Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asuhan sayang ibu adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya

komplikasi dan juga asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang

ibu. Fokus utama asuhan sayang ibu adalah bagaimana menjadikan persalinan sebagai

hal yang fisiologis dan merupakan hakikat bagi seorang ibu, sehingga perlu di rancang

sedemikian rupa agar ibu menikmati dengan nyaman dan aman pada setiap prosesnya.

Hal ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru

lahir karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan

kesehatan primer, dimana kematian ibu tidak hanya terjadi karena hal yang bersifat

teknis, namun juga beberapa hal seperti psikis yang dapat berlanjut sebagai factor

predisposisi kematian ibu.

Oleh karena itu masih di perlukan monitoring dan evaluasi terhadap tindakan yang

diberikan bidan kepada pasien. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya sebatas kompetensi

dalam hal tindakan pelayanan medis, namun juga dari berbagai aspek termasuk dalam

hal memberikan dukungan emosional, rasa aman dan nyaman pada pasien.

Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan

nyaman selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip

saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004).

1
Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama

persalinan dan kelahiran. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita Yani (2014) pada ibu

bersalin kala II mengatakan bahwa yang diberikan Asuhan Sayang Ibu sekitar 60%

responden persalinanya lebih cepat yaitu < 1 jam, hal ini membuktikan terdapat

pengaruh pemberian Asuhan Sayang Ibu terhadap lama persalinan kala II.
Persalinan lama masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting.

Persalinan lama merupakan penyebab 8% kematian ibu dinegara-negara berkembang.

Namun angka ini sebenarnya terlalu menyederhanakan pemasalahan persalinan lama.

Hal ini dikarenakan dalam angka ini belum tercakup jumlah kematian ibu akibat

komplikasi dari persalinan lama itu sendiri (Saifuddin, 2011).


Faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Hal ini

merupakan perhatian penting dalam prinsip asuhan sayang ibu, dimana kecemasan atau

ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi

sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan

berasal dari dalam (intra-psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus

lama atau perpanjangan Kala II (Munir,2011) penatalaksanaan yang terampil dan

handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan

yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.


Berdasarkan Latar belakang tersebut penulis tertarik mengakaji tentang

Evaluasi Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dalam Pada Ny N dengan kasus Partus Lama

di Ruang Ponek RSUD Pariaman.

1.2. Rumusan Masalah

2
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada kasus ini

Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Ny N G2P0A1H0

dengan Partus Lama Di Ruang Kebidanan RSUD Pariaman Tahun 2017

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan Asuhan

Sayang Ibu Pada Ny N G2P0A1H0 dengan Partus Lama Di Ruang Kebidanan

RSUD Pariaman Tahun 2017

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Sayang Ibu

Definisi Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang saling menghargai budaya,

kepercayaan dari keinginan sang ibu pada asuhan yang aman selama proses persalinan

serta melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, tidak emosional dan

sifatnya mendukung (Depkes RI, 2008: 14).

Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan

merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk

proses almiah ini harus dihindarkan. Pada asuhan sayang ibu terjamin baa ibu dan

keluarganya diberitahu tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang biasa di harapkan.

Sama seperti kala I, selama kala II, bidan harus menjelaskan apa yang akan

dilakukannya, dan sebelum melakukan hal tersebut yaitu, sebelum melakukan

pemeriksaan vagina, mengecek tekanan darah, mengecek tekanan jantung janin, dan

sebagainya, dan akan menjelaskan hasil dari semua pemeriksaan yang dilakukannya.

Ia akan membantu ibu dalam memahami apa yang sedang dan apa yang akan

terjadi, selama proses kelahiran, serta mengikuti operan serta dari ibu dan peran serta

dari bidan, dokter atau pemberi asuhan lainya dalam proses kelahiran tersebut.

Kebutuhan pertama wanita dalam proses persalinan adalah rasa aman. Perasaan

terlindungi adalah persyaratan bagi perubahan tinggkat kesadaran yang merupakan

karakteristik dari proses kelahiran. Selama berabad-abad, diseluruh dunia kebanyakan

4
wanita mengambil strategi serupa untuk merasa aman ketika mereka melahirkan (Ross,

2005: 156).

2.2 Konsep Asuhan Sayang Ibu

Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe

Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan

sayang ibu sebagai berikut:

1. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan

dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan.

2. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil

asuhan.

3. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat

istiadat.

4. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi

persalinan yang nyaman bagi ibu.

5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang

berkesinambungan.

5
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh

penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian

cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban,

pemantauan janin secara elektronik.

7. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri

dengan/ tanpa obat-obatan.

8. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara

mandiri.

9. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban

agama.

10. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

Prinsip Umum Sayang Ibu

1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.

2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa

ada indikasi.

3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada

keselamatan jiwa ibu.

6
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.

5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.

7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.

8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan

keputusan.

9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya

selama kehamilan, persalinan dan nifas.

11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.3 Asuhan Sayang Ibu dalam Asuhan Persalinan

Asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah

terjadinya komplikas dan juga asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu. Fokus utama usaha persalinan normal adalah mencegah terjadinya

komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

dengan menangani komplikasi yang mungkin terjadi serta pencegahan yang diakui

7
dapat membawa perbaikan kesehatan ibu di Indonesia. Penyesuaian ini sangat penting

dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir karena sebagian besar

persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer, dimana

tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan masih

belum memadai.

Penerapan asuhan persalinan secara tepat guna dalam waktu baik sebelum atau

sesaat masih terjadi dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka

para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang opimal.

Dengan pendekatan seperti ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus di

dukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan

adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan.

Di dalam melakukan asuhan kepada semua ibu selama proses persalinan dengan

adanya praktik-praktik pencegahan yang dilakukan sebagai berikut:

a) Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infeksi

seperti misalnya, mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung tangan

sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang bersih bagi proses

persalinan dan kelahiran bayi serta menerapkan standar proses persalinan.

8
b) Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi

lahir, termasuk menggunakan partograp. Partograp digunakan sebagai alat

bantu untuk memantau kemajuan persalinan.

c) Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin, selama persalinan, pasca

persalinan dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan keluarganya

mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami dan kerabat untuk

turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d) Menyiapakan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi, serta

menghinadari tindakan-tindakan atau berbahaya seperti episiotomy dan

kateterilisasi.

e) Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang

mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.

f) Penolong persalinan harus memiliki pengetahuan atau keterampilan untuk

memberikan asuhan yang mengacu pada upaya-upaya pencegahan yang dapat

memberikan rasa aman dan nyaman bagi ibu dan bayi baru lahir, selama

persalinan, pasca persalinan dan masa nifas dini (Depkes, 2007: 1-4).

2.4 Prinsip-Prinsip Asuhan Sayang Ibu dalam proses persalinan

a) Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak dengan tenang dan

memberikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.

b) Menjelaskan setiap asuhan yang di berikan untuk ibu dan kepada keluarganya.

9
c) Mengajukan ibu untuk bertanya untuk membicarakan rasa takut dan khawatirnya.

d) Mendengarkan dan menanggapi rasa takut dan kekhawatiran ibu.

e) Memberikan dukungan kepada ibu dengan mengajak anggota keluarganya agar

hati ibu tentram menghadapi persalinan.

f) Secara konsisten melakukan praktek-praktek pencegahan kepada ibu.

g) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman pada saat persalinan dan

anjurkan ibu untuk minum dan memakan makanan yang ringan sepanjng ibu

menginginkannya.

h) Hargai dan perbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan

kesehatan ibu

i) Hindari tindakan yang berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomy,

pencukuran dan klisma.

j) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin dan bantu ibu untuk

memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah lahir.

k) Siapkan rencana rujukan jika diperlukan dan mempersiapkan persalinan dan

kelahiran dengan baik, siapkan perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.

(Depkes, 2008: 14).

2.5 Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Asuhan Persalinan

a) Memberikan dukungan emosional

10
Dukungan dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk

mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran. Menganjurkan mereka untuk

berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin

akan sangat membantu kenyamanan ibu. Menghargai keinginan ibu untuk di

dampingi oleh suami atau keluarga yang lain.

b) Membantu mengatur posisi

Anjurkan ibu untuk menjaga posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan

kelahiran Anjurkan pula suami dan pendanping lainnya untuk membantu ibu

mengatur posisi. Ibu boleh berjalan, posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau

berjongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali

mempersingkat waktu persalinan.

c) Memberi cairan nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minuman air) selama

persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase latin

persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya menginginkan

cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering

mungkin dan makanan ringan selama persalinan.

d) Keleluasan kekamar mandi secara teratur

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih jika terasa

ingin berkemih atau jika kantong kemih dirasakan penuh.

11
e) Pencegahan infeksi

Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan

kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya. Kepatuhan dalam

menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan

melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikut praktek-

praktek pencegahan infeksi yang sudah ditetapkan ketika mempersiapkan

persalinan dan kelahiran. Anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan dan

pastikan bahwa ibu memakai yang bersih. Mencuci tangan sesering mungkin,

menggunakan peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan

pada saat diperlukan. (Depkes, 2007: 52).

Asuhan sayang ibu yang diberikan selama kala I

a. Mengijinkan ibu memilih orang yang kan mendampinginya selama proses

persalinan dan kelahiran


b. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan

hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah

melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapanpun

menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan

sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.


c. Menanyakan riwayat kehamilan ibu segera lengkap
d. Lakukan pemeriksaan abdomen yaitu tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,

denyut janin, presentasi, penurunan bagian terbawah janin dan juga pemeriksaan

12
dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan dalam keadaan normal

pemeriksa dalam cukup setiap 4 jam


e. Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari vagina yang

lebih banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada dalam persalinan
f. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu

dan partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau

masalah segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas/rumah

sakit.
g. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikit setiap 2 jam.
h. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa dan memilih

posisi yang nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara

ketuban sudah pecah. Jangan perbolehkan ibu dalam proses persalinan berbaring

miring, duduk, atau jongkok, berbaring terlentang mungkin menyebabkan gawat

janin.
i. Selama proses persalinan anjurkan ibu untuk minum guna menghindari dehidrasi

dan gawat janin


j. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka

terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi

ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan dukungan

kepada ibu selama persalinan.


k. Menjelaskan proses persalinan yang sedang akan terjadi pada ibu, suami dan

keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berskala.


l. Lakukan perolongan persalinan yang bersih dan aman.

Asuhan sayang ibu pada proses persalinan kala II dan III

13
a. Menghargai ibu selama proses persalinan
b. Mengijinkan ibu untuk memilih orang yang akan mendampinginya selama

proses persalinan dan kelahiran.


c. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian dikeringkan

hingga betul-betul kering dengan handuk bersih


d. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya.
e. Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan

kuat dan spontan untuk meneran, jangan menganjurkan ibu untuk meneran

berkepanjangan dan menahan nafas.


f. Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala dua, dikarnakan pada kala ini

ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.
g. Berikan rasa aman dan semangat serta ketentraman hatinya selama proses

persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan

tegang, dan itu membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
h. Membersihkan perineum ibu
i. Membimbing ibu untuk meneran bila tanda pasti kala dua setelah diperoleh,

tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran


j. Menolong kelahiran bayi
k. Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan plasenta, tentang prosedur

penatalaksanaan aktif kala III.(Depkes, 2008: 100).

Asuhan Sayang ibu Pada Persalinan kala IV

a. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan diperut ibu dan segera

keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti

bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat.

14
b. Melakukan penilaian seperti tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih

dan masase fundus uteri setiap 15 menit selama 1 jam pertama setelah

persalinan. Pada saat melakukan masase uterus, perhatikan berapa banyak darah

yang keluar dari vagina. Jika fundus tidak teraba terus lakukan masase pada

daerah fundus agar uterus berkotraksi.


c. Pantau temperature tubuh setiap jam selama dua jam selama dua jam pertama

pasca persalinan. Jika meningkat pantau dan tatalaksaana sesuai apa yang

diperlukan
d. Nilai pendarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 meni selama satu jam

pertama dan 30 menit selama jam kedua pada kala empat


e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah

darah yang keluar bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek
f. Minta bantuan keluarga untuk memeluk bayi, bersihkan dan bantu ibu untuk

mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar

nyaman. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, kemudian berikan bayi ke ibu

dan anjurkan agar ibu untuk memeluk dan memberikan ASI. (Depkes, 2008, hal.

116

2.6 Definisi Persalinan Lama

Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai

persalinan lama. Persalinan lama atau disebut juga distosia didefinisiskan sebagai

persalinan abnormal atau sulit (Saifuddin, 2011).Persalinan lama merujuk pada

kemajuan persalinan yang tidak normal. Persalinan berlangsung lebih lama, lebih

15
nyeri dan tidak normal karena adanya masalah pada mekanisme persalinan,

tenaga/kekuatan, jalan lahir dan janin yang akan dilahirkan (Reeder, 2011).

Menurut Saifuddin (2009) persalinan lama adalah persalinan dimana fase

laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tapi bayi

belum lahir, dan dilatasi serviks di sebelah kanan garis waspada pada fase aktif.

Persalinan lama adalah gangguan kemajuan persalinan kala I yang diukur dalam

batasan waktu 2 (dua) jam sejak pemeriksaan terakhir atau setelah dilakukan

pimpinan persalinan kala 2 (JPNK-KR, 2008).


Persalinan kala dua memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga

partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak

menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran

paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat terjadi lebih

lama. Persalinan kala dua memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus

yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti

dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan

(Hakimi, 2010)

Kriteria diagnosis dari tiap klasifikasi persalinan lama dan terapi yang

disarankan berdasarkan modifikasi Cohen dan Friedman (1983) dapat dilihat dari

tabel berikut :

16
2.7 Dampak Persalinan Lama Terhadap Ibu dan Janin

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ibu atau janin atau

keduanya sekaligus.

1. Dampak bagi ibu

a. Infeksi cairan intrapartum

Infeksi adalah bahaya yang serius mengancam ibu dan janin pada persalinan

lama terutama bila disertai pecahnya ketuban.Bakteri di dalam cairan

amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion

sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.Pneumonia janin

karena aspirasi cairan amnion terinfeksi adalah konsekuensi serius

lainnya.Pemeriksaan dalam sebaiknya dibatasi selama persalinan, terutama

bila dicurigai terjadi persalinan lama.

b. Ruptura uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius,

terutama pada ibu dengan paritas tinggi atau riwayat section sebelumnya.

Bila disproporsi fetopelvik sedemikian besar sehingga janin tidak engaged,

penurunan tidak terjadi, segmen bawah rahim sangat teregang dan

menyebabkan rupture. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi

fisiologis dan merupakan indikasi persalinan perabdominan.

c. Pembentukan fistula

Bila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak

17
maju dalam jangka waktu lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya

dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.Karena

gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang Nampak jelas beberapa hari

ssetelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal

atau rektovaginal.Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan

kala dua yang berkepanjangan.

d. Cedera otot-otot dasar panggul

Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala

janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu.Gaya tekan ini

meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan

fungsional dan anatomic otot, saraf dan jaringan ikat sehingga timbul

kekhawatiran munculnya inkontinensia alvi serta prolaps organ panggul.

2. Dampak bagi janin

a. Kaput suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput

suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin.Kaput yang cukup

besar dapat mengelirukan diagnostic dan melakukan upaya premature

dengan melakukan tindakan ekstraksi vakum atau forceps.

b. Molase kepala janin

Molase terbentuk karena lenpeng tulang tengkorak saling tumpang tindih di

sutura-sutura besar akibat tekanan his yang kuat.Molase dapat menyebabkan

18
robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan perdarahan

intracranial pada janin (Saifuddin, 2011).

BAB III
LAPORAN KASUS

IBU BERSALIN G2A1P0 DENGAN KALA DUA MEMANJANG

19
DI RUANG BERSALIN RSUD PARIAMAN

Tanggal masuk :11 April 2017 Pukul : 10.15 wib

A. ANAMNESIS
1. Data Subyektif
Istri Suami
Nama : Ny N Nama : Tn S
Umur : 24 tahun Umur : 32 tahun
Suku : Minang Suku : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : S. garinggiang Alamat : S. Gariggiang

a. Keluhan masuk ruang bersalin :

Pasien hamil anak kedua, masuk UGD RSUD Pariaman rujukan dari bidan

pukul 10.15 wib dengan keluhan keluar air-air banyak sejak pukul 08.00

pagi .Pembukaan lengkap.Ibu telah dipimpin mengedan selama 2,5 jam.

Indikasi rujukan, kala dua memanjang. Ibu G2P 0A1H. HPHT 03-07-2016 TP

10-04-2017. Usia kehamilan 40 minggu. Infus terpasang RL 20 tts/menit.


b. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT 03-07-2016, siklus haid teratur, haid biasanya 6 hari, ANC dilakukan di

Bidan, ibu sudah mendapat imunisasi TT selama kehamilan, gerakan janin

20
sudah dirasakan ibu sejak kehamilan 20 minggu, gerak janin 24 jam terakhir

ada, masalah lain selama kehamilan tidak ada.


c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada penyakit kronis dan penyakit lainnya.

d. Riwayat pemenuhan nutrisi, hidrasi, eliminasi, istirahat

Ibu terakhir kali makan pukul 08.10 wib dengan porsi 6 sendok makan,

terakhir kali minum pukul 09.20 wib 1 gelas.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum ibu sedang, kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital

normal (TD 120/80 mmhg, N 80x/mnt, R 24x/menit, S 37 ),TB 153 cm,

BB 57 kg, wajah dan konjungtiva tidak ada kelainan, payudara simetris, puting

susu menonjol dan ada pengeluaran kolostrum, pembesaran abdomen sesuai

usia kehamilan dan tidak ditemukan bekas operasi atau benjolan, pemeriksaan

ekstremitas tidak ditemukan kelainan dan reflek patela positif.

b. Pemeriksaan Kebidanan

1) Palpasi uterus

TFU 2 jari bawah px, presentasi kepala, punggung janin di sebelah kanan,

bagian terbawah sudah masuk seluruhnya ke dalam PAP, kontraksi 3x10

21
menit durasi 30-40 detik kekuatan kuat.

2) Auskultasi DJJ

Frekuensi 131x/menit, teratur, intensitas kuat di kuadran kanan bawah

abdomen ibu.

3) Pemeriksaan Vaginal

Perineum utuh, vulva tidak oedem, pengeluaran pervaginam blood slym dan

air ketuban, pemeriksaan dalam pembukaan lengkap, portio tidak teraba,

selaput ketuban sudah pecah, penurunan kepala di hodge III-IV.

B. Assesment

Ibu G2P0A1 parturien aterm 40 minggu dengan kala dua memanjang.

Ibu kelelahan, pembukaan lengkap dan sudah dipimpin meneran 2,5 jam oleh

bidan tapi janin tidak juga lahir.

C. Planning

o Informasikan hasil pemeriksaan

o Perbaiki keadaan umum pasien

o Kolaborasikan kasus pasien dengan dokter spesialis obsgyn, hasil kolaborasi

( pasien direncanakan vakum ekstraksi).

o Lakukan informed consent untuk tindakan vakum ekstraksi

o Lakukan persiapan tindakan vakum ekstraksi

22
o Hasil Observasi Tanggal 11 April 2017 Pukul 10.45 Wib

o Subjektif :

- Pasien mengatakan letih dan ingin segera melahirkan


- Pasien merasa cemas dengan tindakan vakum yang akan dilakukan
o Objektif :
- Vakum ekstraksi dilakukan atas indikasi kala dua memanjang
- Bayi lahir pukul 10.55 wib, jenis kelamin laki-laki, BB 2800 gr, PB 47 cm
- Penilaian bayi segera, ada upaya bernafas dan bayi menangis, Apgar score

7/8
- Plasenta lahir spontan dan lengkap, panjang tali pusat 50 cm, insersi

sentralis
- Kontraksi uterus baik
- Pasien diberi induksin 1 amp iv/bolus, pospargin 1 amp iv/bolus
- Perdarahan normal
- IUFD RL drip induksin : pospargin 1:1 20 tt/mnt
- Luka laserasi derajat dua dijahit
- Keadaan umum ibu sedang

o ASSESMENT

o Ibu P1A0H1 Partus kala IV post vakum ekstraksi.

o PLANING

a. Kontrol tanda-tanda vital, kontraksi dan perdarahan


b. Anjurkan ibu untuk inisiasi menyusui dini
c. Anjurkan ibu makan dan minum
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat

23
o

o
o
o
o
o
o

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o BAB IV
o KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN

o
oBerdasarkan kasus ibu Ny N G2P0A1 hamil 39-40 minggu mengalami

persalinan lama karena kala dua memanjang. Kala dua memanjang terjadi bila

setelah pembukaan lengkap bayi tidak lahir dalam 2 jam dipimpin meneran.

24
Pada kasus ini, pembukaan sudah lengkap dan telah dipimpin meneran selama

2,5 jam oleh bidan namun bayi tidak lahir hingga di rujuk ke ruang bersalin

RSUD Pariaman.. Tiba di ruang bersalin ibu tampak lelah, lemah, sedikit

pucat, ketuban sudah pecah dan kekuatan his sedang. Tidak ada upaya

meneran volunteer yang dilakukan ibu.

oMenurut Varney (2008) kelelahan ibu harus dicegah karena

memburuknya kondisi ibu akan membahayakan ibu dan janin yang belum

lahir. Mempertahankan hidrasi dari awal persalinan dan melakukan

penatalaksanaan yang baik sehingga kelelahan ibu seharusnya tidak terjadi.

Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan.Ibu bersalin mudah sekali

mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya

asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al,

2000). Disebutkan dalam sebuah Jurnal Intravenous fluids for reducing the

duration of labour in low risk nulliparous women bahwa Kecukupan cairan

selama proses persalinan dapat mengatasi dehidrasi pada ibu selama bersalin.

Dalam hal ini bidan belum melaksakan asuhan sayang ibu dengan

komprehensif.

o Selain itu anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama

proses persalinan dan kelahiran bayinya sebagaimana pada prinsip asuhan

sayang ibu . Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai ibu

25
sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan. Hasil persalinan yang

baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang

mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000). Sebuah

penelitian RCT yang berjudul Support to woman by a companion of her

choice during childbirth:a randomized controlled trial melibatkan 105

perempuan diizinkan bersalin dengan pendamping dan 107 perempuan tak

diizinkan bersalin dengan pendamping membuktikan bahwa Kehadiran

pendamping pilihan wanita memiliki pengaruh positif pada dirinya terhadap

kepuasan dengan proses kelahiran dan mengurangi intervensi dalam

persalinan serta memberikan hasil yang baik pada neonatal dan proses

menyusui.

o
oPada kasus ini, faktor kelelahan dengan tidak adanya keinginan

volunteer ibu untuk meneran menyebabkan ibu mengalami kala dua

memanjang. Dengan mempertimbangkan ketuban sudah pecah sejak jam

08.00 wib dan pertimbangan risiko terjadinya gawat janin, maka tindakan

segera dilakukan untuk mempercepat kelahiran bayi dengan tindakan vakum

ekstraksi.

oBila ada kemungkinan gawat janin, air ketuban bercampur mekonium,

dan oksitosin gagal menimbulkan kontraksi,tindakan segera diambil dengan

melakukan vakum ekstraksi atau forsep dengan episiotomi untuk

26
mempercepat kelahiran janin Sumirah(2008) menyebutkan partus lama

merupakan salah satu indikasi dalam episiotomi. Episiotomi adalah

tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anestesia lokal

adalah bagian dari asuhan sayang ibu. Namun dalam kasus ini tidak sesuai

dengan teori yang disebutkan karena episiotomi dilakukan tanpa anestesi.

Sulistyawati(2010) menyatakan bahwa episiotomi dilakukan dengan anestesi

untuk memberikan kenyaman pada ibu sebagai tindakan asuhan sayang ibu.

o Peran bidan sebaiknya tetap berfokus terhadap pemenuhan kebutuhan

ibu bersalin dan upaya meminimalisir trauma maternal, seperti penjelasan yang tepat

dan jelas terhadap prosedur tindakan yang akan dilakukan dan memperoleh

persetujuan dari pasien, pemenuhan kenyamanan ibu, pengurangan nyeri serta

pencegahan infeksi. Selama proses persalinan privasi ibu juga tidak terjaga dengan

baik, pasalnya pintu ruang bersalin tidak di tutup dan kain penutup hanya tertutup

sebagian.

oSelain itu pemberian dukungan emosional dan psikologis ibu serta

pendampingan sebagai bentuk Asuhan Sayang ibu belum terlaksana. Pasalnya

keluarga ibu tidak di izinkan seorang pun ikut mendampingi. Sehingga

kebutuhan emosional ibu tidak terpenuhi. Adanya support dalam menjalani

prosedur tindakan akan bermanfaat untuk mencegah ibu mengalami depresi

post partum pada masa postpartum. Seperti halnya yang dinyatakan oleh

27
Creedy et al, 2006 dalam Gamble, et al, 2007, bahwa prosedur melahirkan

yang tidak sesuai harapan, dramatis atau sangat menyakitkan akan

berkontribusi menimbulkan gejala stress akut. Stress dan trauma persalinan

tersebut pada beberapa wanita akan bisa diadaptasi, namun bagi sebagian

wanita bisa berkembang menjadi depresi masa postpartum.

o Table Ceklist Asuhan Sayang Ibu


o
o Tindakan Asuhan Sayang Ibu o A o
d tid
a
1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses o o
alami dan fisiologis. o
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak o o
melakukan intervensi tanpa ada indikasi. o
3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan o o
memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. o
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. o
o
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
o
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan o
didukung secara emosional. o
7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan o
o o
dan konseling yang cukup.
8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif o
o
dalam pengambilan keputusan. o
9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan o
o
agama. o
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual
o
dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, o
o
persalinan dan nifas. o
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan o
o
kesehatan dan pencegahan penyakit o o

28
o

o

o

o

o

o
o

oBAB V

o KESIMPULAN DAN SARAN

o
o 5.1 Kesimpulan
o

29
o Pelaksanan Asuhan Sayang ibu pada kasus ini belum seutuhnya

terlaksana dengan baik. Masih ada hal hal prinsip yang tidak menjadi perhatian

petugas selama persalinan. Pemenuhan kebutuhan ibu akan informasi, dukungan

masih belum tmerpenuhi. Selama proses persalinan privasi ibu juga tidak terjaga

dengan baik, pasalnya pintu ruang bersalin tidak di tutup dan kain penutup hanya

tertutup sebagian.
o

o 5.2 Saran

o Asuhan sayang ibu hendaknya men jadi salah satu prioritas dalam

praktek kebidanan baik di tingakat pelayanan primer maupun di rumah sakit

rujukan. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu tetap berfokus pada

pemenuhan kebutuhan ibu bersalin, hidrasi yang optimal, perhatian terhadap

aspek sayang

30
o DAFTAR PUSTAKA
o
o Cunningham,F.G,etal.2010.WilliamsObstetric, 23rdedition.McGrawHill,
New York.
o
o Enkin,etal.2011.AGuidetoEffectivecareinPregnancyandChildBirth,3rd
Edition.Oxfod UniversityPress, London
o
o Fraser, MD dan Cooper, MA.2009. Myles Buku Ajar Bidan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
o
o Hakimi.2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yayasan
Essentia Medica, Yogyakarta.
o
o Gamble, et al. 2007. A Counselling Model for Postpartum Women After
Distressing Birth Experiences. Journal of Midwifery 25.
doi:10.1016/j.midw.2007.04.004. Pg.e21-e30.
o
o JNPK-KR, 2008.Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED).JNPK-KR. 2008.
o
o
o NICE. 2007. Intrapartum Care. Clinical Guideline. NICE. UK
o
o Norwitz E dan Schorge J. 2008.At a Glance Obstetri dan Ginekologi.
Erlangga, Jakarta
o
o Reeder, SJ, Martin, LL dan Koniak-Griffin, D. 2011.Keperawatan Maternitas,
Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Volume 2, Edisi 18. Penerbit Buku
Kedoteran EGC, Jakarta.
o
o Saifuddin, A, 2011.Ilmu Kebidanan.PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
o
o ____________, 2009.Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal.PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
o
o Varney, H, Kriebs JM and Gegor CL. 2008.Buku ajar Asuhan Kebidanan. Edisi
Keempat, Volume 2. EGC, Jakarta.
o
o WHO.2008.ManagingProlongedandObstructedLabour.Educationfor Safe
Motherhood,2ndedition.Department of MakingPregnancy safer.WHO,
Geneva.
o
o Guilermo Carolli. Episiotomy For Vaginal
Boirth.http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD000081.pub2/f
ul
o
o
o Table Ceklist Asuhan Sayang Ibu
o
o Tindakan Asuhan Sayang Ibu o a o
d tid
a
12. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses o o
alami dan fisiologis. o
13. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak o o
melakukan intervensi tanpa ada indikasi. o
14. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan o o
memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. o
15. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. o
o
16. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
o
17. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan o
didukung secara emosional. o
18. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan o
o o
dan konseling yang cukup.
19. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif o
o
dalam pengambilan keputusan. o
20. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan o
o
agama. o
21. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual
o
dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, o
o
persalinan dan nifas. o
22. Memfokuskan perhatian pada peningkatan o
o
kesehatan dan pencegahan penyakit o o
o
o o

o

o

o

o

o
o

o o o

o
o

Anda mungkin juga menyukai