PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini bukan hanya membawa
kesejahteraan bagi umat manusia di segala bidang kehidupan, tetapi juga
menimbulkan akibat yang tidak diharapkan. Salah satu akibat yang tidak diharapkan
tersebut adalah meningkatnya kuantitas maupun kualitas tindak kejahatan. 1
Pola bekas gigitan (bite mark) pada kulit terutama dipengaruhi oleh tekanan
dan lamanya waktu gigitan. Selain itu faktor-faktor lain seperti faktor mekanis dan
fisiologis berperan dalam munculnya bite mark. Bite mark pada manusia yang paling
sering terdiri atas abrasi dangkal dengan atau tanpa perdarahan dan muncul
lengkungan. Kehadiran bukti fisik seperti bite mark dalam kasus pemerkosaan,
pembunuhan dan kekerasan dianggap sangat berharga. Bite mark adalah bukti paling
umum dalam kasus pemerkosaan. Tanda ini juga berperan dalam menentukan jenis
kekerasan fisik dan usia pelaku kriminal. Tulisan ini membahas pentingnya bite mark
sebagai bukti forensik odontologi sangat diperlukan dalam setiap kasus kriminal.2,3
Salah satu alat bukti yang dapat digunakan dalam proses identifikasi adalah sidik
bibir atau lip print. Sidik bibir merupakan garis normal dan celah dalam bentuk
keriput dan alur di zona transisi bibir manusia, antara mukosa labial bagian dalam
dan kulit luar. Sidik bibir dikenal dengan sebutan cheilosglyphia. Pola sidik bibir
bersifat stabil dan tidak mengalami perubahan oleh perbedaan iklim atau adanya
penyakit disekitar mulut. Kondisi bibir dalam keadaan terbuka, tersenyum, dan
mengecup dapat menghasilkan pola yang unik pada setiap individu.pola sidik bibir
dapat digunakan sebagai metode alternatif identifikasi individu karena polanya sangat
unik dan berbeda-beda setiap orangnya.
1
1.2. Rumusan masalah
1. Apa saja klasifikasi dari luka?
5. Apa saja informasi yang dapat dari diperoleh dari identifikai melalui bitemark
dan sidik bibir?
1.3. Tujuan
7 Mampu memahami informasi yang diperolah dari identifikasi bite mark dan
sidik bibir
8 Memahami peran dokter gigi dalam identifikasi bite mark dan sidik bibir.
2
1.4 Strukturisasi
DENTAL
FORENSIK
HEWAN MANUS
IA
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
2 .1.1Definisi
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan
yang disebabkan banyak hal atau berbagai faktor.
Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kuit, mukosa
mambran dan tulang atau organ tubuh lain 4
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit 5
Jenis-jenis luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara
mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat luka 5
2.1.2 Berdasarkan derajat kontaminasi5
a. Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat
inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka sayat
elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi
untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan
orofaring,traktus respiratorius maupun traktus
genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap
dalam
keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka
pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi
4
terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama
namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
c. Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi
terinfeksi spillage saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan
tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka
terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi),
fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan
infeksi luka 10% - 17%.
d. Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan
yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda
infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai
akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk
luka seperti perforasi visera, abses dan trauma lama.
5
seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur .
6
6. Pada kasus tertentu, mungkin bisa ditemukan 2 bekas jejas
luka yaitu tusukan pertama dan tusukan kedua dari senjata
tersebut ke dalam tubuh
Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan
panas yang suhunya tidak mencapai titik didih, bisa juga
akibat cairan kimia. Luka berupa kemerahan, waktu
penyembuhan bisa antara beberapa jam sampai beberapa
hari
7
lasikel yang akan teras sakit dan warnanya akan menjadi
hitam
8
ataupun perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru
memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada
luka perforasi anak peluru menembus objek secara
keseluruhan. Luka dalam luka tembak dapat berupa
keduanya, baik luka penetrasi maupun luka perforasi.
Peluru yang ditembakkan kekepala dapat menembus kulit
dan tengkorak sebelum akhirnya bersarang didalam otak.
Hal ini menimbulkan luka penetrasi pada kepala dan luka
4
perforasi pada tengkorak dan otak
9
Luka tembak pada tulang, khususnya tulang pipih akan
menunjukkan kelainan yang khas, sehingga walaupun pada
korban telah mengalami pembusukan masih tetap akan dapat
dikenali dari bagian sebelah mana peluru masuk dan pada bagian
mana pula peluru tersebut keluar. Luka tembak pada kepala
merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan dimaksud6
a. Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada
tabula eksterna akan lebih kecil dibandingkan dengan
lubang pada tabula interna, sehingga membentuk corong
yang membuka ke dalam.
b. Pada tempat keluarnya peluru, lubang yang terjadi pada
tabula interna akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
lubang pada tabula eksterna, sehingga membentuk corong
yang membuka keluar.
c. Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberikan
gambaran yang khas, tetapi merupakan petunjuk dari mana
peluru datang yaitu melihat fragmen tulang yang terangkat
atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan maka
fragmen tulang akan terdorong ke sebelah kiri.
d. Pada luka tembak tempel dapat dijumpai pengotoran berwarna
hitam yang ditimbulkan oleh butir-butir mesiu yang tidak
terbakar atau sebagian terbakar, yang menempel pada tepi
lubang yang terbentuk pada tengkorak atau tulang.
10
mana peluru yang masuk kedalam tubuh korban tidak terbentur
dengan tulang, maka saluran luka yang terbentuk yang
menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak keluar
dapat menunjukkan arah datangnya peluru yang dapat sesuai
dengan tembakan6
11
kerusakan berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan
kecepatannya.
b. Adanya benda yang menahan atau menekan kulit pada daerah
dimana peluru akan keluar, yang berarti menghambat
kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk.
12
yang berbeda.
13
Tidak ada mirip kerucut
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tampak seperti gambaran
Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau lingkaran timah atau zat besi
analisa aktivitas netron disekitar luka tidak ada
mengungkapkan adanya
14
Jarak Luka Tembak
Peluru yang menembus tubuh bisa ditembakkan dari
berbagai jarak. Untuk kepentingan medikolegal penentuan
jarak luka tembak ini sangat penting. Jarak luka tembak
dibagi atas 4 yaitu:
15
6
luka masuk
2.2 Bitemark
16
yang memang khusus dipelihara oleh pawang anjing di
jajaran kepoisian, terutama untuk menangkap pelaku atau
tersangka.
17
Gambar 1. Bekas gigitanan ular. (A) Ular tidak berbisa tanpa bekas
taring,
(B) Ular berbisa dengan bekas taring
Derajat 1
Terjadi keracunan minimal, terdapat bekas taring dan gigitan, terasa
sangat nyeri dan edema serta eritema seluas 1-5 inci dalam 12 jam, tidak
ada gejala sistemik.
Derajat 2
Terjadi keracunan tingkat sedang, terdapat bekas taring dan gigitan,
terasa sangat nyeri dan edema serta eritema seluas antara 6-12 inci dalam
12 jam. Kadang-kadang dijumpai gejala sistemik seperti syok, mual, gejala
neurotoksi, pembesaran kelenjar getah bening regional.
18
Derajat 3
Terjadi keracunan yang hebat, terdapat bekas
taring dan gigitan, terasa sangat nyeri dan edema serta
eritema yang luasnya lebih dari 12 inci dalam 12 jam.
Juga dijumpai gejala sistemik seperti hipotensi, petekhiae,
ekimosis, serta syok.
Derajat 4
Terjadi keracunan sangat berat, terdapat bekas
taring dan gigitan yang multiple, tersapat edema serta
eritema lokal pada bagian distal ekstremitas dan gejala
sistemik berupa gagal ginjal, koma, dan sputum berdarah.
19
Gambar 2. Kasus gigitan anjing
Analisa bite mark hanya dilakukan pada korban yang terdapat bekas
gigitan manusia karena bite mark oleh hewan dapat segera diketahui melalui pola
gigitan yang sesuai dengan morfologi gigi hewan pelaku. Maka tim identifikasi
maupun tim penyidik harus dapat membedakan dengan segera bitemark hewan
ataupun bitemark manusia di tempat kejadian perkara atau pada tubuh korban.9
20
2.2.2 Bitemark Manusia
Menurut William Eckert pada tahun 1992, bahwa yang dimaksud dengan
bite mark ialah tanda gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit korban dalam
bentuk luka, jaringn kulit maupun jaringan ikat dibawah kulit sebagai akibat dari
pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban. Luka adalah
gangguan atau hilangnya kontunuitas jarigan yang disebabkan oleh suatu enegi
mekanik eksternal.11
Menurut Sopher pada tahun 1976 bahwa bite mark, baik bite mark yang
ditimbulkan oleh hewan berbeda dengan manusia oleh karena perbedaan
morfologi dan anatomi gigi geligi serta bentuk rahangnya
21
Pola gigitan mempunyai derajat perlekukan sesuai dengan kerasnya
gigitan, pada pola gigitan manusia terdapat enam kelas yaitu:
1. Kelas I : Bite mark terdapat jarak dari gigi insisivus dan kaninus.
2. Kelas II : Bite mark kelas II seperti bite mark kelas I, tetapi terlihat cusp
bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat
bite marknya masih sedikit.
3. Kelas III : Bite mark kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu
permukaan gigi insisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan
mempunyai derajat lebih parah dari bite mark kelas II.
4. Kelas IV : Bite mark kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah
kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat bite mark
irregular.
5. Kelas V : Bite mark kelas V terlihat luka yang menyatu bite mark
insisivus, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.
6. Kelas VI : Bite mark kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan
dari rahang atas dan rahang bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot
terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.
Bite mark ini terjadi pada waktu birahi antara pria dan wanita.
22
Bite mark ini terjadi akibat pelampiasan dari pasangannya atau
istrinya akibat cemburu buta yang dilakukan pada waktu suaminya
tertidur pulas setelah melakukan hubungan seksual.
Bite mark ini terjadi akibat faktor-faktor iri dan dengki dari teman ibunya,
atau ibu anak tetangganya oleh karena anak tersebut lebih pandai, lebih lincah,
lebih komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan pelampiasan dengan
rencana oleh karena di tunggu pada waktu korban tersebut melewati samping atau
depan rumahnya dan setelah kemudian melakukan gigitan, ibu tersebut melarikan
diri melalui jalan yang sempit.
Lokasi bite mark pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu
atas, leher.8
pada waktu korban tersebut melewati samping atau depan rumahnya dan setelah
kemudian melakukan gigitan, ibu tersebut melarikan diri melalui jalan yang
sempit.
23
menengah ke bawah yang umumnya penghuni dari flat
atau kondominium sehingga terdapat jalan sempit antar
bangunan yang dipakai oleh sang ibu untuk melarikan
diri.
Lokasi bite mark pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu
atas, leher.10
3.Bibir
24
Teori Pertama
1. Bekas gigitan dicetak menggunakan bahan cetak muccos statis yang detail.
2. Diperoleh duplikat bekas gigitan dalam bentuk model dental stone.
3. Tersangka dicetak giginya lalu dibandingkan dengan model bekas gigitan.
Teori Kedua
Teori Ketiga
1. Bekas gigitan difoto dengan foto hitam putih yang diberi ukuran milimeter
sebagai tolak ukur.
2. Foto bekas gigitan diperbesar sesuai asli (life size).
3. Tersangka ducetak giginya.
4. Print (jelas) dari permukaan oklusal/insisal diambil
5. Dilakukan perbandingan antara foto bekas gigitan dan cetakan gigi tersan
gka.
1. Bahan-bahan analisa
25
sistem tidak berhambur keluar dari daerah sekitar bite
mark karena dijaga oleh masker yang digunakan tersebut.
3. Hasil Cetakan
26
Tabel 2 . Perbedaan Bite Mark Hewan dan
Manusia 13
Hewan Manusia
Anjing : bentuk lengkung hampir persegi, Rahang berbentuk U dengan bagian taring
menyempit pada bagian depan dengan tanda tidak bergelombang dengan tegas, indentasi
taring yang menonjol. lebih luas dan dalam.
Gigitan hewan karnivora cenderung adanya Gigitan manusia cenderung meninggalkan luka
pencabikan sehingga menimbulkan luka disebabkan oleh tekanan seperti lecet,; memar
terbuka. dan laserasi.
Target gigitan hewan biasanya tangan dan kaki Target gigitan manusia biasanya berlokasi di
kelenjar mamae (pada kasus heteroseksual),
pada tangan, pipi, bahu (pada kasus
penganiayaan anak kecil)
27
gerbang mulut, terdiri dari bibir bagian atas dan bibir
bagian bawah. Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit,
sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut.12
Menurut The American Join Committee of Cancer, bibir
merupakan bagian dari cavum oris, mulai dari perbatasan
vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja. Bibir
terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, vernilion, dan mukosa.
Bibir bagian atas disusun oleh tiga unit, yaitu 2 lateral dan
1 medial. Cuspid bow adalah proyeksi ke bawah dari unit
philtrum yang memberi bentuk bibir dengan khas.
Proyeksi linier tipis yang memberi batas bibir atas dan
bawah secara melingkar pada batas kutaneus dan
vermilion disebut white roll. Bibir bagian bawah memiliki
1 unit yaitu bagian mental crease yang memisahkan bibir
dengan dagu.13
28
(orbicularis oris) dan otot dilator yang terdiri dari satu seri
otot kecil yang menyebar keluar dari bibir. Fungsi otot
sfingter bibir adalah untuk merapatkan bibir, sedangkan
fungsi otot dilator bibir adalah untuk membuka bibir.14
29
Lekukan-lekukan tersebut diantaranya dapat berupa garis
vertikal, pola bercabang, pola retikuler, dan pola
perpotongan.15 Sidik bibir sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti sejak kapan pembentukannya, namun ada
yang berpendapat bahwa sidik bibir telah dapat diamati
saat bayi berusia empat bulan. Ilmu yang mempelajari
sidik bibir dinamakan Cheiloscopy.13 Penelitian mengenai
sidik bibir pertama kali dilakukan oleh seorang
antropologis bernama Fischer pada tahun 1902.
30
Gambar 4. Pola Sidik Bibir (Suzuki & Tsuchihashi Tipe I-V)
Keterangan :
31
3.4 Jenis sidik bibir
32
pendokumentasian sidik bibir
a. Metode lipstik
33
beberapa alat dan bahan antara lain, lipstik berwarna
merah, selotif transparan lebar 0,9 cm, gunting, kertas
putih polos, kaca pembesar dan kertas tissue.5 Sedangkan
pada metode Prabu diperlukan alat dan bahan antara lain
kertas putih, lipstick, glass plate, dan kaca pembesar.15,17
34
Gambar 7. Prosedur tehnik pengambilan sidik
bibir dengan menggunakan metode lipstick.17
Gambar 8. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode bahan cetak alginat.17
35
tama bibir pasien diolesi vaselin kemudian, adonan alginat
diaduk dan dituangkan ke seluruh permukaan bibir
kemudian ditekan dengan menggunakan sendok cetak
perorangan yang telah disesuaikan dengan ukuran bibir
subjek, setelah alginat agak mengeras, sendok cetak
diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan negatif dari
sidik bibir. Setelah itu cetakan tersebut diisi dengan
menggunakan gips biru.
Gambar 10. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode pencetakan dengan
menggunakan polyvinyl siloxane.17
36
Tahapan pencetakan sidik bibir dengan
menggunakan polyvinyl siloxane dilakukan pertama- tama
bibir pasien diolesi vaselin, kemudian bahan light body
dioleskan keseluruh permukaan bibir dengan
menggunakan alat bantu aplicating gun, lalu sendok cetak
perorangan yang telah isi dengan menggunakan heavy
body ditekankan ke bibir yang telah terolesi light body ,
kemudian ditunggu sampai 15-20 menit, setelah agak
mengeras sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan
cetakan negatif sidik bibir setelah itu cetakan tersebut diisi
dengan menggunakan dental plaster.
37
pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan
kamera medical Nikkor F200.19
38
pada bibir.11Pola sidik bibir bersifat stabil dan tidak
mengalami perubahan oleh perbedaan iklim atau adanya
penyakit di sekitar mulut. Kondisi bibir dalam keadaan
terbuka, tersenyum, dan mengecup tetap menghasilkan
pola yang unik pada setiap individu. Hal ini tidak
mengalami perubahan walaupun individu mengalami
trauma, penyakit, serta perawatan bedah yang bias
mengubah bentukm dan warna bibir. Meskipun masih
kontroversi, pola sidik bibir masih dapat digunakan
sebagai metode alternative identifikasi individu karena
polanya sangat unik. 16
39
3.8 Identifikasi Sidik Jari Terhadap HubunganDarah
40
3.9 Keunggulan dan Kelemahan Metode
Keunggulan: alat yang digunakan mudah dan praktis, sederhana, tidak mahal,
dan tidak membutuhkan waktu yang lama
Kelemahan: belum terdapat standar warna bakuu dari lipstik yang digunakan dan
tidak semua subjek mau diaplikasikan lipstik, terutama laki-laki.
Kelemahan: kurang praktis, waktu pencetakan yang lama (30 menit untuk alginat
dan 45 menit untuk elastomer), dan tidak optimal jika di aplikasikan pada subjek
masal.
3. Metode fotografi
Keunggulan: sidik bibir tahan lama sehingga dapat digunakan untuk second
opinion di kemudian hari, proses pengambilan yang praktis, dan dapat
diaplikasikan pada subjek masal20
Kelemahan: masih belum adanya standar SOP dari teknik fotografi, jika hasil
foto kurang maksimal akan mnyulitkan dalam proses analisa, alat dan bahan yang
digunakan mahal.23
Kelemahan: bahan yang digunakan baik bubuk sidik jari maupun lysochrome dye
41
relatif mahal dan kurang praktis
4 Dental Jurisprudensi
4.1 Pengertian
Dental Jurisprudensi merupakan prinsip hukum dalam dunia kedokteran gigi, serta
hubungan antara seorang dokter gigi, dental theraphy, serta dental higienis kepada
pasien, masyarakat, dan sebagainya.24
42
Agar pelaksanaan penegakan hukum dapat berjalan dengan baik, dokter
sebagai ahli dibutuhkan berkaitan dengan fungsi bantuan hukum, dimana segala
upaya bermuara pada mencari kebenaran sejauh yang dapat dicapai
manusia.Dalam hal ini bantuan yang diberikan dokter dalam bentuk keterangan
ahli sebagai alat bukti yang sah (pasal 185 KUHAP butir 1). Keterangan ahli dapat
diberikan secara tertulis (Visum et Repertum) maupun secara lisan di depan
sidang pengadilan.
Dari segi yuridis, setiap dokter adalah ahli, baik dokter itu ahli ilmu
kedokteran kehakiman ataupun bukan.Oleh sebab itu setiap dokter dapat dimintai
bantuannya untuk membantu membuat terang perkara pidana oleh pihak yang
berwenang. Akan tetapi supaya dapat diperoleh suatu bantuan yang maksimal,
permintaan bantuan itu perlu diajukan pada dokter yang memiliki keahlian yang
sesuai dengan objek yang akan diperiksa, misalnya untuk objek yang berkaitan
dengan gigi (untuk kepentingan identifikasi) sebaiknya dimintakan bantuan
kepada dokter gigi.
43
Penyampaian pendapat oleh saksi dan ahli terlebih dahulu harus meminta
dan/atau mendapat izin Ketua Sidang dan setelah diberikan kesempatan oleh
Ketua Sidang. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya (pasal 7 KODEKI). Saksi ahli haruslah
bersikap jujur, obyektif, menyeluruh, ilmiah dan tidak memihak (imparsial).Ia
juga diharapkan untuk menghindari berbicara terlalu banyak, berbicara terlalu
dini, dan berbicara dengan orang yang tidak berhak mendengar. Penyerahan alat
bukti atau berkas perkara lainnya melalui panitera pengganti/petugas persidangan
yang ditugaskan untuk itu.
BAB 3
KESIMPULAN
44
1. Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan banyak hal atau berbagai faktor. Luka sering digambarkan
berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat
luka. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang atua manusia.
Luka gigitan hewan atua manusia memiliki bentuk permukaan luka yang
mengikuti gigi hewan atau manusia yang menggigit. Dengan kedalaman
luka juga menyesuaikan gigitan hewan atau manusia tersebut.
2. Bite Mark adalah pola permukaan kunyah maupun permukaan hasil
gigitan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat
berbeda yang mengakibatkan putusnya jaringan kulit, dan dibawahnya
pada jaringan tubuh manusia, bite mark mempunyai suatu gambaran dari
anatomi gigi oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu
sangat berbeda. Analisa bite mark dilakukan hanyalah korban terdapat bite
mark manusia. pencetakan pada bite mark manusia digunakan bahan cetak
yang flow sistem antara lain alginat dan sejenisnya.
3. Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut, terdiri
dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir luar ditutup oleh
jaringan kulit, sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut. . Bibir
terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, vernilion, dan mukosa. Bibir bagian
atas disusun oleh tiga unit, yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cuspid bow adalah
proyeksi ke bawah dari unit philtrum yang memberi bentuk bibir dengan
khas.
4. Sidik bibir merupakan kumpulan lekukan yang terdapat pada tepian
vermilion atau bagian merah bibir. Lekukan-lekukan tersebut diantaranya
dapat berupa garis vertikal, pola bercabang, pola retikuler, dan pola
perpotongan.
5. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pemilihan metode pengambilan
sidik bibir harus dilakukan dengan benar. Metode yang dilakukan dapat
berupa:
45
c. Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan
fotografid.
DAFTAR PUSTAKA
46
and responsibilities of the dentist. Journal of Canadian Dental
Asociation 2004.
4. Kozier, Erb, Blais, and Wilkinson. (1995). Fundamental of Nursing
Concept Proses and Practise. California:Addison WesleyPublishing
Company. Inc
5. Taylor L, La Mone. (1997). Fundamentals of nursing: the art and
science of nursing care B. Third Edition. Philadhelpia: Lippincott
6. Idries, A.M., 1997. Luka Akibat Tembakan Senjata Api. Dalam:
Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara
7. Amir, A., 2004. Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Medan:
Ramadhan, 1-35. , 2011. Luka Tembak. Dalam: Ilmu
Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan, 91-103
8. Chadha, V.P., 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi.
Edisi Kelima. Jakarta: Widya Medika, 78.
9. Lukman D. 2006. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik 2. Jakarta: CV
Sagung Seto.
10. Suchai Suteparuk MD. Bites and Stings in Thailand. Division of
Toxicology Chulanlongkorn University.
11. Guidelines for The Clinical Management of Snakes Bites in The
South-East Asia Region. World Health Organization. 2005.
12. Wangidjaja I. Anatomi gigi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran; 2002.
Hal. 31-47.
13. Lukman D. Ilmu kedokteran gigi forensik 2. Jakarta; CV Sagung
Seto. 2006. Hal.1-4, 115-133.
14. Fenglan Z, Guilinisa, Jiang T, Lili J. Character analysis of viger lip
prints in Xinjiang. Chinese Journal of Anatomy 1999: 24-7
15. Singh NN, Brave V, Kahanna S. Natural dyes versus lysochrome
dyes in cheiloscopy: a comparative studies evaluation. J Forensic
Dent Sci 2010; 2 : 11-7
16. M.djosemedi M. Bibir, sidik bibir, ilmu kesehatan, dan antropologi
ragawi: Integrasi Antara Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Banyu
47
Biru Offset 20012:2:12,15,20-2,114-5
17. Singh H, Chikkara P. Ritusingroha. Lip prints as evidence. J
Puncab Acad Forensic Med Toxicol 2011; 11:24
18. Leeson CR. Textbook of histology. Jakarta: EGC 1996:
327-8
19. Rensburg JV. Oral Biology. Neuroburg: Quintessence
Publishing: 1995: 125
20. Venkatesh R, David MP. Cheiloscopy: an aid for personal
identification. J Forensic Dent Sci: 2011;3: 67-70
21. North Gupta S, Gupta K, Gupta O. A study of morphological
patterns of lip prints in relation to gender of Indian population.
JOBCR 2011
22. Prabhu RV, Dinkar AD, Prabhu VD. Collection of lip prints as
a forensic evidence at crime scene-an insight. JOHR . 2010
23. Rhandawa K, Narang RS, Arora PC. Study of the effect of age
changes on lip prints pattern and its reliability in sex
determination. J Forensic Odontososmatol . 2011.
24. Atmaji, dkk . Metode Pengambilan Sidik Bibir Untuk Kepentingan
Identifikasi Individu, Jurnal PDGI. 2013
25. Vorghese R, et al. 2005. Application of cheiloscopy in determining
individuality a cross sectional study: Rajhu Ghandi University
26. Konsil Kedokteran Indonesia.Standar Kompetensi Dokter Gigi
Indonesia. Jakarta; 2015. P.8
27. Susanti R. Peran Dokter Sebagai Saksi Ahli di Persidangan. Jurnal
Kesehatan Andalas; 2013. P. 101-104
48