ANAK
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 3
BANDA ACEH
2018
KLASIFIKASI DARI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG
Klasifikasi Veau
Grup I (A) :
Kerusakan hanya pada palatum mole
Grup II (B) :
Kerusakan melibatkan palatum durum dan palatum mole (tidak meluas ke anterior foramen
insisivus)
Grup IV (D) :
Sistem klasifikasi berdasarkan embriologi yang dikemukakan pada tahun 1958 menandai
foramen insisivus sebagai garis pembagi antara palatum primer dan primer sekunder.
Foramen insisivus merupakan sebuah bukaan berbentuk terowongan yang merupakan tempat
lewatnya bundle neurovascular. Foramen ini berada di palatum durum di belakang gigi insisivus
sentral. Struktur ini merupakan landmark embriologi yang penting, yang digunakan untuk
menetapkan batas antara palatum primer dan palatum sekunder.
Palatum primer meliputi struktur-struktur anterior di foramen insisivus (bibir, premaksila,
septum anterior)
Palatum sekunder meliputi struktur-struktur posterior di foramen insisivus (rak palatum lateral,
palatum mole dan uvula).
Kernahan Classifiction
Sistem klasifikasi berdasarkan kemiripan pandangan intra oral dari cleft lip dan palatum denga
huruf “Y”, diusulkan pada tahun 1971 area yang terkena cleft lip ditandai dengan huruf “Y” dan
diberi label dari 1 sampai 9, yang masig-masingnya mewakili struktur anatomis yang berbeda.
Kombinasi nilai angka mewakili penampilan dari cleft lip, alveolus dan palatum.
Daerah 1 dan 4 mewakili bagian kanan dan kiri dari nasal floor, keduanya.
Daerah 2 dan 5 mewakili bagian kanan dan kiri dari bibir, keduanya
Daerah 3 dan 6 mewakili bagian kanandan kiri dari segmen alveolar, keduanya
Daerah 7 mewakili palatum primer
Daerah 8 dan 9 mewakili palatum sekunder
Harkin’s classification
1. Cleft dari palatum primer
Cleft lip
Alveolar cleft
2. Cleft dari palatum sekunder
Hard palate
Soft palate
3. Mandibula process cleft
4. Naso-ocular cleft : melibatkan hidung ke daerah regio medial canthal
5. Oro-ocular cleft : memanjang dari oral commisure menuju palpebral fissure
6. Oro-aural cleft : memanjang dari oral commisure menuju auricle
Spina classification
1. Pre-incisive foramen cleft (bibir ± alveolus)
Unilateral
Bilateral
Median
2. Trans-incisive foramen cleft (bibir, alveolus, palatum)
Unilateral
Bilateral
3. Post-incisive foramen cleft (cleft palatum sekunder)
4. Atipikal (jarang)cleft wajah
Klasifikasi Tessier
- Membelah bibir dengan atau tanpa langit-langit mulut, atau langit-langit di isolasi
A. Dasar Cosideration1. Titik rujukannya adalah orbit dengan celah yang ditemukan di dua
belahan otak yang berbeda.
B. Klasifikasi
TENGAH
No. 0 No. 14
No. 1 No. 13
No. 2 No. 12
No. 3 No. 11
ACENTRIC
No. 4 No. 10
No. 5 No. 9
No. 6
No. 7
No. 8
Mikrosomia hemifasial
Defek ini merupakan malformasi wajah yang lazim yang ditandai dengan kelainan dan
kelambatan pertumbuhan sendi temporomandibula, ramus, telinga tengah luar, dan struktur
lain pada daerah ini. Defek ini hamper selalu unilateral.
Disostosis kleidokranium
Ada banyak variasi orofasial pada keadaan ini. Erupsi gigi secara khas terlambat, gigi primer
secara abnormal bertahan, dan gigi permanent tidak erupsi. Adanya gigi ekstra atau
hiperdonsia lazim terutama pada premolar. Variasi dalam bentuk dan ukuran sering ada.
Ekstraksi gigi primer jarang mengskibatkan erupsi penggantinya, dan pembuangan gigi yang
tidak erupsi sering menyebabkan fraktur selama upaya ekstraksi karena akar bengkok,
abnormal.
Fusi
Upaya perkembangan membentuk dua gigi dari satu benih gigi, dan diamati sebagai dua
korona dengan satu akar dan satu saluran akar. Fusi adalah penyatuan dua benih gigi yang
terpisah, biasanya menghasilkan komponen gigi dengan dua korona, dua akar, dan dua
saluran, tetapi kadang – kadang satu korona lebar mempunyai dua akar. Fusi jarang terjadi
pada gigi geligi primer ( 0,5 %) dan pembedaan dapat dibuat secara klinis dengan
menghitung jumlah gigi pada arkus. Konkrsens adalah fusi akar gigi yang sangat berdekatan
oleh adanya deposit sementum.
Dysplasia ectodermal
Keadaan ini secara luas meliputi kelompok besar syndrome yang terdapat kelainan
perkembangan struktur yang berasal dari ekstoderm. Struktur yang paling sering terkena
adalah rambut,kuku, gigi, kelenjar keringat, dan kelenjar mukosa. Ada pengurangan
menyeluruh pada jumlah dan ukuran gigi, yang sering terbentuk konus dengan akar pendek.
Tidak adanya gigi, perkembangan prosesus alveolaris bersifat hipotrofik, dan mungkin ada
defesiensi ketinggian vertical wajah. Anak ini sering memerlukan rehabilitas gigi kompleks,
yang terdiri dari korona dan alat prostetik yang dapat dibuka pasang, untuk mendorong
perkembangan dan penampilan wajah yang normal. Penangan harus dimulai pada usia dini.
Hypoplasia enamel
Hypoplasia enamel dapat diakibatkan dari gangguan pembentukan lapisan ameloblas atau
pembentukan matriks, atau mineralisasi. Secara klinis dapat bervariasi dari alur atau
terowongan hingga email berwarna onrange yang mudah pecah sampai tidak ada sama
sekali, berbagai factor dapat menyebabkan gangguan sementara pembentukan email ( misal,
kelebihan asupan florida, defisiensi vitamin D, radiasi kepala dan leher , infeksi berat ).
Hypoplasia terlokalisasi dapat terlihat tanpa factor penyebab yang jelas.
Kelainan Warna
Sejumlah faktor berbeda termasuk tetrasiklin, dentinogenesis imperfekta, amelogenesis
imperfekta, eritroblastosis fetalis, dan porfiria kongenital mengakibatkan perubahan warna
endogen gigi yang berkisar dari abu-abu-coklat sampai hijau-biru.
Tetrasiklin
Gigi berwarna sebagai akibat terapi tetrasiklin selama pembentukan gigi dapat bervariasi
dari kuning sampai coklat ke abu-abu tua. Tetrasiklin mempunyai afinitas yang kuat dengan
kalsium, pembentukan khelasi kalsium tetrasiklin ortofosfat, terutama pada bagain dentin, dan
pigmentasi hasilnya cenderung semakin tua semakin menggelap karena pemajaran sinar matahari
(sinar ultraviolet). Kedua gigi geligi dapat terkena, tergantung pada dosis, lama pemajanan, dan
umur kapan terjadi. Perubahan warna dapat terjadi pada gigi primer anak ini yang ibunya diobati
dengan tetrasiklin selama kehamilan, karena mudah melewati plasenta. Defek yang merusak
bentuk ini dapat dihindari dan sekarang telah menjadi penting secara medikolegal.
Pemutihan gigi kadang-kadang efektif, tetapi la;isan estetik sekarang digunakan untuk
keberhasilan yang lebih besar.
Erupsi Abnormal
Erupsi Prematur
Gigi natal dan neonatal ada pada saat lahir atau segera sesudahnya dan biasanya merupakan
bagian dari gigi-geligi primer normal. Karena perkembangan akar tidak sempurna. Gigi dapat
longgar dan harus dicabut jika terdapat risiko aspirasi. Namun, jika berfungsi, harus
dipertahankan. Ulserasi pada permukaan ventral lidah dapat terjadi sebagai akibat abrasi gigi
selama mengisap. Gigi susu dapat juga menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu selama memberi
ASI. Disfungsi endokrin dapat menyebabkan gigi permanen erupsi secara premature, tetapi
penyebab yang paling lazim adalah kehilangan dini gigi primer.
Erupsi Terlambat
Erupsi terlambat sampai umur 12 bulan pada anak normal mungkin tidak bermakna.
Keterlambatan menyeluruh yang lebih nyata dapat terjadi bersama dengan keadaan sistemik
termasuk osteodistrofi, hipotiroidisme, hipopituitarisma, dan sindrom Down.
Kegagalan erupsi
Sebab kegagalan erupsi yang paling lazim adalah blokade mekanik, seperti gigi primer
tertahan berlebihan atau kista odontogenik. Penyebab lain adalah erupsi ektopik, sela tidak cukup,
disostosis kleidokranium, dan dentinoigenesis imperfekta. Diagnosis awal dan pengobatan dapat
membentu mencegahaaaaaaaa akibat yang serius.
Bruxism
Bruxism merupakan aktifitas mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang
disertai dengan grinding gigi atas dan gigi bawah. Bruxism dapat menyebabkan atrisi pada
gigi sulung maupun permanen, jika kebiasaan berlanjut dalam waktu yang lama, maka
dapat menyebabkan penyakit periodontal atau kerusakan pada jaringan periodontal, serta
kelainan pada sendi temporomandibular (cth: myofascial pain, disc dispacement witg
reduction, dsb).
Digit Sucking
Digit sucking merupakan kebiasaan memasukkan jempol atau satu maupun lebih
jari kedalam mulut. Menghisap jari ni bisa saja dilakukan pada kehidupan intrauterin, dan
kebiasaan ini dianggap cukup normal sampai usia 3,5-4 tahun. Apabila kebiasaan berlanjut
diatas usia ini, maka dapat menyebabkan berbagai maloklusi atau memperparah kondisi
yang sudah ada. Tekanan yang dihasilkan dari kebiasaan ini dapat menimbulkan perubahan
pada segmen anterior lengkung gigi, dengan flaring labial, dan jarak protrusi gigi anterior
rahang atas dan overjet yang menigkat.
Etiologi kelainan atau Penyimpangan tumbuh kembang Orokraniofasial yang dapat terjadi pada
anak termasuk hubungannya dengan kebiasaan buruk.
Radiasi
Infeksi virus seperti Cytomegalovirus, Toxoplasmosis dan rubella selama masa kehamilan
telah diasosiasikan dengan meningkatkan facial cleft pada bayi yang baru lahir seperti
concomitant hand dan ocular abnormalities.
Maternal Idiosyncrasies. Gangguan phenylketoneuria sering terjadi pada ibu yang
melahirkan bayi dengan bibir sumbing atau gangguan the oculoauriculovertebral (OAV),
yang lebih sering diderita pada ibu yang mengalami diabetes melitus. Beberapa penelitian
menggabungkan berbagai faktor seperti berat badan ibu, kesehatan umum, dan usia dengan
peningkatan kejadian malformasi.
Chemical, kondisi kekurangan vitamin dikaitkan dengan meningkatnya resiko atau peluang
cleft lip dan plate, namun bisa dikurangi dengan suplement vitamin.
Vitamin A dan senyawa seperti Isotretinoin dianggap berkaitan dengan clefts and
hemifacail microsomia. Ibu dengan defisiensi vitamin dapat meningkatkan insidensi cleft
lip atau palate. Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan craniosynostosis dan facial
clefts.
Faktor genetik
Gangguan fungsi gen selama perkembangan embrionik orokraniofasial dapat
menyebabkan keruskan kraniofasial seperti cleft lip dan palate. Mutasi atau polymorphism
dengan MSX1, TGFB1, TGFB3, TGFA, RARA, MTHFR, BCLX3, PAX9, FGFR2,
FGFR1, TCOF1,dll. Menunjukkan kaitannya dengan meningkatnya kejadian cleft lip atau
palate.
Faktor resiko lingkungan
1. Fakor nutrisi
Berkurangnya komsumsi asam folat selama masa kehamilan berkaitan dengan
meningkatnya resiko kerusakan saat lahir, tetapi dapat dihindari dengan pemberian
sumplemen asam folat selama kehamilan.
2. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko cleft lip atau palate dan merupakan salah satu
faktor teratogenik.
c. Etiologi Kraniosynostosis
1. Faktor Biokimia
Dalam penelitian untuk menyelidiki peran Hedgehog (Ihh), bone Morphogenic protein
(BMP) dan nogin di Craniosinostosis yang disebabkan oleh kendala janin. Ekspresi dari BMP-4,
Noggin, Histone H4C, Ihh, Sonic Hedgehog, dan patched I (ptch1) diperiksa pada perbandingan
kontras.
2. Faktor lingkungan
Penelitian menunjukkan bahwa peran senyawa nitroso sebagai teratogen dan mutagen pada
hewan, telah disarankan bahwa obat Amina dengan reaksi mitrosasi endogen dan eksogen
membentuk senyawa nitrosokomponen.
DAFTAR PUSTAKA