Anda di halaman 1dari 2

IDENTITAS MUSLIM BARAT: ANTARA AGAMA DAN NEGARA

And while its nice of you to want to call us modern or moderate, well do without the
redundancy. Islam is by definition moderate, so the more strictly we adhere to its
fundamentalsthe more moderate well be. And Islam is by nature timeless and
universal, so if were truly Islamic well always be modern.
Were not Progressives; were not Conservatives. Were not neo-Salafi; were not
Islamists. Were not Traditionalists; were not Wahabis. Were not Immigrants and
were not Indigenous. Thanks, but well do without your prefix.
Were just Muslim.
Yasmin Mogahed, Reclaim Your Heart
Gabriel Marranci menulis dalam bukunya yang berjudul The Anthropology of Islam,
bahwa pembicaraan tentang identitas muslim selalu saja menjadi topik hangat media
massa di barat. dari mulai para jurnalis hingga politikus, mereka berusaha memberikan
label dan istilah sepeti fundamental, radikal, ekstrimis, tradisionalis, wahabi, salafi,
konservatif, moderat dan lain-lain. Mereka juga berusaha untuk mengajari muslim
bagaimana seharusnya mereka menjadi muslim di barat. Usaha dalam menggambarkan
dan memahami identitas muslim ini sepenuhnya gagal, bahkan justru semakin
membingungkan.
Tentu saja bekal pengetahuan awal mereka tentang muslim bersumber dari stereotip
berita yang ada di media massa dan media sosial. Sebenarnya, ujung dari pelabelan ini
adalah sebuah pertanyaan Apakah kamu orang Amerika atau muslim? atau dalam
bahasa yang lebih kasar adalah Apakah kamu salah satu dari kita (orang Amerika)? ini
bukanlah sebuah pertanyaan tentang posisi dimana muslim berada. Ini adalah pertanyaan
yang bersifat sindiran, sarkasme, sebuah pertanyaan untuk mengetahui posisi muslim,
bahkan sebelum pertanyaan itu terucap, muslim (haruslah sadar) memanglah berbeda,
sehingga perlu kembali dipertanyakan posisinya. Dua hal yang dibenturkan ini juga
ditulis oleh John L. Esposito dalam bukunya The Future of Islam bahwa muslim selalu
menghadapi pertanyaan tersebut dan diharuskan memilih satu loyalitas saja.
Tariq Ramadan dalam bukunya What I Believe menjelaskan bahwa membenturkan dua
hal antara identas agama dan kewarganegaraan, lalu menyuruh muslim memilih salah
satu antara dua hal tersebut merupakan hal yang salah. Islam dan kewarganegaraan
memiliki tatanan dan sifat yang berbeda. Muslim tidak hanya memiliki satu identitas, tapi
berbagai macam identitas.
Seorang muslim memiliki konsepsi tertentu tentang ketuhanan, kehidupan, arti dan
makna hidup dan mati, sementara menjadi warga negara adalah memainkan peran
sebagai seorang warga negara dengan berpartisipasi demi kemajuan negara. Begitulah
yang dipahami oleh Caroline Fourest dalam catatannya mengenai pendapat Tariq
Ramadan yang berjudul Brother Tariq: The Doublespeak of Tariq Ramadan.
Keraguan tentang loyalitas dan komitmen seorang muslim dalam bernegara banyak
muncul di Barat, salah satunya adalah John R. Bowen dalam karyanya Can Islam be
French. Menurut Ramadan, loyalitas akan lahir jika keadilan ditegakkan. jika memang
barat benar-benar menerapkan prinsip-prinsip sekulerisme, harusnya agama dan umat
beragama semuanya mendapat perlakuan yang sama, karena mereka dilihat dari aspek
kewarganegaraan, bukan dilihat sebagai sebagai seorang yang beragama. Namun hal ini
tidak berjalan, seperti kata Ramadan Muslim is always defined by religion. Akhirnya,
dalam bukunya Tariq menegaskan:
I am Swiss by nationality, Egyptian by memory, Muslim by religion, European by
culture, universalistic by principle, Moroccan and Mauritian by adoption.
Manusia pada hakekatnya memiliki banyak identitas, jadi sangatlah salah ketika kita
diharuskan memilih salah satu dari identitas tersebut. Muslim bisa memiliki identitas
fundamental ketika berurusan dengan Aqidah. Bisa memiliki identitas toleran ketika
berhadapan dengan non-muslim. Bisa menjadi penyayang dengan sesama manusia. Bisa
menjadi ekstrimis ketika merasa tertekan dan terancam. Bisa menjadi tradisional ketika
berhadapan dengan modernitas. Lalu identitas mana yang anda pilih? Seperti kata Yasmin
Mogahed diatas Thanks, but well do without your prefix, Were just Muslim. Terima
Kasih, kita tidak butuh label atau identitas dari kalian, kami hanya muslim. begitulah
kira-kira kata Yasmin.

Di Kosan tercinta, 18. 36 WIB, 28-04-2017

Fardana Khirzul Haq,

Anda mungkin juga menyukai