\
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. karena atas berkat
ramat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dalam
menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan dari
Dosen Bahasa Indonesia kami yaitu Ibu Septi Daruyani, makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Seperti yang kita ketahui beberapa tantangan yang dihadapi oleh tenaga medis guna
meningkatkan kinerja, salah satunya ialah peran komunikasi kesehatan untuk membangun
hubungan yang ideal antara tenaga medis dengan pasiennya. Karenanya kami mengangkat tema
Komunikasi Kesehatan pada makalah ini untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca ke depannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar. iii
Daftar Isi iv
BAB I Pendahuluan... 1
A. Latar Belakang.. 1
B. Rumusan Masalah. 3
C. Tujuan Penulisan.. 3
D. Metodologi Penulisan. 3
E. Sistematika Penulisan... 3
BAB II Landasan Teori. 5
A. Konsep Komunikasi Kesehatan 5
B. Jenis Jenis Komunikasi 9
BAB III Analisis dan Pembahasan 13
A. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan 13
B. Komunikasi Kesehatan Bagi Bidang Kesehatan............................ 20
C. Dampak Komunikasi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan 21
BAB IV Penutup 23
A. Kesimpulan... 23
B. Saran. 23
Daftar Pustaka 24
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat
dan mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada
strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah
memanfaatkan teknologi baru yang dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsip-
prinsip pemasaran sosial. Analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi kepada pelanggan.
PEMBAHASAN
Menurut George A Miller (1951): komunikasi adalah proses informasi yang disampaikan
dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain
Menurut Clavenger (1959): komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada
suatu proses pertukaran informasi yang dinamis.
Menurut Cherry (1966): komunikasi berarti berbagi elemen perilaku dengan kesepakatan
yang ditetapkan bersama.
Secara umum, komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong
perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan
(status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial.
1. Pemasaran sosial
Pemasaran sosial selalu dimulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaa yang
dikaitkan dengan kesehatan. Kemudian dilakukan penyampaian anjuran tentang produk atau
pelayanan dengan petunjuk cara pemakaian yang efektif.
Produksi, menyangkut materi, media seprofesional mungkin sesuai sumber daya yang ada
Distribusi, aktifitas media, produk, pelayanan, dukungan antar persona/individu
Pelatihan, pendistribusian materi pendidikan, penyediaan produk, dan pelayanan
Evaluasi mencakup :
Oleh karena itu, tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan Otonomi Daerah dapat
dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mulai mengembangkan kembali Sistem Informasi
Kesehatan. Mendukung hal tersebut maka pada tahun tersebut di terbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). Seiring dengan pesatnya
perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) maka pada tahun 2003
dikeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengem-bangan egovernment. Kemudian dijabarkan lagi melalui
A. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang
efektif harus:
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut
dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
B.KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara
yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu
menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
1) Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.
2) Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara
berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya
dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien
mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
4) Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang
ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
6) Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien,
namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan,
perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk
menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992)
menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi
perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh
klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati. Komunikasi terapeutik
sebagai tanggung jawab perawat, yakni perawat harus memiliki tanggung jawab moral
yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin
membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979)
dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak
dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang
mementingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979)
menyatakan bahwa
human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan
rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan
keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,
Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan
bantuan. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi
bagian dari kepribadian.
Didalam organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis komunikasi dalam
organisasi antara lain :
Jenis lain dari komunikasi informasi adalah adalah dasas-desusyang secara resmi tidak
setuju. Desas-desus ini juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi
tambahan bagi organisasi.
1. Source (sumber)
2. Massage (pesan)
3. Chanel (saluran)
4. Receiver (penerima)
1. Pembicara (speaker)
2. Pendengar (receiver)
3. Umpan balik (feed back)
Ada beberapa ruang lingkup yang ada dalam komunikasi kesehatan. Ruang lingkup
dilihat dari cakupan komunikasi kesehatan. Berikut adalah ruang lingkup komunikasi kesehatan,
yaitu :
1. Masyarakat (Audience)
Masyarakat sebagai ruang lingkup dari komunikasi kesehatan adalah sasaran dari kamunikasi
kesehatan itu sendiri. Berikut adalah bagian-bagian dari masyarakat sebagai ruang lingkup
komunikasi kesehatan
Budaya sehat, sikap dan perilaku (health beliefs, attitude and behavior)
Kebudayaan, umur, dan faktor jenis kelamin (cultural, age and gender factor)
Tingkatan buta huruf/tingkatan tuna aksara (literacy levels)
Faktor resiko (risk factor)
Persoalan gaya hidup ( lifestyle issues)
Faktor sosial ekonomi (socio-economics factor)
3. Lingkungan sosial
Kebijakan pemegang kekuasaan, sikap dan latihan (stakeholders beliefs, attitudes and
practices)
Norma sosial (social norms)
Struktur sosial (social structure)
Ide-ide yng ada dan program (existing initiatives and programs)
4. Lingkungan politik
3.1 Kesimpulan