PENDAHULUAN
1
selain audit biasa yang digunakan para auditor laporan keuangan untuk
mengungkapkan kecurangan yaitu Audit forensik.
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui pasal berapa saja yang telah dilanggar dalam kasus
hambalang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus Hambalang adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan
banyak pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum;
Istri dari Anas Urbaningrum qq komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda
dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari
Citralaras; dan lain sebagainya.
Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka merupakan
BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga men-
3
subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M. KPK
menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi
konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan dan terkait
dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang.
4
Proses pengusutan
Terkait proyek senilai Rp1,1 triliun ini, Andi pernah memberikan keterangannya
saat bersaksi untuk terdakwa M Nazaruddin dalam kasus dugaan suap
pembangunan wisma atlet. Menurutnya, proyek Hambalang tak kunjung selesai
sejak tahun 2003 lantaran terkendala masalah sertifikat tanah seluas 5.000 hektar
yang belum ada.
Pada awal juni Teka-teki adanya pembengkakan anggaran proyek Hambalang dari
Rp 125 miliar menjadi Rp 1,175 triliun mulai terkuak. Meski sejumlah anggota
Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat berkukuh mengatakan tidak tahu,
Kementerian Pemuda dan Olahraga ternyata telah memberitahukan kebutuhan
total proyek itu sejak Januari 2010.
Surat itu mengindikasikan bahwa proyek tersebut adalah proyek tahun jamak
(multiyears project, dananya tidak sekaligus, namun diturunkan beberapa tahap
dalam beberapa tahun anggaran). Namun, anggota Komisi dari Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, Irsal Yunus, mengatakan bahwa anggota Komisi Olahraga
tidak pernah dilibatkan jika itu proyek tahun jamak.
5
Tahun berikutnya mengalir Rp 475 miliar. Pada 2012, turun lagi Rp 425 miliar. Itu
baru bujet konstruksi. Ditambah duit untuk membeli peralatan, bujet total proyek
mencapai Rp 2,57 triliun.
6
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib
memiliki Amdal.
2) Perda Kab Bogor Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010
tentang Bangunan Gedung pasal 25 yang menyatakan bahwa
persyaratan tata bangunan meliputi adanya pengendalian dampak
lingkungan. Terkait masalah ini, Teuku Bagus meminta tolong
Mahfud Suroso dari PT Dutasari Citalaras, yang dekat dengan istri
mantan Anas Urbaningrum Ketua Partai Demokrat Attiyah Laila,
karena Mndo Mengganggu. Terkait masalah ini, Teuku Bagus
meminta tolong Mahfud Suroso dari PT Dutasari Citalaras, yang
dekat dengan istri mantan Anas Urbaningrum Ketua Partai
Demokrat Attiyah Laila, karena Mndo Mengganggu. Saat itu Anas
menyampaikan kepada Nazaruddin agar mundur dan tidak
mengambil proyek konstruksi pembangunan P3SON Hambalang.
Saat itu Anas menyampaikan kepada Nazaruddin agar mundur dan
tidak mengambil proyek konstruksi pembangunan P3SON
Hambalang. Jaksa mencatat Anas mendapat Rp 2,21 Miliar untuk
membantu pencalonan sebagai ketua umum dalam kongres Partai
Demokrat 2010 yang diberikan secara bertahap pada 19 April
hingga 6 Desember 2010. Uang diserahkan Teuku Bagus melalui
Munadi Herlambang, Indrajaja Manopol (Direktur Operasi PT
Adhi Karya) dan Ketut Darmawan (Direktur Operasi PT
Pembangunan Perumahan) atas permintaan Muchayat. Jaksa
mencatat Anas mendapat Rp 2,21 Miliar untuk membantu
pencalonan sebagai ketua umum dalam kongres Partai Demokrat
2010 yang diberikan secara bertahap pada 19 April hingga 6
Desember 2010. Uang diserahkan Teuku Bagus melalui Munadi
Herlambang, Indrajaja Manopol (Direktur Operasi PT Adhi Karya)
dan Ketut Darmawan (Direktur Operasi PT Pembangunan
Perumahan) atas permintaan Muchayat. Anas membantu untuk
mengurus permasalahan tanah Hambalang di Badan Pertanahan
Nasional. Anas memerintahkan Ignatius Mulyono selaku Ketua
Komisi II DPR dari Partai Demokrat yang mempunyai mitra
7
kerjanya BPN, untuk mengurus permasalahan hak pakai tanah
untuk pembangunan Proyek Hambalang. Anas membantu untuk
mengurus permasalahan tanah Hambalang di Badan Pertanahan
Nasional. Anas memerintahkan Ignatius Mulyono selaku Ketua
Komisi II DPR dari Partai Demokrat yang mempunyai mitra
kerjanya BPN, untuk mengurus permasalahan hak pakai tanah
untuk pembangunan Proyek Hambalang.
3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa
studi Amdal meskipun telah menerima pembayaran.
b. Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak
Pakai atas Tanah Hambalang sebagai berikut:
1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora
atas tanah seluas 312.448 m2 dengan didukung dokumen yang
tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat pelepasan hak dari
Probosutedjo selaku pemegang hak sebelumnya yang diduga palsu;
dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang menyatakan bahwa
pada pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara
berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan.
Pernyataan bahwa dalam pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi
kerugian negara, ternyata tidak pernah dimuat dalam LHP BPK RI
dimaksud.
2) Melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN No.
1 tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN
No. 1 tahun 2010 yang menyatakan bahwa SK tersebut hanya dapat
diserahkan kepada instansi pemohon atas kuasa yang ditunjuknya.
c. Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai
berikut:
1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan
kontrak tahun jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa
memperoleh pelimpahan wewenang dari Menpora.
2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan
Kemenpora/PPK (DK) menyajikan data dan dokumen yang tidak
benar sebagai syarat kelengkapan persetujuan kontrak tahun jamak
dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai berikut:
8
a) Menafsirkan secara sepihak pernyataan Direktur PBL
Kementerian PU bahwa pembangunan tersebut dapat
dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk beberapa
bangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan
lebih dari 12 bulan. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian
PU, Ses Kemenpora menafsirkan bahwa yang dimaksud
pernyataan tersebut adalah seluruh pembangunan fisik gedung
dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui satu
kontrak tahun jamak.
b) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume
keluaran yang tidak sesungguhnya yaitu yang seharusnya
volume yang akan dibangun turun dari semula 108.553 m2
menjadi 100.398 m2, tetapi justru menyajikan volume itu
seolah-olah naik dari semula 108.553 m2 menjadi 121.097 m2.
3) Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses
berjenjang dari Kasie II E-4 (RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur
II (DPH) memberikan masukan, data dan informasi yang tidak
benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian
dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL
Kemenpora tahun 2010 dan dalam proses persetujuan kontrak
tahun jamak. Pemberian masukan dilakukan dengan cara
menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi antara lain:
Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak
(multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data pendukung dan
dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan pembangunan
P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior
maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat
dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan
volume kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan
sehingga (karena pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan
dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka dispensasi waktu
revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui. Nota Dinas dengan
isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari Kasubdit II
9
E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada
Dirjen Anggaran dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri
Keuangan.
4) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan
secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur
II dan Dirjen Anggaran,menyetujui pemberian dispensasi
keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010,
meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun 2010 menetapkan bahwa Batas akhir
penerimaan usul revisi anggaran untuk APBN TA 2010 ditetapkan
tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi anggaran pada DJA.
Sebagai syarat pengajuan persetujuan kontrak tahun jamak kepada
Menteri Keuangan, RKA KL P3SON harus diubah untuk
menunjukkan adanya kegiatan lebih dari satu tahun anggaran. Atas
dasar itu, Ses Kemenpora harus mengajukan usulan perubahan
RKAKL. Namun karena batas waktu pengajuan revisi telah
dilampaui, maka Ses Kemenpora meminta dispensasi
keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud pada tanggal
16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan
dispensasi ini pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi
Selesaikan pada surat usulan dimaksud. Menteri Keuangan
(ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan
secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan
Dirjen Anggaran berupa Nota Dinas yang berisi antara lain:
Mengingat revisi perubahan volume kegiatan diakibatkan adanya
perubahan perencanaan sehingga (karena pertimbangan KDB dan
GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak,maka
dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.
5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan
secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur
II dan Dirjen Anggaran, menyetujui kontrak tahun jamak
meskipun persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal 12
PMK 56/2010 tidak terpenuhi.
10
a) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun
jamak meskipun permohonan persetujuan kontrak tahun
jamak ditandatangani oleh WM selaku Ses Kemenpora
dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada
pendelegasian wewenang dari Menpora.
b) Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak
membaca surat permohonan persetujuan kontrak tahun
jamak yang diajukan Kemenpora karena surat tersebut
didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN)
langsung kepada Dirjen Anggaran.
c) Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun
jamak yang diajukan Kemenpora meskipun: (i) tidak
memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 5 (2) PMK
56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis
fungsional yang menyatakan kelayakan atas kontrak tahun
jamak yang akan dilakukan; (ii) tidak memenuhi Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada BAB
III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa Pembangunan
Gedung Negara yang pelaksanaan pembangunannya akan
dilaksanakan terus menerus lebih dari satu tahun anggaran
sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract),
program dan pembiayaannya harus mendapat persetujuan
dari Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat
Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum. Untuk memenuhi
persyaratan tersebut, yang ada hanyalah pendapat teknis
yang ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang
yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
45/PRT/M/2007 pejabat yang berwenang memberikan
Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan Umum.
d) Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan
(ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan
11
Kemenpora sebelum memastikan bahwa persyaratan revisi
RKA-KL sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 (2)
PMK 56/2010 dan sejalan dengan pasal 14 UU No.
17/2003, telah terpenuhi. Revisi RKA-KL yang
menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan
dibiayai lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru disetujui
oleh Dirjen Anggaran pada tanggal 6 Desember 2010.
Menteri Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan
kontrak tahun jamak setelah mendapat masukan secara
berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan
Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara
lain: Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun
Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi data
pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka
pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun senior,
maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat
dipertimbangkan untuk disetujui.
6) Melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK
180/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa
revisi anggaran tidak boleh mengurangi volume keluaran (output)
Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas Kementerian
Negara/Lembaga.
7) Tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45
tahun 2007 pada BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa
Pembangunan Gedung Negara yang pelaksanaan
pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu
tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract),
program dan pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan setelah memperoleh Pendapat Teknis dari
Menteri Pekerjaan Umum. Direktur PBL Kementerian PU (GH)
menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan P3SON Hambalang
dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun anggaran
12
pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi
kewenangannya dan tidak pernah ada pelimpahan wewenang dari
Menteri PU.
8) Tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu: (a) Pada BAB III,
Bagian A angka 1 huruf e: Penyusunan pembiayaan bangunan
gedung Negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi
bangunan gedung negara yang berlaku. Untuk penyusunan
program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung Negara
yang belum ada standar harganya atau memerlukan penilaian
khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat. (b)
Pada BAB IV, Bagian B: Standar harga satuan tertinggi
pembangunan gedung Negara ditetapkan secara berkala untuk
setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus
untuk Provinsi DKI ditetapkan oleh Gubernur.
2. Pasal yang dilangggar terkait hukuman yang diterima pelaku
a. Pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tentang perbuatan
memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara; sedangkan pasal 3 mengenai
perbuatan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan negara. Ancaman pidana dari pelanggaran
pasal tersebut adalah maksimal 20 tahun penjara dengan denda
paling banyak Rp1 miliar.
b. Pasal 12 huruf a atau huruf b atau pasal 11 UU no 31 tahun 1999
sebagaimana telah diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP. Pasal tersebut mengatur tentang penyelenggara negara yang
menerima suap atau gratifikasi dengan ancaman pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4-20 tahun dan
pidana denda Rp200-Rp1 miliar.
13
c. Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
junto Pasal 64 ayat 1 KUHP dan dia diganjar hukuman 4,5 tahun
penjara, denda Rp 250 juta atau diganti dengan 6 bulan kurungan.
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka ciri ciri
korupsi yang terkait dengan kasus korupsi tersebut adalah sebagai berikut :
14
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka jenis
korupsi ini tergolong kepada jenis : Mercenery corruption, yakni jenis
tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan
pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan (Benveniste).
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka tipe
korupsi yang tergolong adalah sebagai berikut : Menurut Syed Hussein
Alatas adalah Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu
menunjukkan kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak
pembeli dan pihak penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan
dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua duanya.
Hal ini terbukti: Dengan terjadinya hubungan timbal balik menguntungkan
pihak lain dan dia sendiri dengan merugikan keuangan negara sebesar Rp
464,391 miliar.
Menurut Vito Tanzi adalah Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi
ketika seorang pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan
sebagai orang dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan
publik yang seharusnya dirahasiakan. Hal ini terbukti: Dalam hal ini Andi
sebagai pejabat memegang kekuasaan otoritas pengelolaan keuangan
negara serta sebagai pengguna anggaran sehingga sebagai pejabat yang
terkait dalam hal ini Andi memiliki pengetahuan tentang bagaimana
anggaran yang digunakan sehingga menguntungkan pihak lain dan dirinya
sendiri dengan merugikan keuangan negara sebesar Rp 464,391 miliar,
seperti yang telah diuraikan pada pokok pembahasan masalah pada 2.2.
Dalam kasus korupsi yang melibatkan mantan menpora ini maka faktor
penyebab yang terkait dengan kasus ini adalah sebagai berikut :
15
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi
atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan.
16
Kemenpora.Sehingga Choel ikut terlibat dalam pengurusan proyek Pusat
Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON).
Dalam putusan juga disebutkan, bahwa Andi telah memberikan
kemudahan akses kepada Choel Mallarangeng di kantor
Kemenpora.Kemudahan akses tersebut seperti adanya Keleluasaan bagi
Choel untuk menggunakan ruang kerja Andi di lantai 10 gedung
Kemenpora untuk melakukan pertemuan dengan pejabat Kemenpora dan
calon pemenang.Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga
menyebutkan membengkaknya anggaran proyek pembangunan
Hambalang, disebabkan oleh keinginan Andi Mallarangeng untuk
mengubah konsep bangunan Majelis hakim mengatakan Andi
Mallarangeng telah memerintahkan Sesmenpora Wafid Muharam untuk
melakukan pemaparan proyek dengan desain master plan baru.
Kemudian dilakukan pertemuan membahas perombakan design
baru seperti konsep bangunan, luas tanah dan gedung, yang berlangsung
di lantai 10 Gedung Kemenpora. Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh
Wafid, Deddy Kusdinar, Rio Wilarso, Lisa Lukitawati Isa, Muhammad
Arifin, Asep Wibowo dan Anggraeni Dewi Kusumastuti.Akibatnya,
anggaran proyek Hambalang yang semula Rp 125 miliar terus bertambah.
Hingga tahun 2010, anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275 miliar.
Namun, pada akhirnya anggaran tersebut membengkak drastis menjadi
total Rp 2,5 triliun, sehingga negara mendapat kerugian keuangan negara
senilai Rp 464,391 miliar.
17
Menurut Zainal, kasus tersebut menunjukkan pemerintah gagal
dalam membangun sistem untuk mencegah pejabat negara melakukan
korupsi dan penyusunan anggaran belanja negara yang terlalu longgar
sehingga menjadi celah bagi parpol untuk memainkan anggaran.
Kemudian, sistem pengawasan yang tidak baik. Sampai ada upaya
pemerasan itu menunjukkan pengawasan tidak dilakukan secara detail,"
kata Zainal saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/9/2014).
Dari pemaparan Zainal, maka didapatkan cara mencegah kasus
korupsi tersebut yang pertama pemerintahan harus berhasil dalam
membangun sistem untuk mencegah pejabat negara melakukan korupsi,
seperti halnya dari awal untuk memilih para menteri tidak berpatokan dari
latar belakang partai politik saja namun lihatlah dari potensi sumber daya
manusia yang dimilikinya dan dalam penyusunan anggaran belanja negara
serta sistem pengawasannya harus diperketat baik dalam segi peraturan
pengeluaran maupun pemasukan dana sehingga tidak terjadi permainan
anggaran bahkan pemerasan yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
18
pihak lain,Proyek P3SON telah merugikan keuangan negara Rp 464,391
miliar. Andi melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 20
Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHPidana.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran dari makalah yang
telah penulis buat agar makalah ini dapat lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
19
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/06/19065844/KPK.Teta
pkan.Andi.Mallarangeng.Tersangka.Hambalang. Diakses pada tanggal
13 April 2017. Pukul 16.49 WITA.
20