Anda di halaman 1dari 28

1

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pelaksanaan Penerimaan & Pengeluaran Pembiayaan ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak Dr. Budi Supriatono Purnomo, SE., M.M., M.Si. selaku Dosen mata kuliah
Perencanaan Keuangan Pemerintahan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pelaksanaan pembiayaan serta realisasinya
pada daerah Kab. Karanganyar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, 27 Februari 2017

Penyusun
2

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB I........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II.......................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI DAN YURIDIS..................................................................3
2.1 Landasan Teori.................................................................................. 3
2.1.1 Definisi Pembiayaan......................................................................3
2.1.2 Klasifikasi Pembiayaan...................................................................3
2.1.3 Pelaksanaan Pembiayaan.................................................................4
2.1.4 Pengakuan................................................................................... 8
2.1.5 Pengukuran.................................................................................. 9
2.1.6 Penyajian di Laporan Keuangan........................................................9
2.1.7 Pihak-pihak Terkait......................................................................10
2.1.8 Dokumen Yang Digunakan............................................................10
2.1.9 Jurnal- jurnal Pembiayaan..............................................................12
2.2 Landasan Yuridis............................................................................. 22
BAB III....................................................................................................... 23
STUDI KASUS............................................................................................. 23
3.1. Analisis Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Karanganyar..........23
BAB IV....................................................................................................... 26
PENUTUP................................................................................................... 26
4.1. Simpulan............................................................................................ 26
4.2. Rekomendasi....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 27
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan, senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan.
Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
otonomi, daerah dipacu untuk dapat berkreasi mencari sumber penerimaan daerah
yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.
Pembiayaan daerah itu sendiri adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah
daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan
antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah
daerah.

Penerimaan pembiyaan daerah dapat mengalami kenaikan maupun penurunan


baik dari sisi nominal maupun pertumbuhannya. Pada PP No 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Pengelolaan keuangan daerah itu sendiri diwujudkan
dalam APBD (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah) yang setiap tahunnya
ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam hal penganggaran sangat
dimungkinkannya terjadi selisih antara pendapatan dan belanja daerah, dan
penyebabnya bisa sangat beragam. Surplus atau defisit daerah yang timbul tersebut
tentunya perlu disikapi oleh daerah dengan kebijakan Pembiayaan Daerah. Bila
terjadi surplus maka daerah harus menganggarkan untuk pengeluaran pembiayaan
tertentu semisal untuk investasi atau dapat juga dengan mengoptimalisasi dana
tersebut untuk mendanai belanja kegiatan yang telah direncanakan. Akan tetapi bila
terjadi defisit maka daerah harus mencari alternatif pembiayaan lain yang biasanya
berupa pinjaman daerah, penggunaan SiLPA atau melakukan penghematan anggaran
2

dengan melakukan penyisiran kegiatan yang tidak perlu dilaksanakan atau dapat juga
ditunda pelaksanannya. Berdasarkan paparan diatas, dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai pelaksanaan penerimaan serta pemberian pembiayaan pada
pemerintahan daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi SILPA dan dana cadangan?
2. Apa maksud dari hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan?
3. Bagaimana prosedur penerimaan, pemberian pinjaman daerah dan penerimaan
kembali pemberian pinjaman?
4. Bagaimana jurnal pada akuntansi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan?
5. Bagaimana realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten
Karanganyar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi SILPA dan dan cadangan
2. Untuk mengetahui maksud dari hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
3. Untuk mengetahui prosedur penerimaan, pemberian dan penerimaan kembali
pemberian pinjaman daerah
4. Untuk mengetahui pelaksanaan pinjaman daerah pada daerah Provinsi DKI Jakarta
5. Untuk mengetahui jurnal pada akuntansi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan
6. Untuk memahami realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah Kabupaten
Karanganyar.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN YURIDIS


2.1 Landasan Teori
1 Definisi Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 02
Paragraf 50 mendefinisikan pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi
4

keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau
akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah.

1.3.1 Klasifikasi Pembiayaan


Pembiayaan diklasifikasi kedalam 2 (dua) bagian, yaitu penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan. Adapun pembiayaan netto adalah selisih antara
penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode
tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Netto. Pos-
pos pembiayaan menurut PSAP Berbasis Akrual Nomor 02, dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a) Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum


Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya, dan pencairan dana cadangan.
b) Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

1.3.2 Pelaksanaan Pembiayaan


1) Sisa Lebih/kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SiKPA)

Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara


realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih
5

lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode


pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup


pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan,
pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan
penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

2) Dana Cadangan

Dana Cadangan adalah dana yang dibentuk guna membiayai kebutuhan dana yang
tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Dana Cadangan dibentuk untuk
suatu tujuan tertentu secara spesifik. Pembentukan Dana Cadangan menggunakan
rekening terpisah dari rekening kas daerah (Pembiayaan Transfer ke Dana
Cadangan).

Penggunaan Dana Cadangan harus sesuai tujuan yang telah ditetapan Pemerintah
daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan
dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan


daerah mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan
kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana
cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber
dana cadangan dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan dibahas


bersamaan dengan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
ditetapkan oleh kepala daerah bersamaan dengan penetapan rancangan peraturan
daerah tentang APBD.
6

Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali
dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang penggunaannya
dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam


portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar
dana cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun
anggaran yang berkenaan.

Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana


cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun
anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.

Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas umum daerah dianggarkan dalam belanja langsung SKPD pengguna
dana cadangan berkenaan, kecuali diatur tersendiri dalam peraturan perundang-
undangan.

3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Hasil Penjualan Aset yang Dipisahkan adalah penerimaan daerah yang bersumber
dari hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dari kekayaan daerah, misalnya
penjualan aset Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal
pemerintah daerah.

4) Investasi
7

Menurut ketentuan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud


dengan investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis
seperti; bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Ketentuan mengenai dana investasi adalah bahwa investasi awal dan
penambahan investasi dicatat dalam rekening penyertaan modal (investasi) daerah.
Pengurangan, penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat dalam rekening
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

Investasi pemerintah daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan


pemerintah daerah yang diinvestasikan balk dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko
rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan. Investasi jangka
panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka
mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk
menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang
dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan balk dalam dan luar negeri,
surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan
kas jangka pendek.

5) Pinjaman Daerah dan Obligasi Pinjaman daerah

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima


sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.

Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan


kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya. Penerimaan kembali
pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
lainnya.
8

Beberapa hal yang harus dicermati mengenai pinjaman daerah dan obligasi adalah:

a) Penerimaan pinjaman dan obligasi daerah harus dilakukan melalui rekening


kas umum daerah;
b) Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh
dijadikan jaminan pinjaman daerah;
c) Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan obligasi
daerah; Penatusahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah dilaksanakan
oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (kepala SKPKD).
6) Piutang Daerah

Piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kembali kepada
pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau
akibat lainnya yang sah. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan piutang
daerah adalah bahwa:

a) Setiap piutang daerah harus diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu;


b) Pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD) melakukan
penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD;
c) Piutang daerah dan/atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan
seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan
pertundang-undangan;
d) Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi
daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
e) Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat
diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;
f) Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara
mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan;
9

g) Penghapusan piutang daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:


Untuk piutang berjumlah sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah), penghapusan ditetapkan oleh kepala daerah; Untuk piutang yang
jumlahnya lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah),
penghapusannya ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD;
h) Penagihan dan penatausahaan piutang daerah dilaksanakan oleh Kepala
SKPKD yang realisasi setiap bulannya harus dilaporkan kepada kepala
daerah.
7) Pembayaran Pokok Utang

Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh tempo adalah pengeluaran daerah yang
digunakan untuk membayar utang pokok yang jatuh tempo. Pembayaran pokok utang
digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.

8) Dana Depresiasi

Dana Depresiasi adalah dana yang dibentuk guna membiayai penggantian asset
yang telah habis umur ekonomisnya/manfaatnya. Pembentukan Dana Depresiasi
menggunakan rekening Dana Cadangan dan terpisah dari rekening kas daerah.
Penggunaan Dana Depresiasi harus sesuai tujuan yang telah ditetapkan yaitu
menggantikan aset yang telah habis umur ekonomisnya/manfaatnya.

1.3.3 Pengakuan
a) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
b) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.

1.3.4 Pengukuran
Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai
sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima oleh nilai sekarang kas yang
dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang
10

asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengan Bank
Indonesia) pada tanggal transaksi pembiayaan.

1.3.5 Penyajian di Laporan Keuangan


Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan pemerintah daerah
disajikan dalam laporan realisasi anggaran. Berikut adalah contoh penyajian
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran Pemerintah Daerah.

1.3.6 Pihak-pihak Terkait


Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi
Akuntansi PPKD dan BUD.

1. Fungsi Akuntansi - PPKD Dalam sistem akuntansi pembiayaan, fungsi


akuntansi pada PPKD memiliki tugas sebagai berikut:
11

a) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan buktibukti transaksi


yang sah ke Buku Jurnal Umum;
b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek);
c) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan SAL (LP-SAL), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. BUD

Dalam sistem akuntansi pembiayaan, BUD melakukan fungsi mengadministrasi


transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, sehingga BUD
memiliki tugas menyiapkan dokumen transaksi untuk pencatatan akuntansi oleh
Fungsi Akuntansi PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.

3. PPKD

PPKD memiliki tugas menandatangani laporan keuangan Pemerintah Daerah sebelum


diserahkan kepada BPK.

1.3.7 Dokumen Yang Digunakan


Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi
pembiayaan penerimaan ini adalah sebagai berikut :
12

Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi


pembiayaan pengeluaran ini adalah sebagai berikut :
13

1.3.8 Jurnal- jurnal Pembiayaan


Pada dasarnya transaksi pembiayaan dilaksanakan oleh PPKD. Berikut adalah
jurnal standar pengakuan penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan
yang bersumber dari transaksi kewajiban, sebagai berikut:
No Transaksi PENCATATAN OLEH PPKD
Uraian Debet Kredit
1 Surat Kas di Kas Daerah xxx
Kewajiban Jangka Panjang xxx
penerimaan
pembiayaan Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan xxx
2 Saat pembayaran Beban Bungs xxx
Kas di Kas Daerah xxx
bunga kewajiban
Bunga Utang xxx
Perubahan SAL xxx
3 Saat pelunasan Kewajiban jangka panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx
kewajiban
Pengeluaran Pembiayaan xxx
Perubahan SAL xxx
4 Saat reklasifikasi Kewajiban Jangka Panjang xxx
Bagian Lancar Kewajiban Jangka xxx
Panjang

ILUSTRASI
Akuntansi pembiayaan terdiri atas pencatatan atas terjadinya penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
1. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan Pinjaman
Berdasarkan Perjanjian Kredit Jangka Panjang untuk jangka waktu
5 tahun antara Pemerintah Daerah XYZ dengan Bank ABC,
Pemerintah Daerah XYZ menerima Nota Kredit yang menunjukkan
telah masuknya uang ke rekening kas daerah sebesar Rp. 500.000.000,00.
Dari informasi tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya
kewajiban jangka panjang dengan mencatat jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit
14

Bukti Rekening
Nota
XXX 1.1.1.01.01 Kas di kas Daerah 500.000.000
Kredit
Utang Dalam Negeri 500.000.00
2.21.01.01
Sektor Perbankan 0

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota 500.000.00
XXX 0.0.0.00.00 Perubahan SAL
Kredit 0
Pinjaman Dalam
7.14.01.01 500.000.000
negeri dari Bank

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran


(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota 500.000.00
XXX 0.0.0.00.00 Perubahan SAL
Kredit 0
Penerimaan 500.000.00
Pembiayaan-Pinjaman 0
6.1.4.03.01 Daerah dari Lembaga
Keuangan BankKeuangan
Bank

b. Penerbitan Obligasi
Berdasarkan Perda tentang Obligasi Daerah, Pemerintah Daerah ABC
menerbitkan surat utang obligasi untuk 5 tahun mulai berlaku 1 Maret 2015 dan
berakhir 28 Februari 2020 sebanyak 1000 lembar @ Rp. 500.000,00 dengan suku
bunga 12%/tahun dibayar setiap 6 bulan per 1 Maret dan 1 September. Dari informasi
tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya kewajiban jangka panjang dengan
mencatat jurnal:
15

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri


Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota
XXX 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 500.000.000
Kredit
Utang Dalam
2.2.1.03.01 500.000.000
Negeri - Obligasi

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota
XXX 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 500.000.000
Kredit
Penerimaan
Hasil
7.1.4.03.01 500.000.000
Penerbitan
Obligasi
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran
(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota Perubahan
XXX 0.0.0.00.00 500.000.000
Kredit SAL
Penerimaan
Pembiayaan
Penerimaan
6.1.4.05.01 Hasil 500.000.000
Penerbitan
Obligasi
Daerah

c. Penerimaan Kembali Pinjaman


16

Pemerintah Daerah menerima kembali pinjaman yang telah diberikan kepada


Perusda ABC sebesar Rp. 250.000.000. Dari informasi tersebut, fungsi Akuntansi
PPKD mengakui adanya pengurangan piutang dengan mencatat jurnal.
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota Kas di Kas
XXX 1.1.1.01.01 250.000.000
Kredit Daerah
Bagian
lancar
1.1.4.02.02 Tagihan 250.000.000
kepada
BUMD

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota
XXX 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 250.000.000
Kredit
Penerimaan
7.1.5.01.01 Kembali
250.000.000
Pemberian Pinjaman
kepada Perusda
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran
(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Nota Perubahan
XXX 0.0.0.00.00 250.000.000
Kredit SAL
6.1.5.01.01 Penerimaan 250.000.000
Kembali
Pemberian
Pinjaman
17

kepada
Perusda

d. Pencairan Dana Cadangan


Berdasarkan ilustrasi pada pembentukan dana cadangan, pada tahun ke-5
dilakukan pencairan dana cadangan dengan menerbitkan surat perintah
pemindahbukuan dari rekening Dana Cadangan ke rekening Kas Umum Daerah. Dari
informasi tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui penerimaan Kas di Kas Umum
Daerah dengan mencatat jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Bukti
Kas di Kas
XXX Pemindah 1.1.1.01.01 10.000.000.000
Daerah
bukuan
Dana
1.4.1.01.01 10.000.000.000
Cadangan

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Bukti
Perubahan
XXX Pemindah 0.0.0.00.00 10.000.000.000
SAL
bukuan
Penerimaan
Pembiayaan
7.1.2.01.01 Pencairan 10.000.000.000
Dana
Cadangan
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran
(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
18

Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
Bukti
Perubahan
XXX Pemindah 0.0.0.00.00 10.000.000.000
SAL
bukuan
Penerimaan
Pembiayaan
10.000.000.00
6.1.2.01.01 Pencairan
0
Dana
Cadangan

2. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan


a. Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah ABC menerbitkan Peraturan Daerah tentang penanaman
modal atas penyertaan modal kepada BUMD XYZ senilai Rp300.000.000,00. Dari
informasi tersebut, fungsi Akuntansi PPKD mengakui investasi dalam bentuk
penyertaan modal dengan mencatat jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Penyertaan
XXX SP2D LS 1.2.2.01.02 Modal kepada 300.000.000
BUMD
Kas di kas
1.1.1.01.01 300.000.000
Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran
Pembiayaan
XXX SP2D LS 7.2.2.02.01 300.000.000
Penyertaan
Modal BUMD
0.0.0.00.00 Perubahan 300.000.000
19

SAL
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran
(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran
Pembiayaan-
XXX SP2D LS 6.2.2.02.01 Penyertaan 300.000.000
Modal
BUMD
Perubahan
0.0.0.00.00 300.000.000
SAL

b. Pembayaran Pokok Pinjaman


Pemerintah Daerah membayar pokok utang pinjamannya kepada bank
ABC yang telah jatuh tempo sebesar Rp. 60.000.000,00. Untuk pembayaran
kewajiban jangka panjang ini, diterbitkan SP2D LS. Dari informasi tersebut,
fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya pengurangan kewajiban jangka
panjang dengan mencatat jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Utang Dalam
Negeri Sektor
XXX SP2D LS 2.2.1.01.01 60.000.000
Perbankan
Bank ABC
Kas di kas
1.1.1.01.01 60.000.000
Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
20

Pengeluaran
Pembiayaan
Pembayaran
Pokok Utang
XXX SP2D LS 7.2.3.03.01 60.000.000
kepada
Lembaga
Keuangan
Bank
Perubahan
0.0.0.00.00 60.000.000
SAL
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembayaran
Pokok Utang
XXX SP2D LS 6.2.3.03.01 60.000.000
kepada
Lembaga
Keuangan
Bank
Perubahan
0.0.0.00.00 60.000.000
SAL

c. Pembentukan Dana Cadangan


Berdasarkan Perda tentang Dana Cadangan, Pemerintah Daerah ABC
membentuk dana cadangan untuk rencana penggunaan kegiatan 5 (lima) tahun
kedepan terhitung mulai Tahun Anggaran 2015 senilai Rp10.000.000.000,00, atau
masing-masing Rp2.000.000.000,00, per tahun anggaran. Dari informasi tersebut,
fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya pergeseran dana dari rekening Kas Umum
Daerah ke rekening Dana Cadangan dengan mencatat jurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
21

Jurnal LO dan Neraca


Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Dana
XXX SP2D-LS 1.4.1.01.01 Cadangan - 2.000.000.000

Kas di kas
1.1.1.01.01 2.000.000.000
Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran
Pembiayaan
XXX SP2D-LS 7.2.1.01.01 Pembentukan 2000.000.000
Dana
Cadangan.
Perubahan
0.0.0.00.00 2000.000.000
SAL

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri


Nomor 13 Tahun 2006)

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran
Pembiayaan
XXX SP2D-LS 6.2.1.01.01 Pembentukan 2000.000.000
Dana
Cadangan.
Perubahan
0.0.0.00.00 2000.000.000
SAL
22

1.4 Landasan Yuridis


Landasan hukum tentang pembiayaan diatur dalam peraturan- peraturan sebagai
berikut:

1) PP No. 54 Tahun 2005 yang diganti dengn PP No. 30 Tahun 2011 tentang
Pinjaman Daerah.
2) PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
3) PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual.
4) Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
5) Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
23

BAB III

STUDI KASUS
3.1. Analisis Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan Data Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009 Dan 2010, maka Analisi Terhadap Pelaksanaan
Penerimaan Pembiayaan adalah sebagai berikut :

Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2009 Dan 2010


mengalami penurunan baik dari sisi nominal maupun pertumbuhannya. Dikatakan
menurun karena berdasarkan data yang ada yaitu data tahun 2009 dan 2010,
terjadi penurunan Pada Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA). Dimana SiLPA pada tahun 2009 berjumlah Rp. 103.782.000.000 dan
SiLPA pada tahun 2010 berjumlah Rp. 73.752.900.000. Jadi penurunan SiLPA
pada tahun 2009 ke 2010 adalah Rp. 30.020.100.00 . Selain itu penurunan juga
terjadi pada Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman pada tahun 2009
24

berjumlah Rp. 1.158.700.000 dan pada tahun 2010 berjumlah Rp. 452.178.000.
Jadi, penurunan Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman dari tahun 2009 ke
2010 adalah Rp. 706.522.000 . Dengan demikian, dapat disimpulkan Penerimaan
Pembiaayaan Daerah Kabupaten Karanganyar Masih mengandalkan dari
pendapatan SiLPA tahun 2009, karena penerimaan dari sumber-sumber lain
sangat minim.

3.2. Analisis Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Karanganyar

Berdasarkan Data Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten


Karanganyar Tahun 2009 Dan 2010, maka Analisis terhadap Pelaksanaan
Pengeluaran Pembiayaan adalah sebagai berikut :

Dalam pengeluaran dikatakan menurun karena berdasarkan data yang ada


tahun 2009 dan 2010, terhadap penurunan pada Investasi dan Pemberian
Pinjaman Bergulir Data Tunda Jual. Dimana Investasi pada tahun 2009 berjumlah
Rp. 6.856.000.000 dan Investasi pada tahun 2010 adalah Rp. 161.000.000. jadi
penurunan investasi pada tahun 2009 ke 2010 adalah Rp. 6.695.000.000. Untuk
Pemberian Pinjaman terjadi pengeluaran yang akan diterima pada tahun 2009
berjumlah Rp. 1.612.500.000 dan Pemberian Pinjaman pada tahun 2010 adalah
Rp. 1.000.000.000. Jadi pemberian pinjaman pada tahun 2009 ke 2010 adalah Rp.
25

612.500.000. Untuk pembayaran pokok utang mengalami peningkatan, dimana


pada tahun 2009 sebesar Rp. 6.816.900.000 dan tahun 2010 sebesar Rp.
5.097.750.000. Jadi peningkatan pembayaran pokok utang pada tahun 2009 ke
2010 adalah Rp. 1.719.150.000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan
dalam pengeluaran yang berarti pengeluarannya akan lebih sedikit dibanding
tahun 2009.
26

BAB IV

PENUTUP
4.1. Simpulan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan


pembiaayaan Daerah Kabupaten Karanganyar masih mengandalkan dari
pendapatan SiLPA tahun 2009, karena penerimaan dari sumber-sumber lain
sangat minim. Sedangkan pengeluaran pembiayaan Daerah Kabupaten
Karanganyar mengalami penurunan dalam pengeluaran yang berarti
pengeluarannya akan lebih sedikit dibanding tahun 2009.

4.2. Rekomendasi
Kebijakan yang dipakai pemerintah untuk menutupi kekuarangan dari anggaran
yang defisit yaitu dengan kebijakan fiskal. Kebijakan Fiskal adalah suatu
kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.

Kebijakan fiskal yang dilakukan untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran


pemerintah dengan kebijakan fiskal kontraktif, yaitu dengan menurunkan
pengeluaran pemerintah dan menaikkan penerimaan pajak.
27

DAFTAR PUSTAKA
Profil Daerah Kabupaten Karanganyar. Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah.
Diakses dari: http://profildaerah.karanganyarkab.go.id/karanganyar/grafik/
realisasi_penerimaan_pembiayaan_daerah/222

Profil Daerah Kabupaten Karanganyar. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah.


Diakses dari: http://profildaerah.karanganyarkab.go.id/karanganyar/grafik/
realisasi_pengeluaran_pembiayaan_daerah/223

Rafsandjani, Saddam. Struktur APBD dan Pengertian- pengertiannya. Diakses dari:


http://muslimpoliticians.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-pengertian-pada-
struktur.html

Rahman, Saiful. Pelaksanaan Anggaran. http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files


/2013/04/Pelaksanaan-Anggaran.pdf

Rosdini, Dini. (2008). Akuntansi Pembiayaan dan Transaksi Nonkas bagi


Pemerintah Daerah. Makalah, Universitas Padjadjaran.

Tjeme, Eko Badhi. Pembiayaan Daerah. Diakses dari: http://wilytjeme.blogspot.co.id/


2012 /10/manajemen-pembiayaan-daerah.html

Anda mungkin juga menyukai