Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN B

YANG MENGALAMI GANGGUAN KONSEP DIRI:


HARGA DIRI RENDAH

ANGGOTA KELOMPOK

Hendra Maulana

Ika Sartika

Gembira Sitepu

Natarina Ariani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAKARTA


PONDOK KARYA PEMBANGUNAN (PKP)
DKI JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri .Disamping itu ,kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasi makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan .Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik,saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang.Semoga
makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun.Sekiranya makalah yang telah di susun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Jakarta, Mei 2017

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................... 5
PENDAHULUAN............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................ 6
BAB II.......................................................................................................... 8
TINJAUAN TEORITIS..................................................................................... 8
2.1 Konsep Diri............................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Konsep Diri........................................................................8
2.1.2 Komponen Konsep Diri........................................................................9
2.2 Harga Diri Rendah.................................................................................. 12
2.2.2 Etiologi.......................................................................................... 13
2.2.3 Manifestasi Klinis............................................................................. 13
2.3 Asuhan Keperawatan............................................................................... 14
2.3.1 Pengkajian...................................................................................... 14
2.3.2 Pohon Masalah...........................................................................16
2.3.4 Diagnosa.................................................................................... 16
2.3.5 Intervensi................................................................................... 16
BAB III....................................................................................................... 17
LAPORAN KASUS........................................................................................ 17
3.1 Pengkajian............................................................................................ 17
3.2 Analisa Data.......................................................................................... 23
3.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 26
3.4 Intervensi Keperawatan.......................................................................26
BAB IV....................................................................................................... 34
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN..............................................................34

4
A. Pembahasan.................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 38

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut
WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan
sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Sehat
meliputi sehat fisik dan sehat jiwa. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental
sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian
yang utuh dari kualitas hidup sesorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia (Keliat dkk, 2011). Kesehatan jiwa menggambarkan suatu
kondsi mental seseorang, dan kondisi mental ini bisa dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Jika faktor tersebut terdapat penyimpangan, maka kondisi mental
seseorang bisa terganggu.
Di dunia prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari
satu juta kasus bunuh diri disetiap tahunnya akibat gangguan jiwa. Gangguan
jiwa ditemukan di semua negara, terjadi pada semua tahap kehidupan termasuk
orang dewasa dan cenderung terjadi peningkatan gangguan jiwa (WHO, 2009)
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan

6
prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.

Gangguan konsep diri merupakan salah satu dari masalah gangguan jiwa.
Salah satu gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah, harga diri rendah akan
memberikan akan memberikan dampak negatif pada klien diantaranya klien
akan merasa malu, minder akan keadaan dirinya dan cenderung menarik diri
dari kehidupan sosial. Kemudian dengan adanya frustasi, depresi dan rasa tidak
mampu, atau tidak berdaya akan mempengaruhi klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, misalnya klien menjadi tidak mampu dalam hal perawatan
diri, dan kebutuhan spiritualnyapun akan terganggu bahkan timbul waham
agama.Dengan adanya krisis multi dimensi, gaya hidup dan persaingan hidup
yang berat, banyak individu yang tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan
individu tersebut mengalami gangguan fisik maupun mental yang berat.Maka
dari itu dengan banyaknya pravelensi orang yang terkena gangguan jiwa
khususnya harga diri rendah maka penulis tertarik untuk mengangkat studi
khusus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep
diri;harga diri rendah.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan, menerapkan dan melaksanakan asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tentang pengertian konsep diri


2. Mengetahui tentang pengertian harga diri rendah
3. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
4. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan harga diri
5. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
6. Mengetahui implementasi keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
7. Mengetahui evaluasi keperawatan pada klien dengan harga diri rendah rendah

7
8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Pengertian Konsep Diri


Konsep diri adalah merupakan pikiran atau persepsi seseorang
tentang dirinya sendiri, serta merupakan salah satu yang mempengaruhi
tingkah laku (Nursalim dkk, 2007:123). Konsep diri didefinisikan secara
umum sebagai keyakinan pandangan atau penilaian seseorang, perasaan
dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan,
karakter maupun sikap yang dimiliki individu.

. Konsep diri adalah kerangka kognitif yang mengorganisir


bagaimana kita mengetahui diri kita dan bagaimana kita memproses
informasi-informasi yang relevan dengan diri (Aditomo & Retnowati,
2004)

Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat


untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya,
masalahnya serta lingkungannya (Suliswati dkk, 2005). Konsep diri
berkembang baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga dapat
memberikan perasaan positif,memperoleh kemampuan yang berarti
individu atau lingkungan dan dapat beraktualisasi,sehingga individu
menyadari potensi dirinya.

Menurut Pujijogjanti dalam Ghufron (2010:18), ada tiga peranan


penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku, yaitu:

9
1. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin.
Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam
kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang
tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi
iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah
perilaku.
2. Keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri
berpengaruh penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang
dihadapi.
3. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharapan
adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat
harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan
tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri
menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Titik
tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi
yang tinggi.

2.1.2 Komponen Konsep Diri


Komponen konsep diri terdiri dari:

1. Citra tubuh
Citra tubuh diartikan sebagai kumpilan sikap individu yang
disadari maupun tidak terhadap tubuhnya,termasuk persepsi masa lalu
atau sekarang mengenai bentuk,ukuran,fungsi,penampilan dan
potensi yang dimiliki.Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep
diri.Cita tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat
menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa
aman dari kecemasan sehingga harga dirinya semakin meningkat.
2. Ideal diri
Persepsi individu tentang seharusnya bersikap berdasarkan
standar,aspirasi,tujuan atau nilai yang diyakininya.Penetapan ideal
diri dipengaruhi oleh kebudayaan,keluarga dan ambisi,keinginan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta

10
prestasi masyarakat setempat.Ideal diri akan melahirkan harapan
individu terhadap dirinya saat berada di tengah masyarakat dengan
norma tertentu.Ideal diri beperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi
konflik atau kondisi yang membuat bingung.Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
3. Harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dan menganalisa
seberapa jauhprilaku memenuhi ideal diri.Harga diri di peroleh dari
diri sendiri dan orang lain.Individu akan merasa harga dirinya tinggi
bila sering mengalami keberhasilan,sebaliknya individu akan merasa
harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai
atau tidak diterima lingkungan.Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian .Harga diri akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia dan sangat terancam pada
pubertas.Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen (1997)
menyatakan ada 4 hal yang dapat harga diri anak:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil
b. Menanamkan idealism
c. .Mendukung aspirasi atau ide
d. Membantu membentuk koping
4. Peran
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang di
harapkan oleh masyarakat sesuai posisinya di masyarakat atau
kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas
dengan memvalidasi pada orang yang berarti.
Hal hal yang mempengaruhi penyesuaian individu terhadap peran:
a. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya dan
pengetahuannya tentang peran yang di harapkan.
b. Respon atau tanggapan yang konsisten dari orang yang berarti
terhadap perannya.
c. Kesesuaian norma budaya dan harapan dengan perannya.

11
d. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan peran
yang tidak sesuai.
5. Identitas diri
Identitas adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat di peroleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.Dalam identitas
diri ada otonomi yaitu percaya diri,respek terhadap diri,mampu
menguasai diri,mengatur diri dan menerima diri.
Ciri-ciri individu dengan identitas diri yang positif adalah:
a. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang
lain.
b. Mengakui jenis kelamin sendiri.
c. Memandng berbagai aspek diri sebagai suatu keselarasan.
d. Menilai diri sesuai penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu,sekarang dan yang akan datang.
f. Mempunyai tujuan,nilai yang di sadari.
Ciri ciri individu yang mempunyai kepribadian sehat:
a. Citra tubuh positif dan sesuai
b. Ideal diri yang realistis
c. Harga diri tinggi
d. Penampilan peran memuaskan
e. Identitas jelas

2.2 Harga Diri Rendah


2.2.1 Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap
orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif sampai negatif
(Baron & Byrne 2012),
Menurut Baron & Byrne (2012) Harga diri sering kali diukur sebagai
sebuah peringkat dalam dimensi yang berkisar dari negatif sampai positif
atau rendah sampai tinggi. Sebuah pendekatan yang berbeda adalah dengan
meminta individu untuk mengindikasikan self-ideal mereka seperti apa,
self mereka yang sebenarnya, dan kemudian membandingkan perbedaan

12
diantara keduanya. Semakin besar perbedaan real self dengan ideal self
maka semakin rendah harga diri.
Walaupun perbedaan spesifiknya dapat bervariasi namun lama kelamaan
perbedaan self ideal dengan real self akan cenderung stabil (Strauman
dalam Baron & Byrne, 2012). Seorang individu akan merasa senang
apabila seseorang akan memberikan respon positif terhadap beberapa aspek
self-ideal namun individu akan merasa kurang senang apabila seseorang
mengatakan bahwa dalam diri individu tidak terdapat beberapa aspek dari
self-ideal (Eisenstand & Leippe dalam Baron & Byrne, 2012)
Robinson (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mengemukakan bahwa
harga diri lebih spesifik dari konsep diri, yang melibatkan unsur evaluasi
atau penilaian terhadap diri. Menurut Robinson, banyak teoretikus
kepribadian, seperti Carl Rogers, konsep diri merupakan salah satu aspek
kepribadian yang paling penting.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri,merasa gagal karena tidak mampu
mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). Harga diri seseorang
umumnya diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.Individu yang
memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif.Sedangkan individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai
ancaman.
Barbara kozier berpendapat:levei of esteem range from hight to low.A
person who has hight self esteem deals actively with the
environment,adapts effectively to change,and feels secure.A person with

13
low selfeesteem sees the environment as negative and thereatening
(Driever dalam Barbara Kozier, 2003).

2.2.2 Etiologi
Etiologi pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah:
a. Kurangnya umpan balik positif
b. Perasaan ditolak oleh orang terdekat
c. Sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan

Faktor presipitasinya adalah dapat bersumber dari internal ataupun


eksternal yaitu trauma, seperti penganiayaan, syok psikolog maupun fisik
serta perubahan peran pada pasien.

2.2.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan
produktivitas, destruktif pada diri dan orang lain, perasaan tidak mampu,
merasa bersalah, mudah tersinggung, adanya ketegangan peran yang
dirasakan. Tanda lainnya adalah pandangan hidup yang pesimis,
mengurung diri, menarik diri secara sosial, penyalah gunaan dan perasaan
khawatir

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
a. Citra tubuh
Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat
tumbang atau penyakit)
Proses penyakit dan dampaknya terhadap stuktur dan fungsi
tubuh

14
Proses pengobatan:radiasi, kemoterapi
b. Harga diri
Penolakan
Kurang pengetahuan
Pola asuh overprotektif,otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu di tuntut
Persaingan saudara kandungKesalahan dan kegagalan berulang
Tidak mampu mencapai standar
c. Peran
Stereotipik peran seks
Tuntutan peran kerja
Harapan peran cultural
d. Identitas diri
Ketidakkepercayaan orang tua
Tekanan dari peer group
Perubahan struktur sosial

2. Faktor Prepitasi
a. Trauma
Situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri.Khususnya
trauma emosi seperti penganiyaan seksual dan psikologis pada
masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran
Rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu melakukan peran
yang bertentangan dengan hatinya atau tidak mersa pas dalam
melakukan perannya.
Transisi peran perkembangan misalnya perubahan normative
yang berkaitan dengan pertumbuhan
Transisi peran situasi misalnya perubahan jumlah anggota
keluarga, baik pertambahn atau pengurangan
Transisi peran sehat sakit: Pergeseran kondisi kesehatan klien
yang menyebabkan: kehilangan bagian tubuh,perubahan
bentuk,penampilan dan fungsi tubuh,prosedur medis dan
perawatan.
3. Perilaku

15
a. Cita tubuh
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
Menolak bercermin
Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
Menyangkal cacat tubuh
Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
b. Harga diri rendah
Mengkritik orang atau diri sendiri
Mudah tersinggung atau marah
Produktifitas menurun,merasa tidak mampu,merasa bersalah
Gangguan berhubungan, destruktif pada orang lain dan diri
sendiri
Merasa diri paling penting,negatif terhadap musuh
Menarik diri dari sosial dan realitas
Keluhan fisik
Penyalahagunaan zat
c. Kerancuan identitas
Tidak ada kode moral
Hubungan interpersonal yang eksplotatif
Perasaan hampa,
Kehancuran gender
Tingkat ansietas tinggi,tidak mampu empati pada orang lain

2.3.2 Pohon Masalah

16
2.3.4 Diagnosa
Gangguan konsep diri : harga diri redah

2.3.5 Intervensi

BAB III

LAPORAN KASUS

Bab III ini merupakan ringkasan asuhan keperawatan jiwa pada Tn B yang di
rawat di Rumah Sakit Jiwa.Asuhan Keperawatan ini di mulai dari pengkajian,analisa
data,perumusan diagnosa keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi.

3.1 Pengkajian

I. Identitas Diri
Hasil pengkajian pada kasus ini diperoleh dengan mengadakan pengkajian
langsung,pemeriksaan fisik,menelaah catatan perawat dari data pengkajian
tersebut di dapat hasil identitas klien bernama Tn B,tinggal di rumah bersama
kakaknya,umur 40 tahun,jenis kelamin laki-laki,status sudah menikah, tidak
bekerja
II. Alasan Masuk
Klien mengurung diri di dalam rumah,tampak menghindari kehadiran orang
lain.
III. Faktor Predisposisi
Dari hasil pengkajian di dapatkan,klien belum pernah mengalami gangguan
jiwa di masa lalu.Tidak pernah mengalami trauma: Aniaya fisik,aniaya
seksual,penolakan,kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.dan tidak
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.klien mengatakan
bahwa sewaktu sekolah dulu bukan anak yang berprestasi dan tidak bias
menjadi anak yang dibanggakan orang tua.
IV. Pemeriksaan fisik

17
Hasil pemeriksaan fisik klien mencangkup keadaan umum compos
mentis.observasi tanda-tanda vital dalam batas normal.tinggi dan berat badan
sesuai.dan saat pengkajian klien tidak mengeluh adanya masalah keluhan
fisik.

V. Psikososial
1. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan

: Tinggal serumah

18
Data hasil pengkajian di dapatkan klien anak ke dua dari tiga
bersaudara,klien sudah menikah dan mempunyai 1 putra dan 1 putri
klien ditinggal oleh istri dan anaknya,klien saat ini tinggal bersama
kakaknya dan pengambil keputusan adalah kakaknya.

2. Konsep Diri

Hasil pengkajian pada konsep diri dalam gambaran diri Tn.B


mengatakan merasa jelek dan tidak berguna karena kehilangan
tangan kirinya.klien merasa jijik setiap kali dirinya melihat kaca dan
mendapati kenyataan bahwa dirinya mengalami kecacatan dan tidak
bisa hidup normal seperti dahulu.identitas diri, Klien adalah seorang
laki-laki dan anak ke dua dari tiga bersaudara.peran diri, klien
mengatakan tidak berguna karena tidak bisa menjadi tulang
punggung bagi anak dan istrinya dan klien juga mengatakan dirinya
tidak berguna karena tidak bisa mengurus keluarganya,dan
mengatakan bahwa selama ini dirinya tidak bisa berperan
sebagaimana mestinya.klien merasa kehilangan harga dirinya
sebagai seorang laki-laki,pemimpin dalam keluarga.klen mengatakan
dirinya seperti ini setelah dirinya di PHK dari tempat kerjanya
karena klien mengalami kecelakaan kerja sehingga klien tidak
mampu bekerja lagi,dan sejak saat itu klien kesulitan mendapatkan
pekerjaan.Akhirnya istri klien yang memegang peranan sebagai
kepala rumah tangga dirumah.Ideal Diri,klien mengatakan ingin
sembuh dan ingin menata kembali kehidupannya yang sudah rusak
dan berharap bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Harga
Diri,klien merasa malu karena aktifitas sehari-harinya dibantu orang
lain.

3. Hubungan Sosial

19
Bedasarkan pola hubungan sosial,orang yang paling berarti bagi
hidupnya adalah keluarganya.peran serta dalam kegiatan bermasyarakat
klien tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat .hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain,setelah mengalami kecelakaan dan
kehilangan tangannya klien mengatakan tidak suka berbicara dengan
orang lain dan lebih suka menghindar dan berdiam diri di rumah.

4. Spiritual.

Nilai dan keyakinan, kilen beragama islam. kegiatan ibadah,klien


mengatakan melakukan sholat 5 waktu.

VI. Status mental

Pengkajian status mental,klien berpenampilan tidak rapi,kebersihan


cukup,memakai pakaian Rumah Sakit dan mandi 2x sehari,ketika di ajak
bicara ekspresi tampak sedih.klien merasa malu karena aktivitas sehari hari
dibantu oleh orang lain.klien mengatakan sulit tidur,selalu terbayang wajah
anak dan istrinya,klien mengatakan kangen dengan keluarganya dan berharap
bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Interaksi selama wawancara ,kontak
mata klien kurang,klien tampak sedih dan berusaha menutupi bagian tubuhnya
yang cacat dengan memakai baju lengan panjang.saat ditanya perawat klien
mengatakan agar dirinya tidak melihat tangannya yang sudah tidak ada.Afek
klien,tampak datar.Selama wawancara waham tidak ada.Saat dilakukan
pengkajian,klien mengatakan klien di bawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya
dan masih ingat sedang di rawat di Rumah Sakit.Saat di tanya,klien masih
ingat tanggal,bulan dan tahun saat ini.Tingkat konsentrasi dan berhitung,klien
mampu berkonsentrasi dengan baik dan mampu melakukan melakukan
penambahan dan pengurangan secara sederhana.Kemampuan penilaian Tn B
mampu mengambil keputusan secara sederhana setelah di beri sedikit
penjelasan oleh perawat.Daya tilik saat ini klien mengingkari penyakitnya dan

20
mengatakan baik baik saja.Klien mengatakan saat ini dirawat karena ingin
mengobati cacat pada tubuhnya.

I. Kebutuhan Persiapan Pulang

Kebutuhan persiapan pulang klien makan 3x sehari.Habis 1 porsi,makan


dengan nasi sayur lauk dan kadang buah.Motivasi klien untuk makan sendiri
dengan menggunakan tangan yang sehat.Klien BAB 1x,BAK 3-5X dalam
sehari di kamar mandi dan dapat membersihkannya.Klien mandi 2x sehari
pagi dan sore,memakai sabun shampoo dan juga gosok gigi.Klien bisa bisa
berpakaian secara mandiri setiap pagi sesuai dengan baju yang di siapkan
Rumah Sakit.Klien mengatakan tidak bisa tidur dan tidur kurang dari 8
jam.Klien minum obat secara teratur 2x1 sehari.Ketika klien diijinkan pulang
maka perawatan lanjutan yang harus dilakukan klien untuk memelihara
kesehatan ,dianjurkan kontrol sebelum obat habis,dalam memelihara
kesehatan klien di dukung dengan menggunakan obat.Aktifitas di dalam
rumah ,klien ingin dapat melakukan aktufitas sehari hari nya sendiri.Aktifitas
di luar rumah klien jarang keluar rumah karena malu dengan keadaannya yang
mengalami kecacatan fisik.

II. Mekanisme Koping

Hasil pengkajian mekanisme koping pada Tn B yaitu mekanisme


menghindar,dimana aktifitas klien hanya di dalam kamar dan tampak
menghindari kehadiran orang lain termasuk perawat.

III. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok usianya dan


lingkungannya.Klien tidak percaya diri dan tidak pernah mengikuti kegiatan
di masyarakat.Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena tidak bisa menjadi
tulang punggung keluarga.Klien mengatakan seperti ini karena setelah dirinya di

21
PHK dari tempat kerjanya karena klien mengalami kecelakaan kerja sehingga
membuat klien tidak mampu lagi bekerja dan sejak saat itu klien kesulitan
mendapatkan pekerjaan.

IV. Pengetahuan Kurang

Saat dilakukan pengkajian,klien tidak mengetahui tentang penyakitnya,koping


individu kurang,respon keluarga terdahap pasien kurang.

V. Daftar Masalah Keperawatan

Berdasarkan data di atas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu ganguan


konsep diri:harga diri rendah,diagnosa keperawatan tersebut di dukung dengan data
subyektif klien mengatakan klien merasa malu dan tidak berguna karena tidak
bisa mengurus keluarganya serta tidak dapat menjadi tulang punggung
keluarganya.Klien merasa jelek dan tidak berguna karena kehilangan tangan
kirinya.Klien merasa jijik setiap kali dirinya berkaca dan mendapati dirinya
mengalami kecacatan dan tidak bisa hidup normal seperti dahulu.Data
obyektif,klien tampak murung,ekspresi klien sedih,klien tampak menghindari
kehadiran orang lain termasuk perawat.Kontak mata klien kurang.Klien
tampak menutupi bagian tubuhnya yang cacat dengan memakai baju lengan
panjang.Klien tampak tidak bersemangat,aktifitas klien hanya di dalam kamar.

22
3.2 Analisa Data
NO Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS: Gangguan konsep diri:
1. Klien mengatakan dirinya tidak harga diri rendah
berguna karena tidak bisa menjadi
tulang punggung untuk anak dan
istrinya dan klien tidak bisa berperan
sebagai seorang ayah dan suami
sehingga rumah tangga nya hancur
sehingga anak dan istri klien
meninggalkan klien sendirian
2. Klien merasa kehidupannya hanya
menyusahkan orang lain
3. Klien mengatakan bahwa diri nya
merasa jelek dan tidak berguna
karena kehilangan tangan kiri nya
4. Klien mengatakan merasa jijik setiap
kali diri nya melihat kaca dan
mendapati kenyataan diri nya
mengalami kecacatan dan tidak bisa
hidup normal seperti dahulu
5. Klien merasa malu karena aktifitas
sehari-harinya dibantu orang lain.
6. Keluarga klien mengatakan klien
berubah sikapnya semenjak
mengalami kecelakaan akibat kerja
dan kehilangan organ tubuhnya
sehingga klien kesulitan
mendapatkan pekerjaan
DO:
1. Klien tampak sedih saat bercerita
2. Klien berusaha menutupi bagian

23
tubuhnya yang cacat dengan
menggunakan pakaian lengan
panjang
3. Saat diajak wawancara kontak mata
klien kurang, suara klien pelan, klien
tampak tidak bersemangat

2 DS: Isolasi Sosial


-
DO:
1. Klien menghindari kehadiran orang
lain termasuk perawat
2. Klien tampak lebih banyak
beraktivitas di dalam kamar
3 DS: Defisit Perawatan Diri
Klien merasa malu karena aktifitas
sehari-hari dibantu oleh orang lain
DO:
1. Baju klien tampak kotor
2. Tubuh klien tercium bau

24
4 DS: Tidak Efektifnya Koping
1. Klien mengatakan dirinya tidak berguna Individu
karena tidak bisa menjadi tulang
punggung untuk anak dan istrinya dan
klien tidak bisa berperan sebagai seorang
ayah dan suami sehingga rumah tangga
nya hancur sehingga anak dan istri klien
meninggalkan klien sendirian
2. Klien mengatakan dirinya tidak berguna
dan apa yang dilakukan salah
3. Keluarga klien mengatakan klien
berubah sikapnya semenjak mengalami
kecelakaan akibat kerja dan kehilangan
organ tubuhnya sehingga klien kesulitan
mendapatkan pekerjaan

25
3.3 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut,dapat di gambarkan pohon masalah
sebagai berikut:

ISOLASI SOSIAL

DEFISIT
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA PERAWATAN
DIRI RENDAH DIRI

TIDAK EFEKTIFNYA KOPING


INDIVIDU

Berdasarkan pohon masalah diatas di dapatkan masalah keperawatan sebagai berikut:

1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah


2. Isolasi sosial
3. Tidak efektif koping individu
4. Defisit perawatan diri

Dalam pohon masalah di dapatkan yang menjadi core problem adalah gangguan
konsep diri:harga diri rendah.

3.4 Intervensi Keperawatan

Strategi Pelaksana Dan Tindakan Keperawatan

26
Hari/tanggal : 10 Mei 2017
Nama klien :Tn B
Dx/SP ke/Pertemuan ke :1
Nama perawat pelaksana :Perawat
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :Klien merasa malu dan sedih karena tidak bisa menjadi
tulang punggung keluarga, klien merasa jijik bila melihat
tubuh cacat nya, klien merasa tidak berguna karena semua
aktifitas nya dibantu oleh orang lain.
DO :Klien tampak sedih saat di ajak wawancara,klien tampak
menghindari kehadiran orang lain termasuk perawat. Suara
klien pelan, kontak mata kurang. ,klien tampak menutupi
bagian tubuhnya yang cacat dengan memakai baju lengan
panjang.
2. Diagnosa : gangguan konsep diri:harga diri rendah
3. Tujuan umum : mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Tujuan khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek sosial
positif yang dimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki.
d) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan.
e) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Pertemuan 1
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan Keperawatan :
a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

27
Selamat pagi Tn B. Nama saya Zr I.biasa di panggil Zr I .Nama
Tn siapa?senang di panggil apa ?

b. Validasi
Bagaimana perasaan Tn B hari ini? bagaimana tidurnya
semalem? Nyenyak? Apakah Tn B masih ingat Tn B di bawa kesini?
c. Kontrak
Baik kalau begitu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang hobi atau kegiatan yang di sukai?mau dimana kita
berbincang-bincang?bagaimana kalau di ruangan ini.Mau berapa
lama? Bagaimana kalau 10 menit.

Fase Kerja
Kalau boleh tahu,hobi Tn B apa? Kegiatan apa yang sering Tn B
lakukan di rumah? Bagus.Kegiatan yang bagus sekali Tn B.Apakah Tn
B sering melakukan kegiatan tersebut? Apa yang menarik dari
kegiatan tersebut? Apa ada kegiatan lain yang Tn B lakukan?

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Tn B setelah kita bercakap-cakap?
2. Evaluasi obyektif
Klien mampu mengungkapkan atau mengulang kembali
pembicaraan
Klien mampu mempertahankan kontrak
Klien mampu melakukan aktifitas yang sesuai dengan
kemampuan yang di miliki.
3. Rencana Tindak lanjut
Coba Tn B ingat- ingat lagi kegiatan kegiata yang sudah Tn
B lakukan selama ini.
4. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita
lanjutkan dengan membahas tentang kemampuan yang Tn B miliki
baik itu di rumah, di sini, ataupun di tempat lain. Menurut Tn B kita

28
berbincang bincang jam berapa? Bagaimana kalau di kursi
belakang.

Pertemuan ke 2
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki.
Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan member penilaian negative
c. Berikan pujian yang realistis

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

- Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

Selamat pagi Tn B

b. Validasi
Bagaimana perasaan Tn B? Apa masih ingat dengan saya dan
topic yang akan kita bicarakan hari ini?
c. Kontrak
Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita berbincang
bincang tentang kemampuan dan aspek postif yang Tn B miliki.Mau di
mana kita berbincang bincang ? Bagaimana kalau di kursi
belakang.Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit.

- Fase Kerja

29
Apa yang biasa Tn B lakukan atau kerjakan di rumah? Sekarang kegiatan
apa saja yang Tn B lakukan di sini? Apa yang menarik dari kegiatan
tersebut? Apa ada kemampuan lai yang Tn B miliki?

- Fase Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi subyektif

Bagaimana perasaan Tn B setelah kita bercakap cakap?

b. Evaluas i obyektif
Klien mampu mengungkapkan atau mengulang kembali
pembicaraan
Klien mampu mempertahankan kontak
Klien mampu melakukan aktifitas yang sesuai dengan
kemampuan yang di miliki
Klien mau menjalin kontak mata
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sekarang coba Tn B ingat- ingat lagi kemampuan lain yang
Tn B miliki yang belum kita bicarakan?
3. .Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini. Nanti kita akan
membahas tentang kemampuan mana yang Tn B miliki yang masih
dapat di lakukan di Rumah Sakit dan kemampuan yang dapat di
lakukan di rumah.Kpan kita bisa berbincang- bincang lagi? Bagaimana
kalau jam 10 ? Kita bisa berbincang bincang dimana? Bagaimana
kalau di ruanga ini. Mau berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit.

30
Pertemuan ke 3

TUK 3: Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki.
Tindakan Keperawatan.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setiap hari
sesuai kemampuan. Buat jadwal:
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat di lakukan
c. Minta klien untuk memiih satu kegiatan yang mau di lakukan di Rumah
Sakit.
d. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
e. Beri pujian atas kegiatan harian atau kegiatan yang telah di latih.
f. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah di latih.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi.
b. Validasi
Bagaimana perasaan Tn B hari ini? Apakah masih ingat dengan
kemampuan yang Tn B miliki.
c. Kontrak
Masih ingat, apa yang akan kita bicarakan sekarang? Betul, kita akan
bercakap mengenai cara Tn B menilai kemampuan yang di gunaan Tn B
serta dapat menetapkan atau merencanakan kegitan sesuai dengan
kemampuan yang Tn B miliki sekarang, kita akan membuat jadwal
kegiatan Tn B. Menurut Tn B dimana kita akan berbincang- bincang?
Bagaimana kalau di kursi belakang? Mau berapa lama? Bagaimana kalau
30 menit.

Fase kerja
a. Mengingatkan kembali kemampuan klien yang masih bisa di lakukan di
Rumah Sakit.
b. Menanyakan kegiatan lain yang mungkin di lakukan, mandi, makan,
tidur, dll.

31
c. Menyusun jadwal bersama klien
d. Memberikan pujian pada klien dalam penyusunan jadwal kegiatan.

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Tn B setelah menyusun jadwal dengan saya?
Sekarang coba Tn B ceritakan kembali, kegiatan apa saja yang dapat
Tn B lakukan di sini.
b. Evaluasi obyektif
Klien mampu mengungkapkan atau mengulang kembali
pembicaraan
Klien mampu mempertahankan kontrak
Klien mau menjawab pertanyaan
Klien mampu mengulang dan mampu berkomunikasi dengan
lancer
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, bagaiman kalau Tn B melakukan kegiatan yang sudah di buat
tadi? Jika ada hambatan dan perlu bantuan, saya siap membantu.
3. Kontrak
Saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini.Coba laksanakan jadwal
yang telah di buat tadi. Besok kita akan berbincang lagi mengenai
kegiatan apa saja yang telah Tn B lakukan hari ini.Menurut Tn B kita
bincang bincang jam berapa? Mau dimana? Bagaimana kalau di kursi
belakang? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah sampai
nanti Tn B.

32
33
BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan
Pada bab ini pembahasan penulis akan membahas mengenai
kesenjangan yang terdapat pada konsep dasar (teori) dan kasus pada Tn B
dengan gangguan konsep diri;harga diri rendah. Pembahasan akan di mulai
dengan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi dan evaluasi . Pada
akhir makalah penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang di
harapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Konsep diri adalah merupakan pikiran atau persepsi seseorang tentang
dirinya sendiri, serta merupakan salah satu yang mempengaruhi tingkah laku
(Nursalim dkk, 2007:123). Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai
keyakinan pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran
individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter maupun sikap
yang dimiliki individu.
I. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan masalah. Data yang di kumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, dan spiritual (Nurjanah, 2005).
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping yang di miliki klien. Cara pengkajian berfokus pada 5
(lima) dimensi yaitu: fisik, emosional, intelektual,sosial,dan spiritual
(Stuart dan Sundeen dalam Nurjanah, 2005). Kasus Tn B termasuk dari

34
5 dimensi yaitu dimensi fisik. Adapun data yang di peroleh setelah di
lakukan pengkajian pada klien Tn B yang berupa data subyektif antara
lain Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena tidak bisa menjadi
tulang punggung untuk anak dan istrinya dan klien tidak bisa berperan
sebagai seorang ayah dan suami sehingga rumah tangga nya hancur
sehingga anak dan istri klien meninggalkan klien sendirian Klien merasa
kehidupannya hanya menyusahkan orang lain Klien mengatakan bahwa
diri nya merasa jelek dan tidak berguna karena kehilangan tangan kiri
nya Klien mengatakan merasa jijik setiap kali diri nya melihat kaca dan
mendapati kenyataan diri nya mengalami kecacatan dan tidak bisa hidup
normal seperti dahulu Klien merasa malu karena aktifitas sehari-harinya
dibantu orang lain.
Faktor prepitasi menurut Direja (2011), adalah seseorang akan
marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Sedangkan faktor predisposisi dalam kasus klien
adalah klien mengatakan merasa malu dan jijik saat melihat diri nya di
kaca, melihat anggota tubuhnya yang cacat karena kecelakaan saat
bekerja dan akhirnya klien di PHK. Sejak saat itu klien kesulitan untuk
mencari pekerjaan. Klien juga merasa sedih karena tidak bisa menjadi
tulang punggung keluarga dan tidak bisa menjadi suami dan ayah yang
baik bagi keluarganya. Akhirnya keluarganya meninggalkannya dan
klien tinggal bersama kakaknya.klien merasa malu karena semua
aktifitasnya di bantu oleh orang lain dan kegiatan sehari hari lebih
banyak di dalam kamar.
Faktor predisposisi adalah sebagai faktor yang menunjang
terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart, 2006).
Sedangkan faktor predisposisi klien mempunyai pengalaman masa lalu
yang kurang menyenangkan. Klien merasa tidak bisa menjadi anak yang
di banggakan orang tua.
Mekanisme koping adaptif klien masih mau bercerita dengan
perawat walaupun kontak mata kurang. Sedangkan mekanisme

35
maladaptive klien lebih banyak menghindar apa bila ada orang lain dan
lebih banyak berdiam di kamar. Stressor terjadi karena kecelakaan yang
dapatkan klien saat bekerja yang mengakibatkan klien kehilangan salah
satu anggota tubuhnya, yaitu tangan kirinya.klien merasa malu dengan
keadaannya.
Tanda dan gejala yang muncul pada perilaku gangguan konsep
diri:harga diri rendah adalah kotak mata kurang saat di ajak wawancara
penurunan produktivitas, perasaan tidak mampu, merasa bersalah,
adanya ketegangan peran yang dirasakan. Tanda lainnya adalah
mengurung diri, menarik diri secara sosial dan perasaan khawatir.

2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang di buat oleh
perawat professional yang menggambarkan tanda dan gejala yang
menunjukkan masalah kesehatan yang di rasakan klien dimana perawat
berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu menolong klien (Ali Z,
2002). Schultz dan videbeck (dalam Nurjanah, 2005) menyatakan bahwa
diagnosa keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana
diagnose keperawatan adalah respon terhadap masalah medis atau
bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari- hari yang
merupakan perhatian utama diagnose keperawatan.
Menurut Nursalim dkk, 2007:12 Konsep diri adalah merupakan
pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri, serta merupakan
salah satu yang mempengaruhi tingkah laku. Konsep diri didefinisikan
secara umum sebagai keyakinan pandangan atau penilaian seseorang,
perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter maupun sikap yang dimiliki individu.

Diagnosa yang di peroleh dari Tn B yaitu gangguan konsep diri:


harga diri rendah yang di dukung oleh data subyektif . Klien mengatakan
dirinya tidak berguna karena tidak bisa menjadi tulang punggung untuk

36
anak dan istrinya. klien tidak bisa berperan sebagai seorang ayah dan
suami sehingga rumah tangga nya hancur sehingga anak dan istri klien
meninggalkan klien sendirian. Klien merasa kehidupannya hanya
menyusahkan orang lain. Klien merasa jelek dan tidak berguna karena
kehilangan tangan kirinya. Klien mengatakan merasa jijik setiap kali diri
nya melihat kaca dan mendapati kenyataan diri nya mengalami kecacatan
dan tidak bisa hidup normal seperti dahulu.Klien merasa malu karena
aktifitas sehari-harinya dibantu orang lain.Keluarga klien mengatakan
klien berubah sikapnya semenjak mengalami kecelakaan akibat kerja dan
kehilangan organ tubuhnya sehingga klien kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Data obyektif klien tampak sedih saat bercerita. Klien
berusaha menutupi bagian tubuhnya yang cacat dengan menggunakan
pakaian lengan panjang. Saat diajak wawancara kontak mata klien
kurang, suara klien pelan, klien tampak tidak bersemangat.
Berdasarkan data yang di peroleh penulis menyimpulkan bahwa
pohon masalah yang terjadi pada Tn B sama dengan teori yang di
tuliskan yaitu penyebab dari gangguan konsep diri : harga diri rendah
(core problem) yaitu kehilangan salah satu anggota tubuh nya yang
menyebabkan klien sedih dan malu saat bertemu dengan orang lain.klien
tidak dapat melaksanakan perannya sebagai ayah dan suami yang baik,
serta tidak bisa menjadi tulang punggung keluarganya. Klien tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya nya..

3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan di tulis atau di buat setelah diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dapat di capai tiap tujua khusus. Perencanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
kkeperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan klien dapat di atasi (Ali, 2002).
Intervensi keperawatan yang di lakukan pada Tn B berdasarkan
pada teori keperawatan jiwa, dimana tujuan umumnya adalah klien dapat

37
mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah. Adapun tujuan
khusus yang pertama klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat. Rasionanya hubungan saling percaya yang baik
merupakan dasar yang kuat bagi klien mengekspresikan perasaannya.
Tujuan khusus ke dua yaitu klien dapat mengidentifikasi aspek positif
dan kemampuan yang di miliki klien, rasionalnya adalah menyadarkan
klien bahwa ia memiliki sesuatu yang patut di banggakan sehingga dapat
meningkatkan percaya diri klien. Tujuan khusus ketiga klien dapat
menilai kemampuan yang di mliki untuk dilaksanakan, rasionalnya klien
masih mempunyai kegiatan yang dapat di lakukannya dan dapat di
lakukannya tanpa di bantu oleh orang lain. Tujuan khusus keempat klien
dapat merencanakankegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, rasionalnya klien mempunyai kegiatan yang sesuai dengan
kemampuanya sehingga dapat meningkatkan rasa percaya dirinya.
Tujuan khusus ke lima klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana
yang di buat, rasionalnya memotivasi klien untuk melakukan kegiatan
yang di rencanakan. Tujuan khusus ke enam klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada, rasionalnya agar klien merasa masih ada
orang lain yang memperhatikan dan menyayanginya.

Evaluasi

Evaluasi adalah mengevaluasi perkembangan klien dalam


mencapai hasil yang di harapkan asuhan keperawatan adalah proses
dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien
sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, sebagai
diagnosa keperawatan, dan modifikasi rencana asuhan dengan kondisi
klien (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

B. Kesimpulan

38
Dari kasus di atas, penulis menarik kesimpulan:
1. Dari kasus tersebut di dapatkan data nama klien identitas klien,
penangguang jawab klien, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor
presipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial ( genogram dan
analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual satus mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial
dan lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang dan meliputi data
subyektif dan data obyektif. Data yang berfokus pada pengkajian pada
kasus klien adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah, di karenakan
keadaannya yang cacat akibat kecelakaan kerja. Sehingga klien merasa
malu dan sedih serta tidak dapat menjalankan peran sebagai ayah dan
suami yang baik. Klien lebih banyak menghidari kehadiran orang lain
dan lebih banyak menyendiri di kamar.
2. Dalam diagnose keperawatan di dapatkan pohon masalah , yang menjadi
core problem adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah. Sesuai
dengan teori di dapatkan data bahwa klien merasa malu dan jijik saat
melihat dirinya dikaca dan melihat kenyataan bahwa anggota tubuhnya
yang cacat,klien kehilangan tangan kirinya. Klien berusaha menutupi
anggota tubuhnya yang cacat dengan menggunakan pakaian tangan
panjang. Klien merasa malu dengan keadaannya yang sekarang sehingga
klien lebih banyak menghidari keberadaan orang lain dan lebih banyak
berdiam diri di kamar.
3. Intervensi yang di lakukan yaitu sesuai SOP yang telah di tetapkan . Ada
enam tujuan khusus yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat, klien dapat mengidentifikasi aspek positf dan
kemampuan yang di miliki klien, klien dapat menilai kemampuan yang
dimiliki untuk dilaksanakan, klien dapat merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang di miliki, klien dapat melakukan kegiatan
sesuai rencana yang di buat, klien dapat memanfatkan sistem pendukung
yang ada.
4. Evaluasi
Evaluasi yang di dapat pada Tn B adalah data subyektif data obyektif.

39
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran yang
di harapkan bermanfaat, sebagai berikut:
1. Bagi pendidikan
Institusi pendidikan di harapkan memberikan bimbingan kepada
mahasiswa secara optimal, terutama dalam pendidikan ilmu
keperawatan jiwa kepada penulis, sehingga penulis dapat
mengaplikasikan di lahan klinik secara maksimal.

40
41
DAFTAR PUSTAKA

Nursalim, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press.


Ghufron, 2010. Teori-teori psikologi. Jogjakarta: ArRuzz Media
Baron, Robert, A., & Byrne. D. (2012). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga
wijayaningsih, K. s. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.

42

Anda mungkin juga menyukai