Anda di halaman 1dari 15

PERANG SALIB

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam
yang dibimbing oleh Drs.H.Masduki, M.Ag

Disusun oleh Kelompok 7:

Ahmad Khoirofi Arozak (17208153038)


Tanti Kusuma Dewi (17208153053)
Anisa Fajar Kumala Wardani (17208153064)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
April 2016

ii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya kita dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga, sahabat, tabiin dan
para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan syafaatnya kelak di hari
pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Perang Salib. Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr.Maftukhin, M.Pd yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta
ini.
2. Dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam Bapak Masduki yang
telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun sebuah
makalah ini.
3. Dan tidak lupa juga kepada teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dengan amanat itu kami akan memberikan
hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, 30 April 2016

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Timbulnya Perang Salib..............................................3
B. Periodisasi Perang Salib...................................................................6
C. Pengaruh perang salib terhadap dunia Islam....................................9
BAB III KESIMPULAN................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada Bab I ini diuraikan a) latar belakang b) rumusan masalah c) tujuan


penulisan yang dipaparkan di bawah ini.

A. Latar Belakang
Menciptakan perdamaian diantara pluralisme agama dan budaya, memang
merupakan cita cita bersama seluruh umat manusia seantero dunia. Karena itu,
konsep toleransi sebagai elemen penting dalam masyarakat ideal, selalu menjadi
prinsip kebersamaan. Meskipun demikian, fanatisme berlebihan dan loyalitas
mendalam terhadap agamanya, sering membuat mati hati umat manusia hingga
melupakan pentingnya kebersamaan diantara perbedaan.
Hal inilah yang melanda pemeluk agama Kristen dengan loyalitas tinggi
pada paus dan kaum muslim yang menjadikan semangat jihad sebagai pandangan
hidup, lalu berada pada posisi saing yang sama dalam merebut hegemoni.
Konsekwensinya, konflik berdasarkan kepentingan dan warisan sejarah pun tidak
dapat dihindari yang dalam sejarah dikenal sebagai Perang Salib.
Penanaman peristiwa akbar ini didorong oleh pertimbangan kondisional
sekitar terjadinya ekspedisi militer yang dilancarkan oleh pihak Kristen terhadap
kekuatan Muslim dalam periode 1095-1291 M. Hal ini disebabkan karena adanya
dugaan bahwa pihak kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh
motivasi keagamaan. Selain itu, penamaan ini juga disebabkan atas penggunaan
simbol salib pada saat terjadinya perang.
Sejalan dengan pernyataan diatas, kami menyusun makalah Perang Salib
ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah peradaban Islam pada
masa Perang Salib.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah disajikan sebagai berikut.
1) Bagaimana sebab-sebab terjadinya perang salib ?
2) Bagaimana Periodisasi perang salib ?
3) Bagaimana pengaruh perang salib terhadap dunia Islam ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas maka tujuan
penulisan pada makalah ini sebagai berikut.
1) Menjelaskan sebab-sebab terjadinya perang salib.
2) Menjelaskan periodisasi perang salib.
3) Menjelaskan pengaruh perang salib terhadap dunia Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada Bab ini diuraikan a) sebab-sebab timbulnya perang salib b) periodisasi
perang salib d) pengaruh perang salib terhadap dunia Islam.

A. Sebab-Sebab Timbulnya Perang Salib


Perang salib (the crusades war) adalah serangkaian perang agama selama
hampir dua abad sebagai reaksi Kristen Eropa terhadap Islam Asia. Perang ini
terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak 632,
seperti di Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan
salib sebagai symbol yang menunjukkan bahwa perang ini suci dan bertujuan
membebaskan kota suci Baitul Maqdis (Yerusalem) dari orang Islam.
Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara Islam
dan Kristen. Penguasa Islam Alp Arselan yang memimpin gerakan ekspansi yang
kemudian dikenal dengan Peristiwa Manzikart pada tahun 464 H (1071 M)
menjadikan orang-orang Romawi terdesak. Tentara Alp Arselan yang hanya
berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara
Romawi yang berjumlah 200.000 orang yang terdiri dari tentara Romawi, Ghus,
Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
kemudian mencetuskan perang salib. 1
Pidato yang mungkin paling besar hasilnya dalam sejarah ialah pidato
Pous Urbanus II pada tanggal 26 November 1095 di Clemont ( prancis selatan ),
orang-orang Kristen mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan-kuburan suci
dan merebutnya dari orang-orang bukan Kristen serta menaklukan mereka. Seruan
bersama Tuhan menghendaki yang sedemikian menggelora di seluruh negeri
dan memiliki pengaruh psikologis, baik di lapisan masyarakat bawah maupun
atas. Di musim semi tahun berikutnya, 150.000 orang yang terdiri dari sebagian
besar orang-orang prancis dan berkumpul di konstaninopel. Perang salib pertama
pun dimulai.

1
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010) hal.231-234

3
4

Perang salib berlangsung 200 tahun lamanya, dari mulai 1095-1293 M,


dengan 8 kali penyerbuan. Perang tersebut bertujuan untuk merebut kota suci
Palestina,tempat Tuhan berpijak, dari tangan kaum muslimin. Peperangan ini
memakan korban, baik jiwa maupun harta dan kebudayaan yang tidak sedikit
jumlahnya. Perang tersebut juga merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan
di pantai timur Laut Tengah, yang merusak hubungan antara dunia Timur dan
dunia Barat.2
Ada beberapa faktor yang memicu terjadi perang salib. Adapun yang
menjadi faktor terjadinya perang salib ada tiga yaitu.
1) Faktor Agama
Sejak Dinasti Saljuk merebut baitul Maqdis dari tangan Dinasti
Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi
menunaikan ibadah ke sana, karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah
peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan
ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang berziarah sering
mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang Saljuk yang fanatik.
Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Saljuk sangat
berbeda dari para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan
itu sebelumnya.
2) Faktor Politik
Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Konstatinopel (Istambul) di
Manzikart, wilayah Armenia, pada 1071 dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah
kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius 1 Comnenus (kaisar
Konstatinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-
1099) yang menjadi Paus antara tahun 1088-1099 M dalam usahanya
untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah pendudukan Dinasti Saljuk.
Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar
Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan
untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma. Pada waktu itu Paus
memiliki kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar terhadap raja yang
berada di bawah kekuasaannya. Ia dapat menjatuhkan sanksi kepada raj

2
Philip K. Hitti, Sejarah Dunia Arab (Yogyakarta: Pustaka Iqra, 2001) hal. 201
5

yang membangkang terhadap perintah Paus dengan mencopot


pengakuannya sebagai raja.
Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang melemah
sehingga orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian
dalam Perang Salib. Ketika itu Dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang
mengalami perpecahan, dan Dinastti Fathimiyah di Mesir dalam keadaan
lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi
semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segitiga antara
khalifah Fathimiyah di Mesir, khalifah Abbasiyah di Baghdad, dan Amir
Umayyah di Cordova yang memproklamasikan dirinya sebagai khalifah.
Situasi yang demikian mendorong para penguasa Kristen di Eropa untuk
merebut satu persatu daerah kekuasaan Islam, seperti dinasti kecil di
Edessa dan Baitul Maqdis
3) Faktor Sosial Ekonomi
Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah, terutama
yang berada di kota Venesia, Genoa, dan Pisa, yang berambisi untuk
menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan
Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka
rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan
kawasan tersebut sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen
Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa
akan bersambung dengan rute perdagangan di timur melalui jalur strategis
tersebut.
Disamping itu, statifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri dari
tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan serta kesatria, dan
rakyat jelata.Meskipun merupakan mayoritas dalam masyarakat, kelompok
yang terakhir ini menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka
yang sangat tertindas dan terhina, mereka harus tunduk kepada para tuan
tanah yang sering bertindak semena-mena dan dibebani berbagai pajak
serta sejumlah kewajiban lainnya. Oleh karena itu, keteka mereka
dimobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam
perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan
yang lebih baik apabila peraang dapat dimenangkan, mereka menyambut
seruan itu secara spontan dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.
6

Selain stratifikasi sosial masyarakat Eropa yang memberlakukan


diskriminasi terhadap rakyat jelata, pada saat itu di Eropa berlaku hokum
waris yang menetapkan bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima
harta warisan. Apabila anak tertua meninggal, harta warisan harus
diserahkan kepada gereja. Hal ini telah menyebabkan populasi orang
miskin semakin meningkat. Akibatnya anak-anak yang miskin sebagai
konsekuensi hukum waris yang mereka taati itu beramai-ramai pula
mengikuti seruan mobilisasi umum tersebut dengan harapan yang sama,
yakni mendapatkan perbaikan ekonomi.
B. Periodisasi Perang Salib
1) Periode Pertama
Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II
berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus
Urbanus II pada Konsili Clermont (26 November 1095 M). menurut penilaian
Philip K. Hitti, pidato ini kemungkinan merupakan pidato yang paling
berkesan sepanjang sejarah yang telah dibuat Paus. Pidato ini menggema ke
seluruh penjuru Eropa yang membangkitkan seluruh negara Kristen
mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini
merupakan gerakan spontanitas yang diikuti berbagai kalangan masyarakat.
Hasan Ibrahim Hasan dalam Tarikh Al-Islam, menggambarkan gerakan
ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman
berperang, tidak disiplin, dan tanpa memiliki persiapan. Gerakan ini dipimpin
oleh Piere IErmite. Sepanjang jalan menuju kota Konstatinopel, mereka
membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan
dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya dengan mudah pasukan
salib dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan salib angkatan berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Boulion.
Gerakan ini lebih merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi rapi. Pada
musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang eropa, sebagian besar bangsa
Perancis dan Norman berangkat menuju Konstatinopel, kemudian ke
Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan
Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097
7

mereka berhasil menaklukan Nicea, dan tahun 1098 menguasai Edessa. Disini
mereka mendirikan kerajaan latin I dengan Baldwin sebagai rajanya. Pada
tahun yang sama mereka menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin
II di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil
menduduki Baitul Maqdis atau Yerusalem (15 Juli 1099) dan mendirikan
kerajaan latin II dengan Godfrey sebagai rajanya. Setelah penaklukan Baitul
Maqdis, tentara salib melanjutkan ekspansinya, mereka menguasai kota Akka
(1104 M), Tripoli (1109 M), dan Tyre (1124 M). di Tripoli mereka mendirikan
kerajaan latin IV, dengan Raymond sebagai rajanya.
Pada tahun 1127 M, muncullah Imaduddin Zanki seorang pahlawan
Islam termasyhur dari Mousul, yang dapat mengalahkan tentara Salib di kota
Aleppo Hamimah dan Edessa. Kemenangan itu merupakan kemenangan
pertama kali yang disusul dengan kemenangan selanjutnya sehingga tentara
salib merasakan pahitnya kekalahan demi kekalahan. Pada tahun 1046 M,
Imaduddin Zanki wafat.
2) Periode Kedua
Wafatnya Imaduddin Zanki, membangkitkan anaknya, Nuruddin Zanki
untuk melanjutkan tugas sang ayah, meneruskan perjuangan membela agama,
melakukan jihad. Nuruddin Zanki berhasil merebut kembali Antiochea pada
tahun 1149 M, dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Jatuhnya Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang
salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif
oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Codrad II. Keduanya memimpin
pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, pasukan
mereka dihadang oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki
Damaskus. Louis VII dan Codrad II sendiri melarikan diri pulang ke
negerinya. Nuruddi wafat pada tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian
dipegang oleh Shalahuddin Al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti
Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175 M. hasil peperangan Shalahuddin yang
terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada 2 Oktober 1187 M. dengan
demikian, kerajaan lattin yang didirikan tentara salib di Yerusalem yang
berlangsung selama 88 tahun berakhir. Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum
8

muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka menyusun rencana


balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman,
Richard The Lion Hart raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis.
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. meskipun mendapat tantangan berat
dari Shalahuddin, akan tretapi mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan ibukota kerajaan Latin, tetapi mereka tidak berhasil merebut
Palestina.
Pada tanggal 2 November 1192, dibuat perjanjian antara tentara salib
dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh Ar-Ramlah. Dalam perjanjian
itu disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul
Maqdis tidak akan diganggu. Tidak lama kemudian, setelah perjanjian itu
disepakati, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, pahlawan perang salib itu
meninggal dunia pada Februari 1193.
3) Periode Ketiga
Tentara salib pada periode ketiga ini dipimpin oleh raja Jerman,
Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum
ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen
Qibti. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki kota Dimyat. Raja
Mesir dari dinasti Ayubiyyah waktu itu, Al-Malikul Kamil, membuat
perjanjian dengan Frederick. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina
dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M, di masa
pemerintahan Al-Malikush Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir
dikuasai oleh dinasti Mamalik pengganti dinasti Ayubiyyah, pimpinan kaum
muslim dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka
dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1291 M
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan
wanita Islam yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Dur. Ia berhasil
menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap
raja tersebut. Bukan hanya itu, sejarah mencatat bahwa pahlawan wanita
gagah perkasa ini telah mampu menunjukkan sikap kebesaaran Islam dengan
membebaskan dan mengizinkan raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis.
Meskipun menderita kekalahan dalam perang salib, pihak Kristen
Eropa telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai, karena mereka dapat
9

berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian


maju. Bahkan, kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-
Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. Mereka membawa
kebudayaan dari Timur-Islam ke Barat terutama dalam bidang militer, seni,
perindustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan dan kepribadian.
Demikianlah perang salib yang terjadi di Timur. Perang ini tidak hanya
berhenti di Barat, di Sepanyol, sampai akhirnya umat Islam terusir dari
Sepanyol Eropa. Akan tetapi meskipun demikian, mereka tidak dapat merebut
apapun dari tangan kaum muslimin, dan tidak dapat menurunkan bendera
Islam dari Palestina.
Walaupun umat Islam telah berhasil mempertahankan daerahnya dari
tentara salib, namun kerugian akibat perang itu sangat banyak. Kerugian ini
mengakibatkan kekuatan politik kaum muslimin menjadi melemah.

C. Pengaruh Perang Salib terhadap Dunia Islam


Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh
kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga meninggalkan
perubahan yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-Eropa untuk
menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan pengaruh yang kuat
terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban
Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat
hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh
kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang
tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi
dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Perubahan nyata yang merupakan akibat dari proses panjang Perang Salib
ialah bahwa bagi Eropa, mereka sukses melaksanakan alih berbagai disiplin ilmu
yang saat itu berkempang pesat di dunia Islam, sehingga turut berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas peradaban bangsa Eropa beberapa abad
sesudahnya. Mereka belajar dari kaum muslimin berbagai teknologi perindustrian
dan mentransfer berbagai jenis industri yang mengakibatkan terjadinya perubahan
10

besar-besaran di Eropa, sehingga peradaban Barat sangat diwarnai oleh peradaban


Islam dan membuatnya maju dan berada di puncak kejayaan.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi
pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan
kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan
demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan, bukan
hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang mengilhami
lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari kemenangan tentara
Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun ekspedisi yang bermacam-
macam dan memungkinkan untuk memindahkan khazanah peradaban Timur ke
dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.
Di bidang seni, kebudayaan Islam pada abad pertengahan mempengaruhi
kebudayaan Eropa. Hal itu terlihat pada bentuk-bentuk arsitektur bangunan yang
meniru arsitektur gereja di Armenia dan bangunan pada masa Bani Saljuk. Juga
model-model arsitektur Romawi adalah hasil dari revolusi ilmu ukur yang lahir di
Eropa Barat yang bersumber dari dunia Islam.
Perang Salib memberi kontribusi kepada gerakan eksplorasi yang berujung
pada ditemukannya benua Amerika dan route perjalanan ke India yang
mengelilingi Tanjung Harapan. Pelebaran cakrawala terhadap peta dunia
mempersiapkan mereka untuk melakukan penjelajahan samudera di kemudian
hari. Hal tersebut berkelanjutan dengan upaya negara-negara Eropa melaksanakan
kolonisasi di berbagai negeri di Timur, termasuk Indonesia.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa
dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat
menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh
pasukan salib selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak
struktur masyarakat yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan
umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan
militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir Pasukan
Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu mencapai semenanjung
Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang Wina (abad ke-16 dan 17),
11

sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik yang tetap berada di bawah
kekuasaan Kristen.3

BAB III
KESIMPULAN
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat
Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13.
Perang Salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap

3
Prof. K. Ali Sejarah Islam Pramodern, (Jakarta: Srigunting,2003) hlm. 315.
12

dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap sebagai pihak penyerang,
bukan saja di Siria dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia.
Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan tanda
salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka sebagai simbol pemersatu.
Perang salib dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode penaklukan (1009-1144),
periode timbulnya reaksi umat islam (1144-1192), periode perang saudara kecil-
kecilan yang berakhir sampai 1291 M.
Bagi dunia Islam, Perang Salib telah menghabiskan asset kekayaan bangsa dan
mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima perang dan rakyat menjadi
korban. Gencatan senjata yang ditawarkan terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib
selalu didahului dengan pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat
yang dalam limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Prof. K. 2003. Sejarah Islam Pramodern. Jakarta: Srigunting
Hitti, Philip K. 2001. Sejarah Dunia Arab. Yogyakarta: Pustaka Iqra
Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta : Kota Kembang

Anda mungkin juga menyukai