A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Makassar/Indonesia
Pekerjaan : Tukang Las besi
Alamat : Mattongtong dare
No Register : 470739
Tanggal Periksa : 30 April 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan mata kanan terkena percikan
mata kirinya, terasa menganjal yang dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Dialami sejak 1
minggu yang lalu setelah terkena percikan gerinda, Awalnya saat pasien melakukan
pekerjaan pasien yaitu sebagai tukang las besi, pasien merasakan sesuatu masuk ke
dalam mata kirinya, saat itu pasien merasa kelilipan dan menganggap hal tersebut
sudah biasa maka pasien membiarkan sesaat kemudian membersihkan dengan cara
direndam di air seperti biasa. 3 hari kemudian keluar air mata, dan nyeri terus
menerus. Kotoran mata berlebih (-), rasa silau (+), rasa menganjal saat berkedip mata
(+), Riwayat keluar darah (-), riwayat penglihatan menurun (+), pasien 1 minggu yang
C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit ringan
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu :36,50C
D. PEMERIKSAAN OPHTALMOLOGI
I. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)
Apparatus Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
Muskular
II. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Test okuler Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Pre aurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
III. Tonometer
TOD TOS
V. Slit Lamp
SLOD SLOS
VI. Oftalmoskopi.
VOD VOS
E. RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri mata kirinya, Dialami sejak 1 minggu yang
lalu setelah terkena percikan gerinda, saat itu pasien merasa kelilipan dan menganggap
hal tersebut sudah biasa maka pasien membiarkan sesaat kemudian membersihkan
dengan cara direndam di air seperti biasa. 3 hari kemudian keluar air mata berlebihan
(+), dan nyeri (+) terus menerus. rasa silau (+), rasa menganjal saat berkedip mata (+),
penglihatan menurun (+), pasien 1 minggu yang lalu pernah menggunakan obat tetes
visus VOD 20/70 tidak dikoreksi, kornea jernih, iris coklat, kripte (+), pupil bulat
F. DIAGNOSIS
OD : Trauma oculi non-perforans ec. Corpus alienum
G. TERAPI
- Ekstraksi corpus alienum
- Antibiotik topical; Cendo Polygran 4 dd 1 ggt OD
- Antibiotik oral; amoxicillin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Bebat mata
H. ANJURAN
- Menjelaskan ke pasien mengenai corpus alienum serta komplikasinya
- Tidak mengucek mata
I. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Visam : ad bonam
Quo ad Sanationem : ad bonam
Quo ad kosmeticam : ad bonam
BAB I
Pendahuluan
Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma. Bola
mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelopak
mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan
mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan, Walaupun mata mempunyai
system perlindungan yang cukup baik seperti ronnga orbita, kelopak, dan jaringan lemak
retrobulber selain terdapatnya reflex memejam atau mengedip, mata msih sering mendapat
trauma dari luar. Trauma dapat membuat kerusakan pada bola mata dan kelopak mata,
saraf mata dan rongga orbita, kerusakan mata akan mengakibatkan atau memberikan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan
megakibatkan kebutaan1,2.
mengalami trauma tembus mata. Kecelakan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera akibat
menyebabkan trauma mata2. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup
berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak
daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan
1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEIR), frekuensi di AmerikaSerikat mencapai 16 % dan meningkat di
lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan
Pada Beaver Dam Eye Study, dilaporkan sekitar 20% orang dewasa mengalami
trauma okuli sepanjang kehidupan mereka dan mereka mengalami trauma okuli 3
kali lebih sering dibandingkan trauma yang lain. Pada penelitian ini, benda tajam
menyebabkan trauma lebih dari setengah pada semua trauma. Sangat mengejutkan
bahwa daerah rumah lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami trauma pada
mata dibandingkan di area perkantoran tetapi sekitar 23% trauma okuli dihubungkan
dengan olahraga4.
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans dan
trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma ekuli berdasarkan mekanisme
trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam), trauma radiasi
(sinar inramerah, sinar ultraviolet, dan sinar X), trauma kimia (bahan asam dan basa).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola mata di bagian
lengkungan berbeda1.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) potongan sagital bola mata, (b) lapisan kornea
Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata
tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini. Setiap
terjadi krusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan
parut.
2. Membrane bowman
Membrane bowman yng terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane
tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang
yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan untuk mempertahankan
kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma
kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganngu
penglihatan1.
1) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jikaterjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas
iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh tiga susunan
otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang
dikeluarkan melalu itrabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan
sclera.
3) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
membrane neuro sesnsoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan kesaraf
optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca
mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatinyang hanya menempel papil
saraf optik, makula dan pars plana. Lensa terletak di belakang pupil yang di pegang
daerah makulalutea1.
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras
dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang
atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.
Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera
3. Klasifikasi
1) Trauma non-perforans
Di mana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliki cedera pada keseluruhan
2) Trauma perforans
Di mana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan pada sklera atau kornea
keluar.
seluruh ketebalan dinding mata (satu masuk dan satu keluar) pada
dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam. Kedua luka harus
Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga bias
- Trauma tajam
- Trauma radiasi
4. Mekanisme trauma
- Indirect force
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain pendarahan atau
keluar cairan, penurunan visus dalam waktu yang mendadak, sakit kepala, mata terasa
6. Diagnosis
1) Anamnesis
Pada saat anamnesis kasus trauma mata dutanyakan waktu kejadian, proses
terjadi trauma dan benda yang akan mengenai mata tersebut, penggunaan
2) Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaa pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun
jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi
Memperbaiki penglihatan
Apabila jelas tampak rupture bola mata, maka maniulasi lebih lanjut harus dihindari
sampai pasien mendapat anastesi umum. berikan antibiotic sistemik spectrum luas
dan upayakan memakai pelindung mata (bebat mata). Analgetik dapat diberikan
sesuai kebutuhan.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan setelah terjadi trauma oculi non perforans adalah:
1) Katarak traumatik
Katarak dapat segera terjadi akibat rupturnya kapsul lensa. Epitel lensa
anterior1,2,5.
2) Glukoma sekunder
setelah laserasi kelopak mata atas telah didiskprisikan. Oleh karena itu, dokter
harus mempunyai kecurigaan tinggi untuk setiap infeksi pada pasien dengan
trauma mata7.
9. da
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis pasien datang dengan ke poliklinik mata RS. Syech Yusuf, gowa
dengan keluhan mata kanan terkena percikan gerinda besi sejak 1 minggu uang lalu.
pasien merasakan nyeri, air mata berlebihan, rasa silau, setelah terkena percikan gerinda
tersebut tetapi tidak ada riwayat pendarahan. Riwayat seperti ini mengarah ke diagnosis
(+), pemeriksaan visus VOD 20/70 tidak dikoreksi, kornea jernih, iris coklat, kripte (+),
Keluhan berupa nyeri, silau, airmata berlebihan, dan rasa menganjal merupakan
manifestasi dari trauma yang terjadi. Konjungtiva yang hiperemis terjadi akibat
teransangnya arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis akibat trauma. Akibat dilatasi atas
pembuluh darah ini, permukaan oculus menjadi tidak rata dan bisa memberikan rasa
menganjal di mata.
perforasi pada organ bola mata. Maka pasien ini di diagnose dengan Trauma oculi non
perforans.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Trauma Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta:
5. Asbury T. Sanitato JJ. Trauma. Dalam: Ofthalmology Umum. Edisi 14. Penerbit
7. Bord SP. Linden J. Trauma to the globe and orbit. Emergency Medicine Clinics