Anda di halaman 1dari 9

PAPER

CEKUNGAN BARITO KALIMANTAN SELATAN

CREATED BY :

ANANDI SYAHARANI
JODI MAULANA

MHD JONI

NUR HAKIM

RIDWAN RAHMANTO

Kelas IV A

TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
T.A 2016 -2017
CEKUNGAN BARITO, KALIMANTAN SELATAN.

ABSTRAK

Cekungan Barito terletak di bagian tenggara Kalimantan, disebelah barat dibatasi oleh
dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Cekungan
Kutai. Sedimen tersier dibawah cekungan ini relatif tipis. Cekungan ini khas asimetris. Dari
sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan Barito dengan kemiringan relatif datar,
ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat
dari punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik.

1. PENGENALAN

Cekungan Barito merupakan cekungan granitik pluton berumur cretaceous dan


yang berada di bagian tenggara Pulau juga batuan vulkanik. Pada Utara
Kalimantan, tepatnya di Provinsi berbatasan dengan tinggian Barito (Moss,
Kalimantan Selatan. Cekungan Barito dkk, 1997) yang merupakan kelanjutan
merupakan cekunagn dengan tipe Foreland dari trend zona sesar Adang yang menerus
Basin dan berumur tersier. Cekungan ini hingga ke darat. Tinggian ini yang
dibatasi oleh Tinggian Meratus yang memisahkan Cekungan Barito dari
merupakan zona suture (Satyana dan Cekungan Kutai. Pada bagian timur
Silitonga,1994). cekungan berbatasan dengan Kompleks
Meratus. Batas ini menghasilkan sabuk
ophiolit, metamrf akibat subduksi, dan
batuan tipe busur dengan rentang umur
Jura hingga Cretaceous yang tersingkap
dengan trend Barat Laut Tenggara
(Wakita dkk,1998). Kompleks ini yang
juga membatasi Cekungan Barito dengan
cekungan Asam-Asam yang berukuran
lebih kecil dan juga Platform Patenosfer di
Timurnya. Ada kemiripan tratigrafi diantar
dua area ini sehingga diperkirakan dua
cekungan ini pernah terhubung,
membentuk depocentre tunggal selama
Paleogen dan Awal Neogen, sebelum
Fisiografi Pulau Kalimantan pengangkatan Meratus.
Cekungan ini memiliki suksesi tebal dari
batuan sedimen yang tersingkap dengan
basik sepanjang tepi cekungan sebelah
timur. Cekungan barito dibatasi oleh
Kompleks Schwaner di bagian Barat yang
merupakan batuan metamorfik dan batuan
3. Postrift
Geologi kenozoik dari Cekungan Barito Subsidence regional setelah pemekaran
dan Asem-Asem (Supriatna dkk,1994) terjadi secara luas dari miosen tengah
samapi awal miosen. Selama itu terjadi
2. TEKTONIK DAN STRUKTUR sedimentasu dari Fomasi Tanjung
GEOLOGI bagian Bawah, Tanjung bagian atas, dan
Berai. Ketiga sedimen ini merupakan
Keadaan Tektonik dan Stratigrafi di bagian dari transgressive system.
Cekungan Barito secara umum dapat Perubahan berbeda pada karekter
digambarkan dalam 4 fase (Satyana, dan sedimenter muncul pada batas antara
Silitongan,1994) sebagai berikut : sekuen synrift dan postrift. Pada section
bawah, sedimentasi dibatasi oleh
1. Prerift
ketebalan yang cukup dan perubahan
Merupakan fase komplek tektonik yang
fasies yang mengindikasikan pengisian
berpengaruh pada batuan dasar
cekungan pada saat pemekaran.
cekungan. Batuan dasar terleta di
Sedangkan pada bagian atas sekuen,
sepanjang Paparan Sunda, yang
sedimen lebih dapat dikorelasikan secra
terususn oleh berbagai macam variasi
regional, mengindikasikan
litologi yang berasal dari sumber yang
berkurangnya pengaruh dari daerah
berbeda-beda yaitu batuan dasar dari
horst dan graben yang tidak rata.
kerak benua pada bagian Barat, zona
akresi Mesozoic dan batuan Paleogen di
4. Syninversi
bagianb barat. Tidak ditemukan
Pada pertengahan Miosen , fragmen
referensi yang menjelaskan distribusi
benua Laut China Selatan bertumbukan
dari tipe batuan di bawah permukaan.
dengan Kalimantan Utara yang
Namun Gaffney dan Cline (1971)
menghasilkan tinggian Kuching
menyebutkan di bagian timur cekungan
terangkat. Pada saat yang sama,
menunjukkan tipe batuan dari Barito-
tumbukan pada lengan timur Sulawesi
platform, hal ini yang menimnbukan
mengakhiri pemekaran Sleat Makassar
spekulasi mengenai kontak dari dua tipe
dan mengangkat proto-Meratus. Kedua
batuan dasar dan menerangkan batuan
event tektonik mengawali inversi pada
dasar tipe Meratus mengalami
cekungan Barito. Inversi pada cekungan
pensesaran.
lebih kuat tergambar pada saat Pasif
Margin barat laut Australia berumbukan
2. Synrift
dengan Sunda Trench dan Banda
Tumbukan antara lempeng Eurasia dan
Firearc pada awal Pliosen dimana
Lempeng Pasifik bagian barat pada
Inversi diakomodasi oleh sistem sesar
Eosen Tengah menyebabkan proses
mendatar, melalui Sulawesi(Daly,
rifting pada Cekungan Barito (Daly,
Hooper, and Smith, 1987; Letouzey,
Hooper, dan Smith, 1987; Kusumam
Werner, and Marty, 1990; Daly et al.,
dan Darin 1989;Daly et al., 1991; van
1991 dalam Satyana 1994). Tinggian
de Weerd and Armin, 1992). Fase
Kuching yang terangkat meberikan
synrift pada cekungan terjadi Paleosen-
sedimen yang mengisi cekungan,
Eosen Tengah, yaitu pada pengendapan
sedangkan Proto-Meratus Range
Formasi Tanjung bagian bawah.
memisahkan cekungan Barito dari laut
Formasi ini diendapakan langsung pada
terbuka di sebelah Timur yang
permukaan basement yang tidak rata
menghasilkan karakteristik sedimen
akibat proses pemekaran.
berganti dari siklus trangressive ke dengan ketebalan sekitar 400 meter,
regressive.
berumur Miocene Tengah sampai
dengan Miocene Akhir.
3. Formasi Berai, litologinya terdiri dari
batugamping mengandung fosil
foraminifera besar seperti
Spiroclypeus orbitodeus,
Spiroclypeus sp, dll yang
menunjukkan umur Oligosen-
Miocene Awal dan bersisipan napal,
terendapkan dalam lingkungan
neritik, dan mempunyai ketebalan
sekitar 1000 meter.
4. Formasi Tanjung terdiri dari
Sayatan Sepanjang Cekungan Brito yang
beberapa facies diantaranya :
menunjukkan evolusi dari struktur inversi
(Satyana dan Silitonga,1994) a. Facies Konglomerat terdiri dari
3. STRATIGRAFI REGIONAL Konglomerat alas, dengan
komponen sebagian besar terdiri
Secara umum stratigrafi Cekungan Barito
komponen seperti batuan
dari muda ke tua secara berurut adalah
malihan, batuan beku, batuan
sebagai berikut :
klastika, batugamping dan kuarsa
1. Formasi Dahor, litologinya terdiri asap. Komponennya berukuran
dari batupasir kuarsa berbutir sedang dari 1 cm sampai 8 cm, berbentuk
terpilah buruk, konglomerat lepas bulat sampai membulat tanggung,
dengan komponen kuarsa terpilah buruk, bermassa dasar
berdiameter 1-3 cm, batulempung batupasir kuarsa berbutir kasar.
lunak, setempat dijumpai lignit dan Facies ini merupakan bagian
limonit, terendapkan sekitar paling bawah dari Formasi
lingkungan fluviatil dengan tebal Tanjung yang diendapkan tidak
sekitar 250 meter, dan berumur Plio- selaras diatas batuan alas Pra-
Plistosen. Tersier, tebalnya berkisar antara 8
2. Formasi Warukin, batupasir kuarsa meter dan 15 meter. Di tepi barat
dan batulempung sisipan batubara, Pegunungan Meratus, Facies
terendapkan di lingkungan fluviatil Konglomerat lebih tebal dari
yang di tepi timurnya. Di sisipan batubara dan batupasir.
beberapa tempat di tepi timur Ketebalan facies ini berkisar dari
ditemukan sisipan batupasir 28 meter sampai 68 meter.
berbutir kasar dengan ketebalan Structure sedimen di dalam
antara 75 cm dan 100 cm, yang batulempung, yang terlihat
memperlihatkan structure berupa lapisan pejal, laminasi
sedimen lapisan silang-siur sejajar, setempat berlaminasi
berskala menengah. Adanya silang-siur dengan ketebalan
perbedaan ketebalan pada Facies berkisar antara 3 cm sampai 5
Konglomerat dan structure cm. Batubara berwarna hitam
perlapisan silang-siur pada mengkilap terdapat sebagai
batupasir menunjukkan arah arus sisipan dengan ketebalan berkisar
purba dari barat. antara 30 cm dan 200 cm.
b. Facies Batupasir Bawah terdiri Setempat lapisan batubara
dari batupasir berbutir sedang berasosiasi dengan batulempung
sampai kasar setempat berwarna kehitaman. Sisipan
konglomeratan. Batupasir ini batupasir berbutir halus sampai
disusun terutama oleh butiran sedang dengan ketebalan
kuarsa dengan sedikit kepingan perlapisan antara 5 cm dan 25
batuan vulkanik, rijang, dan cm, menyendiri atau
feldspar. Facies ini berlapis tebal berkelompok memiliki ketebalan
yaitu antara 50 cm dan 200 cm. mencapai 10 meter. Structure
Structure sedimennya adalah sedimennya adalah laminasi
lapisan sejajar, lapisan silang-siur sejajar dan setempat laminasi
dan lapisan tersusun. Tebal facies silang-siur. Setempat ditemukan
ini terukur di tepi barat pula sisipan tufa berwarna putih
Pegunungan Meratus antara 46 dengan ketebalan perlapisan
meter dan 48 meter, sedangkan di antara 5 cm dan 15 cm, sebagian
bagian tengah dan tepi timurnya terubah menjadi kaolin.
antara 30 meter dan 35 meter. d. Facies Batupasir Atas terdiri dari
c. Facies Batulempung Bawah batupasir berbutir halus sampai
terdiri dari batulempung sedang, berlapis baik, dengan
berwarna kelabu (kecoklatan ketebalan perlapisan antara 3 cm
sampai kehitaman), dengan dan 25 cm. Tebal facies ini
berkisar dari 12 meter sampai 26 batubara diduga diendapkan
meter. Structure sedimennya sepanjang tepi danau. Lingkung
lacustrine dalam terbentuk pada
lapisan sejajar serta lapisan
bagian sumbu graben. Lingkungan
silang-siur pada batupasir ini menghasilkan lingkungan reduksi
berbutir sedang dan laminasi yang baik bagi akumulasi algae.
Lapisan source rock berupa
sejajar serta silang-siur pada
Lacustrine alga dapat membentuk
batupasir berbutir halus dan yang prolific oil. Carbonaceous clay/ shale
terakhir adalah Facies dan lapisan tebal batubara lebih dari
10 meter di temukan sedimentasi
Batulempung Atas terdiri dari
tahap 2. Kebnyakan hidrokarbon di
batulempung berwarna kelabu Tanjung raya field diduga terbentuk
kehijauan dan masif. dari tahap 2 ini.

2. Maturasi

Dari analisismaturasi Lower Tanjung


source rock diketahui :

Pada bagian baratlaut matursi


hidrokarbonnya immature early
mature, dan pada bagian tengahnya
mature, sedangkan dibagian
tenggaranya maturasinya overmature
( bagian paling dalam basin ini).

3. Reservoar

Formasi-formasi, paleofacies, dan periode Reservoar utama berupa synrift sand


tektonik pada Cekungan Barito. tahap 1, post rift sag fill tahap 2 dan
3. batu pasir synrift pada tahap 1
3. POTENSI
( disebut batupasir A dan B atau Z
1015 dan Z 950 ) diendapkan
Pada area Tanjung raya hidrokarbon
dilingkungan alluvial fan dan
terbentuk dari source rock lower Tanjung
lingkungan delta front lacustrine.
dan lower Warukin. Hidrokarbon terjebak
Memiliki ketebalan 30 50 meter.
pada struktural trap yang mengandung
Batupasir pada tahap 2 ( batupasir c
lower Tanjung dan Upper Warukin sand.
dan d atau Z.860 dan Z.825 )
1. Source Rock mewakili batupair alluvial fan.
Reservoar properties pada batupasir
Tahap pertama, Sedimen diendapkan Z.860 ini lebih baik di bandingkan
di graben paleogen berupa alluvial batupasir pada formasi Lower
channel dan fan mengalami Tanjung, Batupasir ini memiliki
progradasi hingga ke lingkungan sorting yang bagus dan mineralogy
lacustrine. Sejumlah lapisan tipis maturity yang bagus, ketbalan 25
30 meter, dengan nilai porisitas dan membentuk rifted basin, dan
permeabilitas rata-rata yang bagus. grabennya diisi oleh lacustrine
Tidak seperti Z.860, batupasir Z.825 tanjung shales dan coals.
tipis dan diskontinyu ( melensa ) Lingkungan lacustrine inilah yang
dengan ketebalan 3 5 meter. Tahap akan membentuk tanjung source
3 reservoarnya terdiri dari Batupasir rocks. Karena subsidence yang
e ( Z.710 dan Z. 670 ). Batupasir-E terus berlangsung dan rifted
di endapakn pada pantai/ barrier bar structure makin turun, shale
pada lingkungan garis pantau yang diendapkan semakin melebar, dan
terus mengalami regresi.Ketebalan akan membentuk seal untuk
maksimum dari batupasir- E ini 30 reservoir yang ada dibawahnya.
meter. Kondisi ini juga yang
menyebabkan penyebaran
4. SEALING ROCK. pengendapan reservoir rocks.
Pase postrifting dari transgresi Extensional faults merupakan
regional/ subsidence setelah media untuk migrasinya
pengendapan dari sag-fill sedimen hydrocarbon yang terbentuk
menghasilikan shallow marine dibagian terbawah dari graben.
mudstone pada tahao 4 formasi Selama late miocene, basin
Upper Tanjung. Batuan mudstone mengalami permbalikan akibat
marine ini menyediakan sealing naiknya Meratus, membentuk
yang efektif bagi reservoir Lower asymmetric basin, Barito basin
Tanjung. Tersusun atas 800 meter mengalami dipping kearah NW dan
dengan dominasi neritic shale dan makin ke SE semakin curam.
silty shale. Akibatnya bagian tengah dari
5. TRAPPING MECHANISM mengalami subsidence, sehingga
tanjung source rocks semakin
Hydrocarbon terbentuk, bermigrasi terkubur, dan menghasilkan
dari Lower-middle tanjung coals, kedalaman yang cukup bagi source
carbonaceous shales, dan lower rock untuk menjadi hydrocarbon.
warukin carbonaceous shales. Hydrocarbon mengisi jebakan
Kitchen utama terletak pada melalui patahan dan melalui
depocentre basin sekarang. Sealing permeable sands. Pada awal
rocks dihasilkan dari intra- Pliocene, Tanjung source rocks
formational shales. Generation, kehabisan liquid hydrocarbon,
migration, dan pemerangkapan sehingga membentuk gas dan
hydrocarbon terjadi sejak middle bermigrasi mengisi jebakan yang
early miocene (20 Ma). Barito telah ada. Lower Warukin shales
basin merupakan contoh dari efek pada depocentre basin mencapai
interaksi tektonik terhadap tempat kedalaman dari oil window selama
pembentukan hydrocarbon plio-pleistocene. Minyak terbentuk
(petroleum system). Extensional dan bermigrasi ke structural traps
tectonics pada early tertiary dibawah warukin sand
REFERENSI Witts, Duncan, dkk. "A new depositional
and provenance model for the Tanjung
Satyana, Awang Harun, dan Parada D. Formation, Barito Basin, SE Kalimantan,
Silitonga. "Tectonic reversal in East Barito Indonesia." Journal of Asian Earth
Basin, South Kalimantan: consideration of Sciences 56 (2012): 77-104.
the types of inversion structures and
petroleum system significance." (1994): Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An
57-74.
Outline of The Geology of Indonesia,
Witts, Duncan, dkk. "Stratigraphy and Indonesian Association of Geologists,
Sediment Provenance, Barito Basin, p.69-89.
Southeast " (2011).

Anda mungkin juga menyukai