TINJAUAN PUSTAKA
6
B. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata1,2.
C. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.15
Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal
550 m di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm1,2.
D. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea
dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan
mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil1,2.
Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun
jauh dalam lapang pandang1,2. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang
berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous
humor, dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm) 1,2.
Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi
untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di
bawahnya1,2
7
E. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan pada lens plate. Tebal sekitar 4 mm
dan diameternya 9 mm. Di belakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula
zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliar. Di sebelah anterior lensa
terdapat humour aquos dan di sebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa
adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Di
sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik1,2.
F. Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan1,2.
G. Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis
vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.19 Vitreous humor
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam
hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya
mengikat banyak air1,2.
H. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar
yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut1,2:
o Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
o Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
o Membran limitan eksterna
8
o Lapisan nukleus luar yangmerupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel
batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari
kapiler koroid.
o Lapisan pleksiform luar yang merupakan lapisan aselular tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
o Lapisan nukleus dalam yang terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal,
dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
o Lapisan pleksiform dalam yang merupakan lapisan aselular tempat sinaps
sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
o Lapisan sel ganglion yang merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
o Serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf optik.
Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
o Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous
humor.
9
Lensa memiliki kemampuan untuk meningkatkan daya biasnya untuk
memfokuskan bayangan dari objek yang dekat. Kemampuan ini disebut dengan
daya akomodasi. Akomodasi dipengaruhi oleh persarafan simpatis, di mana
persarafan ini akan menyebabkan otot polos pada badan siliar yang merupakan
perlekatan ligamen penggantung lensa (zonula Zinii) berkontraksi. Kontraksi dari
badan siliar yang berbentuk melingkar seperti sfingter menyebabkan jarak antara
pangkal kedua ligamen tersebut mendekat. Hal ini akan menyebabkan ketegangan
dari ligamen tersebut berkurang sehingga regangan ligamen terhadap lensa pun
juga berkurang. Bentuk lensa kemudian akan menjadi lebih cembung/ konveks5,6.
3.2 DEFINISI
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi,
difokuskan didepan retina, sehingga didapatkan bayangan kabur.1
3.3 ETIOLOGI
1. Miopia aksial
Jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang, dapat merupakan kelainan
kongenital maupun didapat, juga ada factor herediter. Sebab-sebab aksis lebih
panjang, karena:
Konvergensi berlebihan menyebabkan polus posterior mata
memanjang
Muka yang lebar menyebabkan konvergensi yang berlebihan
Kelemahan dari lapisan sklera bola mata, disertai dengan tekanan
yang tinggi1,6
10
2. Miopi refraktif
Disebabkan oleh kelainan komponen-komponen refraksi mata.
Penyebabnya dapat terletak pada :
Kornea yang terlalu cembung, misalnya pada kelainan kongenital
(keratokonus dan keratoglobus) maupun didapat (keratektasia akibat
menderita keratitis sehingga kornea menjadi lemah, dimana tekanan
intraokuler menyebabkan kornea menonjol di depan).
Lensa yang terlalu cembung akibat terlepas dari zunula zinii, pada
luksasi lensa atau subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa
menjadi lebih cembung.
Cairan mata, dimana pada seseorang yang menderita diabetes melitus
yang tidak terkontrol dengan baik menyebabkan tingginya kadar gula
dalam humor aqueous, akibatnya indeks bias cairan meninggi pula.
3.4 EPIDEMIOLOGI
Dari suatu penelitian di Australia, ditemukan bahwa 1 dari 10 anak-anak yang
berusia antara 4-12 tahun menderita miopi. Penelitian di Amerika menunjukkan
bahwa 1 dari 10 anak-anak yang berusia antara 5-17 tahun menderita miopi, dan
penelitiian serupa di Brazil, didapatkan bahwa 1 dari 8 pelajar menderita miopi.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa insidensi miopi sebagian besar terjadi
pada usia sekolah.
Ras juga mempengaruhi terjadinya miopi. Angka yang tinggi didapatkan
dengan gambaran degeneratif pada beberapa ras seperti Cina, Jepang, Arab, dan
Yahudi, dan jarang ditemukan pada ras kulit hitam. Variasi ini mungkin lebih
berhubungan dengan faktor hereditas dibandingkan dengan kebiasaan. Jenis
kelamin mempengaruhi angka kejadian miopi, dimana wanita lebih tinggi
dibanding pria.
3.5 PATOGENESIS
Terjadinya miopi dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan maupun
kombinasi keduanya.
1. Faktor genetik
Dari suatu penelitian menunjukkan bahwa gen memiliki peranan pada
terjadinya miopi. Suatu defek pada gen PAX6 diduga bertanggung jawab
11
terhadap terjadinya miopi. Akibat defek tersebut, maka akan terjadi perubahan
ukuran antero-posterior bola mata selama fase perkembangan yang
menyebabkan bayangan jatuh pada fokus di depan retina. Faktor genetik
menyebabkan perubahan jalur biokimia yang menimnbulkan kelainan pada
pembentukan jaringan ikat termasuk pada mata.
2. Faktor lingkungan
Selain faktor genetik, ternyata lingkungan juga memiliki peranan yang penting
dalam menyebabkan terjadinya miopi. Miopi disebabkan oleh kelemahan pada
otot-otot silier bola mata yang mengontrol bentuk lensa mata. Kelemahan otot
silier bola mata mengakibatkan lensa tidak mampu memfokuskan objek yang
jauh, sehingga objek terlihat kabur. Terjadinya kelemahan otot ini, akibat dari
banyaknya kerja mata pada jarak dekat, misalnya membaca buku atau bekerja
di depan komputer. Karena mata jarang digunakan untuk melihat jauh, otot-
otot tersebut jarang digunakan akibatnya menjadi lemah.
3. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan
Miopi terjadi tidak hanya akibat faktor genetik atau faktor lingkungan saja,
tetapi dapat juga merupakan kombinasi keduanya. Miopi lebih sering terjadi
pada orang-orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dan dari
beberapa penelitian diduga bahwa pekerjaan yang membutuhkan pandangan
dengan jarak dekat menyebabkan eksaserbasi dari faktor genetik yang
merupakan faktor predisposisi terjadinya miopi. Tingginya pengaruh faktor
keturunan dibuktikan dengan adanya angka kejadian yang berbeda-beda pada
satu populasi pada saat yang sama akibat perbedaan faktor genetik. Adanya
perubahan kebiasaan, kerja dengan menggunakan komputer dan membaca
pada jarak dekat, menyebabkan peningkatan insidensi miopi.
3.6 KLASIFIKASI
Miopi diklasifikasikan berdasarkan pada tingginya tingkat dioptri dan gambaran
klinis.
Klasifikasi miopi berdasarkan tingkatan tinggi dioptri:
1. Miopi ringan = sampai 3 dioptri
2. Miopi sedang = 3-6 dioptri
3. Miopi berat = 6-9 dioptri
12
4. Miopi sangat berat = > 10 dioptri
Klasifikasi miopi berdasarkan klinis :
1. Miopia simpleks/stasioner/fisiologik :
Miopi simpleks sering terjadi pada usia muda, kemudian berhenti. Miopi
ini akan naik sedikit pada waktu pubertas dan bertambah lagi hingga usia
20 tahun. Besar dioptri pada miopi ini kurang dari 5D atau 6D.
2. Miopia progresif :
Miopi progresif merupakan kelainan miopi yang jarang. tetapi dapat
ditemukan pada semua umur. Kelainannya mencapai puncak pada waktu
masih remaja dan bertambah terus sampai umur 25 tahun atau lebih. Besar
dioptri dapat diperoleh melebihi 6 dioptri. Kelainan ini juga dapat
meningkat rata-rata lebih dari 4 dioptri per tahun.
3. Miopi Maligna
Miopi maligna merupakan miopi progresif yang lebih berat. Miopi
progresif dan miopi maligna sering juga disebut miopi degeneratif, karena
kelainan ini disertai dengan degenerasi koroid, vitreous floaters,
degenerasi likuifaksi dan bagian mata yang lain.
3.7 GEJALA KLINIK
Gejala pada miopi dapat dibedakan menjadi berdasarkan gejala subjektif dan
gejala objektif :
Gejala subjektif terdiri dari :
1. Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat
karena membutuhkan akomodasi yang lebih kecil daripada emetrop.
2. Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang karena degenerasi
vitreus.
3. Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (merupakan gejala
asthenophia).
4. Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pin-hole.
13
3. Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
4. Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus
tigroid.
3.8 KOMPLIKASI
Komplikasi pada miopi dapat ditemukan :
1. Ablasio retina
2. Strabismus
3. Perubahan pigmentasi dan perdarahan pada makula
4. Corpus vitreus menjadi lebih cair
3.9 TERAPI
Koreksi pada penderita miopi dapat dilakukan dengan cara non bedah dan bedah.
Koreksi juga tergantung dari berat-ringannya miopi penderita tersebut.
1. Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :
Kaca Mata
Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada
penggunaan kacamata akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang benar
dan bersih.
14
Gambar 2. Koreksi pada Mata Miopi
2. Koreksi dengan bedah :
Pada keadaan tertentu miopi dapat diatasi dengan pembedahan pada
kornea. Pada saat ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopi,
seperti :
Keratotomi radial (RK)
Keratotomi radial dilakukan sayatan radier pada permukaan kornea
sehingga berbentuk jari-jari roda. Bagian sentral kornea tidak
disayat. Bagian kornea yang disayat akan menonjol sehingga
bagian tengah kornea menjadi rata. Ratanya kornea bagian tengah
akan memberikan suatu pengurangan indeks bias kornea sehingga
dapat mengganti lensa kacamata negatif.
Efek samping yang dapat terjadi pada RK :
i. Penglihatan yang tidak stabil
ii. Koreksi lebih atau kurang
15
Gambar 3. Keratotomi Radial (RK)
Keratektomi fotorefraktif (PRK)
PRK mempergunakan sinar eximer untuk membentuk permukaan
kornea. Sinar akan memecah molekul kornea dan lamanya
penyinaran menyebabkan pemecahan sejumlah sel permukaan
kornea.
Efek samping yang dapat terjadi pada PRK :
i. Nyeri.
ii. Melemahkan struktur mata secara permanen.
iii. Kemungkinan menimbulkan jaringan parut besar.
16
Laser assisted In situ interlamellar keratomilieusis (LASIK)
LASIK merupakan suatu gabungan antara teknologi lama dan baru,
yang pada dasarnya menggunakan prinsip keratomileusis dan
automated lamellar keratektomi (ALK).
17