak-2 atau alat
ukur yang sederajat dan rambu ukur.
Pengukuran situasi menggunakan metode raai dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut :
o Jarak antara raai untuk daerah genangan/banjir adalah 100 m dan daerah
lainnya adalah 200 m;
o Ketentuan pengukuran poligon dan sipat datar sama dengan ketentuan
sebelumnya;
o Pada jalur raai untuk setiap jarak 100 m dipasang patok kayu dengan
ukuran diameter 5-7 cm yang dicat dengan warna kuning serta berfungsi
sebagai patok pengukuran atau tempat berdirinya alat

c Penggambaran Peta Tentatif


Penggambaran peta tentatif harus dilakukan diLapangan di atas kertas
millimeter. Peta Tentatif merupakan peta situasi areal survey sementara
yang dibuat dilapangan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Skala 1 : 5000
2) Jarak intrval kontur 0,25 m pada daerah datar dan 0.5 m sampai 1 m
pada daerah bukit pegunungan.

Peta tentatif ini merupakan hasil pengeplotan dad


1) Titik-titik poligon, benchmark dan titik-titik lainnya berdasarkan
perhitungan koordinat (x,y) dan elevasi ketinggian (z).
2) Daerah genangan banjir.
3) Rencana layout atau tata letak trase yang merupakan penyempurnaan
dad layout yang dibuat sebelumnya.
4) Rencana tata letak bangunan pelengkap.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan oleh konsultan dalam
marencanakan system drainase/pengendalian air adalah sebagai berikut :
1) Kondisi topografi daerah survey;
2) Kondisi mekanika tanah di daerah survey;
3) Kondisi permasalahan, yang meliputi : sumber/asal genangan atau
banjir di daerah survey
4) Kondisi genangan/banjir, yang meliputi : lokasi genangan/banjir,
tinggi dan luas serta frekuensi genangan/banjir
5) Alternatif penanganan masalah, seperti :
a. Pembuatan tanggul banjir;
b. Penyusunan rencana system saluran;
c. Pembersihan sungai/normalisasi sungai

6) Attematif tokasi pembuangan akhir (oudet); trase yang tepat dan


sesuai menurut azimuth dengan lebar rintisan sekurang-kurangnya 1
meter
b) Dilakukan pada titik awal, titik akhir dan titik simpul pada sumbu
berdasarkan perhitungan di lapangan dipasang patok kontrol
(control point) dengan ketentuan sebagai berikut:
o Terbuat dari paralon dengan ukuran diameter 4 inch dan panjang
75 cm
o Ditanam sedalam 55 cm atau muncul setinggi 20 cm di atas
permukaan tanah.
o Diisi dengan beton tumbuk (jika perlu diberi tulangan dengan
dia. 8 mm)
o Dicat warna biru
o Diberi tanda yang jelas dan nomor urut
o Jarak maksimum antar patok + 5 km.
c) Pada setiap jarak 100 m dipasang patok kayu ukuran diameter 5 - 7
cm, dicat warna biru
d) Ketelitian pengukuran sudut maksimum adalah 10' untuk setiap titik
poligon
e) Kesalahan linier adalah < 1 : 2000
f) Jarak diukur dengan pita baja (mid band) dala satu arah dan
diikontrol dengan jarak optis ke arah muka dan belakang.

2) Pengukuran Profil Memanjang


Pengukuran profil memanjang dimaksudkan untuk memperoleh data -
data potongan/profil memanjang trase yang direncanakan.
Pengukuran profil memanjang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur waterpass NAK-2 atau alat ukur Iain yang sederajat dan rambu
ukur, dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. Dilakukan disepanjang trase rencana (saluran, tanggul dan atau
sungai/slur)
b. Dilakukan pada setiap jarak 100 m untuk bagian lurus dan pada
tikungan dirapatkan 25 sampai 50 m, disesuaikan dengan keadaan
tikungan atau searah dengan arah aliran.
c. Pembacaan alat dilakukan dengan cara double stand(2 kali berdiri
alat), dengan pembacaan Benang Tengah (BT), Benang Atas (BA),
dan Benang Bawah (BB), dibaca secara lengkap,
d. Pembacaan alat dikontrol dari selisih (BA+BB) dengan 2 BT Iebih
kecil dari 2mm
e. Ketelitian pengukuran adalah < 25 ID mm (D adalah jarak
pengukuran dalam km)
f. Awal dan akhir pengukuran harus diikatkan ke titik-titik kontrol
terdekat
g. Dibuatkan sketsa profit guna memudahkan dalam proses
penggambaran

3) Pengukuran Profil Melintang


Pengukuran profil melintang dimaksudkan untuk memperoleh data -
data potongan/profil melintang dan trase Yang direncanakan.
Pengukuran profil melintang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur theodolith To atau alat ukur lain yang sederajat dan rambu
ukur, dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. Dilakukan tegak lurus ke arah sumbu/as trase dengan lebar
penampang 50 m ke arah kiri-kanan trase
b. Dilakukan pada setiap jarak 100 m untuk bagian yang lurus,
sedangkan bagian
c. Tikungan dirapatkan sesuai dengan kondisi tikungan:
7) Fungsi dan hirarki sistem saluran:
Sistem saluran drainase/pengendalian air dapat dibagi atas
a) Sistem eksternal, yaitu system sungai yang berfungsi sebagai
tempat pembuangan akhir (outlet) serta melayani system intemal;
b) Sistiem internal merupakan system saluran yang berfungsi untuk
menampung dan mengalirkan limpasan air hujan yang tertadah
dilokasi pemukiman transmigrasi menuju system eksternal (atau
tempat pembuangan akhir (outlet). Hirarki system saluran dari
tempat pemnbuangan akhir dimulai dari system saluran primer,
sekunder, dan tersier, dimana system dibagian hilir akan melayani
system dibagian hulunya
8) Fungsi bangunan- bangunan air, seperti:
a) Bangunan Persilangan
Bangunan persilangan merupakan bangunan air yang direncanakan
apabila system saluran memotong/melintasi jalan, saluran, sungai dan
lain-lain. Dimana pada persilangan saluran dengan jalan dapat berupa:
bangunan gorong-gorong, culvert, jembatan, sipon dan lain-lain. Dan
pada persilangan saluran dengan saluran/sungai dapat berupa talang,
sipon dan lain-lain;
b) Bangunan Pengatur
Bangunan pengatur merupakan bangunan air yang berfungsi untuk
mengatur aliran air, seperti bangunan terjun, bangunan ruan
olak/peredam energi, dan lain-lain;
c) Bangunan Pelengkap, seperti: Pintu air, slat bak, dan lain -lain

9) Kondisi Tata Guna Lahan (land use) didaerah survey, baik kondisi
existing maupun kondisi akan datang
10) Kondisi system tata air di daerah survey.
11) Kebutuhan dan Kepentingan akan sumber daya air.
12) Kondisi utilitas permukiman di daerah survey, seperti : fasliitas sosial
budaya, fasilitas ekonomi dan lain-lain.
13) Kondisi sosial ekonomi dan budaya pada lokasi survey.
d. Pengukuran
Trase Rencana
Trase yang harus diukur adalah trase rencana, yang metiputi saluran
drainase, dan atau trase tanggul, dan atau trase sungai. Trase
direncanakan berdasarkan layout rencana di atas peta situasi serta telah
mendapat persetujuan dari Pihak Pemberi Tugas.
Pengukuran trase terdiri atas
1) Staking Out (uitzet)
Pekerjaan staking out atau uitzet dilakukan dengan menggunakan
alat ukur theodolith To atau alat ukur yang sederajat dengan
ketentuan sebagai benkut :
a. Staking out atau vitzet dilakukan dari titik awal perencanaan
kearah sumbu
b. Kerapatan titik profll maksimum adalah 2.0 m dan setiap
perubahan tanah harus dicatat

2.2.4 Penyelidikan Hidrologi dan Hidrometri


Peryelidikan hidrologi dan hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh
data hidrologis dan hidrometri sebagai masukan pada perencanaan
teknis drainase/pengendalian air, yang meliputi:
a. Penyelidikan Hidrologi
Penyelidikan hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik hidrologis (klimatologi, curah hujan, modulus
drainase, daerah pengaliran sungai) daerah survey, yang meliputi
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1) Survey data curah hujan dan klimatologi, dengan menperhatikan
ketentuan sebagai berikut :
a. Data curah hujan dan klimatogoli harus representatif
terhadap daerah survey;
b. jumlah tahun pengamatan sekurang-kurangnya 10 tahun;
c. Jumlah stasiun/pos pengamatan sekurang-kurangnya satu
buah
d. Sumber data dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian
dll
e. Waktu data pengamatan dapat berupa janqka pendek
(menitan) atau sekurang-kurangnya data harian

2) Penyelidikan karakteristik pala dan sebaran data curah hujan


yang terdapat disekitar lokasi survey yang representatif
3) Penyelidikan karakteristik daerah pengaliran sungai (dps)
dilokasi survey, yang meliputi :
a. Penentuan delianyasi batas-batas daerah pengaliran sungai;
b. Panjang sungai dan lugs daerah pengaliran sungai;
c. Koefisien pengaiiran sungai;
d. Kondisi tata guna lahan pada sekitar daerah pengaliran
sungai
e. Kondisi pemanfaatan alur sungai dan sekitarya
f. Kondisi sosial ekonomi dan budaya disekitar daerah
pengaliran sungai
b. Penyelidikan Hidrometri
Penyelidikan hidrometri dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik geomorfologis sungai yang terdapat di lokasi survey,
yang meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Pengukuran profil melintang dan kecepatan aliran sungai
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui besaran dimensi
hidrolis melintang sungai (lebar, luas basah, keliling bas ah
sungai), kecepaian ailran sungai pada titik -titik pengukaran
yang representatif, yang nantinya dijadikan sebagai masukan
dalam perhitungan kapasitas sungai dan atau debit banjir sungai.
Lokasi titik pengukuran dengan ketentuan :
a. Untuk keperluan penentuan kapasitas sungai, pengukuran
dilakukan pada titik-titik pengamatan yang cukup
representatif disepanjang 500 m ke arah hulu dan kearah hilir
sungai dari lokasi pemasangan akhir (outlet). Penentuan
kapasitas dilakukan apabila sungai merupakan tempat
pembuangan akhir (outlet) dari system internal
b. Untuk keperluan penentuan debit banjir sungai, pengukuran
dilakukan pada setiap sekurang-kurangnya 1 km disepanjang
trase sungai yang rencana akan diperlakukan. Penentuan debit
banjir dilakukan apabila sungai merupakan sumber/penyebab
banjir sehingga perlu perlakuan pada trase sungai seperti
pembersihan sungai, tanggul banjir dll
Namun demikian, konsultan tetap harus melakukan pengamatan
disepanjang sungai baik ke arah hulu maupun ke arah hilir.
Pengukuran profil melintang sunrgai dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika kedalaman sungai tersebut dangkal dan lebar, sungai
tidak terlalu besar, pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan alat ukur theodolith atau alat ukur lainnya yang
sedeajat dengan dibantu rambu ukur dan perahu.
b. Jika lebar sungai cukup besar (> 30 m) dan dasar sungai
cukup dalam, pengukuran perlu dilakukan dengan
menggunakan alat Echo sounding (pengukuran kedalaman)
dan range finder (pengukuran jarak).
Pengukuran kecepatan aliran sungai dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti .
a. Menggunakan alat bantu pelampung dan stopwatch, dengan
syarat lokasi pengukuran:
kondisi sungai cukup bersih dari material hanyutan;
pada sungai bagian lurus;
perubahan lebar, kedalaman dan kemiringan yang relatif
kecil.
b. Menggunakan slat curentmeter yang telah dikalibrasi
sebelumnya, dengan menentukan kecepatan rata-rata
bendasarkan harga rata-rata dad kecepatan aliran yang diukur
pada titik-titik pengukuran yang repersentatif, dengan
ketentuan sebagai berikut :
untuk satu titik pengukuran, v rata-rata = v (kecepatan aliran),
peda titik d/D = 0.60
Untuk dua ttik pagukuran, maka v rata-rata = harga rata-rata dari
v (kecepatan aliran) pada titik d/D = 0.20 dan 0.80 ; Dan
seterusnya.
Dimana d adalah kedalaman pengukuran dan D adalah kedalaman
sungai pada lokasi pengukuran.

2) Pengukuran Elevasi Muka Air Sungai


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui elevasi atau
ketinggian muka air sungai guna menentukan elevasi mercu
targgul dan atau elevasi serta jenis bangunan outlet yang
direncanakan.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat duga ukur
(peilschaal) dengan ketentuan sebagai berikut :
a Ditempatkan pada lokasi yang tepat sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pengikatan;
b Dipasang kuat dan stabil selama pengukuran;
c Elevasi titik nol peilschaal harus diikatkan pada system pengukuran yang
ada dimana sudah diketahui koordinatnya (x,y,z).
d Pengamatan elevasi muka air do pasang surut dilakukan sekurang-
kurangnya selama 15 hari dan dicatat sekurang kurangnya pada setiap 30
menit sekali
3) Pengikatan (lavelling)
Pengikatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur waberpass NAK-2
atau sederajat dan rambu ukur yang bertujuan untuk mengikat titik nol
peilsdial terhadap BM atau titik tetap yang ada, sehingga diperoleh
hubungan antara ketinggian topografi dan perubahan elevasi muka air.
Pengikatan ini harus dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah
pengukuran tirggi muka air dalarn periode pengukuran.
2.2.5 Penyelidikan mekanika Tanah
Pekerjaan ini untuk mengetahui parameter mekanika tanah, yang metiputi
paramater mekanika tanah lapangan dan parameter mekanika tanah
laboraborium dimana nantinya akan dijadikan dasar dalam perencanaan teknik
saluran drainase, bangunan pengatur, bangunan pelengkap lainnya, yang
meliputi data untuk perhitungan:
a. stabilitas air,
b. daya dukung tanah/pondasi;
c. permeabilitas
d. penurunan (settlement)
e. pemadatan
f. dan lain-lain
Lokasi penyelidikan mekanika tanah ditentukan sedemikian rupa sehingga representatif
terhadap lokasi kajian dan keperluan perencanaan, serta harus mendapat persetujuan
dari assisten pengawas lapangan atau pihak pemberi tugas, seperti :
a. Lokasi calon tanggu! atau bangunan
b. lokasi calon saluran
c. Lokasi calon quarry bahan timbunan terutama untuk tanggul
Lokasi calon quarry bahan timbunan terutama untuk tanggul
a. Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh parameter-parameter
mekanika tanah berdasarkan survey lapangan, dengan mempehatikan ketentuan
sebagai berikut :
1) untuk saluran/tanggul dilakukan pada setiap + 5 km, awal saluran/tanggul dan
akhir sa;uran/tanggul
2) Untuk lokasi quary dilakukan test pit dan pengambilan sample
tanah terganggu (disturbed sample).
3) Untuk saluran/tanggul dan bangunan dilakukan bor tangan dan
pengambilan sample tanah tidak berganggu (undisturbed sample).
Penyelidikan mekanika tanah di lapangan meliputi rangkaian
kegiatan sebagai berikut :
1) Pemboran (Bor Tangan)
Pekerjaan pemboran dimaksudkan untuk mengetahui keadaan
lapisan tanah yang akan menjadi pondasi, menggambarkan profil
tanah serta pergambaran contoh tanah untuk keperluan !ebih
lanjut penyelidikan laboraiaorium.
Pemboran dilaksanakan dengan menggunakan bor tangan
(Iwan Auger) yang berdiameter 10 an dengan kedalaman
minimum + 3 m dan maksimum + 8 m. Dari pemboran
diambil contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample),
minimal 1 (satu) sample pada setiap perubahan tapisan
tanah
Peralatan pelengkap yang harus disiapkan dalam rangka
penyelidikan ini antara lain .
a. Tabung tanah
b. Form deskripsi tanah.
c. Parafin
d. Casing jika diperlukan untuk tanah-tanah yang tidak stabil
dimana lubang bor tidakdapat terbuka atau jka pemboran
dilakukan dibawah muka air. Form deskripsi tanah (boring
log) harus memuat lokasi sample, namor urut titik bor, elevasi
muka tanah, kedalaman muka air tanah, tim pelaksana,
tanggal pelaksanaan, dll. Untuk lebih jelasnya, format
deskripsi tanah dapat dllihat pada lampiran.

2) Test Pit (di lokasi quarry tanah timbunan)


Test pit dibuat dengan cara sebagai berikut :
a Ukuran lubang tes pit adalah 1,25 m x 1,25 m
b Kedalaman lubang maksimum adalah 5.0 meter
c Disepanjang dinding galian dibuatkan deskripsi tanah
yang ada dan dilakukan pengambilan contoh tanah
secara merata dari keempat sisi galian senayak sekuang-
kurangnya20 kg
Contoh tanah yang diambil merupakan contoh tanah
terganggu (disturb sample) dimana akan diuji di
laboratorium untuk mendapatkan karakteristik
Pemadatannya.
b. Penyelidikan Laboratorium
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk memperoleh parameter-
parameter mekanika tanah yang akan dijadikan bahan analisis tes
laboratorium.
Menurut prosedur ASTM dengan beberapa modifikasi yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Penyelidikan terhadap sample tanah yang diperoleh dari lapangan
adalah:
1) Untuk contoh tanah tidak terganggu atau undisturbed sample,
sebagai berikut:
a. Indeks properties;
b. Atterberg Limits(consistecy)
c. Permeabilitas
d. Triaxial test atau unconfined test atau uji geser langsung
(direct shear).
e. Test konsolidasi
2) Dan untuk contoh tanah terganggu (disturbet sample),
penyelidikan yang dilakukan meliputi:
a. karakteristik pemadatan (compaction charateristik)
b. Analisis gradasi butiran (grain size analysis)

2.2.6 Penyelidikan Sumber Material


Yang dimaksud sumber material adalah bahan-bahan yang akan
dpergunakan dalam pembangunan saluran drainase, bangunan pengatur,
bangunan persilangan dan bengunan pelengkap lainnya seperti Tanah
timbunan; Pasir; Kerikil;Batu Kali. dll
Adapun data-data yang diperoleh menyangkut material ini adalah
sebagai berikut :
1) Lokasi quarry atau lokasi penjual material
2) Jumlah dan kuatitas deposit yang tersedia;
3) Jarak dan kondisi prasarana trarsportasi ke lokasi survey
4) Perangkat Perijinan untuk pengambilan quarry.

2.2.7 Pengamatan Lingkungan

Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak pembangunan


drainase/pengendalian air terhadap lingkungannya. Konsultan perlu
mengidentifikasi adanya fiora dan fauna yang dilindungi di lokasi
proyek.
Disamping itu juga mengidentifikasi masalah lingkungan yang
disebabkan oleh erosi sungai, pengambilan material, dH.
Informasi mengenai kondisi exsisting rona lingkungan yang meliputi
lingkungan fisik dan biologi.
Identifikasi dampak lingkungan dari kegiatan proyek yang dimulai dari
kegiatan survey dan perencanaan, kegiatan konstnrksi sampai dengan
kegiatan pasca konstruksi (operasional).
2.2.8 Pengamatan Sosial Ekonomi
Pengamatan sosial ekonomi dan lingkungan, meliputi :
1) Informasi mengenai kondisi sosial budaya dan ekonomi lokasi
kajian dan sekitamya, baik yang sudah ada ekisting) maupun
rencana, meliputi:
a. Jumlah dan perkembangan transmigrasi/penduduk sekitarnya
b. Tingkat pendapatan transmigran/penduduk sekitamya
c. Komposisi penduduk menurut umur dan mata pencaharian
d. Fasilitas pendidikan dan keseehatan dilokasi kajian dan
sekitamya.
2) Analisis manfaat proyek dengan menggunakan beberapa perdekatan
yang representatif.
2.2.9 Foto Dokumentasi Lapangan
Foto dokumentasi pekerjaan lapangan harus dilampirkan pada laporan
lapangan dimana dimaksudkan sebagai bukti bahwa konsultan telah
melaksanakan pekerjaan lapangan sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK)
serta sebagai bahan referensi tim evaluasi didalam pemeriksaan draft
laporan akhir.
Adapun spot-spot foto dokumentasi lapangan yang harus diambil oleh
konsultan adalah sebagai betikut :
a. Mobilisasi personil dan peralatan survey;
b. Pelaksanaan pekerjaan lapangan;
c. Patok-patok BM dan CP;
d. Spot-spot penyelidikan mekanika tanah;
e. Spot-spot penyelidikan hidrometri;
f. Lokasi sumber material dan aksebilitasnya;
g. Kondisi tata guna lahan lokasi dan daerah pengaliran sungai (dps);
h. Kondisi system tata air dan bangunan air (existing);
i. Kondisi outlet rencana;
j. Kondisi morfologis sungai ke arah hulu dan kearah hilir ;
k. Kondisi sosial budaya dan ekonomi lokasi dan sekitamya
l. Kondisi lingkungan kokasi dan sekitarnya. dll.
BAB III
PEKERJAAN STUDIO DAN KANTOR

Pekerjaan studio/kantor merupakan pekerjaan setelah pekerjaan lapangan


dilakukan, yang meliputi pekerjaan analisis data, pekerjaan perencanaan teknis
(detail design) serta kegiatan penyusunan laporan dan penggambaran.
3.1. Analisis Data
Data hasil survey hidrologi dan hidrometri, topografi, mekanika tanah,
sosial ekonomi dan lingkungan akan diolah dan dianalisis serta
dilakukan perhitungan-perhitungan yang akan disusun dalam laporan
untuk dijadikan sebagai bahan masukan pada tahap perencanaan teknis
(detail design).
Metode formula dan kriteria perencanaan dalam menganalisis data
mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku di Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Ditjen Pembinaan
Penyiapan Permukiman dan Perpindahan Transmigrasi, Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

A. Anailisis Data Hasii survey meliputi :


a. Informasi mengenai Benchmark (BM) dan Control Point (CP)/Patok Paralon yang
disajikan dalam bentuk daftar berikut deskripsinya. Format daftar BM/CP dan
format deskripsi BM dan CP dapat dilihat pada lampiran;
b. Informasi mengenai jalur pengukuran topografi yang disajikan dalam bentuk
sketsa, meliputi ; jalur pengamatan matahari, jalur pengukuran theodolith dan jalur
pengukuran waterpass;
c. Perhitungan data-data hasil survey bopografi;
d. Informasi mengenai kondisi topografi lokasi kajian berdasarkan plotting data hasil
survey topografi.
B. Analisis Data Hidrologi, mencakup
1) Kiasifikasi dan pembagian zona iklim dengan sekurang-kurangnya menggunakan
dua metode yang representatif tertiadap wilayah kajian;
2) Analisis frequensi (frecuency analysis) curah hujan, yang meliputi
Penentuan besarya periode utang (return period) yang rexemita terhadap
wilayah kajian dan pada data arah hujan
Penentuan metode analisis frekuensi yang representatif berhadap data dan
wilayah kajian, seperti di bawah ini :
a. Metode Gumbel
b. Metode Log Pearson III
c. Metode Log Normal
d. Metode Log Ekstrim
e. Dan lain-lain
Karakteristik hidrologis wilayah, kajian dan perhitungan besamya curah hujan
maksimum rencana (Rtr) dengan menggunakan metode yang telah dipilih
Perhitungan besarnya beban drainase (drainage module), dengan
menggunakan metode yang repressentatif terhadap wiiayah kaian.
Perhitungan intensitas curah hujan (rainfall intensity) dengan metode yang
representatif terhadap pola data curah hujan yang diperoleh, seperti
a. Metode Talbot;.
b. Metode Ishuguro;
c. Metode Sherman;
d. Metode Rational..
Perhitungan debit banjir rencana maximum (design flood) dan atau kapasitas
tampung sungai rencana (design discharge) dengan metode yang repesentatif
terhadap kordisi dan lugs wilayah kajian.
C. Analisa Data Hidrometri, meliputi :
1) Perhitungan debit aliran sungai sesaat (flow discharge) dengan
memasukan data hasil survey hidrometri seperti kecepatan aliran
rata-rata, luas penampang basah rata - tata pada rumus/formula
yang representatif;
2) Penentuan elevasi mercu tanggul banjir rencana serta elevasi da n
jenis bangunan pembuangan (putlet).
D. Analisis data mekanika tanah tersebut mencakup
1) Perhitungan daya dukung tanah yang diijinkan (ultimate bearing
capacity) sesuai dengan kondisi pembebanan, jenis pondasi dan
karakteristik tanah setempat, dengan menggunakan formula/ rumus
Terzaghi atau rumus lain yang representatif.
2) Perhitungan stabilitas lereng untuk oprit jembatan yang tinggi
dengan menggunakan rumus/formula Bishop atau rumus/formula
lain yang representatif
3) Perhitungan penurunan (setlement) pondasi dengan menggunakan
rumus/formula yang 4) Analisis pemadatan tanah timbunan dengan
menggunakan metode/rumus yang representatif.
3.2. Perhitungan Hidrolika dan Struktur
1 Perhitungan Hidrolika (Hydraulic Design)
Perhitungan hidrolika bertujuan untuk menentukan/menghitung
dimensi hidrolis dari setiap komponen drainase/pengendalian air,
yaitu dengan meninjau hasil analisis data hidrologi/hidrometri,
data pengukuran, dan data mekanika tanah dan data lainnya
meliputi;
1. Perhitungan hidrolika saluran drainase/pembuang
2. Perhitungan hidrolika bangunan pengatur, bangunan terjun,
got miring, pintu air/skat balk dll.
3. Perhitungan hidrolika bangunan Persilargan (talang, garong -
gorong. siphon) serta bargunan pelengkap lainnya.

b. Perhitungan Struktur (Corstnxtion Design)


Perhitungan struktur bertujuan untuk menentukan dimensi struktur
dari setiap kompanen drainase/pengendalian banjir dengan
memperhatikan hasil analisis data mekanika tanah (stabilitas lereng,
daya dukung tanah/pondasi, permeabilitas) yang meliputi:
1) Perhitungan struktur saluran drainase/pembuang
2) Perhitungan struktur bangunan pengatur, bangunan terjun, got
miring, pintu air/skat balk dll.
3) Perhitungan hidrolika bangunan Persilangan (talang, gorong -
gorong, siphon) serta bangunan pelengkap lainnya.

33. Penggambaran
Mated yang akan digambar, jenis dan ukuran bahan, interval dan
ketebalan garis kontur, notasi, symbol, nomenklatur. Legenda dan lain -
lain yang digunakan mengacu kepada Standard Penggambaran Direktorat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Direktorat Jenderal
Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Dengan ukuran kertas gambar adalah AI atau 841 x 594 mm. Huruf dan angka
dalam penggambaran minimal berukuran CL 100 sehingga jika diperkecil
menjadi ukuran A3, huruf dan angka tersebut tetap dapat terbaca.
3.4. Estimasi Volume Pekerjaan dan Biaya
Estimasi volume pekerjaan dan biaya kontruksi dibuat dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Perkiraan volume satuan pekerjaan dari bagian-bagian pekerjaan fisik
dihitung berdasarkan gambar-gambar perencanaan yang telah mendapat
persetujuan dari pihak Pemberi Tugas.
b. Estimasi biaya konstruksi dilakukan berdasarkan hasil analisa harga satuan
pekerjaan yang meninjau harga satuan bahan, peralatan dan upah dilokasi
proyek.
c. Harga bahan dan upah harus diambil langsung dari lokasi proyek melalui
wawancara maupun survey ke toko-toko bahan bangunan terdekat. Sebagai
pembanding harga satuan bahan dan upah dilokasi proyek, maka konsultan
harus mendapatkan Daftar Harga satuan Bahan dan Upah (Basic Price)
yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat
3.5 Asistensi dan Presentasi
a. Asistensi
Konsultan harus melakukan asistensi kepada pemberi tugas, paling tidak
sebelum penyerahan setiap Laporan.
Asistensi laporan pendahuluan dan laporan lapangan cukup dilakukan
kepada pengawas lapangan (asisten teknis), sedangkan untuk laporan
akhir sementara asistensi harus dilakukan kepada tim evaluasi yang
ditunjuk untuk masing-masing paket. Form evaluasi harus diisi oleh
masing masing evaluator serta diberi tanda selesai dan tanda tangan bila
perbaikan telah disetujui. Form persetujuan untuk menerima laporan
akhir harus diisi dan ditandatangani Pengawas Lapangan (asisten teknis)
dan para evaluator sebelum laporan akhir dlgandakan.
b. Presentasi
Presentasi Laporan Pendahuluan
Presentasi ini dimaksudkan untuk melihat kesiapan kansultan dalam
meiaksanakan pekerjaan, terutama pekerjaan lapangan. Presentasi
dilakukan dihadapan Pemberi Tugas sebelum Tim Survey berangkat ke
lapangan. Berita Acara Presentasi harus diserahkan sebelum mobilsasi
tim.
Persentasi Draft Laporan Akhir

Laporan akhir sementara harus dipresentasikan dihadapan Pemberi Tugas,


unsure pengguna (user) dan lintas sector terkait untuk memperoleh mawkan
guna penyempumaan laporan menjadi laporan akhir. Berita Acara Presentasi
haru dibuat dan diserahkan kepada tim evaluasi sebagai salah satu dasar
perbaikan evaluasi.

BAB IV
PELAPORAN
41. Penyusunan Laporan
Semua hasil pekerjaan harus dijilid rapi dan diberi sampul/cover sesuai
wama dan judul buku mengikuti ketentuan standar Direktoraat
Perencanaan Teknis Permukiman dan Perpindahan, Direktorat Jenderal
Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Laporan-laporan yang harus diserahkan oleh konsultan selama
pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
A. Laporan Pendahuluan
Laporan ini disusun oleh konsultan dan harus diserahkan sebelum
pekerjaan lapangan dilaksanakan. Laporan pendahuluan berisi Rencana
Kerja Konsultan, terlebih dahulu harus diasistensikan kepada Pihak
Pemberi Pekerjaan.
B. Laporan lapangan
Laporan ini merupakan laporan hasil pekerjaan lapangan berisi data
lapangan dan peta-peta hasil pengukuran lapangan serta dilengkapi
dengan foto-foto dokumenatasi kegiatan selama pelaksanaan pekerjaan
lapangan
C. Draft Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir sementara yang berisikan kajaian
dan analisis data, perencanaan tata letak/layout trase, bangunan,
perhitungan-perhitungan hidrolika, mekanika dan struktur serta
perkiraan anggaran biaya, yang meliputi
1) Draft laporan Jilid A, merupakan laporan yang mencakup uraian
ringkas dari hasil perencanaan teknis dan rekomendasi pelaksanaan
konstruksi serta rencana anggaran biaya;
2) Draft laparan Jilid B, merupakan laporan yang mencakup uraian
lengkap dad perencanaan teknis, hasil analisis laboratorium
mekanika tanah serta rekomendasi pelaksanaan konstruksi;
3) Draft laparan Jilid C, merupakan laporan yang berisikan uraian
mengenai daftar volume satuan pekerjaan, analisis harga satuan
pekerjaan, daftar harga satuan bahan, peralatan dan upah buruh,
serta daftar uraian estimasi volume pekerjaan dan biaya total fisik
pekerjaan.
4) Draft gambar rencana, mencakup tata / layout trase dan gambar -
gambar teknis.
Draft laporan akhir ini harus diaslstensikan dan dipresentasikan
dhadapan pihak Pemberi Tugas sebelum menjadi lapangan
D. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan hasil perbaikan dari Draft Laporan Akhir
Yang telah mendapat pertujuan dan Pihak Pemberi Tugas, yang
meliputi :
- Laporan Akhir Jilid A
- Laporan Akhir Jilid B
- Laporan Akhir jilid C
- Gambar Rencana

4.3. Jadwal pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan rencana teknis
(drainase)selama 105 hari dengan perincian sebagai berikut :.

kegiatan Waktu yang diperlukan (minggu)


I II III IV
Persiapan
Pelaksanaan
Analisa hasil
survey
Penyusunan
laporan

Palangka raya,
REKAPITULASI HARGA

Program :
Pekerjaan :
Lokasi :
Dukungan dana :

No Jenis pengeluaran Jumlah Biaya


I Biaya langsung personil
II

Anda mungkin juga menyukai