BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan
secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak luas
yang meliputi: faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang menderita penyakit
gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh
manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada anak ialah karies gigi.
dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies
ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum
Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja
menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya
sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi
frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, memengaruhi nafsu
makan dan asupan makanan sehingga dapat memengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya anak- anak memasuki usia sekolah
mempunyai risiko karies yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka
jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan,
2013: 60).
Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut
terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah
tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh. Anak memasuki usia sekolah mempunyai
risiko mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan
dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi
pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah
umur 6-12 tahun, namun dari hasil berbagai banyak penelitian yang mengalami karies gigi
diantaranya anak berusia di bawah 12 tahun, salah satunya ialah anak berusia 10 tahun.
Pemilihan anak 10 tahun karena sebelumnya perlu diketahui bahwa terjadinya karies tidak
berlangsung dalam hitungan detik, melainkan dalam hitungan bulan ataupun tahun. Dimana
karies terjadi melewati beberapa tahap dan dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalamnya dan
melewati beberapa proses dengan adanya proses demineralisasi dan remineralisasi pada gigi.
Anak prasekolah mengalami proses pembentukan karies karena kurangnya perhatian
terhadap makanan seharihari dan menyikat gigi. Dan pada umur 3- 6 tahun berdasarkan
tahap tumbuh kembang, anak tersebut mulai melakukan sesuatu berdasarkan keinginanya
salah satunya mulai mencoba berbagai rasa makanan dalam bentuk apapun sehingga dapat
memberikan dampak buruk bagi gigi apabila anak tersebut tidak memerhatikan solusi
terjadinya karies pada umur 10 tahun, karena kebiasaan buruk yang dilakukan tersebut
sebelum tanggalnya keseluruhan gigi primer (susu) pada anak umur 10 tahun. Dapat
diketahui mulai tanggalnya gigi pada anak pada usia 6-8 tahun, dan tumbuhnya gigi
permanen pada usia 12 tahun. Dari adanya hal tersebut dapat ditarik kesimpulan ingin
mengetahui anak umur 10 tahun dapat mengalami karies sebelum terjadinya penanggalan
keseluruhan gigi susu dan tumbuhnya gigi susu di umur 5-6 tahun pada rahang bawah dan
umur 7-8 tahun pada rahang atas, mengalami karies atau tidak.
Menurut WHO (2003), bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut penelitian negara-negara
Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80- 95% dari anak- anak dibawah
umur 18 tahun terserang karies gigi. (Yohandri, 2012 dalam Tamrin, Afrida, Jamaluddin,
2014, p. 14).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI,2000) menyatakan bahwa 63,5%
penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun dibeberapa Provinsi angka tersebut lebih
tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%.
Sedangkan pada tahun 2004 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, prevalensi karies
gigi penduduk Indonesia mencapai 90,05%. Hasil penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun
2006, di Kalimantan Barat 99%, Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%, Sulawesi Selatan
87%, dan Maluku 77% (Agussalim, 2011 dalam Alim, fatimah, p. 132).
Umumnya penderita gigi berlubang tersebut adalah anak-anak sesuai data Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Pada tahun 2007, penderita gigi berlubang di Indonesia
mencapai 72,1 %. Dari persentase ini, hanya satu persen yang berhasil ditambal. Drg Harun
Achmad, spesialis kedokteran gigi anak mengatakan, untuk wilayah Makassar tingkat gigi
penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% 90% dimana diantaranya
adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 30%
penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Dilihat dari kelompok umur,
golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas
umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur
65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada
mempunyai pengalaman karies sebesar 58,1%. Jenis perawatan yang paling banyak diterima
penduduk yang mengalami masalah gigi-mulut, yaitu pengobatan (83,6%), disusul
penambalan, pencabutan, dan bedah gigi (46,8%). Konseling perawatan, kebersihan gigi dan
pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat relatif kecil, masing-masing 10,7% dan
4,8%. Menurut kabupaten atau kota, pengobatan paling tinggi di Gowa (94,2%), dan terendah
di Kota Pare-pare (67,9%). Penambalan, pencabutan dan bedah gigi tertinggi di Bone
(62,4%) dan terendah di Bulukumba (34,1%). Pemasangan gigi tiruan lepas/cekat terlihat
tinggi di Wajo (11,5%), Maros (9,8%). Kesadaran untuk melakukan konseling relatif sedikit
Hasanuddin, Prof Mansjur Nasir, drg PhD mengatakan, prevalensi gigi "karies" atau
berlubang di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 masih tinggi yakni 60%. Jadi dari sekitar
delapan juta jiwa penduduk di Sulawesi Selatan, masih terdapat sekitar 60% yang mengalami
Kabupaten Gowa, pada tahun 2013 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 177 siswa, yang
berada di kelas V (lima) berumur 10 tahun sebanyak 27 siswa. Pada tahun 2014, jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 175 siswa, yang berada di kelas V (lima) berumur 10 Tahun
sebanyak 28 siswa. Pada tahun 2015 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 174 siswa.
Pada Tahun 2015 jumlah siswa yang berumur 10 tahun ialah siswa yang duduk di kelas
4 sebanyak 6 orang dari 28 siswa, siswa di kelas 5 sebanyak 30 orang dari 30 siswa, dan yang
duduk di kelas 6 terdapat 1 orang siswa dari 30 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
siswa yang berumur 10 tahun di SDI Talakuwe sebanyak 37 orang (bagian kesiswaan SDI
Talakuwe).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang diuraikan di atas maka penulis
tertarik mengangkat tentang, Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies Gigi
Pada Anak Umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka adapun rumusan masalahnya
adalah:
1. Apakah ada hubungan pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di
berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe
anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
c. Untuk mengetahui hubungan produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur
bermanfaat bagi dunia keperawatan dalam kesehatan khususnya mahasiswa (i) Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan (Stikper) Gunung Sari Makassar mengenai karies gigi pada anak.
3. Manfaat bagi profesi perawat
Sebagai bahan referensi untuk lebih meneliti dalam melakukan tindakan keperawatan
terhadap anak yang menderita karies gigi. Memberikan sumbangsih pengetahuan di bidang
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi kesehatan gigi anak. Dapat mengupayakan
tindakan preventif karies pada anak-anak sekolah dengan jalan promosi kesehatan lewat
program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) melalui jalur program UKGS (Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah).
5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih
lanjut dimasa yang akan datang khususnya bagi yang ingin meneliti tentang karies gigi pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tinjauan Tentang Karies Gigi
a. Definisi
1) Gigi
Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi
pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian,
gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Gigi merupakan
bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Irma, Intan,
2013: 10).
Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer) dan
gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan yang
jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsurangsur
tanggal, berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir
(molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun. (Isroin, Andarmoyo, 2012: 33).
9
memotong makanan (mastikasi) dan mengiris makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian
4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi
usia 46 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 56 tahun pada rahang
merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk mengiris
makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi
susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 1113 tahun.
c) Gigi Geraham Kecil (Premolar)
Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan. Gigi
ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia
1011 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini
tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di
belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar.
Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi
sebuah situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa Karies adalah istilah untuk penyakit infeksi,
dimana karies yang terjadi pada gigi disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013:6).
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada
dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. (Irma, Intan,
2013: 18).
Karies gigi pada anak umumnya terjadi pada saat mereka masih memiliki gigi susu. Hal
tersebut terjadi karena adanya plak yang menumpuk dari sisa makanan pada gigi. Proses
lepasnya gigi susu dan berganti dengan gigi tetap biasanya terjadi sejak anak usia sekolah
dasar berusia 6 sampai 8 tahun. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan
b) Karies Media
Karies sudah mengenai dentin tapi belum mengenai setengah dentin.
Gambar. 2. 2. Karies media
Sumber: Tarigan Rasinta, Karies gigi, 2013: 40
c) Karies Profunda
Karies sudah mengenai setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai
pulpa.
b. Etiologi
Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan gigi
(email atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan
waktu. Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap individu berbeda
terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas
Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama
hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva
memainkan peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan
menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika
gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat
bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus Mutans dan Lactobacillus
Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan
memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan
menghasilkan asam.
3) Substrat atau makanan
Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan
seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak,
dan mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak
segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan
lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan
jika diet tersebut cukup kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk
proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh
karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini,
karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini ada yang membentuk suatu lapisan
lunak dan lengket yang disebut sebagai plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya
sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada
permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi
remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses
remineralisasi.
Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email
gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang
awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya
dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa.
Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan,
2010: 56).
d. Tanda dan Gejala Karies Gigi
Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini menunjukkan
area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah
menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat
menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti,
meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda
karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke
saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi
tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan
menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga dapat
yang maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada saat ini, sebagian besar anakanak
usia 5 tahun masih banyak yang belum melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi.
Orang tua seharusnya mendorong dan membawa anak mereka untuk chek up kesehatan gigi
sesegera mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6 bulan.
Usaha usaha pencegahan karies gigi:
1) Penyuluhan diet
Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan pencegahan karies.
Untuk anakanak dengan masalah karies yang berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua
faktor etiologi termasuk pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).
2) Pemberian fluor
Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah karies karena kombinasi
dalam penggunaannya untuk tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk
demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak. Tambahan pemberian flour
dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik
kemudian dibuang.
3) Pemeliharaan oral hygiene
Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies
gigi. Tujuan dari kebersihan mulut adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut.
mampu menjaga dirinya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah
dilaksankan penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada
gejalagejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi
dan mulut siswa dapat diwujudkan dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS). Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan akan tetapi
dapat juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah
mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin. Pada dasarnya perawatan gigi anak harus
selanjutnya. Perawatan awal antara lain adalah pembersihan gigi, pemberian obat sistemik
misalnya obat yang tidak berpengaruh terhadap perubahan warna gigi antara lain preparat
lebih lanjut pada gigi. Secara umum, pengobatan dini kurang menyakitkan dan lebih murah
dibandingkan pengobatan kerusakan yang luas. Anastesia, nitroksida atau medicantiosa resep
lain mungkin diperlukan dalam beberapa kasus untuk menghilangkan rasa sakit selama atau
setelah pengobatan atau untuk mengurangi kecemasan selama pengobatan. Sebuah handpiece
gigi (bor) digunakan untuk menghapus sebagaian besar bahan yang membusuk dari gigi.
dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. (Sri Karjati dalam Sulistyoningsih, 2012, p.
52).
Menurut Suhardjo (dalam Sulistyoningsih, 2012, p.52) Pola makan diartikan sebagai
cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai
dengan maksud tertentu seperti memertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
sebaya). Anakanak ingin mencoba makanan yang diiklankan di media televisi. Pengaruh
teman sebaya juga menjadi lebih besar karena anak usia sekolah lebih banyak menghabiskan
teman sebaya berdampak pada perilaku perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak
secara tibatiba meminta suatu jenis makanan yang baru atau menolak makanan pilihan
mereka terdahulu, akibat rekomendasi dari temanteman sebayanya. Pengaruh guru juga
besar terhadap sikap seseorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari
didalam kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang
(kariogenik) dan mudah terselip disela gigi seperti permen, cokelat, kue manis, snack, keripik
kentang, ubi jalar, singkong, sayuran, kacangan, dan buah buahan. Jenis makanan lain yang
dapat dijadikan sebagai cemilan seperti buah buahan segar, pop corn tawar, atau kacang.
Jenis minuman yaitu minuman murni (non kemasan) dan minuman kemasan. Minuman
murni seperti susu murni, teh murni, kopi murni, sirup murni, jus buah murni yaitu minuman
yang dibuat secara sederhana, dalam skala rumah tangga. Minuman kemasan seperti susu
kemasan, teh kemasan, kopi kemasan, sirup kemasan dan jus buah kemasan yaitu minuman
yang dikemas, dapat diminum secara langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih
untuk membersihkan gigi dan mulut setelah makan, sehingga makanan lebih berbahaya dari
pada saat dimakan bersama makanan utama seperti makan pagi dan makan siang. Frekuensi
makan lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga
kerusakan gigi lebih cepat. Kuman akan menempel pada permukaan gigi karena tidak
dibersihkan giginya setelah makan dan terbentuk plak kemudian diubah menjadi asam.
Upayakan selalu membersihkan mulut dengan minum air putih setelah makanan manis masuk
a) Teman sebaya
Minat, perilaku dan rutinitas makan anak berubah saat jumlah makanan yang dimakan
di luar rumah semakin banyak. Hal ini berubah karena pergaulan dengan teman sebaya dan
b) Media elektronik
renyah, manis dan cokelat, sehingga anak ingin mencoba. Anak tertarik makanan yang manis
dengan warna dan bentuk yang beragam seperti permen, cokelat, biskuit dan snack manis.
Di lingkungan tempat tinggal dan sekolah anak, banyak terdapat pedagang yang
menjual berbagai macam makanan, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk membeli
makanan tersebut.
4) Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar menurut
memperkuat gigi. Jenis makanan yang mengandung bahan tersebut antara lain susu, telur dan
buah-buahan.
c) Makan sayur-sayuran karena sayuran mempunyai kandungan nitrat. Bahan tersebut dapat
d) Makanan yang mempunyai daya pembersih terdapat pada makanan berserat. Makanan
terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu air. Makanan ini baik dimakan sesudah makan atau
e) Atur seberapa sering dan kapan saja menikmati makanan manis. Sebaiknya dilakukan saat
jam makan utama seperti makan pagi, makan siang dan makan malam.
Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak, bakteri, dan
mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Kebiasaan menyikat gigi
merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisasisa makanan
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014:
17).
Dengan melihat efisiensi waktu dan saat makannya serta hasilnya, frekuensi sikat gigi
yang baik bagi anak adalah dua kali sehari. Teknik menyikat gigi pada anak harus merupakan
Anak usia sekolah biasanya kurang kesadaran untuk memerhatikan perilaku kebersihan
mulut sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Peningkatan kebersihan mulut dilakukan
dengan menggunakan sikat gigi yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur.
Usia paling rentan terjadi karies gigi adalah usia 4-8 tahun pada gigi primer dan 12-18 tahun
Cara menyikat gigi yang benar 4 tepat 5 sempurna. Dimana saat ini banyak yang
bertanya bagaimanakah cara menyikat atau membersihkan gigi yang tepat dan efektif?
Kita hanya perlu mengingat 4 tepat saja yaitu tepat alat, tepat cara, tepat waktu, dan
tepat target. Sementara kebanyakan orang maunya yang cepat cepat saja yaitu cepat mulai
dan cepat selesai yang akhirnya gigi juga jadi cepat berlubang. (Erwana, 2013:19).
1) Tepat alat
Tepat alat disini maksudnya adalah harus benar dalam memilih alat yang digunakan
untuk membersihkan gigi, yaitu sikat gigi. Berikut adalah kriteria sikat gigi yang baik ialah
gagang sikat harus lurus supaya memudahkan mengontrol gerakan penyikatan. Kepala sikat
tidak lebar, bulu sikat halus dan membuat supaya tidak melukai jaringan lunak lain seperti
pipi, gusi, saat menyikat gigi bagian belakang. Sikat gigi hendaknya diganti sekurang-
b) Bagian luar gigi belakang jangan digosok dengan gerakan naik turun, tetapi dengan gerakan
majumundur atau memutar. Gerakan naik turun tidak efektif membersihkan gigi belakang
bagian luar.
c) Untuk bagian dalam dari gigi depan dan belakang harus disikat dengan gerakan menarik.
3) Tepat waktu
Menyikat gigi pagi hari dilakukan setelah sarapan bukan saat mandi pagi, kecuali jika
mandi paginya setelah sarapan. Sedangkan waktu menyikat gigi pada malam hari adalah
sebelum tidur, bukan setelah makan malam. Namun terdapat pula waktu menyikat gigi
sebaiknya lebih dari 2 kali sehari yaitu pada waktu selesai makan dan menjelang tidur.
Menyikat gigi setidaknya 2-3 menit. Pada kesempatan dimana kita tidak mungkin
melakukannya segera setelah makan, dianjurkan untuk berkumur dengan air putih.
4) Tepat target
Meliputi tepat membersihkan daerah yang perlu dibersihkan. Gigi bukan hanya bagian
depan dan bagian luar saja namun, gigi juga ada di bagian belakang dan dalam. Bagian ini
biasanya tidak bahkan lupa untuk dibersihkan, sehingga memudahkan terjadinya plak.
5) 5 Sempurna
Setelah 4 tepat, saatnya untuk 5 Sempurna dengan menggunakan alat bantu. Daerah
gigi dan mulut yang perlu dibersihkan adalah gigi, pipi, lidah, dan langitlangit. Jadi selain
sikat gigi, kita perlu menggunakan alat bantu. Pilihan yang bisa digunakan sebagai alat bantu
dalam membersihkan gigi adalah pembersih lidah, obat kumur, dan benang gigi.
Menurut Dingwal (2013: 52-54) peralatan yang dapat digunakan dalam pembersihan
Pasta gigi adalah produk pembersih mulut yang paling banyak digunakan meskipun
tidak signifikan dalam menghilangan plak. Jenis pasta gigi tertentu bermanfaat dalam
pencegahan kerusakan. Pasta gigi anak dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan
permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga
mulut. Pasta gigi untuk anak diproduksi dengan kemasan yang bergambar dan berwarna.
Dosis toksik fluorida untuk anak-anak adalah 5 mg/kg berat badan. Pasta gigi reguler
mengandung ion fluorida sampai 1 mg per gram pasta sehingga pasta seukuran kepala sikat
Membersihkan mulut sebagai bagian dari hygiene dasar memerlukan larutan yang
efektif dan lembut bagi pasien. Berkumur dengan menggunakan kadar flour. Berkumur flour
diindikasikan untuk anak yang berumur di atas enam tahun dan orang dewasa yang mudah
terserang karies. Kumur-kumur antiseptik yang lebih murah dan cukup efektif untuk anak
celah diantara dua gigi. Benang gigi tersebut terbuat dari bundel nilon tipis atau plastik atau
pita sutra yang digunakan untuk menghilangkan makanan dan plak gigi dari gigi. Benang ini
lembut disisipkan diantara gigi dan digoreskan disepanjang sisi gigi, terutama dekat dengan
gusi.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dan
kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga
mulut, sekitar 90 persennya dihasilkan oleh kelanjar sub maksiler dan kelenjar parotis, lima
persen oleh kelenjar sublingual, dan lima persen lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil.
Sebagian besar saliva ini dihasilkan saat makan, sebagai reaksi atau ransang yang berupa
Komposisi saliva yang terdiri dari 99% air, dan bahan non organik, organik, serta
menjaga integritas jaringan dalam rongga mulut. Pada malam hari pengeluaran saliva lebih
sedikit. Dalam setiap militer air ludah dijumpai 10-200 juta bakteri. Jumlah maksimal bakteri
ini dijumpai pada pagi hari atau setelah sarapan. (Tarigan, 2013: 20).
Kecukupan saliva dalam rongga mulut adalah 1 cc per menit. Jika aliran produksi saliva
berkurang, di bawah cc per menit, maka harus dipertimbangkan untuk diperbaiki dengan
cara minum air lebih banyak, mengunyah permen karet untuk meransang bertambahnya air
liur dalam rongga mulut yang berguna untuk membersihkan gigi. Berkurangnya air liur dapat
Aliran laju saliva normal adalah 1,5-2,5 ml/menit. Laju aliran yang berkurang dari 0,7
ml/menit disebut xerostomia dimana penyakit ini menimbulkan tenggorokan kering, anak
biasa mengisap bibir, dan mengeluh sering ingin minum. (Tarigan, 2013: 83).
Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol atau sorbitol sesudah makan
makanan yang mengandung karbohidrat akan mencegah pembentukan asam dan menetralkan
asam yang telah terbentuk karena makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan keluarnya air liur sehingga akan meningkatkan efek
b. Fungsi Saliva
1) Membentuk lapisan pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai iritan dan
mencegah kekeringan.
2) Membantu membersihkan mulut dari makanan dan bakteri yang akhirnya akan menghambat
pembentukan plak.
3) Mambantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan
fosfatnya.
4) Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurna
dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 6. Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
Karies Gigi
Produksi Saliva
Pola Makan
Keterangan:
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian
dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji
4. Karies gigi
Yang dimaksud karies gigi dalam penelitian ini adalah suatu infeksi pada gigi dan
mulut dimana keadaan yang menunjukan adanya lesi atau lubang gigi yang ditandai oleh
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email, dentin) sehingga meluas kearah
pulpa yang dapat dilihat secara langsung, dengan adanya plak (bercak) pada gigi baik bercak
putih, cokelat, ataupun gigi yang telah berlubang serta data pendukung diketahuinya karies
telah mengenai pulpa dengan adanya keluhan nyeri pada gigi anak. Dapat diketahui melalui
observasi dan wawancara langsung pada anak tanpa adanya sebuah angket berupa kuesioner .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah Korelasi Deskriptif dengan
variabel pada saat yang bersamaan yang tujuannya untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe
35
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007: 32).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 10 Tahun yang berada di SDI
Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebesar 37 sampel diambil secara total
menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan (kuesioner), wawancara, observasi, dan
didapatkan dengan menggunakan skala Guttman yaitu dengan jawaban Ya dan Tidak.
Skor untuk pertanyaan Positif Ya = 1 dan Tidak = 0, Skor untuk pertanyaan
kuesioner (angket) kepada responden dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan
dan hasil penelitian dari responden, dalam bentuk tulisan, dan sebagian besar data yang
tersedia adalah bentuk surat, catatan harian, foto, dan laporan hasil penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti jumlah keseluruhan siswa SDI Talakuwe
b. Coding
c. Data entry
Mengisi kolomkolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masingmasing.
d. Tabulating
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke dalam suatu tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga tabel mudah untuk
dianalisa.
e. Cleaning
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukan ke dalam kotak
distribusi, frekuensi dan presentasi dari setiap variabel diteliti, baik variabel independen
2. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri dengan variabel
terikat digunakan uji statistic Chi-Square. Analisa data akan diolah dengan menggunakan
SPSS. Uji satistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang bersedia untuk diteliti. Bila
subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak subjek tersebut.
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi
3. Contidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
Achmad Harun. (2010). Karies dan Perawatan Pulpa Pada anak Secara Komprehensif. Makassar:
Bimer.
Alim Sabri & Fatimah. (2014). Pola Makan dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Timbulnya
Karies Gigi Pada Anak. Journal of Pediatric Nursing,1(3), 131-136.
Erwana Ferry Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hidayat Alimul Aziz.A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut; Buku
Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Irma Z Indah, & Intan Ayu,S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.
Isroin laily, & Andarmoyo Sulistyo. (2012). Personal Hygiene Konsep Proses & Aplikasi Dalam
Prakktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartikasari Yuwan Hana, & Nuryanto. (2014). Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan Konsumsi
Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar. Journal Of Nutrition
Collage, 3(3), 414-421.
Ramadhan Gilang Ardyan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta: Bukune.
Riskesdas. (2007). Profil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007. Makassar.
Sariningsih Endang. (2012). Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus Infeksi. Jakarta:
Elexmedia Komputindo.
Soegeng Santoso, M.Pd., & Ranti Lies Anne,M.Pd. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: EGC
Sulistyoningsih Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
41
Tamrin Masriadi, Afrida, & Jamaluddin Maryam. (2014). Dampak Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak
Sekolah. Journal Of Pediatric Nursing, 1(1), 014-018.
Tarigan Rasinta. (2013). Karies Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wangidjaja Itjiningsih. (2014). Anatomi Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Worotitjan Indry, Mintjelungan Christy N, & Gunawan Paulina. (2013). Pengalaman Karies Gigi
Serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan
Kawangkoan Utara. Journal e-Gigi (eG),1(1), 59-68.