Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2016;4(3):1706]
ARTIKEL PENELITIAN

Perbandingan Teknik Insersi Klasik dengan Teknik Insersi


Triple Airway Manoeuvre terhadap Angka Keberhasilan dan Kemudahan
Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Klasik

Nelly Margaret Simanjuntak,1 Ezra Oktaliansah,2 Tinni T. Maskoen2


SMF Anestesi dan Terapi Intesif Rumah Sakit Tebet, 2Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
1

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari metode yang dapat meningkatkan angka keberhasilan
teknik insersi laryngeal mask airway (LMA) klasik dan mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui angka keberhasilan dan kemudahan pemasangan LMA klasik pada
teknik triple airway manoeuvre (TAM). Penelitian ini adalah eksperimental prospektif dengan metode acak
terkontrol tersamar tunggal terhadap pasien yang menjalani operasi terencana dalam anestesi umum di
kamar operasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan AprilJuli 2015. Tiga puluh
enam pasien pasien berusia 1860 tahun, status fisik berdasarkan American Society of Anesthesiologists
(ASA) kelas III dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok teknik insersi klasik dan teknik insersi
TAM. Pada teknik TAM, seorang penolong melakukan protrusi mandibula dan membuka mulut sementara
seorang melakukan insersi LMA klasik. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik Eksak Fisher dan
Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan angka keberhasilan pemasangan
dan kemudahan pemasangan LMA klasik pada kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna (p<0,05)
dengan teknik insersi TAM memiliki angka keberhasilan lebih tinggi daripada teknik insersi klasik (72,2%)
dan teknik insersi TAM memiliki kejadian tahanan di orofaring lebih sedikit dibanding dengan teknik klasik
(83,3%). Simpulan, teknik insersi TAM memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi daripada teknik
insersi klasik sehingga.

Kata kunci: Laryngeal mask airway klasik, teknik triple airway manoeuvre, teknik insersi klasik

Comparison of Success Rate and Ease of Insertion of Classic Laryngeal Mask


Airway when Inserted using Classic Insertion Technique and Triple Airway
Maneuver Technique
Abstract

Various studies are seeking to find new methods to improve techniques of classic laryngeal mask airway
(cLMA) insertion and reduce possible complications. This is a clinical study to investigate the succesrate
and ease of insertion using triple airway maneuver(TAM) technique and to compare it with the classic
technique. This experimental prospective study was conducted using the single-blind randomized controlled
trial approach to patients underwent elective surgery under general anesthesia in the operating teather of
Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung during the period of April 2015 to July 2015. Thirty six patients
aged 1860 years old with American Society of Anesthesiologists (ASA) III status were randomly divided
into two groups receiving either triple airway maneuver (TAM) technique or classic technique. In TAM
technique, jaw thrust and mouth opening are facilitated by a technician and the anesthesiologist inserts the
LMA. The collected data were analyzed using Fisher Exact and Kolmogorov Smirnov. The statistical analysis
showed that the ratio of success rate and the ease of insertion of cLMA between both treatment groups was
significantly different (p<0.05) where the TAM technique showed a higher success rate of insertion (72.2%)
and less impacts on the oropharynx compared to the classic method (83.3%). Overall , in this study, the
TAM technique is associated with higher of success rate compared to the classic technique and the ease
of insertion of TAM method makes it worth to be considered as a safe and effective method to establish a
secure airway in anesthetized patients.

Key words: Classic laryngeal mask airway, ease of insertion, success rate, triple airway manoeuvre
Korespondensi: Nelly Margaret Simanjuntak, dr., SpAn, SMF Anestesi dan Terapi Intensif Rumah Sakit Tebet, Jl. Letjend
MT. Haryono Kav. 13 Jakarta Selatan, Mobile 08112346640, Email nelly_simanjuntak@yahoo.co.id

170 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n3.900


dx.doi.org/10.15851/jap.v4n3.897
Nelly Margaret Simanjuntak: Perbandingan Teknik Insersi Klasik dengan Teknik Insersi Triple Airway Manoeuvre terhadap 171
Angka Keberhasilan dan Kemudahan Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Klasik

Pendahuluan LMA klasik menggunakan teknik triple airway


manoeuvre (TAM) dapat mengatasi kesulitan
Penatalaksanaan jalan napas adalah salah satu saat melewati dinding posterior faring. Hal
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang tersebut dibuktikan pada foto lateral leher
ahli anestesi. Salah satu peralatan jalan napas yang memperlihatkan jarak antara epiglotis
yang digunakan dokter anestesi pada operasi dan dinding posterior faring meluas serta
elektif yang tidak membutuhkan intubasi kejadian epiglotis melipat menjadi berkurang
maupun pada kasus kesulitan jalan napas di bila dibanding dengan teknik klasik sehingga
kamar operasi adalah laryngeal mask airway keberhasilan pemasangan laryngeal mask
(LMA). Pada update report for management airway (LMA) klasik meningkat.19
of difficult airway management tahun 2013 Penelitian teknik insersi LMA klasik dengan
oleh American Society of Anesthesiologist teknik TAM sudah dilaksanakan di beberapa
dinyatakan bahwa 92,4% dari 66 ahli anestesi tempat dengan beragam istilah seperti jaw
akan memilih menggunakan LMA pada kasus thrust, mandibular advancement atau teknik
kesulitan jalan napas. Laryngeal mask airway insersi dua orang, namun menggunakan tata
(LMA) sudah digunakan pula di luar kamar cara yang serupa. Penelitian serupa terakhir
operasi, alat ini dapat digunakan oleh petugas dilakukan di Iran pada tahun 2013 dengan
kesehatan yang tidak terlatih untuk melakukan hasil angka keberhasilan yang tinggi dengan
intubasi endotrakeal.1,2 memakai teknik dua orang, namun tidak
Teknik insersi LMA yang sering dianjurkan terdapat perbedaan pada kemudahan insersi
adalah teknik klasik yang diciptakan oleh LMA klasik.19 Penelitian ini bertujuan mengkaji
dr. Archie Brain. Namun, teknik klasik Brain apakah teknik TAM dapat meningkatkan angka
tidak mudah dilakukan karena sulit melewati keberhasilan dan kemudahan insersi LMA
dinding posterior faring dan meningkatkan klasik dibanding dengan teknik insersi klasik
angka kejadian gagal insersi, percobaan yang pada pasien yang dilakukan operasi elektif
berulang, trauma pada jalan napas, hipoksemia dalam anestesi umum.
hingga laringospasme. Pada penelitian lain
kesulitan dan kegagalan insersi LMA terjadi Subjek dan Metode
akibat epiglotis dan sungkup LMA yang melipat.
Angka keberhasilan insersi LMA klasik sekitar Penelitian ini adalah penelitian eksperimental
6590% dan variasi tersebut disebabkan oleh dengan memakai uji klinik buta tunggal yang
perbedaan pada definisi keberhasilan insersi dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
serta variasi teknik insersi.312 Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Banyak penelitian yang telah dilakukan Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah
tentang teknik alternatif melakukan insersi Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
LMA seperti teknik inverted/reverse, teknik Penelitian dilakukan pada bulan April sampai
rotation/lateral approach atau teknik cuffed/ dengan Juli 2015 di Central Operating Theatre
uncuffed, namun masih belum memuaskan (COT) RSHS Bandung. Subjek penelitian adalah
sehingga diperlukan teknik insersi alternatif pasien yang menjalani operasi elektif dalam
lain untuk mengatasi kesulitan pada teknik anestesi umum, adapun kriteria inklusi adalah
klasik. Kesulitan melewati dinding posterior usia 1860 tahun, status fisik American Society
faring akibat lengkungan curam dari orofaring of Anesthesiologist (ASA) I atau II, Mallampati
ke laringofaring dan struktur anatomi serta I atau II yang bersedia mengikuti penelitian
jaringan fibromuskular rongga mulut juga dan mengisi menandatangani persetujuannya
berperan pada sulitnya insersi LMA klasik.1319 (informed consent). Kriteria eksklusi adalah
Pada penelitian dinyatakan bahwa dimensi pasien dengan kelainan orofaringeal dan
lateral dan anteroposterior jalan napas akan indeks massa tubuh (IMT) >35. Sampel akan
menjadi lebih luas dengan menarik mandibula dikeluarkan apabila dilakukan intubasi akibat
ke anterior. Peneliti lain menyatakan insersi gagal insersi LMA.

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016


172 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n3.900

Penentuan besar sampel digunakan rumus arah depan terus maju ke dalam faring hingga
uji analisis komparatif tidak berpasangan terasa tahanan dengan posisi leher fleksi dan
dengan tingkat kepercayaan () 95% dan besar kepala tetap ekstensi. Pada kelompok TAM
uji kekuatan 90%. Besar sampel minimal yang dilakukan insersi LMA klasik dengan teknik
dibutuhkan 18 subjek untuk setiap kelompok. triple airway manoeuvre, yaitu kombinasi
Sampel diambil dengan metode acak sederhana ekstensi kepala, mengangkat rahang bawah
yang dibagi menjadi 2 kelompok dan setiap ke anterior, serta membuka mulut dengan
kelompok terdiri atas 18 pasien. Kelompok I bantuan seorang asisten dan LMA dimasukkan
dilakukan teknik insersi klasik dan kelompok dengan menekan ujung sungkup ke palatum
II dilakukan teknik insersi TAM (Gambar 1). durum, didorong ke bawah hingga terasa
Setiap pasien dilakukan pemasangan tahanan. Kemudian, ditentukan kemudahan
elektrokardiografi (EKG), pulse oksimetri, insersi yang terbagi menjadi insersi mudah
dan alat pantau tekanan darah noninvasif. tanpa tahanan, insersi sedang dengan sedikit
Setelah diukur tekanan darah sistol, diastol, tahanan, dan juga insersi sulit. Setelah LMA
laju nadi, dan saturasi oksigen, jalur vena dimasukkan ke hipofaring diperiksa apakah
yang sebelumnya telah dipasang di ruangan dada pasien mengembang, terdapat kebocoran
dipastikan lancar, bila tidak lancar maka sungkup, dan saturasi dimonitor 96% sampai
dilakukan pemasangan ulang jalur vena 100%. Selanjutnya, dicatat derajat kebocoran
menggunakan kanula 18G dan dicatat data sungkup dan kemudahan insersinya. Rumatan
awal pasien. Saat berada di kamar operasi, anestesi dilakukan dengan oksigen 50% dalam
pasien berbaring terlentang dan dilakukan N2O ditambah anestesi volatil (isofluran). Pada
induksi anestesi dengan pemberian fentanil akhir operasi dilakukan ekstubasi dalam.
2 g/kgBB, propofol 2 mg/kgBB, dan setelah Data numerik dianalisis secara statistika
pasien tertidur diberikan pelumpuh otot memakai Uji Mann-Whitney yang digunakan
atrakurium 0,5 mg/kgBB. Setelah onset untuk membandingkan perbedaan rata-rata
atrakurium tercapai (sekitar tiga menit) kedua kelompok data numerik yang tidak
dilakukan pemasangan LMA dengan ukuran berdistribusi normal. Data kategorik dianalisis
sesuai dengan berat badan pasien. Pada mempergunakan Uji Eksak Fisher untuk
kelompok klasik dilakukan insersi LMA membandingkan variabel kategorik dari dua
dengan teknik klasik yaitu dengan mendorong kelompok data dan Uji Kolmogorov Smirnov
sungkup LMA memakai jari telunjuk untuk apabila kategori data lebih dari dua dan nilai
menekan ujung sungkup ke palatum durum ke p<0,05 dianggap bermakna secara statistik.

Gambar 1 Teknik insersi Triple Airway Manoeuvre


Keterangan: Dokumentasi Nelly Margaret

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016


Nelly Margaret Simanjuntak: Perbandingan Teknik Insersi Klasik dengan Teknik Insersi Triple Airway Manoeuvre terhadap 173
Angka Keberhasilan dan Kemudahan Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Klasik

Tabel 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian pada Kedua Kelompok


Kelompok
Variabel Teknik Klasik Teknik TAM Nilai p
(n=18) (n=18)
Usia (tahun) 0,725a
Mean 38,5515,01 36,7713,85
Range 17,0060,00 17,0060,00
Jenis kelamin 0,480b
Laki-laki 7 5
Perempuan 11 13
Indeks massa tubuh (kg/m2)
Mean 22,442,18 22,523,79 0,521c
Range 20,0027,00 20,0035,00
Status fisik
ASA I 13 13 1,00b
ASA II 5 5
Mallampati 0,338b
I 14 17
II 4 1
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji a) uji-t tidak berpasangan, b) Mann Whitney, c) Eksak Fisher, perbedaan
bermakna jika p<0,05

Hasil statistik menggunakan Uji Eksak Fisher


menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin,
Penelitian ini dilakukan terhadap 36 pasien indeks massa tubuh, dan status fisik ASA serta
yang dibagi menjadi dua kelompok, tiap-tiap Mallampati pada kedua kelompok perlakuan
kelompok terdiri atas 18 pasien. Hasil analisis tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05;

Tabel 2 Perbandingan Angka Keberhasilan Insersi pada Kedua Kelompok


Kelompok
Variabel Teknik Klasik Teknik TAM Nilai p
(n=18) (n=18)
Dada mengembang 1,00
Ya 18 18
Tidak 0 0
Derajat kebocoran sungkup 0,045**c
Baik 13 18
Sedang 5 0
Buruk 0 0
Saturasi (%) 0,542d
Rata-rataSD 99,111,023 98,891,08
Range 96100 96100
Keberhasilan insersi 13 18 0,045**c
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji a) uji t-tidak berpasangan, b) Eksak Fisher, c) Mann Whitney, perbedaan
bermakna jika nilai p<0,05. Derajat kebocoran sungkup, Baik: tidak terdengar suara kebocoran,
Menengah: ada kebocoran udara sedikit, ventilasi yang adekuat
Buruk: kebocoran suara, ventilasi tidak adekuat dan atau saturasi <95%

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016


174 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n3.900

Tabel 3 Perbandingan Kemudahan Pemasangan LMA Klasik antara Teknik Insersi Klasik
dan Teknik Insersi TAM
Kelompok
Kemudahan Insersi Teknik Klasik Teknik TAM Nilai p
(n=18) (n=18)
Mudah tanpa tahanan 6 15
Sedang, sedikit tahanan 11 3 0,022**
Sulit 1 0
Keterangan: nilai p pada variabel kategorik dengan uji Kolmogorov Smirnov. Perbedaan bermakna jika nilai p<0,05

Tabel 1). Pembahasan


Keberhasilan insersi laryngeal mask airway
(LMA) klasik terjadi pada semua pasien di Berdasarkan data karakteristik umum pada
kelompok teknik triple airway manoeuvre Tabel 1 dapat dilihat bahwa perbandingan
(TAM), sedangkan pada kelompok teknik usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status
klasik masih terdapat insersi LMA klasik fisik ASA, dan penilaian Mallampati kedua
yang tidak berhasil. Berdasarkan Uji Eksak kelompok homogen sehingga penelitian ini
Fisher, perbedaan angka keberhasilan pada dapat dianalisis lebih lanjut.
kedua kelompok tersebut dinyatakan sangat Pada hasil penelitian sebelumnya tentang
bermakna (p<0,05; Tabel 2). teknik insersi triple airway manoeuvre (TAM)
Kemudahan insersi LMA klasik ternyata menunjukkan bahwa semua pasien kelompok
lebih banyak terjadi pada pasien kelompok triple airway manoeuvre berhasil dilakukan
teknik TAM dibanding dengan kelompok teknik pemasangan LMA klasik dengan memperluas
klasik. Berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov, jarak antara epiglotis dan dinding posterior
perbedaan angka kemudahan pemasangan faring.1619 Penelitian kami sesuai dengan hasil
kedua kelompok dinyatakan sangat bermakna penelitian tersebut bahwa pada kelompok
(p<0,05; Tabel 2). teknik insersi TAM sebanyak 18 pasien berhasil

Volume jaringan
Sadar lunak
Posisi Kepala Netral Bertambah luas struktur
Wajah tulang
Ukuran jalan
napas faring
Sumbu servikal
Berkurang
Mekanisme neural
(kontraksi otot faring)
Paralisis total dengan pengaruh
anestesi posisi kepala netral Bertambah

Ukuran jalan
napas faring
Paralisis
Berkurang
Paralisis total dengan pengaruh WajahPeningkatan
anestesi posisi sbiffing Bertambah luas struktur tulang

Ukran jalan
napas faring
Berkurang

Gambar 2 Interaksi antara Mekanisme Neural dan Anatomi Faring


Dikutip dari: Townsend dkk.17

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016


Nelly Margaret Simanjuntak: Perbandingan Teknik Insersi Klasik dengan Teknik Insersi Triple Airway Manoeuvre terhadap 175
Angka Keberhasilan dan Kemudahan Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Klasik

dilakukan insersi LMA klasik, sedangkan pada Simpulan


teknik klasik hanya sebanyak 13 dari 18 pasien
(Tabel 2). Perbandingan angka keberhasilan Teknik insersi TAM yang dilakukan pada pasien
LMA klasik ini menunjukkan hasil yang dewasa yang menjalani operasi elektif dalam
bermakna secara statistika (p<0,05). anestesi umum memiliki angka keberhasilan
Sementara kemudahan insersi laryngeal yang lebih tinggi dibanding dengan teknik
mask airway (LMA) klasik yang dinilai dari ada insersi klasik dan perbandingan kemudahan
atau tidaknya tahanan saat melakukan insersi insersi LMA klasik dengan teknik TAM lebih
LMA klasik dengan teknik TAM menunjukkan tinggi daripada teknik insersi klasik. Sebagai
bahwa 15 dari 18 pasien tidak menemukan saran praktis teknik triple airway manoeuvre
tahanan saat melakukan insersi, sementara (TAM) ini dapat digunakan sebagai alternatif
pada kelompok teknik klasik terdapat 6 dari untuk melakukan insersi LMA klasik dalam
18 pasien yang tidak menemukan tahanan praktik sehari-hari.
saat melakukan insersi LMA klasik (Tabel 3).
Perbandingan kemudahan insersi LMA klasik Daftar Pustaka
ini menunjukkan hasil yang bermakna secara
statistik (p<0,05). 1. Ramachandran SK, Klock PA. Definition
Beberapa hal yang menjadi penyulit saat and incidence of the difficult airway.
melakukan insersi LMA klasik pada pasien yang Dalam: Hagberg CA, penyunting. Benumof
dilakukan anestesi umum dengan pelumpuh and Hagbergs airway management. Edisi
otot adalah hilangnya tonus otot rangka jalan ke-3. Philadelphia: Elsevier Saunders;
napas sehingga dapat menyebabkan obstruksi 2013. hlm. 2018.
parsial sampai total di jalan napas yang 2. Roodneshin F, Agah M. Novel technique
vital untuk patensi jalan napas agar terjadi for placement of laryngeal mask airway
pertukaran gas yang baik. Perubahan pada in difficult pediatric airways. Tanaffos.
dimensi anterior-posterior faring terutama 2011;10(2):5668.
pada palatum mole dan epiglotis mempunyai 3. Verghese C, Mena G, Ferson DZ, Brain
peran yang bermakna untuk terjadi obstruksi AIJ. Laryngeal mask airway. Dalam:
jalan napas bagian atas.1214 Hagberg CA, penyunting. Benumof and
Faktor yang memengaruhi patensi faring Hagbergs airway management. Edisi ke-
selain dari pengaruh neural yang hilang pada 3. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013.
pasien anestesi umum ditentukan pula dari hlm. 44365.
struktur faring itu sendiri yang digambarkan 4. Kumar D, Khan M, Ishaq M. Rotational vs.
dengan suatu segitiga keseimbangan. Tindakan standard smooth laryngeal mask airway
manipulasi kepala dan menarik mandibula insertion in adults. J College Physicians \
ke anterior berperan untuk meningkatkan Surgeons Pakistan. 2012;22(5):2759.
ukuran jalan napas di faring (Gambar 2). 5. Haghighi M, Mohammadzadeh A, Naderi B.
Ketebalan sungkup LMA nomor tiga dan Comparing two methods of LMA insertion;
empat rata-rata adalah 23 mm dan 24 mm, classic versus simplified (airway). MEJ.
sementara jarak rata-rata antara epiglotis dan Anesth. 2010;20(4):50914.
dinding posterior faring rata-rata pada teknik 6. Seyedhejazi M, Taheri R, Hoseinzadeh
klasik dan teknik TAM adalah 7 mm dan 16,3 H, Madarek EOS, Rad S. Comparison of
mm. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan rotational and standard techniques of
membuka mulut serta menarik mandibula ke laryngeal mask insertion in children.
anterior sambil melakukan ekstensi kepala Biomed Int. 2012;3:1721.
bersamaan akan memudahkan insersi LMA 7. Mahmoodpoor A, Golzari SEJ, Hamidi M,
klasik di hipofaring karena dinding posterior Parish M, Soleimanpour H, Mirinezhad M.
faring terbuka lebih luas. Comparison of three methods for laryngeal

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016


176 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// dx.doi.org/10.15851/jap.v4n3.900

mask airway insertion in adults: standard, intraoral manipulation in anesthetized


lateral and rotational. JCAM. 2013;10:14. unparalyzed patients. J Anaesthesiol Clin
8. Apfelbaum JL, Haghberg CA, Caplan RA, Pharmacol. 2012;28(4):4815.
Blitt CD, Connis RT. Practice guidelines 14. Kazemi AP, Daneshforooz MA, Omidvari
for management of the difficult airway. An S. A comparison between a two person
updated report by the American Society of insertion technique of laryngeal mask
Anethesiologists task force on mangement airway and the classic one person
of the difficult airway. Anesthesiology. technique. GMJ. 2013;2(4):17982.
2012;5(118):120. 15. Chan ASL, Sutherland K, Schwab RJ, Zeng
9. Kim J, Kim JY, Kim WO, Kil HK. An Biao, Petocz P, Lee RW, dkk. The effect of
ultrasound evaluation of laryngeal mask mandibular advancement on upper airway
airway position in pediatric patients: structure in obstructive sleep apnoe.
an observational study. J Anesth Analg. Thorax. 2010;65:72632.
2015;120(2):42732. 16. Keller C, Sparr J, Brimacombe R. Positive
10. Cook TM. Maintenance of the airway pressure ventilation with the laryngeal
during anaesthesia: supra-glottic devices. mask airway in non paralysed patient:
Dalam: Cadler I, Pearce A, penyunting. Core comparison of sevoflurane and propofol
topics in airway management. London: maintenance technique. Br J Anesth.
Cambridge; 2005. hlm. 4357. 2008;80:3326.
11. Samuel TK, Lee W, Daneshvari S, Oliver 17. Townsend R, Brimacombe J, Keller C,
E, Donald F, Mali M. Effect of progressive Wenzel V, Herff H. Jaw thrust as a predictor
mandibular advancement on pharyngeal of insertion conditions for the proseal
airway size in anesthetized adults. laryngeal mask airway. MEJ Anesth.
Anestesiology. 2008;109(4):60512. 2009;20:5962.
12. Shiroh I, Atsuko T, Teruhiko I, Yugo T, 18. Salem MR, Ovassapian A. Difficult mask
Takashi N. Sniffing position improves ventilation: what needs improvement? J
pharyngeal airway patency in anesthetized Anesth Analg. 2009;109(6):17202.
patients with obstructive sleep apnoe. 19. Salih AA. The laryngeal mask airway:
Anesthesiology. 2005;103(3):48994. technical guidelines and use in special
13. Krishna HM, Kamath S, Shenoy L. Insertion situations. Iraqi Postgraduate Med J.
of LMA classicTM with and without digital 2006;5(2):2309.

JAP, Volume 4 Nomor 3, Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai