Anda di halaman 1dari 4

C.

OBESITAS
1. Definisi Obesitas :
Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial sebagai akibat dari
energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada energi yang
dikeluarkan. Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh Obesitas antara lain
DM tipe II, hipertensi, radang sendi, keganasan dan penyakit jantung
pembuluh darah, yang menyebabkan peningkatan angka kesakitan, kematian
dan biaya perawatan (Anonim, 1999). Menurut data dari WHO, overweight
dan obesitas adalah faktor ke-5 yang menyebabkan kematian di dunia.
Setidaknya 2.8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena overweight dan
obesitas. Selain itu, 44% diabetes, 23% penyakit jantung, dan diantara 7%
dan 41% menderita kanker yang disebabkan dari overweight dan obesitas
(Sherwood, Lauralee, 2001).

2. Prevalensi Obesitas
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia lebih dari 15
tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki
9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi
World Healthy Organization (WHO) sebesar 10% obesitas terjadi pada anak
usia 5-17 tahun (RISKEDAS, 2010).

3. Terapi Obesitas
Pedoman klinis terkini untuk pengobatan obesitas merekomendasikan
bahwa tahap pertama pengobatan adalah dengan mengubah gaya hidup yang
meliputi peningkatan aktivitas fisik yang diselingi dengan pengurangan asupan
kalori (Sukandar dkk, 2009). Sedangkan untuk pencegahan obesitas ada tiga
tahapan. Pertama, pencegahan primer, bertujuan mencegah terjadinya obesitas.
Kedua, pencegahan sekunder, bertujuan menurunkan prevalensi obesitas. Ketiga,
pencegahan tersier, bertujuan mengurangi dampak obesitas (Ganiswarna S.1995).
Menurut WHO, orang dikatakan obesitas, apabila ia mempunyai BMI lebih
dari 30 kg/m2 dan apabila BMI ( Body Mass Indect ) nya berkisar sekitar 25
29,9 kg/m2 masih dikatagorikan sebagai kondisi pra obesitas. Klasifikasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan BMI menurut WHO bisa
dilihat pada Tabel 1( Sutedjo, 2007).

KLASIFIKASI BMI (Kg/m2)


Berat Badan Kurang <18,5
Kirasan Normal 18,5 24,9
Berat Badan Lebih >25
Pra-Obes 25,0 29,9
Obes tingkat I 30,0 34,9
Obes tingkat II 35,5 39,9
Obes tingkat III > 40

Tabel 1 : Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa
berdasarkan IMT menurut WHO. Sumber : WHO technical series, 2000

Untuk mengobati obesitas ini yang terpenting adalah mengurangi laju


pertambahan berat badan, agar sesuai dengan berat badan ideal masing-masing
orang. Prinsip dasar pengelolaannya meliputi, memodifikasi diet, peningkatan
aktivitas fisik yang sesuai, mengurangi waktu untuk kegiatan yang menetap
(misalnya, nonton tv, bermain game dll.), dan memodifikasi perilaku. Semua hal
di atas saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, semuanya
saling melengkapi dan beriringan satu sama lain supaya tercapai hasil yang
maksimal. Disamping itu, penggunaan orlistat sebagai salah satu obat tambahan
dalam menurunkan berat badan disetujui oleh Food ang Drug Administration
(FDA) (Uwaifo, Gabriel, 2012).
Ada beberapa obat yang sering digunakan untuk mengobati obesitas
seperti amfetamin, sebagai obat penurun nafsu makan, yang bekerja secara
langsung menghambat pusat makan di otak. Sibutramin, yaitu suatu
simpatomimetik yang mengurangi asupan makanan dan meningkatkan
pengeluaran energi, namun penggunaan obat ini dapat merangsang sistem saraf
pusat secara berlebihan, sehingga orang yang menggunakannya dapat merasa
gelisah dan terdapat tekanan dalam darah yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan volume darah, yang menyebabkan hipertensi. Selain itu juga ada
kelompok obat lain yang bekerja dengan mengubah metabolise lipid, contohnya
adalah orlistat, suatu inhibitor lipase, akan mengurangi pencernaan lemak di usus.
Hal ini mengakibatkan sebagian lemak terbuang dalam feses dan karenanya akan
mengurangi absorpsi energi. akan tetapi, lemak yang terbuang dalam feses dapat
menimbulkan efek samping saluran cerna yang menggangggu dan hilangnya
vitamin larut lemak ke dalam feses. Komplikasi lain yang ditimbulkan adalah
diabetes mellitus tipe II. Obesitas ternyata juga mempengaruhi metabolisme tubuh
manusia yang sangat mencolok dan sering terjadi adalah hubungan langsung
antara obesitas dengan diabetes melitus. penderita obesitas yang umumya 20 - 45
tahun mempunyai kecenderungan terkena diabetes melitus 3,8 kali lebih sering
bila dibandingkan dengan penderita yang berat badannya normal. Sedangkan yang
umurnya 45-75 tahun kecenderungan terjadinya diabetes melitus dua kali lebih
sering dari yang berat badannya normal. penderita obesitas sering mengalami
hiperglikemi tetapi dalam keadaan hiperinsulinisme. Keadaan ini mungkin karena
adanya resistensi insulin yang meningkat atau kurang pekanya reseptor insulin
terhadap adanya hiperglikemi (Sukandar dkk, 2009).
Apabila terdapat akumulasi berlebih salah satu atau lebih lipid utama
dalam plasma sebagai manifestasi kelainan metabolisme atau transportasi lipid
maka disebut hiperlipidemia ( Sutedjo, 2007). Hiperlipidemia adalah keadaan
terdapatnya akumulasi berlebihan salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma,
sebagai manifestasi kelainan metabolisme atau transportasi lipid. (Guntur, 1991).
Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia dapat terjadi
karena defek transportasi lipid atau karena produksi endogen berlebihan. Kelainan
ini dapat terjadi karena defek transportasi lipid atau karena produksi endogen
berlebihan. Kelainan ini dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia primer)
maupun sekunder akibat penyakit lain (hiperlipidemia sekunder) (Sherwood,
Lauralee, 2001).

Anda mungkin juga menyukai