Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
1. Definisi
Menuut Permenkes No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis bagi
Dokte di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Hipertensi adalah kondisi terjadinya
peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg.
Kondisi ini sering tanpa gejala. Definisi lain Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Pusat Data dan Infomasi Kementian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

2. Etiologi
Mayoitas paien dengan tekanan daah tinggi penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti/ idiopatik. Sekita 90 % penyakit hipetensi merupakan kategori hipetensi
primer atau penyebabnya idiopatik, sedangkan 10 % kaena penyakit lain yaitu
hiperteni sekunder. Yang menyebabkan hipeteni ini adalah penyakit ginjal, tumo
adrenal, penyakit tiroid, obtructive sleep apnea, penyalah gunaan alkohol dan obat-
obatan (Bill,et.al, 2015)

3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut panduan Pusat Data dan Infomasi Kementian Kesehatan
Republik Indonesia (2014) hipertensi terbagi menjadi:
a). Berdasarkan penyebab :
1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan
pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
b). Berdasakan derajatnya :
. Hipertensi dapat di diagnosis pada kunjungan pertama pada hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Namun pada kunjungan kedua, diagnosis
ditegakkan bila tekanan darah terus menerus 180/110 mmHg atau tekanan darah
terus menerus 140/90 mmHg menunjukkan adanya diabetes, penyakit ginjal
kronik, atau kerusakan organ. Pada kunjungan ketiga diagnosis hieprtensi dapat
ditegakkan bila TD ters menerus 160/100 mmHg . Pada kunjungan keempat,
diagnosis hipertensi dapat ditegakkan bila TD terus menerus 140/80 mmHg.
Diagnosis hipertensi juga dapat ditegakkan melalui pengukuran sendiri / rumah,
mendupilkasi pembacaan di rumah pada pagi hari dan malam hari dalam 1 minggu
135/85 mmHg serta melalui ABPM: rerata tekanan bangun tidur 135/85 mmHg
atau rerata 24 jam 130/80 mmHg (CHEP, 2015). Tingkatan hipertensi ditentukan
berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic.

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi

Kategori TD Sistolik TD Diastolik


Optimal < 120 dan < 80
Normal 120 129 dan/atau 80 84
Normal Tinggi 130 139 dan/atau 85 89
Hipertensi Tingkat 1 140 159 dan/atau 90 99
Hipertensi Tingkat 2 160 179 dan/atau 100 109
Hipertensi Tingkat 3 180 dan/atau 110
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan < 90
(ESH-ESC, 2013, hal. 1286)

Evaluasi awal pada seseorang dengan hipertensi meliputi :


Konfirmasi diagnostic hipertensi
Analisis resiko kardiovaskular, kerusakan organ target, dan penyakit penyerat
lainnya.
Deteksi ada tidaknya hipertensi sekunder, bila ada indikasi klinis.
Gambar 1. Alur Diagnosis Hipertensi berdasar CHEP 2015

Diperlukan pengukuran tekanan darah, riwayat medic, termasuk riwayat keluarga,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan beberapa tes diagnostic lainnya.
Beberapa pemeriksaan diperlukan pada semua pasien, namun beberapa pemeriksaan
khusus hanya dilakukan pada populasi tertentu. Beberapa kondisi yang mengarah pada
kecurigaan hipertensi sekunder :
Hipertensi berat atau hipertensi resisten
Peningkatan TD akut pada pasien dengan TD yang sebelumnya stabil
Usia kurang dari 30 tahun pada pasien tidak obese tanpa riwayat keluarga hipertensi
dan tanpa faktor resiko hipertensi
Hipertensi maligna atau hipertensi terakselerasi (pasien hipertensi berat dengan tanda
kerusakan organ target)
Awitan hipertensi sebelum pubertas.
Merupakan keadaan yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target

4. Faktor Resiko
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1) Faktor genetik
Peran faktor genetik dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang dijumpai
maupun dari penelitian - Kejadian hipertensi lebih banyak

Anda mungkin juga menyukai